• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor Personal Dan Dukungan Keluarga Dengan Manjemen Diri Penderita Diabetes Mellitus Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Faktor Personal Dan Dukungan Keluarga Dengan Manjemen Diri Penderita Diabetes Mellitus Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

DIABETES MELLITUS DI POSBINDU WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh : FATIMAH NIM: 1112104000040

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ii Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam (UIN) Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam (UIN) Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2016

(3)

iii

Skripsi dengan judul

HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAJEMEN DIRI PENDERITA DIABETES MELLITUS DI

POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun oleh:

Fatimah NIM: 1112104000040

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS Jamaludin, S.Kp.,M.Kep NIP. 19770401 200912 2 003 NIP. 19680522 200801 1 007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

iv

Skripsi dengan judul

HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAJEMEN DIRI PENDERITA DIABETES MELLITUS DI

POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:

Fatimah NIM: 1112104000040

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS Jamaludin, S.Kp.,M.Kep NIP. 19770401 200912 2 003 NIP. 19680522 200801 1 007

Penguji I Penguji II

Ratna Pelawati, S.Kp.,M.Biomed Yenita Agus, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat.,PhD NIP. 19780215 200901 2 005 NIP. 19720608 200604 2 001

Penguji III Penguji IV

(5)

v

HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAJEMEN DIRI PENDERITA DIABETES MELLITUS DI

POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016

Disusun oleh:

Fatimah NIM: 1112104000040

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Maulina Handayani, S.Kp.,M.Sc NIP. 197902102005012002

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(6)

vi Nama : Fatimah

Tempat, tgl lahir : Pinrang, 19 September 1994

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Asal : Pinrang, Sulawesi Selatan

Email : Fatimahexacter@ymail.com

Riwayat Pendidikan:

1. TK Al-Ikhlas Paladang (1998-2000)

2. MIN Lerang (2000-2006)

3. MTs PP. DDI Lil-Banat Parepare (2006-2009) 4. MA PP. DDI Lil-Banat Parepare (2009-2012) 5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2012-sekarang) Pengalaman Organisasi:

1. Pengurus OSIS koordiantor bidang kebersihan tahun

2. Pengurus PMII Komfakkes anggota bidang kesenian dan olahraga tahun 2013-2014

(7)

vii Thesis, Mei 2016

Fatimah, NIM: 1112104000040

The Relationship Between Personal Factor and Family Support With Self-Management of Diabetes Mellitus in Posbindu Working Area Puskesmas Pisangan South Tangerang 2016

xx + 79 pages + 15 tables + 2 chart + 7 Appendix Figure

ABSTRACT

Based on data from the International Diabetes Federation in 2014 found that people with type 2 diabetes is increasing every year in every state and in 2035 is estimated diabetics increased to 592 million people, and Indonesia was ranked 7th. Diabetes is a degenerative disease that occurs lifetime. People with diabetes will experience difficult times due to a change in him, so it needs the support of people around, especially family support to help him in mengontol lifestyle of self-management and care of families with diabetes. Diabetes is a chronic disease that requires self-management of diabetes to prevent serious complications. This study aims to identify the relationship between family support with self-management diabetes mellitus in Posbindu Puskesmas Pisangan South Tangerang City. The study designs was a quantitative approach cross sectional design with a sample of 35 respondents. Data analysis using Chi Square test. Results showed that there was no relationship between family support with self-management of

diabetes with significant (p value) = 0.274 at α = 0.05). Researchers suggest the need for the dissemination of information related to self-management through counseling and home visits are also necessary for those who could not attend due to Posbindu physical condition does not allow, while motivating families to help diabetics in controlling the self-management to prevent and avoid complications sustainable.

Key Words: Family Support; Self-management

(8)

viii

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juni 2016

Fatimah, NIM: 1112104000040

Hubungan Faktor Personal Dan Dukungan Keluarga Dengan Manjemen Diri Penderita Diabetes Mellitus Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

xx + 79 Halaman + 15 Tabel + 2 Bagan + 7 Lampiran

ABSTRAK

Berdasarkan dataInternational Diabetes Federationtahun 2014 ditemukan bahwa penderita diabetes tipe 2 meningkat setiap tahunnya disetiap negara dan pada tahun 2035 diperkirakan penderita diabetes meningkat menjadi 592 juta orang, dan indonesia berada pada urutan ke-7. Diabetes merupakan penyakit degeneratif yang terjadi seumur hidup. Penderita diabetes akan mengalami masa-masa sulit akibat perubahan pada dirinya, sehingga membutuhkan dukungan dari orang sekitar terutama dukungan keluarga untuk membantunya dalam mengontol pola hidup dan perawatan manajemen diri keluarga yang mengalami diabetes. Diabetes merupakan penyakit kronis yang membutuhkan manajemen diri diabetes untuk mencegah komplikasi yang serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita diabetes mellitus di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan. Desain dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif design cross sectional dengan sampel sebanyak 35 responden. Analisis data menggunakan uji

Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri diabetes dengan signifikansi (p value = 0,274 pada α= 0,05). Peneliti menyarankan perlunya penyebaran informasi

terkait manajemen diri melalui penyuluhan dan juga diperlukan kunjungan rumah bagi yang tidak bisa hadir ke posbindu karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan, sekaligus memotivasi keluarga untuk membantu penderita diabetes dalam mengontrol manajemen diri untuk mencegah dan menghindari komplikasi yang berkelanjutan.

Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Manajemen Diri.

(9)

ix

Puji syukur peneliti kepada Allah swt, yang telah melimpahkan beberapa

rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal

ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada bimbingan nabi besar

Muhammad SAW, karena atas limpahan rahmat dan hidayatnya sehingga peneliti

dapat menyelesaikan penyusunan proposal yang berjudul hubungan dukungan

keluarga dengan manajemen diri penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja

Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015.

Dalam penyusunan proposal skripsi ini, tidak sedikit kesulitan, cobaan dan

hambatan yang peneliti temukan. Namun, syukur alhamdulillah berkat rahmat dan

hidayah-nya, kesungguhan, kesabaran dan kerja keras disertai dukungan keluarga

dan bantuan dari berbagai pihak baik berupa moril maupun material, segala

kesulitan yang telah dilalui dan diatasi dengan sebaik-baiknya, sehingga pada

akhirnya penyusunan proposal skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh sebab itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini peneliti

mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulida Handayani, S.Kp., MSc dan ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.

KMB, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan Sekretaris

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(10)

x

M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan ikhlas untuk

meluangkan waktu, tenaga serta fikiran selama membimbing peneliti.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas dan

tulus memberikan ilmu pengetahuaan kepada peneliti selama menjalankan

perkuliahan.

5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas

yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi buku ataupun skripsi

sebagai bahan rujukan skripsi.

6. Bidan Astri dan segenap perawat serta staf yang bertugas di Puskesmas

Pisangan Tangerang Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada

peneliti dan mengarahkan peneliti dalam proses melakukan studi pendahuluan

dalam menyusun skripsi.

7. Segenap guru-guru PP DDI Lil Banat yang telah memberikan semangat dan

dukungan serta do’a dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tua peneliti, sujud hormat atas semua pengorbanan ayah H.

