• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Umum Partisipan 2

Dalam dokumen Self-Efficacy Pada Anak Jalanan (Halaman 77-100)

BAB IV. ANALISA DATA DAN INTERPRETASI

1. Deskripsi Umum Partisipan 2

Tabel 4

Gambaran Umum Partisipan 2

Keterangan Partisipan 2 (LN)

Inisial LN

Usia 9 tahun

Jenis Kelamin Perempuan

Agama Kristen Protestan

Anak ke- 3 dari 5 bersaudara Sekolah SD 060972, Kelas IV

Status tempat tinggal dengan orang tua Pekerjaan Ayah Tukang Bangunan

Usia Ayah 38 tahun

Pekerjaan Ibu Petani

Usia Ibu 35 tahun

Partisipan kedua yang berinisial LN ini lahir 9 tahun yang lalu dari seorang ayah yang kini telah berusia 38 tahun dan seorang ibu yang berusia sekitar 35 tahun. LN seorang anak yang terlihat pendiam namun sebenarnya LN adalah sosok anak yang periang, ceria dan juga cerdas jika dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Hal tersebut dapat terlihat ketika proses wawancara berlangsung, LN dapat memberikan beberapa penjelasan mengenai pelajaran yang diperolehnya dari sekolah serta LN juga dapat menjawab pertanyaan matematika dengan mudah sementara temannya yang berusia di atas dirinya tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Minat LN pada sekolah dan pelajaran memang terlihat jelas karena ia memang lebih memilih untuk dapat menyelesaikan sekolahnya sampai tamat daripada harus berhenti sekolah seperti yang banyak dilakukan oleh teman-temannya sesama anak jalanan.

Setiap hari Senin sampai dengan Sabtu LN yang bersekolah di SD 060972 dan sekarang duduk di kelas empat (IV) berangkat ke sekolah sekitar pukul 13.30 karena LN masuk sekolah pukul 14.00 dan pulang sekitar pukul 17.00. Akan tetapi berbeda halnya dengan hari Jumat dan Sabtu karena jadwal masuk dan pulang sekolah LN lebih cepat dari biasanya. Sebenarnya LN masuk sekolah pada pagi hari, namun karena sekolah LN sedang melakukan pembangunan maka jadwal sekolah pun berubah. Hal tersebut juga mempengaruhi jadwal LN pergi ke jalanan untuk mencari uang karena sejak umur 8 tahun, LN telah menjadi anak

jalanan dan melakukan kegiatan-kegiatan di jalanan sekitar Simpang Pos (Medan) seperti mengamen, berjualan aqua, menyapu ataupun menyemprot demi mendapatkan uang untuk membantu meringankan beban orang-tuanya.

LN merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dan tinggal bersama dengan kedua orang-tuanya, keempat saudaranya, serta keluarga dari tantenya yang memiliki seorang anak yang ‘kurang sehat’ sehingga sehari-harinya LN merasa terganggu dengan keberadaan saudara sepupunya tersebut karena LN mendapat tugas untuk menjaganya. Ayah LN bekerja sebagai seorang tukang bangunan dan petani sedangkan ibunya sebagai seorang petani, dimana gaji sang ayah dikatakan oleh LN hanya sekitar Rp 300.000 ,- perminggu. LN merasa bahwa penghasilan ayahnya tidak mencukupi untuk memenuhi segala kebutuhan mereka sekeluarga, oleh karena itu LN memutuskan untuk mengikuti ajakan seorang temannya untuk berjualan aqua di Simpang Pos dan ternyata keputusan LN tersebut mendapat dukungan dari orang-tua LN.

Pada awalnya kegiatannya di jalanan tersebut tidak terlalu serius dijalaninya namun setelah LN merasakan kepuasan tersendiri dengan mendapatkan uang dari hasil kerja kerasnya, maka LN pun melanjutkan terus kegiatannya sebagai anak jalanan. Ketika LN merasa bahwa dengan berjualan aqua ia hanya mendapatkan sedikit keuntungan sehingga LN pun beralih dengan melakukan pekerjaan yang lain, salah satunya adalah mengamen yang sampai sekarang masih dilakukannya. Menurut LN, kegiatan mengamen lebih mudah untuk dilakukan dan mendapatkan uang yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan berjualan aqua.

