• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARIF : destinasi yang memiliki kekuatan daya tarik yang berbasis pada potensi kearifan lokal setempat yang berakar pada masyarakat lokal

RENCANA JANGKA PANJANG 4.1 Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

4. ARIF : destinasi yang memiliki kekuatan daya tarik yang berbasis pada potensi kearifan lokal setempat yang berakar pada masyarakat lokal

Untuk pencapaian visi tersebut dibutuhkan upaya-upaya yang dilakukan dan dijabarkan dalam rumusan misi. Dengan demikian misi pengelolaan TPK Pulau Gili Ketapang di Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur antara lain:

1. Mewujudkan sistem pengelolaan TPK Pulau Gili Ketapang yang berbasis perlindungan ekosistem dan biota laut secara terpadu, adaptif, dan melibatkan masyarakat;

2. Mengintegrasikan upaya konservasi dan pariwisata dalam rangka pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut di TPK Pulau Gili Ketapang secara optimal dan berwawasan lingkungan;

3. Melaksanakan sinergi konservasi TPK Pulau Gili Ketapang dengan praktik-praktik kearifan lokal dalam rangka memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.

4.1.2 Tujuan dan Sasaran Pengelolaan

Mengacu pada rumusan visi misi TPK Puau Gili Ketapang di atas, dapat dirumuskan tujuan dan sasaran pengelolaan. Tujuan pengelolaan TPK Puau Gili Ketapang ini adalah melakukan upaya-upaya pengelolaan dalam rangka mewujudkan TPK Puau Gili Ketapang sebagai destinasi pariwisata yang konservatif, partisipatif, dan arif untuk kesejahteraan masyarakat.

1. Terwujudnya sistem pengelolaan TPK Pulau Gili Ketapang yang berbasis perlindungan ekosistem dan biota laut secara terpadu, adaptif, dan melibatkan masyarakat;

2. Terintegrasinya upaya konservasi dan pariwisata dalam rangka pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut di TPK Pulau Gili Ketapang secara optimal dan berwawasan lingkungan; dan

3. Terlaksananya sinergi konservasi TPK Pulau Gili Ketapang dengan praktik-praktik kearifan lokal dalam rangka memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.

4.2 Strategi Pengelolaan

Berdasarkan visi, misi, tujuan, dan sasaran pengelolaan, serta isu/permasalahan di TPK Pulau Gili Ketapang, maka dapat diidentifikasi strategi pengelolaan yang efektif. Strategi dan kebijakan dirumuskan dengan melakukan analisis SWOT. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) merupakan identifikasi berbagai faktor yang ada secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi. Menurut Rangkuti (2004) analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunity) danancaman (threats) dengan faktor internalkekuatan (strength) dan kelemahan (weakness).

Berdasarkan potensi dan permasalahan pada bahasan bab sebelumnya (Bab 2) diidentifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan pengelolaan sebagai berikut:

Tabel 4.2 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Pengelolaan

KEKUATAN (Strength) KELEMAHAN (Weakness)

1. Potensi ekosistem bawah laut yaitu terumbu karang dengan tutupan komunitas mencapai 52,09% dengan keragaman yang cukup tinggi 2. Potensi bentang alam yang potensial wisata

seperti pasir putih, karang, biota laut dan lainnya

3. Ragam atraksi wisata bahari dan budaya potensial menarik wisatawan

4. Memiliki kearifan lokal yang berperan dalam pelestarian lingkungan dan masih terjaga eksistensinya

5. Produksi perikanan tangkap sangat potensial menyumbang 40% dari subsektor perikanan di Kabupaten Probolinggo

6. Aksesibilitas Pulau Gili Ketapang ke pulau-pulau sekitarnya terkategori baik

1. Kerusakan ekosistem utamanya terumbu karang. 2. Masih adanya sebagian aktivitas penangkapan secara ilegal seperti penggunaan jaring ‘klotok’ (mini trawl) dan cantrang.