Muslikin S,Pdi dan Ibunda Hj. Hasnawati S,pd yang senantiasa memberikan

dukungan dan kekuatan kepada peneliti baik berupa material maupun doa

yang selalu mereka panjatkan untuk mengiringi setiap langkahku sehingga

(11)

xi

dan do’a kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kak Ria yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta motivasi yang

begitu besar dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kak Marwah Mula, kak Badariah Hamzah, kak Arifin Nur Try Wardana,

yang selalu memberikan perhatian, motivasi serta semangat untuk terus

berjuang, sekaligus tempat berkeluh kesah dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Segenap keluargaku di CSS MoRA UIN Jakarta yang telah memberikan

dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Temanku Astuti Akin, dan Suharni, yang telah membantu peneliti untuk

menjelaskan hal-hal yang kurang saya pahami serta teman yang selalu

memberikan dukungan, motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi

ini.

14. Teman-teman seperjuangan yang selalu bareng mengerjakan skripsi yang

tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang selalu saling mendukung,

memotivasi dan selalu memberikan semangat satu sama lain dalam

menyelesaikan skripsi ini.

15. Teman-teman sepembimbing dan teman-teman yang setiap malam bersama

untuk begadang dalam menyelesaikan skripsi ini.

16. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012

yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan,

semangat, kebersamaan, kenangan, inspirasi yang telah diberikan serta

(12)

xii

sehingga peneliti dapat menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap dapat

bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang

menggunakannya, terutama dalam hal kemajuan pendidikan selanjutnya.

Jakarta, Juni 2016

(13)

xiii

1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan...9

2. Bagi Puskesmas...10

3. Bagi Peneliti...10

4. Bagi Pasien...10

5. Bagi Keluarga...10

F. Ruang Lingkup Penelitian ...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...12

A. Konsep Keluarga ...12

1. Definisi Keluarga...12

(14)

xiv

4. Fungsi Keluarga...16

B. Dukungan Keluarga ...17

1. Definisi Dukungan Keluarga...17

2. Dimensi Keluarga...18

3. Pengukuran Dukungan Keluarga...20

C. Diabetes Mellitus ...21

1. Definisi Diabetes Mellitus...21

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus...21

3. Manifestasi Klinis...23

4. Penatalaksanan Diabetes Mellitus...24

D. Manajemen Diri pada Diabetes ...26

1. Definisi Manajemen Diri...26

2. Manajemen Diri Pada Diabetes...26

4. Pengukuran Manajemen Diri pada Diabetes Mellitus...31

E. Kerangka Teori ...32

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL...33

A. Kerangka Konsep Penelitian... 33

B. Hipotesis ... 34

C. Definisi Operasional ... 35

BAB IV METODE PENELITIAN...37

A. Desain Penilitian... 37

B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian... 37

C. Populasi dan Sampel... 38

D. Instrumen Penelitian ... 39

E. Uji Validitas dan Reliabilitas... 40

F. Pengumpulan Data... 43

G. Pengolahan Data ... 44

H. Etika Penelitian ... 45

(15)

xv

1. Gambaran Umum Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan... 48

B. Analisis Karakteristik Responden Penelitian... 50

C. Analisis Univariat Gambaran Dukungan Keluarga ... 53

D. Analisis Univariat Gambaran Manajemen Diri ... 54

E. Analisis Bivariat ... 54

1. Hubungan Karakteristik Umur Dengan Manajemen Diri Penderita DM... 55

2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Manajemen Diri Responden... 55

3. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Manajemen Diri Responden... 56

4. Hubungan Lama Menderita DM Dengan Manajemen Diri Responden... 57

5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Manjemen Diri Penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan... 58

BAB VI PEMBAHASAN...59

A. Gambaran Karakteristik Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan ... 59

B. Gambaran Dukungan Keluarga di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan... 65

C. Gambaran Manajemen Diri di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan ... 67

D. Hubungan Karakteristik Responden Dengan Manajemen Diri Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan... 69

E. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Manajemen Diri Penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan... 74

F. Keterbatasan penelitian... 76

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN...78

A. Kesimpulan... 78

B. Saran ... 79

(16)

Tabel 3.1 Definisi Operasional...35

Tabel 4.1 Analisis Bivariat...47

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan kota tangerang selatan

(n=35)...50

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...50

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...51

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Keluarga Yang Merawat Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...52

Tabel 5.5 Distribusi Kadar Glukosa Darah Sewaktu Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...52

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...53

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...53

(17)

xvii

Selatan (n=35)...55

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Manajemen Diri Penderita DM Di Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35) ...56

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dan Manajemen Diri Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja

Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...56

Tabel 5.12 Distribusi Nilai Lama Menderita DM Dengan Manajemen Diri Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun (n=35)...57

Tabel 5.13 Distribusi Dukungan Keluarga Dengan Manajemen Diri Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota

(18)

xviii

Bagan 2.1 Kerangka Teori...32

(19)

xix

Lampiran 1 Surat izin uji validitas dan reliabilitas

Lampiran 2 Surat izin penelitian dan pengambilan data

Lampiran 3 Informed consent

Lampiran 4 Kuisioner penelitian

Lampiran 5 Hasil uji validitas dan reliabilitas

(20)

xx

DM : Diabetes Mellitus

POSBINDU : Pos Binaan Terpadu

PUSKESMAS: Pusat Kesehatan Masyarakat

HDFFS :Hensarling Diabetes Family Support Scale

DSMQ :Diabetes Self Management Questionnaire

(21)

1

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan merupakan cita-cita suatu bangsa yang

terlihat dari peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH).

Keberhasilan Pembangunan Nasional memberikan dampak meningkatnya

Umur Harapan Hidup waktu lahir (UHH) yaitu dari 68,6 tahun 2004 menjadi

70,6 pada tahun 2009 (Kemenkes, 2013).

Peningkatan UHH dapat mengakibatkan terjadinya transisi dalam

bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan karena

penyakit degeneratif. Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis

mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit

tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Selain itu masalah degeneratif

menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit

menular. Penyakit menular yang diderita adalah tuberkulosis, diare,

pneumonia dan hepatitis. Sedangkan penyakit tidak menular pada lansia di

antaranya hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik.

Salah satu penyakit yang tidak menular yang sering terjadi adalah diabetes

mellitus (Kemenkes, 2013).

Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan karakterisitk

terjadinya peningkatan kadar glukosa darah, yang terjadi akibat terganggunya

sekresi insulin, aktivitas insulin atau keduanyan (Smeltzer & Bare, 2008).

(22)

efektif menyebabkan kadar glukosa menumpuk di dalam darah atau dikenal

sebagai hiperglikemia, dan kadar glukosa yang tinggi tersebut akan

mempengaruhi terjadinya kerusakan pada tubuh serta kegagalan berbagai

organ dan jaringan (IDF, 2013).Diabetes tipe 2 merupakan jenis yang paling

umum dari diabetes, yang mencapai 90-95% dari seluruh penderita diabetes.

Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) ditemukan

bahwa jumlah penderita diabetes tipe 2 meningkat setiap tahunnya di setiap

negara. Pada tahun 2013, ditemukan sebanyak 382 juta orang menderita

diabetes, diabetes menyebabkan 5,1 juta kematian dan penderita diabetes

meninggal setiap enam detik. Pada tahun 2035 penderita diabetes

diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang, dan Indonesia berada

pada urutan ke-7 di antara sepuluh negara di dunia dengan penderita diabetes

terbesar di bawah negara Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan

Mexico (IDF, 2014). Diabetes melitus dapat menjadi serius dan menyebabkan

kondisi kronik yang membahayakan apabila tidak segera diobati. Sehingga

diabetes mellitus dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi.

