• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

5. Net Interest Margin (NIM)

3.5 Metode Analisis

4.1.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Analisis data panel dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai variabel yang diteliti (Ferdinand, 2006). Dalam deskripsi umum dikemukakan mengenai 9 variabel penelitian. Variabel penelitian adalah profit distribution management, global transparansi ratio, capital adequacy ratio, financing to deposit ratio, non interest margin, non performing financing, loan asset/ total asset, cost to

income, Deposit. Adapun uraian deskriptif umum masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

1. Profit Distribution Management

Profit distribution atau bagi hasil adalah keuntungan atau hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi maupun transaksi jual beli yang diberikan kepada nasabah (Agustianto, 2008). Menurut Bank Indonesia (2010), profit distribution adalah pembagian keuntungan bank syariah kepada nasabah simpanan berdasarkan nisbah yang disepakati setiap bulannya. Bowo (2012) mendefiniskan profit distribution adalah pembagian usaha antara shahibul maal dengan mudharib sesuai dengan nisbah yang disepakati di awal. Menurut Permatasari (2014), profit distribution adalah aktivitas mengelola pendistribusian laba yang dilakukan manajer dalam memenuhi kewajiban bagi hasil pada para nasabahnya.

2. Global Transparancy Ratio.

Global transparency ratio adalah salah satu alat ukur dalam transparansi.

Dalam pengertian umum transparan diartikan mengijinkan ditembusnya sinar dari objeknya dapat dilihat dengan jelas, bersifat terbuka sehingga isi dan prosesnya juga jelas terlihat (wijaya, 2009). Dalam pengertian perusahaan, transparansi adalah membuat kepercayaan yang saling menguntungkan antara pemerintah atau pengelola dengan masyarakat atau anggotanya melalui ketersediaan informasi yang mudah

diakses, lengkap dan up to date (wijaya, 2009). Menurut KNKG (2006), transparansi adalah keterbukaan informasi kepada pihak yang berkepentingan dan publik yang menjadi haknya. Menurut Lachrech (2014), Global transparency Ratio adalah hasil penjumlahan dari rasio transparansi umum dan rasio akun investasi tak terikat. Dapat disimpulkan bahwa global transparency ratio adalah keterbukan informasi secara global kepada pihak yang membutuhkan informasi tersebut.

3. Capital Adequacy Ratio

Capital Adequacy Ratio adalah salah satu indikator untuk mengukur capital.

Menurut Lachrech (2014), faktor capital berhubungan dengan kemampuan bank untuk menyediakan modal sesuai dengan kemampuan bank untuk menyediakan modal sesuai dengan kewajiban modal minimum suatu bank. Faktor capital atau permodalan sering disebut juga sebagai solvabilitas (Permatasari, 2014). Analisis solvabilitas dapat digunakan untuk beberapa seperti menyerap kerugian yang tidak dapat dihindarkan, sumber dana untuk membiayai kegiatan usaha hingga batas tertentu (Prasetyo, 2006). Solvabilitas adalah kemampuan bank syariah dalam memenuhi kewajiaban jangka panjang.

4. Financing to Deposit Ratio

Menurut Antoni (2001) Financing Deposit Ratio adalah rasio antara jumlah pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima oleh bank.

Menurut Bank Indonesia, nilai yang baik untuk Financing Deposit Ratio antara

kisaran 85%-100%. Menurut Permatasari (2014), Financing Deposit Ratio yang menunjukkan angka yang rendah maka bank dalam kondisi iddle money atau kelebihan likuiditas yang akan menyebabkan opportunity lost dalam memperoleh laba lebih besar. Maka dapat disimpulkan semakin tinggi Financing Deposit Ratio, semakin baik tingkat kesehatan bank, karena pembiayaan yang disalurkan bank lancar, sehingga pendapatan bank semakin meningkat. Namun, jika FDR (Financing Deposit Ratio) > 100% maka semakin rendah kemampuan likuiditas bank.

5. Non Interest Margin

Menurut Permatasari (2014) Earning merupakan salah satu ukuran kemampuan bank untuk meningkatkan laba serta mengukur efisiensi dan efektivitas manajemen dalam menjalankan usaha. Salah satu indikator dalam mengukur faktor earning adalah non interest margin (NIM). non interest margin diukur dengan menggunakan laba non bunga yang dibagi dengan rata-rata pinjaman. Rasio non interest margin disesuaikan dengan prinsip perbankan Islam, yang diketahui bahwa laba dengan bunga dilarang dalam syariah. Goldberg dan Rai (1996) menggunakan non interest return atau pengembalian tanpa bunga sebagai proksi kasar efisiensi bank. Pendapatan bunga bersih dapat dilihat dari laporan laba rugi, sedangkan rata-rata aktiva produktif dapat dilihat dalam perhitungan kewajiban penyedian modal minimum.

6. Non Performing Fiancing

Non Performing ratio adalah salah satu alat ukur dalam kualitas aset. Menurut Kasmir (2011), kualitas aset adalah penilaian jumlah aset atau aktiva yang dimiliki oleh perusahaan perbankan. Aktiva ini dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan yang sesuai dengan fungsinya (Khasanah, 2010). Salah satu hal yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah Non Performing ratio (NPF) atau sering pula disebut pembiayaan bermasalah (Permatasari, 2014). Nilai Non Performing ratio digunakan karena nilai tersebut menjadi indikator dari penyaluran pembiayaan suatu bank syariah, dimana penyaluran pembiayaan merupakan usaha pokok bank dalam menghasilkan keuntungan (Rodhiyah dan Wibisono.A, 2012). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai atau peningkatan Non Performing ratio maka memberikan dampak buruk bagi operasional dan kinerja keuangan.

7. Loan Asset/Total Asset

Loan asset/ total asset adalah salah satu alat ukur dari asset composition.

Asset Composition dari sebuah bank Islam, khususnya yang eksposur pembiayaan dengan tingkat bunga tetap, dapat mempengaruhi sejauh mana bank mengelola profit distribution kepada deposan (Permatasari, 2014). Haramnya bunga dalam hukum Islam, sehingga bank syariah membatasi jenis instrumen yang dapat mereka gunakan untuk menggerakkan deposito. Menurut Mulyo (2012), Perbankan memiliki insentif untuk mengurangi risiko mereka secara keseluruhan. Dapat disimpulkan bahwa bank

syariah lebih berinvestasi dalam instrumen utang yang berisiko rendah daripada alternatif instrument lain yang bagi hasilnya berisiko tinggi.

8. Cost to Income

Menururt Bank Indonesia (2010) Cost to Income berasal dari beban operasional dibagi pendapatan bunga besih plus fee-based income. Cost to Income Ratio sebagai indikator efisiensi. Cost to Income Ratio (CIR) membandingkan struktur biaya dengan pendapatan suatu bank.

9. Deposit

Menurut KBBI (2010) Deposits merupakan kemampuan bank dalam menghimpun dana masyarakat. Menurut Mulyo (2012) Deposits sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bank, baik itu penghimpunan dalam skala kecil ataupun besar dengan masa pengedepankan yang memadai. Dana deposan merupakan dana yang dipercayakan masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana (Rinaldy, 2008).

Dokumen terkait