LN mengatakan bahwa uang yang diperolehnya dari jalanan selalu diberikannya kepada ibunya dengan jumlah yang tidak ditetapkan, tergantung dari berapa yang diperolehnya pada hari itu. Namun apabila LN tidak memperoleh apa-apa, terkadang orang-tua LN akan memarahi dirinya. Pendapatan LN biasanya digunakan orang-tua LN untuk membeli kebutuhan mereka sehari-hari, untuk membayar keperluan sekolah LN (misal membeli buku) ataupun sekedar untuk uang ‘jajan’ LN. Menurut pengakuannya, rata-rata pendapatan LN sekitar Rp10.000,- s/d Rp15.000,- setiap harinya dan itu uang yang sedikit apabila dibandingkan dengan pendapatan teman dekat LN, namun LN termasuk seorang anak yang mensyukuri segala yang diberikan oleh-Nya dan ia percaya bahwa ia pasti akan mendapatkan rejeki yang lebih banyak lagi di kemudian hari. Hal tersebut terbukti dari kalimat yang sangat sering diucapkan LN yaitu ‘rejeki nggak kan kemana’.

Tabel 5

Waktu Wawancara Partisipan 2 (LN) Partisipan Hari/Tanggal wawancara Waktu

wawancara Tempat wawancara LN Minggu/18 Oktober 2009 16.45 - 18.00 WIB Rumah singgah LN Kamis/22 Oktober 2009 10.30 - 11.20 WIB Rumah makan LN Minggu/08 Nopember 2009 14.00 - 15.00 WIB Rumah singgah

2. Deskripsi Hasil Wawancara

LN merupakan seorang anak berusia 9 tahun yang terjun menjadi anak jalanan pada usia 8 tahun dan duduk di kelas IV (empat) SD 060972 yang berada di daerah Simpang Pemda. Ayah LN seorang tukang bangunan yang merangkap sebagai petani dan Ibu LN juga bekerja sebagai seorang petani membantu

pekerjaan ayahnya. LN terlahir sebagai anak ketiga dari lima bersaudara dimana mereka sekeluarga tinggal dalam satu atap. Setiap harinya LN pergi ke Simpang Pos untuk melakukan kegiatan di jalanan (seperti mengamen, menyapu ataupun berjualan aqua) agar LN dapat memperoleh uang. LN biasanya melakukan kegiatan tersebut rutin setiap hari pada sore harinya sepulangnya ia dari sekolah namun karena sekolah LN sedang melakukan perbaikan maka jadwal sekolah LN yang seharusnya pagi hari berubah menjadi siang hari dan hal itu berpengaruh juga pada jadwal LN untuk turun ke jalanan.

a. Klasifikasi anak jalanan

LN yang masih berusia 9 tahun dan duduk di kelas empat (IV) SD 060972 ini menjadi anak jalanan ketika berusia 8 tahun dan dengan alasan utama LN memutuskan untuk menjadi anak jalanan adalah karena masalah ekonomi keluarganya. Pada awalnya, LN memang diajak oleh temannya yang sudah lebih dahulu menjadi anak jalanan, namun akhirnya LN merasa tertarik ingin mengikuti apa yang dilakukan temannya tersebut karena dengan begitu ia akan dapat memperoleh uang.

“Eee, itulah kak, diajak kawanku, dekat rumah, si Rosi ini lah, ayo Lena jualan aqua kita di simpang pos katanya. Trus ikutlah aku, kuajak juga kawanku si Nora itu.”

(W1P2B113-116/Hal.27)

“Eee, itulah kak, diajak si Rosi aku waktu itu. Dibilangnya kan, ayok Lena jualan aqua kita, biar dapatmu duit, aku bisa dapatku sepuluh ribu kemaren itu. Gitu lah dibilang si Rosi.”

(W3P2B072-076/Hal.44)

“Tapi ya itulah kak, biar dapatku duit kan, biar bisa aku beli buku.” (W3P2B095-096/Hal.44)

Setelah LN melakukan kegiatannya di jalanan, ia selalu pulang ke rumah dimana LN tinggal bersama dengan kedua orang-tuanya, keempat saudaranya serta keluarga tantenya.

“Iyalah, sama orang tua lah.” (W1P2B017/Hal.25)

Meskipun LN mendapat dukungan dari orang-tuanya, namun ibu LN juga memberikan nasihat padanya agar ia tidak gampang percaya dengan orang asing karena ibu LN merasa khawatir jika LN ‘diculik’.