Komplikasi yang timbul akibat diabetes pada semua organ serta

semua sistem tubuh sangat tergantung pada bagaimana menjaga glukosa

darah selalu berada dalam keadaan normal. Melakukan kontrol adalah suatu

keharusan bagi semua penderita DM (Tandra, 2008). Kebanyakan penderita

DM tidak memeriksakan kadar gula darah bila tidak ada keluhan. Mereka

akan memeriksakan kesehatan bila merasa ada gangguan (Tandra, 2008).

Diabetes yang sering tidak terkontrol dapat mengakibatkan beberapa

(23)

seperti penyakit jantung, penyakit vaskuler perifer, gagal ginjal, kerusakan

saraf dan kebutaan. Banyaknya komplikasi yang mengiringi penyakit DM

telah memberikan kontribusi terjadinya perubahan fisik, psikologis dan sosial.

Untuk mencegah terjadinya komplikasi dari penyakit diabetes melitus, maka

diperlukan pengontrolan secara teratur melalui perubahan gaya hidup yang

tepat bagi penderita DM. Pengontrolan yang sering dilakukan juga dengan

cara pembatasan diet, peningkatan aktivitas fisik, regimen pengobatan yang

tepat, kontrol medis teratur dan pengontrolan metabolik secara teratur (Golien

et al dalam Ronquillo et al, 2003).

Peranan dalam mengontrol diabetes mellitus adalah untuk melihat

pengaruh dari pola makan, olahraga dan pengobatan yang telah dilakukan

oleh penderita diabetes mellitus. Sehingga secara tidak langsung, kontrol gula

darah dapat berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi. Karena apabila

penderita Diabetes mellitus tidak pernah melakukan kontrol, maka penderita

tersebut tidak mengetahui keadaan gula darahnya. Sehingga apabila gula

darahnya tinggi dan penderita melakukan kebiasaan yang dapat membuat gula

darah tinggi maka dapat dipastikan penderita mengalami komplikasi

(Wardani, et al, 2014).

Seseorang dengan penyakit kronis akan mengalami berbagai macam

perubahan yang terjadi pada dirinya. Sehingga dalam hal ini keluarga

berperan dalam mengontrol kesehatan keluarganya yang mengalami diabetes.

Dukungan keluarga merupakan dukungan yang berarti diperoleh dari orang

lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang

(24)

keluargamenjadikannya mampu dalam meningkatkankesehatan dan adaptasi

mereka dalamkehidupan (Sasih, 2015).

Keluarga merupakan bagian terpenting bagi semua orang. Begitu pula

bagi penderita diabetes mellitus. Disadari atau tidak, saat seseorang

mengalami diabetes mellitus maka mereka akan mengalami masa–masa sulit. Mereka harus mulai berbenah diri, mulai mengontrol pola makan dan

aktifitas. Hal tersebut pasti sangat membutuhkan bantuan dari orang sekitar

terutama keluarga, dengan menceritakan kondisi diabetes mellitus pada orang

terdekat, maka akan membantu dalam kontrol diet dan program pengobatan

(Wardani, et al, 2014). Oleh karena itu, keluarga dapat mengingatkan ataupun

mengontrol manajemen diripenderita diabetes.

Diabetes merupakan penyakit kronis yang membutuhkan manajemen

diri diabetes sebagai komponen penting bagi setiap individu dalam

pengelolaan penyakitnya dan merupakan hal terpenting untuk mengendalikan

dan mencegah komplikasi diabetes (Xu et al., 2008). Perilaku manajemen diri

yang harus dilakukan oleh penderita diabetes mencakup mengatur pola

makan, latihan fisik, minum obat, pemantauan glukosa darah, dan perawatan

kaki (Shamoon et al., 1993; Xu et al, 2008). Keberhasilan manajemen diri

diabetes bergantung pada aktivitas perawatan diri individu untuk mengontrol

gejala dan menghindari komplikasi. Jika kegiatan perawatan diri dilakukan

secara teratur, maka dapat mencegah komplikasi yang timbul akibat diabetes

(Wu et al., 2007).

Secara umum, manajemen diri adalah perawatan diri individu dalam

(25)

tindakan mereka seperti gaya hidup sehat, untuk memenuhi kebutuhan sosial,

emosional dan kebutuhan psikologis, merawat kondisi jangka panjang mereka

dan untuk mencegah penyakit lebih lanjut (UK departemen health, 2005

dalam Koetsenruijter,et.al, 2014). Untuk mempertahankan kontrol glikemik

yang memadai, pasien biasanya mengikuti regimen manajemen diri yang

melibatkan pemantauan diri glukosa darah yang sering, modifikasi diet,

olahraga, pendidikan, dan pemberian obat. Kolaborasi dan negosiasi dengan

penyedia layanan kesehatan, anggota keluarga, dan lain-lain (Ciechanowski,

2004 dalam Mahfoue, et al, 2011).

Manajemen diri pada diabetes merupakan tugas yang menantang yang

membutuhkan perubahan gaya hidup jangka panjang dan dedikasi yang tinggi

(Bean, 2007). Perilaku dalam mengontrol diabetes ini sangat penting, akan

tetapi perilaku manajemen diri tidak dilakukan secara konsisten oleh pasien

diabetes (Xu et al., 2008). Pasien diabetes yang mendapatkan pengetahuan

tentang manajemen perawatan diri untuk penyakitnya, juga sulit melakukan

perubahan perilaku dan gaya hidup (Rapley & Fruin, 1999; Wu et al., 2007).

Pasien tidak selalu menerapkan perubahan perilaku yang diinginkan (Sharoni

& Wu, 2012). dan banyak penderita diabetes yang tidak terlibat dalam semua

praktik manajemen diri (Hunt et al., 2012; Al-Khawaldeh, Al-Hassan &

Froelicher, 2012).

Di Indonesia masih banyak penyandang diabetes yang belum

terdiagnosis, hanya dua pertiga saja dari yang terdiagnosis yang menjalani

pengobatan, baik non farmakologis maupun farmakologis. Dari jumlah pasien

(26)

dengan baik (PERKENI, 2011). Hasil penelitian dari Kusniyah, (2010)

menyimpulkan bahwa pasien diabetes tipe 2 masih memiliki tingkat

manajemen diri yang rendah. Hasil penelitian dari Kusniawati (2011) juga

menyimpulkan bahwa aktivitas perawatan diri pasien diabetes tipe 2 masih

rendah pada monitoring gula darah mandiri dan perawatan kaki.

Berdasarkan studi pendahuluan kepada 8 orang penderita DM

didapatkan 4 orang penderita DM mengatakan bahwa mereka setiap bulannya

di ingatkan oleh anggota keluarganya baik itu istri/suami, anak/menantu, dan

lainnya untuk mengontrol kadar gula darah mereka di posbindu dan jika

mereka tidak sempat ke posbindu maka mereka mengontrol kadar gula

darahnya di puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya. 4 orang lainnya tidak

teratur mengontrol gula darah serta keluarga jarang mengingatkan untuk

mengecek kadar gula darahnya.