3. Masih lemahnya pemahaman tentang hukum lingkungan baik di tingkat masyarakat maupun aparat.

4. Rendahnya kepedulian masyarakat pesisir terhadap pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan pantai sehingga terkesan ‘kumuh’. 5. Rendahnya kemampuan pengelolaan ekonomi

rumah tangga nelayan

6. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan

PELUANG (Opportunity) ANCAMAN (Threat)

1. Kebijakan pemerintah provinsi terkait penetapan Gili Ketapang sebagai KKP3K 2. Dukungan pemerintah Kabupaten dalam

pengembangan pariwisata dan konservasi pulau Gili Ketapang dan sekitarnya

3. Minat investasi jasa wisata yang cukup tinggi 4. Perkembangan teknologi informasi dalam

menunjang aksesibilitas dan promosi kawasan 5. Potensi dan minat wisata tinggi dalam wisata

bahari (snorkeling)

1. Ancaman abrasi karena angin dan gelombang laut mengancam garis pantai dan eksistensi pasir putih

2. Buangan minyak kotor ke laut dari kapal ikan nelayan maupun kapal pengangkut penumpang. 3. Isu perubahan iklim dan pemanasan global 4. Gejala tergradasinya kearifan lokal

5. Pelaku usaha pariwisata masih didominasi oleh pelaku dari luar pulau

6. Rendahnya kegiatan pembinaan dan sarana pengawasan kebersihan sanitasi

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Faktor-faktor kekuatan dan kelemahan merupakan faktor internal dan faktor-faktor peluang dan ancaman merupakan faktor eksternal. Faktor-faktor kekuatan dan peluang memberikan dampak positif, sedangkan faktor-faktor kelemahan dan ancaman memberikan dampak negatif dalam pengelolaan kawasan. Penyusunan strategi pengelolaan kawasan TPK Pulau Gili Ketapang didasarkan atas kondisi faktual di lapangan. Komponen SWOT yang disajikan pada Tabel di atas, maka teknik yang digunakan adalah strategi silang dari faktor SWOT, yaitu:

 Strategi S-O, yaitu strategi yang disusun untuk memanfaatkan seluruh kekuatan dan mengoptimalkan peluang yang ada.

 Strategi S-T, yaitu strategi yang disusun untuk memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dalam menanggulangi ancaman yang ada.

 Strategi W-O, yaitu strategi memanfaatkan peluang secara oiptimal untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki.

 Strategi W-T, yaitu strategi yang disusun untuk mengatasi kelemahan dan mengeliminasi ancaman yang mungkin terjadi.

Sebagai identifikasi lanjutan terhadap formulasi strategi yang dilakukan dapat dilihat pada diagram matriks SWOT di bawah ini.

Tabel 4.3 Matriks Strategi Pengelolaan TPK Pulau Gili Ketapang di Kabupaten Probolinggo

Sumber: Hasil Analisis (2017)

Berdasarkan matriks strategi SWOT di atas, didapatkan strategi pengelolaan prioritas jangka panjang yang cenderung pada penguatan kelembagaan, penguatan sumberdaya kawasan, serta penguatan sosial, ekonomi dan budaya. Kebijakan untuk mewujudkan masing-masing strategi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

LINGKUNGAN INTERNAL LINGKUNGAN EKSTERNAL KEKUATAN (STREGHTHS=S)

1. Potensi ekosistem bawah laut yaitu terumbu karang dengan tutupan komunitas mencapai 52,09% dengan keragaman yang cukup tinggi 2. Potensi bentang alam yang potensial

wisata seperti pasir putih, karang, biota laut dan lainnya

3. Ragam atraksi wisata bahari dan budaya potensial menarik wisatawan 4. Memiliki kearifan lokal yang berperan dalam pelestarian lingkungan dan masih terjaga eksistensinya 5. Produksi perikanan tangkap sangat

potensial menyumbang 40% dari subsektor perikanan di Kabupaten Probolinggo

6. Aksesibilitas Pulau Gili Ketapang ke pulau-pulau sekitarnya terkategori baik

KELEMAHAN (WEAKNESSES=W)

1. Kerusakan ekosistem utamanya terumbu karang.

2. Masih adanya sebagian aktivitas penangkapan secara ilegal seperti penggunaan jaring ‘klotok’ (mini trawl) dan cantrang.

3. Masih lemahnya pemahaman tentang hukum lingkungan baik di tingkat masyarakat maupun aparat.

4. Rendahnya kepedulian masyarakat pesisir terhadap pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan pantai sehingga terkesan ‘kumuh’.