“Mana?? Nggak lah. Kutanya dulu mamakku kan. Mak, diajak si Rosi aku ke simpang pos, jualan aqua katanya, pernah dia dapat sepuluh ribu. Gitu

kubilang mamak. Trus dibilang mamak ya udah jualan lah kau, tapi hati-hati katanya. Jangan mau kalau diajak-ajak sama orang, sama ibu-ibu, nanti

dibawa lari kata mamak.” (W3P2B078-085/Hal.44)

Uang yang diperoleh LN biasanya diberikan LN pada ibunya dan uang tersebut digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari keluarga mereka ataupun sekedar untuk keperluan pribadi LN. Apabila pendapatan LN lebih dari jumlah biasanya, maka LN akan menyisihkan sedikit uangnya untuk ditabung.

“Buat jajan kami, trus buat ongkos kakakku.” (W1P2B247/Hal.29)

“Kadang-kadangnya kak, kalau banyak dapatku, kumasukkan celengan. Kalau cuma dikitnya dapatku, ya nggak bisalah kutabung.”

(W1P2B590-593/Hal.36)

Namun uang yang didapatkan LN tersebut juga digunakan untuk membayar keperluan sekolah LN bahkan ibu LN pernah menjadikan keperluan sekolah LN menjadi alasan agar LN mau mencari uang di jalanan terutama ketika ayah LN sedang tidak memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan mereka sekeluarga.

“Baru eee hari itu. Eee misalnya sekarang, besoknya kan besoknya sekali lagi, mau ikut aku renang. Kubilang sama mamak, mak ikut aku renang ya. Trus dibilang mamak, enggak enggak, cari dulu tiga puluh. Baru aku carilah tiga puluh.”

(W1P2B233-238/Hal.29)

“Dapatku dua puluh delapan ribu waktu itu. Baru kubilang mamak kan, mak dapat ku dua lapan, ikut aku renang ya, iya iya katanya.”

(W1P2B241-244/Hal.29)

“Yah, minta sama bapak lah kak, tapi kalau udah nggak ada uang bapak, ya disuruh lah aku cari sendiri biar bisa kubeli buku ku kan. Kalau nggak gitu, nggak ada buku lah. Yah, rejeki nggak kemana nya itu kak.”

(W3P2B063-067/Hal.44)

LN biasanya pergi ke jalanan pada siang atau sore hari setelah pulang sekolah, namun karena sekolah LN sedang melakukan perbaikan maka jadwal sekolah LN yang awalnya pagi hari berubah menjadi siang hari sehingga pada hari Senin sampai Kamis LN jarang pergi ke jalanan. LN lebih sering ke jalanan pada hari Jumat, Sabtu ataupun Minggu karena di hari Jumat dan Sabtu sekolah LN lebih cepat selesainya.

“Agak jarang juga jadinya kak. Kalau hari senin sampai kamis, kadang-kadang aja aku ngamen. Pagi-pagi lah jadinya. Tapi itupun kadang-kadang-kadang-kadang. Karena kak, pagi-pagi aku harus jaga adekku yang masih kecil.”

(W1P2B391-395/Hal.32)

“Hari itulah kak, hari Jumat, Sabtu sama Minggu.” (W1P2B397-398/Hal.32)

LN mengaku bahwa pada pagi hari ia hanya sekali-kali pergi mengamen karena banyak tugas yang harus dilakukannya. Namun apabila LN pergi mengamen pada pagi hari, ia akan segera pulang sebelum jam dua belas siang karena LN harus masuk sekolah jam satu. Namun apabila pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu LN akan pergi ke jalan sekitar jam dua belas sampai jam dua siang

dan LN akan pulang pada jam enam atau bahkan jam delapan malam tergantung dari jumlah uang yang sudah didapatkannya.

“Nggak kak, kadang-kadangnya kak ngamen aku, karena itulah tadi, banyak kerjaanku kalau pagi itu, jaga adek, lipat kain, jaga burung, itulah kak.”

(W1P2B421-424/Hal.33)

“Eee, sebelum jam dua belas lah, karena kan aku masuk jam satu. Belum lagi nanti mandi sama makan.”

(W2P2B021-023/Hal.38) b. Latar belakang anak jalanan

LN bertempat tinggal di daerah persawahan tepatnya di Simalingkar B, Medan dan kebanyakan warga sekitar rumahnya memang bermatapencaharian sebagai petani.

“Iya lah. Orang-orang disitu kan memang petani nya itu semua. Makanya bapak sama mamak ku juga kan.”