Selanjutnya dari 8 orang pasien, 5 pasien mengatakan bahwa mereka

tidak melakukan latihan fisik seperti berjalan, olahraga ataupun yang lainnya

di pagi hari serta belum bisa mengontrol pola makannya karena tidak ada

kemauan dan kurangnya perhatian dari keluarga untuk mengingatkan mereka

olahraga serta dalam mengontrol pola makannya dan 3 lainnya sering

melakukan olahraga dengan berjalan-jalan di pagi hari serta sudah cukup baik

dalam mengontrol pola makannya. Dengan demikian kondisi yang dialami

penderita DM belum cukup optimal dalam mengatur manajemen diri mereka,

sehingga mereka membutuhkan dukungan oleh orang-orang sekitar terutama

(27)

Rendahnya dukungan keluarga akan berdampak terhadap

terlaksananya manjemen diri penderita DM dalam hal pengelolaan dan

perawatan diri mereka. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hubungan

dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita DM di Posbindu

Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

B. Rumusan Masalah

Dukungan keluarga dengan manajemen diri pasien diabetes tipe 2

merupakan komponen untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam

mengelola penyakitnya, mencegah dan mengontrol komplikasi yang dapat

terjadi ataupun sudah terjadi. Saat seseorang mengalami diabetes mellitus

maka mereka harus banyak memperhatikan hal-hal yang terkait dengan diri

mereka sendiri. Mereka harus mulai merubah perilaku gaya hidup. sehingga

keluarga dapat memberikan dukungan yang berarti dalam pengontrolan diet,

aktifitas fisik, pemeriksaan kadar gula darah dan program pengobatan. Oleh

karena itu, pengelolaan atau manajemen diri diabetes merupakan hal yang

perlu diperhatikan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa masih rendahnya dukungan keluarga akan berdampak

terhadap terlaksananya manjemen diri dalam hal pengelolaan dan perawatan

diri mereka. Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku

manajemen diri penderita diabetes mellitus masih belum optimal, dan

dukungan dari keluarga merupakan orang terdekat bagi penderita DM yang

bisa mengontrol penderita DM dalam melakukan manajemen diri,sehingga

(28)

manajemen diri penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, kadar glukosa darah sewaktu dan lama menderita DM).

2. Bagaimana gambaran dukungan keluarga pada penderita diabetes mellitus

di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016.

3. Bagaimana gambaran manajemen diri pada penderita diabetes mellitus di

Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016.

4. Bagaimana hubungan karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan lama menderita DM) dengan manajemen diri penderita

diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016.

5. Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri

penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara karakteristik responden, dukungan keluarga

dengan manajemen diri penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah

(29)

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, kadar glukosa darah dan lama menderita DM).

b. Mengetahui gambaran dukungan keluarga pada penderita diabetes

mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016.

c. Mengetahui gambaran manajemen diri pada penderita diabetes

mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tangerang

Selatan Tahun 2016.

d. Mengetahui hubungan karakteristik responden dengan manajemen

diri penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja

Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

e. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri

pada penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja

Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan ilmu bagi

keperawatan dalam pemberian pelayanan keperawatan kepada

masyarakat terutama klien yang menderita diabetes mellitus serta kajian

keilmuan bagi mahasiswa keperawatan tentang manajemen diri pada

(30)

2. Bagi Puskesmas

Memberikan acuan untuk meningkatkan program pengontrolan

diabetes mellitus, penyuluhan terkait diet serta senam bagi penderita

diabetes mellitus dalam rangka meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan penderitadiabetes mellitus.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan

wawasan dalam hal keperawatan gerontik, keperawatan komunitas dan

keperawatan medikal bedah, serta dapat digunakan sebagai dasar

penelitian selanjutnya terkait dengan pengaruh keluarga terhadap

perilaku perawatan diri pasien diabetes mellitus dalam pengontrolan

manajemen diri mereka.

4. Bagi Pasien

Penelitian ini diharapkan bahwa pasien dapat meningkatkan

kesehatan mereka dalam hal pengelolaan terkait manajemen kesehatan

diri untuk mengoptimalkan status kesehatannya.

5. Bagi Keluarga

Penelitian ini diharapkan bahwa keluarga mampu merawat

keluarganya yang menderita diabetes mellitus, memberikan dukungan

kepada anggota keluarga dalam pelaksanaan manajemen diri serta dapat

(31)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penilitian ini dilakukan oleh mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri

penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Partisipan pada penelitian ini adalah

responden yang menderita diabetes mellitus. Pengambilan data di ambil

(32)

12

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga 1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa anggota keluarga didalamnya yang tinggal

dalam satu atap dan saling bergantung satu sama lain (Harmoko, 2012).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang memiliki ikatan

perkawinan yang sah, memiliki hubungan darah antara satu sama lain dan

tinggal bersama di dalam satu rumah serta memiliki peran

masing-masing dalam setiap anggota keluarga (Harnilawati, 2013).

2. Tipe Keluarga

Menurut Harnilawati (2013) tipe keluarga secara tradisional

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Tipe keluarga secara tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

1) Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan

anak yang diperoleh dari keturunannya yang tinggal dalam satu

rumah.

(33)

Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan anggota

keluarga yang lain, misalnya kakek, nenek, paman, bibi,

keponakan dan sebagainya).

b. Secara modern

Secara modern dikelompokkan tipe keluarga selain diatas

yaitu:

1) Reconstituted neclear

Perkawinan kembali suami atau istri sehingga pembentukan

keluarga inti yang baru, tinggal dalam satu rumah dengan

anak-anaknya, baik anak dari perkawinan yang lama ataupun hasil dari

perkawinan baru, salah satu atau keduanya dapat bekerja di luar

rumah.

2) Middle age / aging couple

Suami sebagai pencari uang, istri tinggal di rumah atau

kedua-keduanya bekerja di rumah, anak-anak telah meninggalkan rumah

karena sekolah, perkawinan atau meniti karier.

3) Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur lanjut dan tidak memiliki anak,

keduanya atau salah satu dari mereka bekerja di rumah.

4) Single parent

Satu orang tua akibat perceraian atau pasangannya meninggal

sehingga anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.

(34)

Suami istri atau keduanya bekerja dan tidak memiliki anak.

6) Commuter married

Suami istri atau keduanya bekerja dan hidup terpisah pada jarak

tertentu. Keduanya mencari waktu-waktu tertentu untuk bertemu.

7) Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk kawin.

8) Keluarga besar 3 generasi (three generation).

Keluarga yang hidup dalam satu rumah terdiri dari 3 generasi,

mulai dari keluarga kakek-nenek, keluarga ayah-ibu, dan keluarga

anak-anak nya.

9) Institusional

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti.

10)Communal

Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami

dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan

fasilitas.

11)Group marriage

Satu rumah terdiri dari orang tua dan anak-anaknya di dalam

satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan

yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

12)Unmarried parent and child

Ibu dan anak di mana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya

(35)

13)Cohibing couple

Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa

kawin.

14)Gay dan lesbia family

Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang memiliki jenis

kelamin yang sama.

3. Tugas Keluarga

Tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, antara

lain (Friedman, Bowden & Jones, 2010, dalam Zaidin, 2009).

