Item19 254 3.84 Tinggi
Item20 254 3.79 Tinggi
Valid N
(listwise) 254
Sumber: Data Primer yang diolah, 2022
Berdasarkan hasil olah data deskriptif statistic big data analytics maka dapat diketahui bahwa nilai rata-rata untuk setiap item pernyataan pada variabel big data analytics berada pada interval 3,61 – 4,8. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa item pernyataan untuk variabel big data analytics termasuk pada kriteria tinggi. Nilai rata-rata tertinggi terjadi pada item pernyataan dengan kode Item1 “Big data dapat meningkatkan relevansi, kredibilitas, dan relevansi bukti audit” yaitu sebesar 4,74. Sementara nilai rata-rata terendah terjadi pada item pernyataan dengan kode Item3 “Saat ini dan ke depan, data memainkan peran yang semakin signifikan bahkan menjadi critical resource bagi masyarakat modern” yaitu sebesar 3,71.
Aspek pemanfaatan Big data dalam meningkatkan relevansi, kredibilitas, dan relevansi bukti audit merupakan indikator kunci. Penggunaan big data analytics pada aktivitas yang dilakukan Pemerintah Daerah di Indonesia dapat digunakan dalam mendapatkan gambaran petunjuk dasar atau symptom berkaitan dengan kejadian yang outlier atau irregular dalam memberikan visualisasi pola data yang berkaitan dengan prediksi suatu nilai atau gambaran secara keseluruhan dari collecting data yang dihasilkan. Kebermanfaatan yang diperoleh dengan pemanfaatan big data analytics terutama pada Instansi Pemerintah Daerah di Indonesia memungkinkan memudahkan pekerjaan dalam menelusuri potensi terjadinya kecurangan.
a. Penetapan kebijakan anti-fraud, dimana indikator yang dilihat antara lain:
1) Kebijakan organisasi memuat standar etika yang tinggi untuk mencegah terjadinya kecurangan;
2) Kebijakan organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk mencegah kecurangan;
3) Seluruh jajaran manajemen dan pegawai mempunyai komitmen yang sama atas penerapan kebijakan anti-fraud.
b. Pencegahan asset melalui prosedur pencegahan baku, dimana indikator yang dilihat antara lain:
1) Prosedur pencegahan dan penanganan kecurangan ditetapkan secara baku dan tertulis;
2) Prosedur yang jelas dan memadai untuk melaporkan keuangan yang ditemukan.
c. Buadaya Jujur dan Etika yang tinggi dalam berorganisasi, dimana indikator yang digunakan adalah struktur organisasi yang memadai dan mampu menyediakan arus informasi dalam mencegah terjadinya kecurangan.
d. Pengawasan Oleh Komite Audit, dimana indikator yang dilihat antara lain:
1) Pembagian tugas dan fungsi yang jelas, sehingga tidak ada satu orang pun yang menguasai seluruh aspek dalam tugas audit;
2) Sistem pengawasan dan pengendalian yang memadai untuk mencegah terjadinya kecurangan.
e. Tanggungjawab manajemen untuk mengevaluasi pencegahan kecurangan, dimana indikator yang dilihat antara lain:
1) Kualifikasi pegawai yang mendapatkan perhatian khusus, seperti berpengalaman serta mempunyai kemampuan berpikir analitis dan logis, cerdas, tanggap, berpikir cepat, dan terperinci, sehingga peka terhadap sinyal-sinyal kecurangan;
2) Membangun whistlebowing system untuk menunjang pengendalian internal dalam mencegah terjadinya kecurangan.
