• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Deskripsi Universal Service Obligation

Adanya pembentukan USO (Universal Service Obligation) atau KPU

(Kewajiban Pelayanan Universal) dilatarbelakangi karena beberapa faktor

diantaranya (Situmorang, 2013):

1. Rendahnya pemerataan pembangunan akses komunikasi dan informasi

khususnya untuk daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan tidak layak

2. Adanya persamaan hak semua kelompok masyarakat untuk menikmati

kemudahan mengakses dan menggunakan informasi melalui keberadaan

teknologi informasi.

3. Percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan

dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informatika.

Berangkat dari latar belakang di atas maka pada tahun 2006, Kementerian

Komunikasi dan Informatika membentuk Badan Layanan Umum yaitu Balai

Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP) sebagai satuan kerja

operasional yang menangani khusus untuk penyediaan telekomunikasi dan

informatika di wilayah perdesaan. Namun demikian, seiring dengan tuntutan

perkembangan teknologi informasi serta pemerataan pembangunan di sektor

teknologi informasi dan komunikasi, pada tahun 2009 BTIP berubah menjadi

Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika

(BP3TI) dimana tugas pokok dan fungsi menjadi diperluas tidak hanya di wilayah

perdesaan tetapi termasuk di wilayah perkotaan yang belum terjangkau

aksesibilitas layanan telekomunikasi dan informatika untuk umum.

KonsepUniversal Service Obligation (USO) yang diterjemahkan kedalam

bahasa Indonesia sebagai Kewajiban Pelayanan Universal (KPU) Telekomunikasi,

pada dasarnya merujuk pada kewajiban pemerintah untuk menjamin tersedianya

pelayanan publik bagi setiap warga negara meskipun negara tidak secara langsung

memegang peranan sebagai penyelenggara kegiatan-kegiatan pelayanan publik

yang dimaksudkan. Penyediaan jasa akses telekomunikasi dan informatika

wilayah antara lain daerah tertinggal, daerah terpencil, daerah perintisan, daerah

perbatasan, dan daerah yang tidak layak secara ekonomis serta wilayah yang

belum terjangkau akses dan layanan telekomunikasi sebagaimana yang tercantum

dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor

32/PER/M.KOMINFO/10/2008 Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi

Pasal 1 Ayat 11 (http://kpu-uso.com, diakses pada tanggal 18 September 2013

pukul 5:47 WIB). Adapun tujuan dari program USO, diantaranya yaitu:

1. Mengatasi kesenjangan digital.

2. Mendukung kegiatan perekonomian, memantapkan pertahanan dan

keamanan, mencerdaskan bangsa, serta meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

3. Memenuhi komitmen Nasional dan Internasional yaitu deklarasi WSIS

(World Summit on the Information Society).

Dalam mewujudkan hal tersebut dibutuhkan peran serta semua pihak baik

pemerintah pusat, pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota), serta pihak

swasta dan masyarakat yang berkaitan dengan program pembangunan sarana

telekomunikasi dan informatika di daerah. Pelaksanaan penyediaan KPU/USO

diharapkan dapat menghasilkan manfaat dengan produktifitas yang efisien dan

efektif. Manfaat yang diharapkan terbagi menjadi 4 (empat) fase yang didapat

secara bertahap, yaitu:

1. Connectivity, yaitu keterhubungan antar desa dengan desa dan desa dengan

kota melalui akses layanan suara, SMS, dan akses layanan internet yang

2. Transaction, yaitu tersedianya fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan

masyarakat sehari-hari yang dapat meningkatkan taraf hidup yang

diperoleh dengan cara komunikasi jarak jauh atau virtual tanpa

memperhitungkan jarak dan waktu sepertieducation, bussiness,

e-health, dan lain-lain melalui akses layanan ICT yang telah tersedia.

3. Collaboration, yaitu terciptanya komunikasi yang baik antar desa baik

yang disatukan dalam wilayah administrasi tertentu ataupun di wilayah

administrasi yang berbeda sehingga terjalin komunitas-komunitas antar

desa yang dapat mengembangkan potensi masing-masing desa dan saling

bekerjasama.

4. Transformation, yaitu terbentuknya transformasi kondisi sosial masyarakat

yang sudah akrab dengan ICT sehingga segala bentuk kegiatan sehari-hari

dapat lebih efisien dan efektif dengan menggunakan ICT.

Didirikannya BP3TI yakni dalam rangka melaksanakan program USO atau

KPU yang dananya dihimpun dari para penyelenggara telekomunikasi,

sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 1999

tentang Telekomunikasi pada Pasal 26. Kontribusi dana tersebut juga telah diatur

dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika

No:32/PER/M.KOMINFO/10/2008 tentang Kewajiban Pelayanan Universal

Telekomunikasi. Dalam payung hukum tersebut, yakni pada Pasal 1 Ayat 8

tercantum pengertian dari Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal

Telekomunikasi yaitu kontribusi yang merupakan Penerimaan Negara Bukan

dikelola oleh BP3TI (Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi

dan Informatika). Sementara besaran biaya yang harus dibayar oleh pihak

penyelenggara telekomunikasi yakni sebesar 1,25% darigross revenue.

Jenis layanan dari USO adalah penyediaan jasa akses telekomunikasi, serta

penyediaan jasa akses internet. Di bawah ini terdapat beberapa program dari

kebijakan penyediaan infrastruktur USO atau KPU, di antaranya (Situmorang,

2013):

1. Desa Dering: berupa layanan telepon dan SMS (Short Message Service)

umum untuk daerah terpencil, daerah perintisan, perbatasan, daerah yang

secara ekonomis belum layak dan semua desa yang belum mempunyai

fasilitas tersebut, yakni sebanyak 33.184 desa.

2. Desa pintar: setiap lokasi Desa Dering akan ditingkatkan dengan

penambahan jasa layanan internet, sebanyak 1.330 lokasi.

3. Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK): merupakan penyediaan sarana

umum untuk melakukan akses internet di kecamatan, terdapat di 5.748

lokasi dan telah bertambah menjadi 6.358 lokasi.

4. M-PLIK: berupa layanan PLIK yang dilengkapi dengan mobil sehingga

dapat bepindah-pindah di suatu wilayah kabupaten, yaitu sebanyak 1.907

unit.

5. Sarana Pendukung PLIK yaitu SIMM-PLIK: berfungsi untuk memonitor

operasional PLIK, menyediakan push content yang sehat dan bermanfaat

6. Nusantara Internet Exchange(NIX): berupaswitchpengatur trafik internet

domestik agar penggunaanbandwidthlebih efisien dan layanan datacenter

(push content) di 32 Ibukota Provinsi.

7. International Internet Exchange (IIX): berupa switch pengatur trafik

internet internasional agar penggunaan bandwidth lebih efisien, di empat

Ibukota Provinsi.

8. Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) Sentra Produktif: merupakan

penyediaan sarana umum untuk melakukan akses internet di pusat sentra

produktif yang diusulkan instansi teknis terkait di 1.235 lokasi.

9. Wifi Kabupaten: merupakan penyediaan hot spot akses internet di 745

lokasi di Kabupaten.

10. Telinfo Tuntas: berupa penyediaan sarana ICT seperti BTS (Base

Transceiver Station) di perbatasan dan pulau terluar. Terdapat sembilan

paket pekerjaan di 198 lokasi (kecamatan).

11. SIMMNIX: sarana pendukung untuk memonitor operasional NIX.

Dokumen terkait