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting sehingga

tidak boleh diabaikan, karena jika kesehatan terganggu segala sesuatu

tidak akan berarti. Anggota keluarga memiliki kewajiban untuk

mengetahui penyakit yang dialami oleh keluarganya. Anggota keluarga

yang menderita DM maka kemungkinan besar memiliki riwayat dari

keluarga yang sebelumnya atau karena gaya hidup seperti makanan

yang tidak terkontrol. Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai

kesehatan dapat menjadi masalah serius karena keluarga tidak dapat

menjalankan tugas keluarga dengan baik, misalnya keluarga tidak

mengetahui bahwa ada gangguan kesehatan pada anggota keluarga

yang mengacu pada DM.

(36)

Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk ke pelayanan

kesehatan yang tepat sesuai dengan keadaan anggota keluarga, dengan

mempertimbangkan salah satu dari anggota keluarga yang berhak

memberikan keputusan untuk melakukan sesuatu atau tindakan. Seperti

halnya jika salah satu anggota keluarga yang terkena DM mengalami

komplikasi keluarga dapat memberikan keputusan ke mana lansia akan

dilakukan perawatan. Keluarga dapat mengambil kepeutusan yang

tepat untuk mendukung kesembuhan bagi penderita.

c. Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit atau yang

tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang

terlalu muda.

d. Mempertahankan suasana di rumah menjadi nyaman yang

menguntungkan kesehatan dan perkembangan anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan yang baik anatara keluarga dan fasilitas

kesehatan yang ada.

4. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2010) terdapat 5 fungsi dasar keluarga yaitu:

a. Fungsi afektif

Mempertahankan kepribadian, memfasilitasi stabilisasi

kepribadian orang dewasa, memnuhi kebutuhan psikologis anggota

(37)

b. Fungsi sosial

Memfasilitasi sosialisasi primer anggota keluarga yang

bertujuan untuk menjadikan anggota keluarga yang produktif dan

memberikan status pada anggota keluarga.

c. Fungsi reproduksi

Mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa

generasi dan untuk kelangsungan hidup masyarakat.

d. Fungsi ekonomi

Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi

efektifnya.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik, makanan, pakaian, dan

tempat tinggal serta perawatan kesehatan.

B. Dukungan Keluarga

1. Definisi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan proses yang menjalin hubungan

antar keluarga melalui sikap, tindakan dan penerimaan keluarga yang

terjadi selama masa hidup (Friedman, 2010). Dukungan keluarga dapat

berupa dukungan dari internal dan juga berupa dukungan eksternal dari

keluarga inti. Dukungan yang diberikan keluarga dapat berupa dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasional dan dukungan

(38)

2. Dimensi Keluarga

Dimensi dukungan keluarga menurut Sarafino (2004), Hensarling

(2009) adalah:

a. Dimensi Emosional/Empati

Dukungan ini melibatkan perasaan empati dan perhatian terhadap

seseorang sehingga membuatnya merasa lebih baik, merasa dihargai

dan merasa dimiliki. Dukungan ini menunjukkan adanya pengertian dan

perhatian dari anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang

menderita DM. Komunikasi dan interaksi antara snggota keluarga harus

terjalin karena diperlukan untuk memahami situasi anggota keluarga

yang lain.

b. Dimensi Penghargaan

Dukungan ini membuat seseorang merasa berharga, kompeten dan

dihargai kareba keluarga memberikan penguatan yang positif kepada

anggota keluarga yang menderita penyakit. Dukungan ini muncul dari

penerimaan dan penghargaan seseorang terhadap keberadaan seseorang

yang dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain dan diri

sendiri.

Dapat dikatakan bahwa adanya dukungan penghargaan kepada

anggota keluarga yang menderita DM dapat memberikan motivasi,

semangat, dan peningkatan harga diri karena dianggap masih berguna

(39)

membentuk perilaku yang sehat dalam hal untuk meningkatkan status

kesehatannya.

c. Dimensi Instrumental

Dukungan yang bersifat nyata, dimana dukungan berupa

bantuan langsung. Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu

dukungan atau bantuan penuh keluarga dalam bentuk memberikan

bantuan tenaga, dana maupun menyediakan waktu untuk melayani dan

mendengarkan keluarga yang sakit dalam mengungkapkan persaan

yang dialaminya (Bomar, 2004). Dukungan instrumental termasuk

dalam fungsi perawatan kesehatan keluarga dan fungsi ekonomi yang

diberikan kepada keluarga yang sakit. Fungsi perawatan kesehatan

seperti menyediakan sandan dan pangan, perawatan kesehatan,

perlindungan terhadap bahaya dan fungsi ekonomi.

d. Dimensi Informasi

Dukungan berupa percakapan atau umpan balik tentang

bagaimana melakukan sesuatu, misalnya saat seseorang mengalami

kesulitan dalam pengambilan keputusan, akan menerima saran-saran

atau umpan balik tentang ide-ide dari keluarganya. Dimensi ini dapat

membantu pasien dalam mengambil keputusan dalam manajemen

penyakitnya.

Bomar (2004), menyatakan dukungan informasi keluarga

merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan keluarga

(40)

memberikan informasi-informasi penting yang dibutuhkan keluarga

yang sakit dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

Dukungan informasi yang dibutuhkan pasien DM pemberian

informaasi terkait kondisi yang dialaminya dan bagaimana cara

perawatannya. Dimensi ini penting bagi individu yang memberikan

dukungan keluarga karena menyangkut persepsi tentang keberadaan

dan ketepatan dukungan keluarga bagi seseorang. Dukungan keluarga

bukan sekedar memberikan bantuan, tetapi persepsi penerima terhadap

bantuan yang diberikan.

3. Pengukuran Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga terkait dengan kesehatan dan kesejahteraan

dimana lingkungan keluarga menjadi tempat individu belajar. Dukungan

keluarga terdiri atas dukungan orang tua ke anak, anak ke orang tua, antar

pasangan, saudara ke saudara, cucu ke kakek/nenek. Hensarling (2009),

mengembangkan suatu skala pengukuran dukungan keluarga dengan nama

“Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS), dimana skala ini

menunjukkan validitas isi untuk pengukuran persepsi pasien terhadap

dukungan yang diberikan oleh keluarga. Hensarling juga

merekomendasikan penggunaan skala ini untuk mengukur dukungan

keluarga pada pasien DM.

HDFSS mengukur dukungan keluarga yang dirasakan oleh pasien

(41)

dari keluarganya. HDFSS terdiri atas 29 pertanyaan dengan alternatif

jawaban: 4: selalu, 3: sering, 2: jarang, 1: tidak pernah.

C. Diabetes Mellitus

1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme secara

genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa

hilangnya toleransi karbohidrat (Price, 2006). Diabetes mellitus atau

penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit menahun yang

ditandai dengan kadar glukosa darah diatas kisaran nilai normal yaitu

kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula

darah puasa diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006).

