• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Obyek Penelitian

2. Deskripsi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat 5 (lima) variabel yang akan dianalisis, dimana kelima variabel yang dimaksud dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu variabel dependen adalah IHSG, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah PDB, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah/US$ (Kurs) dan Tingkat Suku Bunga SBI.

f. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham

yang tercatat di bursa. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Sedangkan jumlah emiten yang tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 emiten. Sekarang ini (Desember 2009) jumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sudah mencapai 398 emiten.

Indeks harga saham sebagai cerminan dari pergerakan harga saham,

Indeks harga saham membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Pergerakan nilai indeks tersebut akan menunjukkan perubahan situasi pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan, sedangkan yang lesu ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau juga dikenal dengan Jakarta Composite Index

(JKSE), mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI.

Perkembangan IHSG di Bursa Efek Indonesia untuk periode tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1.

Grafik Perkembangan IHSG

Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI)

Seiring dengan perkembangan dan dinamika pasar, pergerakan IHSG mengalami periode naik dan turun. Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pergerakan IHSG mengalami peningkatan yang cukup drastis dari awal tahun 2006 sampai dengan awal tahun 2008. Namun di pertengahan tahun 2008 terjadi krisis ekonomi global yang berasal dari Amerika Serikat telah meruntuhkan perekonomian benua Eropa dan Asia. Dampak dari krisis finansial global telah mendorong jatuhnya nilai indeks harga saham sebesar 50% dalam kurun waktu yang relatif singkat (satu tahun) IHSG terus mengalami penurunan, dan puncaknya terjadi pada awal bulan Oktober 2008, dimana IHSG terkoreksi sebesar 10,38% hingga menyentuh level 1.451,669. Pada tiga bulan terkhir di tahun 2008 IHSG terus menurun yang diikuti

dengan penurunan nilai kapitalisasi pasar di BEI. Hal tersebut menyebabkan pada akhir tahun 2008, IHSG ditutup pada level 1.340,892 atau turun sebesar 51,17% dari level penutupan di tahun 2007 sebesar 2.745,826. Memasuki tahun 2009 pergerakan IHSG kembali mengalami peningkatan yang drastis, dimana pada bulan Oktober telah mecapai level 2.528,14 sampai pada tahun 2010 pada bulan Desember mencapai level 3703,51 dengan kenaikan 46,13%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya menurunnya harga minyak dunia, menguatnya nilai tukar rupiah, serta sentimen regional. Artinya kondisi perekonomian yang baik merupakan sentimen positif yang akan berdampak pada kenaikan harga di pasar saham dan ini mengindikasikan bahwa pasar saham di Indonesia sangat aktif dan dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi investor dalam negeri maupun investor asing.

Menurut Abdul Hamid (2009) pergerakan harga saham merupakan suatu yang dinamis, perubahanya dipengaruhi banyak faktor internal maupun eksternal. Kemampuan dalam memilih waktu yang tepat, baik dalam membeli maupun menjual saham tentunya sangat berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh. Prinsip dasar dari transaksi perdagangan yang menguntungkan ialah membeli pada harga yang rendah dan menjual pada harga yang tinggi (buy low and sell high) . karena banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, maka tentunya

sulit untuk menilai apakah harga saham saat ini rendah atau tinggi, terutama untuk memprediksi harga pada waktu yang akan datang.

g. Gross Domstict Product (GDP)

Gross Domstict Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB)

merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan PDB ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan atau orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan.

Gambar 4.2. Grafik Gross Domestic Product (GDP)

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Berdasarkan Gambar 4.2. dapat dilihat bahwa PDB terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, walaupun ada penurunan sedikit namun tidak terlalu signifikan. Diketahui bahwa PDB terendah terjadi pada awal bulan pada tahun 2006 pada bulan januari sebesar 442.484,5 Miliyar Rupiah. Sedangakan PDB tertinggi terjadi di akhir tahun 2010

pada bulan september sebesar 593.704,4 Miliyar Rupiah. Artinya perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan seiring dengan peningkatan aktifitas perekonomian. Hal ini karena adanya perbaikan ekonomi dengan dipulihkanya kegiatan dari berbagai sektor-sektor yang didorong peningkatan konsumsi swasta dan pemerintah, karena pertumbuhan ekonomi selama ini banyak ditopang konsumsi masyarakat. Artinya meskipun proses perbaikan ekonomi masih berjalan lambat, karena banyak beberapa faktor yang mempengaruhinya secara fundamental, mulai dari gejolak finansial, sosial dan politik dalam negeri yang menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi cenderung melambat.

h. Inflasi

Secara sederhana inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya di suatu wilayah pada periode tertentu.

