• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANNISA HAKIM

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

KARAKTERISTIK LINGKUNGAN RUMAH DAN PRODUKSI

SARANG BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga)

DI KECAMATAN HAURGEULIS, KABUPATEN

INDRAMAYU, JAWA BARAT

SKRIPSI ANNISA HAKIM

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

RINGKASAN

ANNISA HAKIM. D14070284. 2011. Karakteristik Lingkungan Rumah dan Produksi Sarang Burung Walet (Collocalia fuciphaga) di Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Maria Ulfah, S.Pt, M.Sc.Agr.

Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS.

Collocalia fuciphaga adalah spesies burung walet yang menghasilkan sarang dengan nilai ekonomi yang sangat tinggi. Sarang yang dihasilkan C. fuciphaga merupakan sarang putih yang sebagian besar terbentuk dari air liur burung tersebut. Budidaya burung ini di Indonesia dilakukan sejak abad ke-18 dan banyak dikembangkan di luar habitat aslinya, yaitu pada rumah burung walet. Salah satu daerah penghasil sarang burung walet terbanyak di Indonesia adalah Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik bangunan rumah burung walet, kondisi lingkungan dalam dan luar rumah burung walet, serta faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sarang burung walet di Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2011 pada empat rumah burung walet yang berlokasi di Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi lapang, wawancara dan recall method. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah tata letak, desain dan karakteristik fisik rumah burung walet, kondisi lingkungan makro dan mikro rumah burung walet, populasi burung walet dan jumlah sarangnya, serta pengelolaan rumah burung walet dan kendalanya. Pengkajian data yang diperoleh dilakukan dengan analisis deskriptif.

Hasil pengamatan terhadap karakteristik fisik rumah burung walet menunjukkan bahwa keempat rumah burung walet yang diamati memiliki tata ruang yang berbeda. Rumah burung walet A, B dan C menggunakan sistem persiripan di seluruh ruangan, sedangkan pada rumah burung walet D memiliki pembagian ruang, seperti roving room dan nesting room. Rumah burung walet A dan B terdiri dari dua lantai, sedangkan rumah burung walet C dan D terdiri dari tiga lantai dengan ukuran 15x5x5,6 m (rumah burung walet A), 27x19,28x8 m (rumah burung walet B), 12,7x7x8,55 m (rumah burung walet C) dan 12,45x8,45x9,9 m (rumah burung walet D). Empat rumah burung walet tersebut dilengkapi dengan kolam air, tempayan (rumah burung walet A dan C) dan pipa sprayer (rumah burung walet A, B dan D) sebagai upaya dalam penstabilan suhu dan kelembaban di dalamnya. Papan sirip yang digunakan terbuat dari kayu jati dengan posisi tegak lurus (rumah burung walet A, B dan C) dan sejajar (rumah burung walet D) terhadap lubang masuk burung walet. Lubang masuk burung walet pada masing-masing rumah berjumlah dua, kecuali pada rumah burung walet B yang hanya terdapat satu lubang yang dihalangi tembok.

Suhu harian di keempat rumah burung walet adalah 26,10-29,73oC (rumah burung walet A), 30,03-31,98oC (rumah burung walet B), 25,35-27,5oC (rumah burung walet C) dan 27,7-29,25oC (rumah burung walet D). Kelembaban harian di rumah burung walet A, B, C, dan D secara berurutan adalah 69,5-85,5%, 59-65%,

77,75-92% dan 83,25-93,25%. Intensitas cahaya pada keempat rumah burung walet adalah 0 lux (gelap total), kecuali pada lantai dua rumah burung walet A yang mencapai 7 lux. Jumlah sarang dan populasi burung walet pada rumah burung walet A, B, C dan D secara berurutan adalah 76 sarang (190 ekor), 136 sarang (340 ekor), 10 sarang (25 ekor) dan 81 sarang (203 ekor).