(W3P2B027-029/Hal.43)

Selain itu, kebanyakan teman-teman LN yang berada di sekitar rumahnya menjadi anak jalanan namun hanya beberapa orang saja yang dekat dengan LN.

“Iya lah, kebanyakan anak jalanan itu. Kayak si Rosi sama kakaknya juga, si Nora, si Grace, tapi itu nya kami yang sering sama-sama. Ada juga yang lain tapi nggak pernah kami sama.”

(W3P2B036-040/Hal.43)

Orang-tua LN adalah seorang petani akan tetapi ayah LN memiliki pekerjaan lain yaitu sebagai tukang bangunan. Apabila ayah LN sedang tidak ada kerja untuk membangun maka ia akan membantu ibu LN di sawah yang berada di daerah sekitar rumah mereka.

“Ya dua-duanya kak. Ganti-ganti lah. Kalau lagi nggak ada kerja bangunannya, ya ke sawah dia bantu-bantu mamak.”

Pendapatan orang-tua LN dapat dikatakan tidak tidak memiliki penghasilan yang tetap setiap bulannya karena tergantung dari panen padi mereka. Oleh karena itu, terkadang ibu LN menugaskan LN untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan mereka sekeluarga.

“Satuuu buu, satu minggu, nggak tahu itu dapat berapa, tiga ratus mungkin.” (W1P2B534-435/Hal.35)

“Nggak lah, kan sekali-kalinya panen itu, nggak terus, makanya disuruh mamak aku cari duit.”

(W2P2B067-069/Hal.39)

“Heh? Nggak lah. Kadang eee aku juga. Kalau udah nggak ada lagi uang bapak, dibilang mamak, bagus kau cari uang ya nak, terpaksalah bagus-bagus awak mencari, kadang sampai nggak makan awak.”

(W1P2B537-542/Hal.35)

c. Tugas-tugas yang dihadapi anak jalanan berkaitan dengan aspek-aspek self-efficacy

1.) Magnitude Level

Selain memiliki tugas untuk mencari uang di jalanan, LN juga memiliki tugas rumah yang juga harus dilakukannya seperti menyapu, melipat kain, menyuci piring, menjaga adik serta menjaga padi apabila orang-tuanya sedang pergi.

“Yah mereka jaga ladang juga, tapi kadang-kadang kalau mamak sama bapak lagi nggak bisa jagain, disuruh aku yang jaga.”

(W1P2B068-070/Hal.26)

Tugas sebanyak itu harus dilakukan oleh anak usia 9 tahun, namun LN merasa sanggup untuk melakukan semuanya daripada ia dimarahi orang-tuanya.

“Eee, he-eh lah. Daripada dimarahin sama mamak. Karena mamak mau juga marah kalau misalnya kan nggak kulipat kain itu.”

Selama menjadi anak jalanan, LN pernah berjualan aqua namun karena LN merasa keuntungan yang diperolehnya hanya sedikit dengan berjualan aqua maka LN mulai mengamen. LN lebih menyukai kegiatan mengamen karena LN memang sangat suka menyanyi.

“Ngamen lah…dulu, dulunya itu, jualan aqua. Tapi nggak ada selalu untungnya, jadi ngamen lah kami. Pertama kami lihat si Ronda, kami lihat gini-gini dia, trus kami gini-gini juga, jadi ikut juga lah kami ngamen. Nyanyi pake krincing-krincingan kami. Abis itu baru pake gitar kami.”

(W1P2B122-128/Hal.27)

“Suka aja aku nyanyi-nyanyi kayak gitu.” (W1P2B184/Hal.28)

Kegiatan mengamen juga tidak selamanya mendapatkan uang yang cukup untuk mereka bawa pulang karena untuk mengamen mereka harus mengeluarkan uang sewa gitar sebesar Rp2.000,- perjam sehingga akan mengurangi jumlah pendapatan mereka. Oleh karena itu, mereka mencari cara agar mereka dapat memperoleh uang yang lebih banyak lagi.

“Iya lah, kami sewa lah. Kek hari tu kami, aku gabung sama si Rosi, kami sewa berdua. Satu jam dapat kami, berapa itu ya? Uang kertasnya tiga puluh lima ribu, trus uang recehnya dua ribu gitu. Banyak dapat kami berdua.” (W1P2B138-143/Hal.27)

LN yang seorang anak kelas empat SD ini juga merasa bahwa dirinya sanggup untuk menjalani semua tugasnya tersebut termasuk tugas sekolahnya serta tugasnya mencari uang sebagai anak jalanan.