Laju inflasi merupakan suatu indikator yang sangat menentukan dalam perekonomian makro suatu negara. Inflasi merupakan suatu masalah bagi ekonomi makro, jika pemerintah tidak segera menangani masalah inflasi akan menyebabkan ketidak stabilan suatu perekonomian yang akhirnya akan memperburuk kinerja perekonomian suatu negara.

Berdasarkan data yang diperoleh, Laju Inflasi untuk periode tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Grafik Laju Inflasi

Sumber : Bank Indonesia (BI)

Melihat pada Gambar 4.3. dapat diketahui bahwa laju inflasi bersifat fluktuatif. Dimana tingkat inflasi yang tertinggi terjadi pada awal tahun 2006 di bulan februari sebesar 17,92 persen. Karena sebelumnya di akhir tahun 2005 inflasi sudah begitu tinggi dan ini berlajut pada awal tahun 2006. Inflasi yang begitu tinggi ini di karenakan gejolak meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM) selama dua kali di tahun 2005. Kemudian inflasi terus dikendalikan melalui otoritas moneter untuk tidak menaikan tingkat suku bunga Bank, karena tekanan terhadap inflasi yang berdampak pada kenaikan suku bunga bank dituding sebagai penyebab kelesuan ekonomi dan melambatnya gerak sektor riil. Pada bulan oktorber 2006 sampai bulan januari 2008

tingkat inflasi menunjukan posisi yang stabil yang berkisar antara 6 sampai 7 persen. Kemudian pada pertengahan tahun 2008 Indonesia terkena dampak dari krisis finansial global yang terjadi di Negara Amerika Serikat, sehingga telah mendorong tingkat inflasi kembali naik pada bulan september 2008 mencapai 12,14 persen. Karena dampaknya tidak terlalu signifikan terhadap Negera Indonesia, dalam waktu singkat (kurang dari satu tahun) tingkat inflasi bisa di kendalikan, hingga tingkat inflasi paling terendah terjadi pada akhir tahun 2009 di bulan november mencapai 2,41 persen. Hal ini benar bahwa tingkat inflasi mengalami fluktuasi karena dampak internal maupun eksternal yang terjadi di Negara Indonesia. Kestabilan inflasi sangat mendukung dalam pembangunan ekonomi dan hal ini sedikit banyak dapat mempengaruhi tingkat investasi pasar modal di dalam negeri.

i. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (KURS)

Nilai tukar Rupiah atau disebut juga kurs Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore,1998:8).

Sumber : Bank Indonesia (BI)

Gambar 4.4. dapat dilihat bahwa nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS (Kurs) dari januari 2006 sampai september 2008 relatif stabil, karena fluktuasi yang terjadi tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Namun pada akhir tahun 2008 di bulan november nilai mata uang Rupiah terdepresiasi oleh dollar AS sebesar 12.151 Rupiah. Hal ini dikarenakan terkena dampak krisis global yang terjadi di Amerika Serikat. Kemudian Rupiah terapresiasi mulai dari pertengahan tahun 2009 sampai di akhir tahun 2010, dimana Rupiah terapresiasi sebesar 8.925 Rupiah di bulan november 2010. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai Rupiah terhadap Dollar AS mengalami penguantan yang signifikan sehingga sedikit banyak dapat mempengaruhi tingkat investai di pasar modal.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Sedangkan suku bunga adalah jumlah bunga yang harus dibayar per unit waktu. Jadi, tingkat suku bunga SBI jumlah bunga yang harus dibayar per unit waktu untuk SBI.

Gambar 4.5. Grafik Tingkat SBI

Sumber : Bank Indonesia (BI)

Berdasarkan Gambar 4.5. diatas dapat dilihat bahwa Tingkat Suku Bunga SBI selama tahun 2006 mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu dari 12,75 persen menjadi 8 persen sampai awal tahun 2008, sedangkan selama pertengahan tahun 2008 kembali terjadi kenaikan yang cukup signifikan yaitu dari 8 persen menjadi 9,25 persen atau kembali lagi seperti pada awal tahun 2007, kemudian selama pertengahan tahun 2009 Suku Bunga SBI dapat dikatakan stabil pada kisaran 6,5 persen sampai pada akhir tahun 2010. Perubahan tingkat suku bunga yang tidak stabil ini, selanjutnya akan

mempengaruhi keinginan investor untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss atau capital gain.

Dokumen terkait