Dari indikator tersebut akan dipaparkan hasil analisis statistik deskriptif untuk variabel pencegahan fraud adalah sebagai berikut:
Tabel 5.5. Deskriptif Statistik Pencegahan Fraud Descriptive Statistics
N Mean
Statistic Statistic Kriteria
Item1 254 3.86 Tinggi
Item2 254 2.53 Cukup
Item3 254 2.50 Cukup
Item4 254 2.64 Cukup
Item5 254 2.69 Cukup
Item6 254 2.71 Cukup
Item7 254 2.93 Cukup
Item8 254 3.38 Cukup
Item9 254 3.49 Cukup
Item10 254 3.56 Cukup
Item11 254 3.08 Cukup
Item12 254 3.55 Cukup
Item13 254 3.58 Cukup
Item14 254 3.69 Tinggi
Item15 254 3.61 Tinggi
Item16 254 3.64 Tinggi
Item17 254 3.65 Tinggi
Item18 254 3.63 Tinggi
Item19 254 3.65 Tinggi
Item20 254 3.66 Tinggi
Item21 254 3.67 Tinggi
Item22 254 3.69 Tinggi
Item23 254 3.68 Tinggi
Item24 254 3.73 Tinggi
Item25 254 3.44 Cukup
Item26 254 3.70 TInggi
Valid N
(listwise) 254
Sumber: Data Primer yang diolah, 2022
Dari hasil olahan data deskriptif statistic pencegahan fraud diketahui bahwa nilai rata-rata untuk setiap item pernyataan pada variabel pencegahan fraud berada pada interval 3,61 – 4,8 dan 2,41-3,6. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa item pernyataan untuk variabel pencegahan fraud termasuk pada kriteria tinggi dan cukup dengan nilai yang bervariatif. Nilai rata-rata tertinggi terjadi pada item pernyataan dengan kode Item1 “Saya dapat memanfaatkan jabatan saya dengan tujuan mendapatkan keuntungan pribadi yang lebih dari organisasi lain diluar pemerintah daerah” yaitu sebesar 3,86. Sementara nilai rata-rata terendah terjadi pada item pernyataan dengan kode Item3 “Saya akan mengambil dan menggunakan uang kas pemerintah daerah yang berasal dari hasil pembayaran atas pembelian produk oleh pelanggan ke pemerintah” yaitu sebesar 2,50.
Tidak memanfaatkan jabatan dengan tujuan mendapatkan keuntungan pribadi yang lebih dari organisasi lain diluar pemerintah daerah merupakan indikator penting dalam mencegah kecurangan. Sebab pencegahan kecurangan merupakan upaya terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab kecurangan. Bentuk tindakan preventif yang integratif berupa tidak menyalahgunakan jabatan dapat membantu menghilangkan serta mengeleminir beberapa hal yang menyebabkan timbulnya tindak kecurangan.
6.Deskriptif Variabel Pencegahan Perilaku Financial Crime
Identifikasi transaksi keuangan mencurigakan adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah setiap Provinsi Sumatera yang ada di Indonesia.Tindakan tersebut diperlukan untuk mendukung upaya pencegahan tindak pidana pencegahan perilaku financial crime yang merujuk pada Financial Action Task Force, dalam konteks Indonesia terdapat pada Undang Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PPTPPU) melalui beberapa ukuran indikator menyikapi permasalahan tersebut yakni melalui:
1) Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi dari kegiatan unit yang bersangkutan;
2) Menggunakan uang tunai dalam jumlah yang relatif besar dan/atau dilakukan secara berulang-ulang di luar kewajaran; atau
3) Aktivitas transaksi di luar kebiasaan dan kewajaran.
4) Bentuk upaya kebijakan transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; atau tidak memiliki tujuan ekonomi yang jelas.
Dari indikator tersebut akan dipaparkan hasil analisis statistik deskriptif untuk variabel pencegahan perilaku financial crime adalah sebagai berikut :
Tabel 5.6. Deskriptif Statistik Pencegahan Perilaku Financial Crime Descriptive Statistics
N Mean
Statistic Statistic Kriteria
Item1 254 3.49 Cukup
Item2 254 2.59 Cukup
Item3 254 2.58 Cukup
Item4 254 2.70 Cukup
Item5 254 2.79 Cukup
Item6 254 2.99 Cukup
Item7 254 3.45 Cukup
Item8 254 3.45 Cukup
Item9 254 3.11 Cukup
Item10 254 2.99 Cukup
Item11 254 3.00 Cukup
Item12 254 3.15 Cukup
Item13 254 3.11 Cukup
Item14 254 3.27 Cukup
Item15 254 3.45 Cukup
Item16 254 3.36 Cukup
Item17 254 3.40 Cukup
Item18 254 3.50 Cukup
Valid N
(listwise) 254
Sumber: Data Primer yang diolah, 2022
Dari hasil olahan data deskriptif statistic pencegahan perilaku financial crime diketahui bahwa nilai rata-rata untuk setiap item pernyataan pada variabel pencegahan perilaku financial crime berada pada interval 2,41-3,6. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa item pernyataan untuk variabel pencegahan perilaku financial crime termasuk pada kriteria cukup. Nilai rata-rata tertinggi terjadi pada item pernyataan dengan kode Item18 “Masyarakat mengetahui undang-undang atau peraturan yang mengatur secara khusus tentang pencegahan perilaku financial crime” yaitu sebesar 3,86. Sementara nilai rata-rata terendah terjadi pada item pernyataan dengan kode Item3 “Ada indikasi perilaku financial crime dilakukan dengan niat untuk menguntungkan diri sendiri ataupun pihak lain” yaitu sebesar 2,50.
