• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Diabetes Mellitus

1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price, 2006). Diabetes mellitus atau penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah diatas kisaran nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006).

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi diabetes mellitus telah disahkan oleh world health organization (WHO) dan telah dipakai oleh seluruh dunia. Empat klasifikasi gangguan toleransi glukosa

a. Diabates mellitus tipe 1

DM tipe 1 dikenal dengan tipe Juvenileonset dan tipe dependen insulin. Insiden diabetes tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru setiap tahunnya dan dibagi dalam dua subtipe : a) autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta dan b) idiopatik, tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya. Subtipe ini lebih sering timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika dan Asia.

b. Diabetes mellitus tipe 2

DM tipe 2 dikenal sebagai tipe onset maturitas dan tipe nondependen insulin. Insiden diabetes mellitus tipe 2 sebesar 650.000 kasus baru setiap tahunnya. Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini.

c. Diabetes gestasional (GDM)

Diabetes gestasional dikenal pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor risiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Diabetes kehamilan berisiko tinggi mengalami morbiditas dan mortalitas perinatal dan mempunyai frekuensi kematian janin yang lebih tinggi. Kebanyakan perempuan hamil menjalani penapisan untuk diabetes selama usia kehamilan 24 hingga 28 minggu.

d. Tipe tipe lain

DM tipe lain, disebabkan karena kelainan genetik fungsi sel beta, kelainan genetik kerja insulin, karena obat atau zat kimia, infeksi dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM. Beberapa hormon seperti hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon ddan epineprine bersifat antagonis atau melawn kerja insulin. Kelebihan jumlah hormon-hormon tersebut dapat mengakibatkan DM. Terjadi sebanyak 1-2% dari semua DM (Black & Hawks, 2006).

3. Manifestasi Klinis

Menurut Misnadiarly, 2006 gejala dan tanda-tanda dapat digolongkan menjadi gelaja akut dan gejala kronik

a. Gejala akut

Gejala penyakit DM berbeda-beda dan tidaklah selalu sama. Pada perm ulaan gejala meliputi: Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari). Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, maka timbul gejala karena kurangnya insulin. Jadi bukan 3P, melainkan 2P (polidipsia dan poliuria) serta beberapa keluahan lain seperti nafsu makan mulai berkurang, bahkan kadang-kadang timbul rasa mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai: berat badan turun dengan cepat (bisa 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah, bahkan penderita akan jatuh koma sehingga disebut koma diabetik. Koma diabetik adalah koma akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi diatas 600 mg/dl.

b. Gejala kronik

Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa tebas dikulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.

4. Penatalaksanan Diabetes Mellitus

Menurut lanywati, 2011 prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima sesuai dengan Konsensus Pengelolaan DM diIndonesia tahun 2006 adalah untukmeningkatkan kualitas hidup pasien DM. Terapi DM pada prinsipnya bertujuan sebagai berikut:

a. Mengembalikan kadar gula darah sehingga menjadi normal, penderita merasa nyaman dan sehat.

b. Mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi

c. Mendidik penderita dalam hal pengetahuan dan motivasi agar penderita dapat merawat penyakitnya sendiri.

Menurut Sylvia, 2006 penatalaksanaan diet DM adalah sebagai berikut:

1) Diet DM

Diet DM dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari oleh penderita DM , agar gula darah dapat terkontrol dengan pengaturan makanan.jumlah kalori yang disarankan juga bervariasi tergantung pada kebutuhan untuk mempertahankan, menurunkan, atau meningkatkan berat tubuh penderita DM. Sistem makanan penukar dikembangka untuk membantu pasien dalam hal menangani pola dietnya

2) Latihan fisik

Latihan fisik untuk mempermudah transpor glukosa ke dalam sel-sel dan meningkatkan kepekaan terhadap insulin. Dengan

menyesuaikan waktu pasien dalam melakukan aktifitas latihan fisik, pasien mungkin dapat mengontrol kadar gula darah mereka

a) Olahraga

Berikut ini adalah pertimbangan manfaat- risiko olahraga pada lansia

Manfaat pada lansia adalah perbaikan toleransi glukosa, peningkatan kemampuan konsumsi oksigen maksimum, peningkatan kekuatan otot, penurunan tekanan darah, pengurangan lemak tubuh, perbaikan profil lipid. Risiko nya adalah sebagai berikut: hipoglikemia, cedera pada tulng sendi dan kaki. Karena lansia sering kali dijumpai penyakit penyerta osteoartritis, parkinson, gangguan penglihatan, dan gangguan keseimbangan, sehingga olahraga sebaiknya dilakukan yang memang dekat, dan jensi olahraga yang silakukan lebih bersifat isotonik daripada isometrik.

3) Pengobatan DM

Penyakit yang progresif obat-obat oral hipoglikemik juga dianjurkan. Obat-obat yang digunakan adalah persensitif insulin dan sulfonilurea. Dua tipe persensitif yang tersedia adalah metformin dan tiazolidinedion. Metformin diberikan sebagai terapi tunggal dengan dosis 500 hingga 1700mg/ hari. Metformin menurunkan kadar produksi glukosa hepatik, menurunkan absorpsi glukosa pada usus, dan meningkatkan kepekaan insulin, khususnya di hati. Tiazolidinedion meningkatkan kepekaan

insulin perifer dan menurunkan produksi glukosa hepatik. Tiazolidinedian, yaitu rosiglitazon dan dengan dosis 4 hingga 8 mg/hari dan pioglitazon dengan dosis 30 hingga 45 mg/hari dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau dikombinasikan dengan metformin, sulfonilurea, atau insulin. Obat-obat ini menyebabkan retensi air sehingga tidak cocok diberikan pada pasien dengan agagal jantung kongestif.

Lispro awitannya segera selama 30-90 menit dan regular (crystalline Zinc) awitannya 30 menit. NPH itu keruh, suspensi insulin seng kristal, 50% jenuh dengan protamin. Ultralente dan Glargine

D. Manajemen Diri pada Diabetes

Dokumen terkait