“Sanggup lah makanya masih ngamen aku kak. Orang mamak ku juga yang bilang, Lena bagus-bagus kau cari duit yah biar ada duit kita, gitu kata mamak kalau udah nggak ada lagi duit bapak.”

(W2P2B057-061/Hal.39)

“Ya sangguplah, kalau nggak nanti nggak dapat duit kami buat makan.” (W3P2B052-053/Hal.44)

Namun meskipun demikian, LN merasa bahwa tugas untuk mencari uang merupakan tugas yang paling sulit untuk dilakukan.

“Eee cari duit itulah kurasa kak. Susah kali kurasa. Nanti udah capek awak kan, panas kali lagi, tapi nggak ada yang kasih. Ah, susah kali itu.”

(W2P2B083-086/Hal.39) 2.) Generality

LN lebih suka bersekolah daripada menjadi anak jalanan untuk mencari uang karena LN mengaku ingin menjadi anak yang pintar. Apabila kondisi ekonomi keluarga LN baik, maka LN lebih memilih untuk tidak menjadi anak jalanan.

“Biar pintar kak. Kalau ngamen kak, capek kali, nggak enak juga nya.” (W1P2B607-608/Hal.36)

“Iya kak, tapi itu kan terpaksanya itu, karena dibilang mamak itu bagus-bagus kau cari duit ya Lena, makanya lah senang aku kalau dapatku banyak duit waktu ngamen aku. Tapi kalau banyak duit bapak, kan nggak harus ngamen aku di jalan kek gini, masih bisa aku belajar atau nggak puas aku main-main nggak harus panas-panasan juga.”

(W2P2B186-193/Hal.41)

Menurut LN kegiatannya di jalanan untuk mencari uang tidak mengganggu kegiatan belajarnya karena apabila ia tidak ngamen di jalanan maka ia tidak akan mendapatkan uang untuk membantu orang-tuanya.

“Eee, nggak juga lah. Karena emang biar bisa dapat duit untuk makan kami nya. Sekalian bisa aku main-main. Tapi eee capek juga memang kak, nanti kan kalau sore-sore itu aku ngamen kan, pulang aku dah capek kali kurasa, jadi tidurlah aku, nggak ada belajar jadinya.”

(W2P2B046-052/Hal.39)

Walaupun LN lebih menyukai kegiatan sekolah daripada kegiatan di jalanan serta mengatakan bahwa kegiatannya tidak mengganggu proses belajarnya, namun LN jarang belajar dan mengerjakan tugas sekolahnya apabila di rumah karena banyak pekerjaan rumah yang harus LN lakukan.

“Jaga adekku lah, nangis. Trus, ada itu adekku, anak maktuaku sakit nggak bisa jalan. Lena dudukkan aku di kursi, gitu katanya.”

(W1P2B508-511/Hal.34)

“Ke ladang. Si Resi masak, si Pram juga ke ladang. Adekku yang sakit itu kan suka kali nyuruh-nyuruh aku. Lena, sini kau dulu, dudukkan dulu aku, sapu ini Lena, lap dulu ini, ambilkan dulu itu. Ah, sudahlah, tak bisa aku belajar.” (W1P2B513-518/Hal.34)

“Itulah kak yang kemaren kubilang itu, nggak bisa aku belajar di rumah. Kerja terus. Adekku yang cacat kubilang itu, dikit-dikit Lena ambilkan dulu tes, Lena dudukkan dulu aku. Ah, jadi nggak bisa awak belajar.”

(W2P2B035-040/Hal.38) 3.) Strength

Ketika LN melakukan kegiatannya di jalanan, ia tidak hanya mengamen tetapi juga menyemprot. Kegiatan tersebut dilakukannya apabila sedang dalam kondisi hujan dan LN melakukannya tanpa perlindungan apa-apa seperti payung ataupun topi, semua dilakukannya hanya demi mendapatkan uang.

Hal tersebut bukanlah satu-satunya tantangan yang harus dihadapi LN. LN juga harus berhadapan dengan kelakuan-kelakuan nakal dari teman-teman sesama anak jalanan serta tantangan dari petugas keamanan. Namun LN dapat mengatasinya dan semua hal itu tidak menjadi penghalang bagi LN untuk ia tetap menjadi anak jalanan.