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi diabetes mellitus telah disahkan oleh world health

organization (WHO) dan telah dipakai oleh seluruh dunia. Empat

klasifikasi gangguan toleransi glukosa

a. Diabates mellitus tipe 1

DM tipe 1 dikenal dengan tipe Juvenileonset dan tipe

dependen insulin. Insiden diabetes tipe 1 sebanyak 30.000 kasus

baru setiap tahunnya dan dibagi dalam dua subtipe : a) autoimun,

akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta dan b)

idiopatik, tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui

sumbernya. Subtipe ini lebih sering timbul pada etnik keturunan

(42)

b. Diabetes mellitus tipe 2

DM tipe 2 dikenal sebagai tipe onset maturitas dan tipe

nondependen insulin. Insiden diabetes mellitus tipe 2 sebesar 650.000

kasus baru setiap tahunnya. Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit

ini.

c. Diabetes gestasional (GDM)

Diabetes gestasional dikenal pertama kali selama kehamilan

dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor risiko terjadinya

GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga,

dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Diabetes kehamilan

berisiko tinggi mengalami morbiditas dan mortalitas perinatal dan

mempunyai frekuensi kematian janin yang lebih tinggi. Kebanyakan

perempuan hamil menjalani penapisan untuk diabetes selama usia

kehamilan 24 hingga 28 minggu.

d. Tipe tipe lain

DM tipe lain, disebabkan karena kelainan genetik fungsi sel beta,

kelainan genetik kerja insulin, karena obat atau zat kimia, infeksi dan

sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM. Beberapa hormon

seperti hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon ddan epineprine

bersifat antagonis atau melawn kerja insulin. Kelebihan jumlah

hormon-hormon tersebut dapat mengakibatkan DM. Terjadi sebanyak

(43)

3. Manifestasi Klinis

Menurut Misnadiarly, 2006 gejala dan tanda-tanda dapat

digolongkan menjadi gelaja akut dan gejala kronik

a. Gejala akut

Gejala penyakit DM berbeda-beda dan tidaklah selalu sama.

Pada perm ulaan gejala meliputi: Poliphagia (banyak makan)

polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di

malam hari). Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, maka timbul

gejala karena kurangnya insulin. Jadi bukan 3P, melainkan 2P

(polidipsia dan poliuria) serta beberapa keluahan lain seperti nafsu

makan mulai berkurang, bahkan kadang-kadang timbul rasa mual jika

kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai: berat badan turun

dengan cepat (bisa 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah,

bahkan penderita akan jatuh koma sehingga disebut koma diabetik.

Koma diabetik adalah koma akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi

diatas 600 mg/dl.

b. Gejala kronik

Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa

panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa tebas dikulit, kram,

kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah

goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada

pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran

atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir

(44)

4. Penatalaksanan Diabetes Mellitus

Menurut lanywati, 2011 prinsip penatalaksanaan diabates melitus

secara umum ada lima sesuai dengan Konsensus Pengelolaan DM

diIndonesia tahun 2006 adalah untukmeningkatkan kualitas hidup pasien

DM. Terapi DM pada prinsipnya bertujuan sebagai berikut:

a. Mengembalikan kadar gula darah sehingga menjadi normal, penderita

merasa nyaman dan sehat.

b. Mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi

c. Mendidik penderita dalam hal pengetahuan dan motivasi agar

penderita dapat merawat penyakitnya sendiri.

Menurut Sylvia, 2006 penatalaksanaan diet DM adalah sebagai

berikut:

1) Diet DM

Diet DM dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan

karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari oleh penderita DM , agar

gula darah dapat terkontrol dengan pengaturan makanan.jumlah

kalori yang disarankan juga bervariasi tergantung pada kebutuhan

untuk mempertahankan, menurunkan, atau meningkatkan berat

tubuh penderita DM. Sistem makanan penukar dikembangka untuk

membantu pasien dalam hal menangani pola dietnya

2) Latihan fisik

Latihan fisik untuk mempermudah transpor glukosa ke

(45)

menyesuaikan waktu pasien dalam melakukan aktifitas latihan

fisik, pasien mungkin dapat mengontrol kadar gula darah mereka

a) Olahraga

Berikut ini adalah pertimbangan manfaat- risiko

olahraga pada lansia

Manfaat pada lansia adalah perbaikan toleransi

glukosa, peningkatan kemampuan konsumsi oksigen

maksimum, peningkatan kekuatan otot, penurunan tekanan

darah, pengurangan lemak tubuh, perbaikan profil lipid. Risiko

nya adalah sebagai berikut: hipoglikemia, cedera pada tulng

sendi dan kaki. Karena lansia sering kali dijumpai penyakit

penyerta osteoartritis, parkinson, gangguan penglihatan, dan

gangguan keseimbangan, sehingga olahraga sebaiknya

dilakukan yang memang dekat, dan jensi olahraga yang

silakukan lebih bersifat isotonik daripada isometrik.

3) Pengobatan DM

Penyakit yang progresif obat-obat oral hipoglikemik juga

dianjurkan. Obat-obat yang digunakan adalah persensitif insulin

dan sulfonilurea. Dua tipe persensitif yang tersedia adalah

metformin dan tiazolidinedion. Metformin diberikan sebagai

terapi tunggal dengan dosis 500 hingga 1700mg/ hari. Metformin

menurunkan kadar produksi glukosa hepatik, menurunkan

absorpsi glukosa pada usus, dan meningkatkan kepekaan insulin,

(46)

insulin perifer dan menurunkan produksi glukosa hepatik.

Tiazolidinedian, yaitu rosiglitazon dan dengan dosis 4 hingga 8

mg/hari dan pioglitazon dengan dosis 30 hingga 45 mg/hari dapat

diberikan sebagai terapi tunggal atau dikombinasikan dengan

metformin, sulfonilurea, atau insulin. Obat-obat ini menyebabkan

retensi air sehingga tidak cocok diberikan pada pasien dengan

agagal jantung kongestif.

Lispro awitannya segera selama 30-90 menit dan regular

(crystalline Zinc) awitannya 30 menit. NPH itu keruh, suspensi

insulin seng kristal, 50% jenuh dengan protamin. Ultralente dan

Glargine

D. Manajemen Diri pada Diabetes 1. Definisi Manajemen Diri

Manajemen diri pada diabetes merupakan seperangkat perilaku

yang dilakukan oleh individu dengan diabetes untuk mengelola kondisi

mereka, termasuk minum obat, mengatur diet, melakukan latihan fisik,

pemantauan glukosa darah mandiri, dan mempertahankan perawatan kaki

(Xu et al., 2010).

2. Manajemen Diri Pada Diabetes

Manajemen diri pada diabetes juga didefinisikan sebagai perilaku

manajemen diri yang mencakup pengaturan pola makan, olahraga, pemantauan

glukosa darah secara mandiri, dan minum obat, yang secara keseluruhan

berhubungan dengan perbaikan yang signifikan dalam mengontrol status

(47)

Seseorang yang menderita diabetes perlu mengetahui pemahaman

dalam pengelolaan penyakitnya. Tugas-tugas dalam manajemen diri yang

yang harus diperhatikan adalah, sebagai berikut:

a. Diet

Diet merupakan faktor utama dalam mengontrol diabetes, yang

melibatkan pengendalian berat badan dan perencanaan makan yang

sehat untuk pasien DM (Harris et al., 2012). Pasien dengan diabetes

harus dimotivasi untuk menerapkan perubahan pola hidup yang lebih

sehat (Amod et al., 2012). Rekomendasi diet bagi penderita diabetes

mirip dengan rekomendasi untuk masyarakat umum, misalnya

mengurangi gula, lemak jenuh, dan asupan garam (Dyson, 2002; Nair,

2007). Meskipun setiap orang memiliki kebutuhan yang sama untuk

nutrisi dasar, pasien diabetes akan membutuhkan diet yang lebih

terstruktur untuk mencegah hiperglikemia (Lemone & Burke, 2004;