5. Rendahnya kemampuan pengelolaan ekonomi rumah tangga nelayan 6. Kurangnya partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan lingkungan PELUANG

(OPPORTUNITIES=O)

1. Kebijakan pemerintah provinsi terkait penetapan Gili Ketapang sebagai KKP3K 2. Dukungan pemerintah Kabupaten dalam

pengembangan pariwisata dan

konservasi pulau Gili Ketapang dan sekitarnya

3. Minat investasi jasa wisata yang cukup tinggi

4. Perkembangan teknologi informasi dalam menunjang aksesibilitas dan promosi kawasan

5. Potensi dan minat wisata tinggi dalam wisata bahari (snorkeling)

STRATEGI S-O

1. Penata kelolaan kawasanTPK Pulau Gili Ketapang (S1, S2, S3, S4, S6, O1, O2)

2. Pengembangan sistem pendanaan berkelanjutan untuk menunjang operasional TPK Pulau Gili Ketapang (S1, S2, S3, S4, S5, O3, O5) 3. Penelitian dan pengembangan pendidikan (S1, S2, S3, S4, O4) STRATEGI W-O 1. Peningkatan kapasitas

sumberdaya manusia melalui pembinaan, sosialisasi dan pengawasan standardisasi (W1, W2, W3, W4, W6, O1, O2)

2. Pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal (W5, O1, O2, O4, O5)

3. Penyusunan peraturan desa tentang regulasi lingkungan (W1, W2, W3, W4, W6, O3, O5)

ANCAMAN (THREATS=T)

1. Ancaman abrasi karena angin dan gelombang laut mengancam garis pantai dan eksistensi pasir putih

2. Buangan minyak kotor ke laut dari kapal ikan nelayan maupun kapal pengangkut penumpang.

3. Isu perubahan iklim dan pemanasan global

4. Gejala tergradasinya kearifan lokal

5. Pelaku usaha pariwisata masih

didominasi oleh pelaku dari luar pulau 6. Rendahnya kegiatan pembinaan dan

sarana pengawasan kebersihan sanitasi

STRATEGI S-T 1. Perlindungan ekosistem

terumbu karang, habitat biota laut dan populasi ikan (S1, S5, T1, T2, T3)

2. Pelestarian adat dan kearifan lokal setempat (S4, T4) 3. Pengembangan kemitraan

atau kolaborasi pengelolaan (S1, S2, S3, T5, T6)

STRATEGI W-T

1. Penata kelolaan kelembagaan berbasis masyarakat lokal (W4, W5, W6, T4, T6) 2. Monitoring dan evaluasi

secara periodik ( W4, W5, W6, T6)

3. Rehabilitasi ekosistem terumbu karang, habitat biota laut dan populasi ikan (W1, W2, W3, T1, T2, T3)

4.2.1 Pengutaan Kelembagaan

Salah satu kunci keberhasilan pengelolaan sebuah kawasan konservasi adalah keberadaan lembaga pengelola yang kuat serta kemampuan dan kapasitas lembaga pengelola tersebut dalam mengelola kawasan. Lembaga pengelola yang handal diharapkan dapat menjadi motor penggerak maupun pelaksana program dan kegiatan dalam pengelolaan kawasan sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran pengelolaan kawasan. Faktor lain dalam menunjang keberhasilan pengelolaan kawasan adalah meningkatnya kemampuan dan kapasitas para pihak terkait pengelolaan kawasan. Adanya persepsi positif terhadap kawasan dan kemampuan yang memadai untuk terlibat dalam pengelolaan akan menjadi modal berharga untuk keberhasilan pengelolaan kawasan.

Sejala dengan penguatan kelembagaan tersebut unit organisasi pengelola dan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek tata kelola penting yang menentukan efektivitas penyelenggaraan pengelolaan KKP3K. Dalam PP 60 Tahun 2007, Pasal 15, menyebutkan kawasan konservasi yang telah ditetapkan dikelola oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya, sedangkan pengelolaannya dilakukan oleh satuan unit organisasi pengelola sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dengan demikian maka unit organisasi pengelola KKP3K merupakan perangkat dari pemerintah atau pemerintah daerah. Secara umum, unit organisasi pengelola diartikan sebagai lembaga yang ditunjuk dan ditetapkan untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan KKP3K. Dalam pelaksanaan tanggung jawab tersebut, unit organisasi pengelola dapat bermitra dengan stakeholders dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan yang efektif. SDM diartikan sebagai potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai mahluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi.

Strategi penguatan kelembagaan kawasan sejalan dengan penjabaran misi pertama yaitu “Mewujudkan sistem pengelolaan TPK Pulau Gili Ketapang yang berbasis perlindungan ekosistem dan biota laut secara terpadu, adaptif, dan melibatkan masyarakat”. Strategi ini akan dilakukan melalui beberapa program jangka panjang antara lain:

1. Penata kelolaan kelembagaan berbasis masyarakat lokal; 2. Penata kelolaan kawasanTPK Pulau Gili Ketapang; 3. Pengembangan kemitraan atau kolaborasi pengelolaan;

4.