“Ya kami lawan lah, kami ejek-ejek dia, trus pigi kami.” (W1P2B308-309/Hal.30)

“Eee, iya ada itu Pol PP, pernah kami dikejar-kejar pas kami lagi ngamen. Lari-lari kami sampai ke gang apa itu, yang dekat RM yang lama itu, sampai terkencing-kencing kami, si Bunga sampai kencing dia.”

(W1P2B322-326/Hal.31)

“Ya lari terus lah kami, jangan sampe ditangkapnya. Kek yang hari itu, pura-pura dia, dipanggilnya kami. Sini kalian dulu dek, nyanyi dulu kalian. Trus, nyanyi kami kan, trus marah-marah dia, nyanyi kalian ya, nyanyi kalian ya,

cepat nyanyi kau, nyanyi kau. Ditokokinnya kami. Eee, rupanya Pol PP, nyamar dia. Trus langsung kabur lah kami. Dikejar-kejarnya.”

(W1P2B329-337/Hal.31)

“Dimarahin, dibawa ke kantor Pol PP, trus kalau yang cowok kan dipenjarakan, sampai dijemput mamaknya baru dikeluarkan. Tapi kalau yang cewek kata si Setiawan, hanya ditanyanyain gitu aja, habis tu dipulangkan, cuma dimarahin kek gitu aja, baru disuruh jemput sama mamaknya.”

(W1P2B339-345/Hal.31)

Apabila kondisi kesehatan LN kurang baik karena sakit, maka LN tidak akan turun ke jalan untuk mencari uang sampai ia merasa sudah pulih. Begitu pula halnya dengan kegiatannya di sekolah, LN akan berusaha untuk tetap pergi ke sekolah apabila ia masih sanggup.

“Nggak lah kak, tunggu sembuh dulu baru ngamen lagi.” (W1P2B551-552/Hal.35)

“Eee, kalau sekolah tergantung lah, kalau masih sanggup aku ya sekolah karena kan kak nanti absenku jadi banyak, apalagi kalau pelajaran yang aku suka itu matematika, kuusahakan masuk lah.”

(W2P2B113-117/Hal.40)

Uang yang diperoleh LN dari hasil mengamen dapat dikatakan lebih sedikit jika dibandingkan dengan teman dekatnya yang sesama anak jalanan juga. Terkadang LN juga merasa kesal karena ia merasa telah bersusah-payah mencari uang tapi ternyata hasil yang diperolehnya tidak seimbang dengan usaha yang telah ia lakukan. Namun LN tidak bersedih ataupun putus asa karena LN merupakan seorang anak yang selalu mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan dan percaya bahwa suatu saat ia pasti akan memperoleh rejeki.

“Bukan mamak, akunya yang bilang itu. Itulah kalau sikit dapatku, ya rejeki nggak kemana-mana. Pernah kan hari tu, cuma gocengnya dapatku. Trus makan aku kan. Rupanya ada ibuk-ibuk yang ngasih aku goceng.”

“Iya, yang waktu hari Minggu itu. Si Nora dapatnya lima belas ribu, si Rosi dapat tiga puluh ribu, aku baru dapat tujuh ribu, pergi orang tu ke Ramayana. Pulang orang tu dari Ramayana udah dapatku tiga puluh ribu.”

(W1P2B280-284/Hal.30)

“Eee, ya palak kali lah kurasa kak, trus nanti di rumah dimarahkan juga sama mamak, dikiranya aku main-main aja makanya dikit dapatku, padahal karena memang nggak ada yang ngasih, ya gimana lah kak rejeki nggak kemana nya itu kan.”

(W2P2B092-097/Hal.39)

Meskipun LN merasa senang apabila mendapatkan uang dari hasil mengamennya, tetapi sebenarnya LN tidaklah menyukai kehidupannya di jalan sebagai anak jalanan.

“Ah, nggak suka lah. Aku sih maunya kan kak, ya di rumah aja lah, nggak usah harus cari duit aku karena capek kali kak harus nyanyi-nyanyi padahal panas kali, biar dapatku duit kan.”

(W2P2B075-079/Hal.39)

Namun meskipun demikian, LN harus tetap terus melakukannya untuk mendapatkan uang demi membantu beban orang-tuanya.

Dalam dokumen Self-Efficacy Pada Anak Jalanan (Halaman 77-100)

Dokumen terkait