Kecamatan Haurgeulis memiliki kawasan persawahan seluas 3.997 ha dan kebun seluas 204 ha (65,71% dan 3,35% dari total luasan lahan Kecamatan Haurgeulis), dilalui sungai Cipunagara dan dekat dengan pantai utara. Kecamatan Haurgeulis juga dikelilingi hutan jati (Tectona grandis) seluas 4.753,55 ha yang terletak di Kecamatan Gantar, Cikandung, dan Tamansari (BKPH Haurgeulis, 2011). Pengelolaan yang dilakukan di dalam rumah burung walet adalah pemikatan burung walet, penyediaan serangga tambahan, pengecekan volume air dan pemberantasan binatang pengganggu. Kendala yang dihadapi oleh pemilik rumah burung walet di Haurgeulis dalam pengelolaannya adalah penurunan produksi sarang burung walet, adanya binatang pengganggu, pencurian sarang dan pungutan liar yang harus dibayarkan setiap panennya.

Karakteristik bangunan rumah burung walet yang baik terdapat pada rumah burung walet D. Hal ini dikarenakan di dalamnya terdapat roving room, jumlah dan penempatan kolam air yang merata di setiap lantai dan dilakukan pengelolaan yang baik (penggunan tweeter, penyediaan serangga pakan tambahan dan pemberantasan binatang pengganggu) sehingga memiliki kondisi iklim mikro yang cukup stabil (suhu 28,60±0,61 oC, kelembaban 85,61±3,47% dan intensitas cahaya 0 lux) dengan produksi sarang burung walet yang cukup tinggi (81 keping) (efisien terhadap volume rumah burung walet). Tipe habitat untuk burung walet mencari pakan adalah area bervegetasi (sawah, kebun dan hutan) dan berair (sawah dan pantai). Namun, kondisi area persawahan di Kecamatan Haurgeulis sedang mengalami kekeringan dan hutan Jati sedang dalam tahap peremajaan.

Kata-kata kunci : Collocalia fuciphaga, rumah burung walet, karakteristik lingkungan, produksi sarang.

ABSTRACT

Swiftlet’s House Environment Characteristics and The Production of Edible-Swiftlet Nest of Collocalia fuciphaga in Haurgeulis,

Indramayu District, West Java

Hakim, A., M. Ulfah and P. H. Siagian

Swiftlets farmings have various problems such as the reduction in population and swiftlets’s nest production due to the variabilities of environment characterictics around the swiftlets’s house. The purposes of this research were to detect the factors that influence swiftlets’s nest production, characteristics of the swiftlets’s houses, and also location and condition of the swiftlets’s nest production in Haurgeulis, Indramayu District, West Java. The general characteristics of swiftlets houses and their surrounding, microclimate inside the swiftlet’s houses (temperature, relative humidity, light intensity and their edible-swiftlet nest production) were observed in this study. There were four swiftlet’s houses (A, B, C and D) observed in this study. The design and construction of those houses affected the microclimate inside the houses, thus affected the population and production of edible-swiftlet nest of Collocalia fuciphaga. The daily temperature inside the swiftlet’s house of A, B, C and D were 26.10-29.73°C, 30.03-31.98oC, 25.35-27.5oC and 27.7-29.25oC, respectively. The daily humidity inside the swiftlet’s house of A, B, C and D were 69.5-85.5%, 59-65%, 77.75-92% and 83.25-93.25%, respectively. The light intensity of all houses was 0 lux. The production of nest and swiftlets population inside the swiftlet’s house of A, B, C and D were 76 nests (190 heads), 136 nests (340 heads), 10 nests (25 heads) and 81 nests (203 heads), respectively. Haurgeulis had 3997 ha of paddy field and 204 ha of garden area (65.71% and 3.35% of total area in Haurgeulis). Haurgeulis is also surrounded by 4.753,55 ha teak plantation (Tectona grandis), located in Gantar, Cikandung, and Tamansari (BKPH Haurgeulis, 2011). The reduction in swiftlet population and swiftlet’s nest production, the presence of nuisance animals in the swiftlet’s house, thieve of the nest, and illegal payments were identified as farmer’s problem in increasing edible-swiftlet nest production.

Keywords: swiftlets houses, microclimate, location, population and edible-swiftlet nest production

KARAKTERISTIK LINGKUNGAN RUMAH DAN PRODUKSI

Dokumen terkait