Nair, 2007).

b. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik merupakan faktor dalam mengelola diabetes

dan mengontrol kadar glukosa darah yang lebih baik. Sebelum

meningkatkan pola aktivitas fisik dari yang biasanya, pasien diabetes

harus melakukan pemeriksaan medis terlebih dahulu, untuk

menyesuaikan kebutuhan individu dan mempertimbangkan adaptasi

latihan terhadap adanya komplikasi diabetes. Latihan fisik dapat

membantu meningkatkan sirkulasi, dan mengurangi berat badan

(48)

dalam sel otot (Pullen, 2000; Nair, 2007), sehingga membantu

menurunkan kadar glukosa darah (Nair, 2007).

c. Medikasi (ke tempat pelayanan kesehatan)

Bagi penderita diabetes tipe 2, kontrol glikemik dapat

dipertahankan dengan intervensi non-farmakologis seperti diet, latihan

fisik, dan monitoring gula darah mandiri. Namun, sebagian besar

penderita diabetes tipe 2 memerlukan pengobatan dengan farmakologi

(DeCoste & Scott, 2004). Diabetes tipe 2 dapat diobati dengan obat

tunggal atau kombinasi obat oral dan insulin. Setiap obat diberikan

untuk salah satu ketidaknormalan kadar gula darah dan kombinasi

dengan perawatan medis yang dapat menormalkan kadar gula darah.

Jika terapi oral tidak bekerja, maka terapi insulin satu-satunya cara

untuk mengontrol kondisi hiperglikemia. Insulin hanya akan

digunakan jika nilai HbA1c lebih dari 6,5% setelah terapi oral

maksimal. Insulin harus dikombinasi dengan terapi oral untuk

mengurangi risiko hipoglikemia dan peningkatan berat badan (Garber

et al., 2002; Svartholm & Nylander, 2010).

d. Kontrol Glukosa

Kontrol kadar glukosa darah merupakan bagian dalam

manajemen diri pasien dengan diabetes, dan disarankan pada pasien

diabetes yang menggunakan terapi obat oral. Monitoring gula darah

mandiri bertujuan untuk mencapai penurunan HbA1c dengan tujuan

utama mengurangi risiko komplikasi, mengidentifikasi adanya

(49)

4-6 mmol/L sebelum makan (preprandial) dan tidak di atas 10 mmol/L

dua jam setelah makan (postprandial) (Diabetes UK, 2006; Nair,

2007). Kontrol glukosa darah didasarkan pada kebutuhan individu,

jadwal, dan penggunaan data yang direncanakan. Kontrol gula darah

efektif dalam meningkatkan kontrol glikemik pada individu dengan

diabetes tipe 2 yang tidak menggunakan insulin (Welschen et al, 2005;

Hirsch et al, 2008).

Monitoring glukosa darah mandiri memberikan informasi

mengenai efek terapi, diet dan aktivitas fisik. Pernyataan dari ADA

(2009, dalamCPG on ManagementT2DM, 2009) merekomendasikan

bahwa monitoring glukosa darah mandiri harus dilakukan 3 atau 4 kali

sehari untuk pasien menggunakan suntikan insulin. Untuk pasien yang

menggunakan suntikan insulin tidak sering, terapi non-insulin atau

terapi nutrisi medis saja, monitoring glukosa darah mandiri mungkin

berguna dalam mencapai kontrol glikemik.

3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen diri penderita DM tipe 2

a. Umur

Penderita diabetes yang lebih tua memiliki tingkat manajemen

diriyang lebih tinggi pada diet, olahraga, dan perawatan kaki dari pada

individu yang lebih muda (Xu, Pan & Liu, 2010). Penderita diabetes

(50)

lebih baik dalam perawatan diri daripada orang tua yang buta huruf

(Bai, Chiou & Chang, 2009).

b. Jenis kelamin

Perawatan diri diabetes dapat dilakukan oleh siapa saja yang

menderita diabetes baik laik-laki ataupun perempuan. Klien laki-laki

memiliki tanggung jawab penuh dalam melaksankan pengelolaan

terhadap penyakit yang sedang dialaminya demikian juga dengan

perempuan yang tampak lebih peduli terhadap kesehatannya sehingga

berupaya optimal untuk melakukan perawatan mandiri terhadap

kesehatan yang dialaminya (Sousa, 2005 dalam Kusniawati, 2010).

c. Tingkat pendidikan

Seseorang dengan pendidikan tinggi umumnya memiliki

pemahaman yang baik tentang pentingnya perilaku perawatan diri dan

memiliki keterampilan manajemen diriyang lebih baik untuk

menggunakan informasi peduli diabetes yang diperoleh melalui

berbagai media dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah (Bai,

Chiou & Chang, 2009). Seseorang dengan tingkat pendidikan yang

lebih tinggi memiliki tingkat manajemen diriyang lebih tinggi terhadap

diet, olahraga, dan pemeriksaan gula darah mandiri, dan lebih mudah

untuk memahami informasi kesehatan yang berhubungan dengan diet,

aktivitas fisik, dan pemeriksaan gula darah mandiri (Xu, Pan & Liu,

2010).

(51)

Seseorang dengan durasi penyakit lebih lama memiliki

pengalaman dalam mengatasi penyakit mereka dan melakukan perilaku

perawatan diri yang lebih baik (Wu et al., 2007). Seseorang yang telah

didiagnosis dengan diabetes bertahun-tahun dapat menerima diagnosis

penyakitnya dan rejimen pengobatannya, serta memiliki adaptasi yang

lebih baik terhadap penyakitnya dengan mengintegrasikan gaya hidup

baru dalam kehidupan mereka sehari-hari (Xu, Pan & Liu, 2010).

4. Pengukuran Manajemen Diri pada Diabetes Mellitus

Manajemen diri pada diabetes tipe 2 diukur dengan menggunakan

kuesioner The DSMQ (Diabetes Self Management Questionnaire)

dikembangkan di Lembaga Penelitian Diabetes Academy Mergentheim.

Ini adalah instrumen untuk menargetkan perawatan diri diabetes. DSMQ

mencakup: manajemen glukosa' (item 1, 4, 6, 10, 12), 'diet kontrol' (item

2, 5, 9, 13), 'aktivitas fisik' (item 8, 11, 15), dan menggunakan perawatan

(52)

E. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka teori

Dimodifikasi dari konsep Bandura, (1989), Hensarling (2009), Friedman

(2010), Xu, Pan & Liu (2010), Bai, Chiou & Chang ( 2009). Komplikasi:

1. komplikasi akut 2. Komplikasi kronis

Diabetes meliitus

Manajemen diri 1. Kontrol glukosa 2. Diet

3. Aktivitas fisik

4. Gunakan perawatan kesehatan Dukungan sosial/

dukungan keluarga 1. Dimensi informasi 2. Dimensi emosional 3. Dimensi penghargaan 4. Dimensi instrumental

Status glikemik terkontrol Komplikasi minimal Faktor personal

1. Umur

2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Lama menderita

(53)

33

OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri

dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah manajemen diri pasien diabetes

mellitus, sedangkan variabel independen adalah faktor personal dan dukungan

keluarga.