Mengetahui undang-undang atau peraturan yang mengatur secara khusus tentang pencegahan perilaku financial crime merupakan indikator penting. Proses menegakkan hukum itu harus dengan strategi, tujuan, alasan dan manfaat luar biasa. Ketika seseorang melakukan kejahatan, selama ini yang ada di benak penegak hukum itu bagaimana timbul efek penjeraan dan pencegahan, sehingga orientasi selalu pada sanksi pidana yang berat. Dari represif ini lahirlah efek cegah, yaitu kepahaman manusia dan ketakutan manusia bahwa kalau perbuatan pidana dilakukan ada sanksi yang diperoleh melalui penjelasan undang-undang atau peraturan yang terbit.
5.2. Karakteristik Responden 5.2.1. Penyebaran kuesioner
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai data-data deskriptif yang diperoleh dari responden. Data deskriptif yang menggambarkan keadaan atau kondisi responden sebagai informasi tambahan untuk memahami hasil-hasil penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada responden dan sebagian lainnya dikirim lewat Via Email dan Pesan Singkat Elektronik. Pembagian kuesioner ini dilakukan berdasarkan kesepakatan yang dilakukan antara peneliti dengan pimpinan kantor masing-masing, sehingga tiap-tiap kantor besarnya kuesioner yang dibagikan sama yaitu sebanyak 50 kuesioner untuk tiap-tiap kantor.
Responden dalam penelitian ini adalah 254 auditor dengan Jabatan Fungsional Auditor (JFA) yang bekerja pada BPKP RI Perwakilan Provinsi di
Sumatera dan Inspektorat Daerah. Setiap responden menjawab 30 pernyataan tentang internal audit, 33 pernyataan tentang kompetensi risk management, 30 pernyataan tentang Whistleblowing system, dan 20 pernyataan tentang big data analytics. Sedangkan untuk variabel pencegahan fraud terdiri dari 20 Pernyataan dan 18 pernyataan lainnya terkait pencegahan financial crime.
Selanjutnya data yang telah terkumpul kemudian dikodekan (codding) serta diolah menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui tanggapan responden terhadap setiap variabel yang diteliti, kemudian dilanjutkan dengan analisis Structural Equation Modelling (SEM) menggunakan Partial Least Square (PLS) untuk menganalisis pencegahan fraud sebagai mediasi pengaruh internal audit, risk management, whistleblowing system dan big data analytics terhadap pencegahan perilaku financial crime.
Berikut ringkasan jumlah pengiriman dan pengembalian kuesioner yang menginformasikan tingkat pengembalian (response rate) yakni sebagai berikut:
Tabel 5.7.
Rincian Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah Total
PENGIRIMAN KUESIONER
TAHAP I
-Penyampaian secara Hybrid (G-Form dan Kuesioner) 300
Kuesioner yang dikirim tahap I 140
Kuesioner yang dikirim tahap II 160
TOTAL KUESIONER YANG DIKIRIM 300
PENGEMBALIAN KUESIONER
Kuesioner yang kembali sebelum tanggal cutoff (Tahap I)
-Diambil langsung 158
Total kuesioner yang dikembalikan sebelum tanggal cutoff 218
Kuesioner yang tidak dapat digunakan 26
Kuesioner yang kembali sesudah tanggal cutoff (Tahap II) 82
Kuesioner yang tidak dapat digunakan 20
Total kuesioner yang kembali (218+82) 300
Kuesioner yang tidak dapat digunakan (6+8) 46
Total kuesioner yang digunakan 254
Tingkat pengembalian (response rate) (254/300 x 100%) 84,6%
Tingkat pengembalian yang digunakan (usable response
rate) (133/300 x 100%) 15,3%
Dari data yang tersaji dapat diketahui tingkat pengembalian kuesioner (response rate) untuk auditor JFA sebesar 84,6%, serta tingkat pengembalian kuesioner (usable response rate) sebesar 15,3%. Tingkat pengembalian kuisioner (response rate) sebesar 84,6% dan termasuk kriteria very good (sangat baik), artinya tingkat pengembalian kuisioner (response rate) dapat diterima dan hasil jawaban kuisioner dapat diolah, karena response rate lebih besar dari krieria acceptable (dapat diterima).
5.2.2. Profil Responden
Gambaran umum responden diperoleh dari data bagian informasi demografi yang terdapat pada kuesioner penelitian. Pada bagian informasi demografi terdapat bagian identitas responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia, lama bekerja, jabatan, penghasilan, dan jumlah auditor JFA dalam departemen audit.
Adapun gambaran umum responden, dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut: