• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A.Pasar Modal

E. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) 1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar Rupiah atau disebut juga kurs Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore,1998:8).

penentuan nilai tukar atau kurs mata uang merupakan hal yang penting bagi pelaku bursa valas, karena kurs valas sangat mempengaruhi jumlah biaya yang harus dikeluarkan serta besarnya manfaat (keuntungan) yang akan diperoleh dalam berbagai transaksi.

Menurut Fabozzi dan Franco (1996:724) “an exchange rate is defined as the amount of one currency that can be exchange per unit of

another currency, or the price of one currency in items of another

currency”.

“the nominal exchange rate is the relative price of the currency of two countries. sedangkan the real exchange rate is the relative price of the

good of two countries”(Mankiw, 2003:127).

Sedangkan menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakannilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam

mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).

Lain halnya dengan Agus (2001:467) yang mengemukakan bahwa nilai tukar (Exchange rate) menunjukan banyaknya unit mata uang yang dapat dibeli atau di tukar dengan satu satuan mata uang lain.

Nopirin (1996:163) menjelaskan dalam pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut, yang sering disebut kurs (Exchange rate). Lebih lanjut Nopirin menjelaskan bahwa dalam kurs mata uang, ada beberapa perbedaan tingkat kurs yang timbul, yaitu :

a. Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh para pedagang valuta asing / Bank. kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedangang valuta asing atau Bank membeli valuta asing, dan kurs jual apabila mereka menjual. selisih antara kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para pedagang.

b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu pembayaran kurs TT (telegraphic transfer) lebih tinggi dari pada kurs MT (mail transfer) sebab perintah atau order pembayaran dengan

menggunakan telegram bagi Bank merupakan penyerahan valuta asing denga segera atau lebih cepat dibandingkan dengan penyerahan melalui surta.

c. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran. Sering terjadi bahwa penerimaan hak pembayaran yang berasal dari bank asing yang sudah terkenal (bonafide) kursnya lebih tinggi dari pada yang belum terkenal.

Maurice (2001:31) mengemukakan dua jenis kurs pada umumnya, yaitu ada kurs uang kertas (bank note), yaitu misalnya, uang kertas yang diterbitkan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) dan uang kertas yang diterbitkan oleh Bank Sentral Inggris (Bank Of England). Adapula kurs untuk cek yang menunjukan sejumlah nilai uang dalam dollar, poundsterling atau dalam satuan mata uang yang lain. Selain itu kurs atau cek tergantung pada apakah ia dikeluarkan oleh bank (wesel bank atau bank draft) atau oleh perusahaan, pada nilai cek dan pada tanggal jatuh tempo cek.

2. Sistem Kurs Valas

Menurut Kuncoro (2001:26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:

a. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :

1) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.

2) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.

b. Sistem kurs tertambat (pegged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke

suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.

c. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu

pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.

d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang

dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya

dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.

e. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

3. Penentuan Kurs Mata Uang

Kurs mata uang berfluktuasi setiap saat. Dalam sistem mata uang mengambang bebas (free float), apabila harga suatu mata uang menjadi semakin mahal terhadap mata uang lain, maka mata uang itu dikatakan berapresiasi. Sebaliknya, jika harga suatu mata uang turun terhadap mata uang yang lain, maka mata uang itu disebut terdepresiasi. Dalam sistem mata uang tertambat (pegged). Kenaikan ini suatu mata uang terhadap mata uang lain disebut revaluasi, sedangkan penurunan nilai suatu mata uang disebut devaluasi.

Mankiw (1999:192) mengemukakan kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai contoh, jika kurs dollar AS dan Yen jepang adalah 120 yen per dollar, maka anda bisa menukar 1 dollar untuk 120 Yen di pasar dunia untuk mata uang asing. Orang jepang yang ingin mendapatkan dollar akan membayar 120 Yen untuk setiap dollar yang dibelinya kurs Rill (rill exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang dari kedua negara. Yaitu kurs rill menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Kurs rill kadang-kadang disebut term of trade.

Kusuma (2001) mengemukakan bahwa fluktuasi nilai tukar valuta asing merupakan besarnya pengaruh perubahan kurs Dollar Amerika selama satu tahun terhadap harga saham selama satu tahun dengan memperhitungkan indeks kurs Dollar Amerika.

Sri dan Handoyo (2002:69) mengemukakakn bahwa secara teoritis, dalam kondisi tanpa intervensi pemerintah, harga suatu mata uang ditentukan oleh permintaan dan penawaran terhadap mata uang itu. Apabila permintaan terhadap suatu mata uang lebih tinggi dari penawaran mata uang itu, maka harga mata uang tersebut akan naik, dan begitu pula sebaliknya. Kurs terbentuk pada saat jumlah dan harga mata uang yang diminta sama dengan jumlah dan harga mata uang yang ditawarkan. Kondisi ini disebut sebagai kondisi keseimbangan atau ekuilibrium.

Sri dan Handoyo (2002:71) juga menambahkan bahwa selain tingkat permintaan dan penawaran, faktor yang mempengaruhi penentuan kurs mata uang adalah laju inflasi relatif, tingkat suku bunga relatif, tingkat pendapatan relatif, kontrol pemerintah serta pengharapan pasar.

Hal ini senada dengan yang dikemukakan Tajul yang mengemukakan tujuh faktor yang mempengaruhi kurs valas. Di antaranya adalah permintaan dan penawaran Foreing Currency. Neraca pembayaran intenasional (Balance of Payment), inflasi, Suku Bunga, Pendapatan, Pengawasan Otoriter Moneter serta Ekspektasi dan Spekulasi.

Lain halnya dengan Faisal (2001:31) yang dalam teori nya ada tiga implikasi penting bagi kurs valas sebagai berikut :

a. Perubahan-perubahan pada harga-harga relatif tidak disebabkan oleh kurs valas, melainkan oleh perubahan-perubahan harga relatif dan perubahan-perubahan kurs valas rill yang terjadi selama bersamaan

dan keduannya di pengaruhi oleh banyak dipengaruhi oleh banyak variabel ekonomi secara fundamental.

b. Pemerintah tidak akan berhasil jika mencoba mempengaruhi kurs valas rill melalui intervensi pasar valas.

c. Tidak ada hubungan sederhana antara perubahan kurs rill dan perubahan dalam tingkat persaingan internasional, tenaga kerja dan neraca perdagangan.

Maka dari itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura, 1993):

a. Faktor Fundamental Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar-negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral. b. Faktor Teknis Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan

permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.

c. Sentimen Pasar Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.

Dokumen terkait