Pengembangan sistem pendanaan berkelanjutan untuk menunjang operasional TPK Pulau Gili Ketapang;

5. Penyusunan peraturan desa tentang regulasi lingkungan; dan Monitoring dan evaluasi secara periodik.

4.2.2 Pengeuatan Pengelolaan Sumbedaya Kawasan

Pengertian konservasi, khususnya konservasi sumberdaya ikan telah dipahami sebagai upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan (PP No. 60 Tahun 2007). Nyata bahwa konservasi bukan hanya upaya perlindungan semata, namun juga secara seimbang melestarikan dan memanfaatkan berkelanjutan sumberdaya ikan yang pada akhirnya tentu saja untuk kesejahteraan masyarakat.

Pengaturan sistem zonasi dalam pengelolaan kawasan konservasi serta perkembangan desentralisasi dalam pengelolaan kawasan konservasi, merupakan pemenuhan hak-hak bagi masyarakat lokal, khususnya nelayan. Kekhawatiran akan mengurangi akses nelayan yang disinyalir banyak pihak dirasakan sangat tidak mungkin. Justru hak-hak tradisional masyarakat sangat diakui dalam pengelolaan kawasan konservasi. Masyarakat diberikan ruang pemanfaatan di dalam kawasan konservasi pesisir dan pulau pulau kecil (zona pemanfaatan, maupun zona lainnya), misalnya untuk penangkapan ikan maupun pariwisata bahari dan lain sebagainya.

Pengelolaan sumberdaya alam penting dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan status dan fungsinya. Kelestarian sumberdaya alam serta terpeliharanya kondisi sosial, budaya dan ekonomi masyarakat disekitarnya merupakan tolak ukur keberhasilan pengelolaannya. Pengelolaan sumber daya seperti ikan penting selain untuk menjamin kelestariannya, juga menjamin sumber protein dan sumber pendapatan bagi masyarakat sekitarnya. Pengelolaan terumbu karang penting untuk tetap mempertahankan Taman Pulau Kecil Pulau Gili Ketapang sebagai daya tarik wisata.

Strategi pengelolaan sumberdaya kawasan sejalan dengan penjabaran misi kedua yaitu “Mengintegrasikan upaya konservasi dan pariwisata dalam rangka pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut di TPK Pulau Gili Ketapang secara optimal dan berwawasan lingkungan”. Strategi ini akan dilakukan melalui beberapa program jangka panjang antara lain:

1. Perlindungan ekosistem terumbu karang, habitat biota laut dan populasi ikan;

2. Rehabilitasi ekosistem terumbu karang, habitat biota laut dan populasi ikan; dan Penelitian dan pengembangan pendidikan.

4.2.3 Penguatan Sosial, Ekonomi dan Budaya

Dalam suatu pengelolaan pembangunan, modal sosial (social capital) adalah salah satu faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Peranan modal sosial, tidak kalah pentingnya dengan infrastruktur ekonomi lainnya, sehingga upaya untuk membangun modal sosial perlu diprioritaskan demi kesuksesan pembangunan ekonomi. Pembentukan modal sosial dapat menyumbang pada pembangunan ekonomi karena adanya jaringan (networks), norma (norms), dan kepercayaan (trust) di dalamnya yang menjadi kolaborasi (koordinasi dan kooperasi) sosial untuk kepentingan bersama. Ada banyak adat yang masih terpelihara erat dalam lingkungan masyarakat. Dalam perjalanan sejarah masyarakat, banyak sekali nilai dan budaya lokal yang bisa dijunjung tinggi sebagai suatu modal yang menjunjung tinggi kebersamaan, kerjasama dan hubungan sosial dalam masyarakat.

Strategi mengenai penguatan sosial, ekonomi dan budaya berkaitan dengan pengembangan komunitas di sekitar kawasan, agar dapat hidup berdampingan dengan alam pada kawasan yang menjadi kawasan konservasi.Kunci dari strategi pengembangan sosial, ekonomi dan budaya di sekitar kawasan adalah peningkatan kesejehteraan sosial ekonomi, penghormatan terhadap hak tradisional dan adat-budaya masyarakat serta pemberdayaan masyarakat.

Strategi penguatan sosial, ekonomi dan budaya kawasan sejalan dengan penjabaran misi ketiga yaitu “Melaksanakan sinergi konservasi TPK Pulau Gili Ketapang dengan praktik-praktik kearifan lokal dalam rangka memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat”. Strategi ini akan dilakukan melalui beberapa program jangka panjang antara lain:

1. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia melalui pembinaan, sosialisasi dan pengawasan standardisasi;

2. Pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal; dan Pelestarian adat dan kearifan lokal setempat .

5 BAB V

RENCANA JANGKA MENENGAH

Dokumen terkait