Variabel independen variabel dependen

Skema 3.1

Kerangka konsep penelitian

Dukungan keluarga Manajemen diri pasien

DM

Faktor personal 1. Umur

2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Lama menderita

(54)

B. Hipotesis

1. Ada hubungan karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan lama menderita DM) dengan manajemen diri penderita

DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang

Selatan

2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita

DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang

(55)

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No .

Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

1. Usia Usia responden sejak lahir

sampai sekarang

Responden diberi pertanyaan mengenai usianya

Kuisioner 1. 45-59tahun 2. 60-75 tahun 3. 76-90 tahun

Interval

2. Jenis Kelamin Jenis kelamin responden, apakah laki-laki atau

3. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan terakhir atau formal yang

4. Lama menderita DM Rentang waktu seseorang pertama kali menderita

(56)

perawatan kesehatan. pertanyaan. 2. kurang baik = kurang dari mean (<26,23)

Variabel Independen

2. Dukungan Keluarga Dukungan yang diberikan keluarga kepada pasien terdiri atas 25 item pertanyaan dengan alternatif jawaban

(57)

37

A. Desain Penilitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan design

cross sectional yaitu pengukuran atau pengumpulan data variabel bebas dan

variable terikat dilakukan dalam satu waktu. Tujuan spesifik dari study cross

sectionaladalah untuk mendeskripsikan hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen dalam satu waktu ( Sastroasmoro & Ismael, 2010).

Peneliti menggunakan pendekatan cross sectional karena penelitian

ini bermaksud mengidentifikasi ada tidaknya hubungan variabel dependen

terhadap variabel independen dalam satu kali pengukuran menggunakan alat

ukur berupa kuisioner. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis

hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita DM di

Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun

2016.

B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas

Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Alasan peneliti memilih

Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan karena

belum ada penelitian yang dilakukan terkait dengan hubungan dukungan

keluarga dengan manajemen diri lansia penderita DM di Posbindu Wilayah

(58)

kurangnya dukungan keluarga terhadap manajemen diri penderita DM yang

diperoleh dari hasil studi pendahulan.

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016, dilanjutkan

dengan analisis data. Pengambilan data dilakukan pada minggu pertama April

sampai minggu pertama Mei 2016.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan di teliti (Setiadi, 2007). Populasi penelitian ini adalah

seluruh pasien DM yang tinggal bersama keluarga di daerah Posbindu

Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan cara

tertentu sehingga dianggap dapat mewakili dari populasinya ( Sastroasmoro

& Ismael, 2010). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu total sampling dengan melihat kriteria inklusi.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1. Responden yang menderita DM umur >45 tahun

2. Responden yang tinggal bersama dengan keluarganya

3. Dapat berkomunikasi dengan baik

4. Bersedia menjadi responden

5. Beragama islam

Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

1. Pasien DM yang mengalami penurunan status kesehatan secara drastis

(59)

Adapun jumlah sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

sebesar 35 responden.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan kuisioner, di mana responden mengisi kuisioner sendiri

atau dibantu. Kuisioner yang digunakan terdiri dari kuisioner dukungan

keluarga dan kuisioner manajemen diri.

1. Kuisioner dukungan keluarga

Kuisioner dukungan keluarga diadopsi dari Hensarling Diabetes Family

Support Scale (HDFSS) yang dikembangkan oleh Hensarling (2009).

HDFFS mencakup dimensi emosional terdiri dari 10 item ( pertanyaan

nomor 4, 5, 6, 7, 13, 15, 17, 24, 27, 28), dimensi penghargaan 8 item

(pertanyaan nomor 8, 10, 12, 14, 18, 19, 20, 25), dimensi instrumental 8

item (pertanyaan nomor 9, 11, 16, 21, 22, 23, 26, 29). Dan dimensi

informasi 3 item (pertanyaan nomor 1, 2, 3,). Jumlah total pertanyaan

sebangak 29 item dengan alternatif jawaban:

Untuk pertanyaan positif:

Kuisioner dukungan keluarga nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,11, 14, 15,

16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, dan 29

Selalu: 4, sering: 3, jarang: 2, tidak pernah: 1.

Untuk pertanyaan negatif:

Kuisioner dukungan keluarga nomor 12, 13, 17, dan 24

Selalu: 1, sering: 2, jarang: 3, tidak pernah: 4.

(60)

The DSMQ dikembangkan di Lembaga Penelitian Diabetes Academy

Mergentheim. Ini adalah instrumen untuk menargetkan perawatan diri

diabetes. DSMQ mencakup: manajemen glukosa' (item 1, 4, 6, 10, 12),

'diet kontrol' (item 2, 5, 9, 13), 'aktivitas fisik' (item 8, 11, 15), dan

menggunakan perawatan kesehatan' (item 3, 7, 14). Satu item (16) secara keseluruhan terkait terhadap perawatan diri dimasukkan dalam jumlah skala. Jumlah total pertanyaan sebanyak 16 item dengan alternatif jawaban:

Untuk pertanyaan positif:

Kuisioner manajemen diri nomor 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, dan 14

Sesuai: 3, cukup sesuai: 2, kurang sesuai: 1, tidak sesuai: 0

Untuk pertanyaan negatif

Kuisioner manajemen diri nomor 5, 7, 10, 11, 12, 13, 15, dan 16

Sesuai: 0, cukup sesuai: 1, kurang sesuai: 2, tidak sesuai: 3

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas instrumen merupakan validitas yang diuji datanya, data atau

informasi yang dapat dikatakan valid, bila tidak ada perbedaan antara yang

dilaporkan peneliti, dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang

diteliti (Lapau, 2012). Validitas instrumen diuji dengan teknik korelasi

Pearson Product Moment yaitu melihat nilai korelasi antara skor

masing-masing variabel dengan skor totalnya.

Berdasarkan tingkat signifikan 0,05, bila r hitung lebih besar dari nilai

Gambar

Tabel 3.1Definisi Operasional.......................................................................35
Tabel 5.9Distribusi Nilai Umur Dengan Manajemen Diri Penderita DM Di
Tabel 3.1 Definisi Operasional
tabel maka item kuesioner reliabel, namun bila nilai r hitung lebih kecil dari
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap konsep diri pada penderita TBC dalam proses pengobatan di wilayah kerja Puskesmas Bendosari..

Hubungan Antara Penerimaan Diri dan Dukungan Emosi dengan Optimisme pada Penderita Diabetes Mellitus Anggota Aktif PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia) Cabang

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami, mengeksplorasi dan mendeskripsikan tentang dukungan sosial pada caregiver pasangan penderita Diabetes Mellitus tipe

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Kontrol Diri dengan Perilaku Kepatuhan Pengobatan pada penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas

Selayang II tercatat 115 lansia penderita Diabetes Mellitus (DM), akan tetapi yang mau datang ke Pos pembinaan terpadu (Posbindu) Lansia dan mengikuti program-program yang

Ada pengaruh Pendidikan Manajemen Diri Diabetes berbasis dukungan keluarga terhadap Pengetahuan, Perilaku diet, Aktivitas fisik, Perawatan kaki dan Dukungan keluarga pada

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan motivasi untuk menjalani tritmen pada penderita diabetes mellitus sebesar 0,866;

Berarti Puskesmas Jogoloyo kecamatan Sumobito kabupaten Jombang, dukungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan harga diri pada