DIABETES MELLITUS DI POSBINDU WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh : FATIMAH NIM: 1112104000040
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
ii Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam (UIN) Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam (UIN) Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2016
iii
Skripsi dengan judul
HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAJEMEN DIRI PENDERITA DIABETES MELLITUS DI
POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun oleh:
Fatimah NIM: 1112104000040
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS Jamaludin, S.Kp.,M.Kep NIP. 19770401 200912 2 003 NIP. 19680522 200801 1 007
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
iv
Skripsi dengan judul
HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAJEMEN DIRI PENDERITA DIABETES MELLITUS DI
POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:
Fatimah NIM: 1112104000040
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS Jamaludin, S.Kp.,M.Kep NIP. 19770401 200912 2 003 NIP. 19680522 200801 1 007
Penguji I Penguji II
Ratna Pelawati, S.Kp.,M.Biomed Yenita Agus, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat.,PhD NIP. 19780215 200901 2 005 NIP. 19720608 200604 2 001
Penguji III Penguji IV
v
HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAJEMEN DIRI PENDERITA DIABETES MELLITUS DI
POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016
Disusun oleh:
Fatimah NIM: 1112104000040
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Maulina Handayani, S.Kp.,M.Sc NIP. 197902102005012002
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vi Nama : Fatimah
Tempat, tgl lahir : Pinrang, 19 September 1994
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Asal : Pinrang, Sulawesi Selatan
Email : Fatimahexacter@ymail.com
Riwayat Pendidikan:
1. TK Al-Ikhlas Paladang (1998-2000)
2. MIN Lerang (2000-2006)
3. MTs PP. DDI Lil-Banat Parepare (2006-2009) 4. MA PP. DDI Lil-Banat Parepare (2009-2012) 5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2012-sekarang) Pengalaman Organisasi:
1. Pengurus OSIS koordiantor bidang kebersihan tahun
2. Pengurus PMII Komfakkes anggota bidang kesenian dan olahraga tahun 2013-2014
vii Thesis, Mei 2016
Fatimah, NIM: 1112104000040
The Relationship Between Personal Factor and Family Support With Self-Management of Diabetes Mellitus in Posbindu Working Area Puskesmas Pisangan South Tangerang 2016
xx + 79 pages + 15 tables + 2 chart + 7 Appendix Figure
ABSTRACT
Based on data from the International Diabetes Federation in 2014 found that people with type 2 diabetes is increasing every year in every state and in 2035 is estimated diabetics increased to 592 million people, and Indonesia was ranked 7th. Diabetes is a degenerative disease that occurs lifetime. People with diabetes will experience difficult times due to a change in him, so it needs the support of people around, especially family support to help him in mengontol lifestyle of self-management and care of families with diabetes. Diabetes is a chronic disease that requires self-management of diabetes to prevent serious complications. This study aims to identify the relationship between family support with self-management diabetes mellitus in Posbindu Puskesmas Pisangan South Tangerang City. The study designs was a quantitative approach cross sectional design with a sample of 35 respondents. Data analysis using Chi Square test. Results showed that there was no relationship between family support with self-management of
diabetes with significant (p value) = 0.274 at α = 0.05). Researchers suggest the need for the dissemination of information related to self-management through counseling and home visits are also necessary for those who could not attend due to Posbindu physical condition does not allow, while motivating families to help diabetics in controlling the self-management to prevent and avoid complications sustainable.
Key Words: Family Support; Self-management
viii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2016
Fatimah, NIM: 1112104000040
Hubungan Faktor Personal Dan Dukungan Keluarga Dengan Manjemen Diri Penderita Diabetes Mellitus Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016
xx + 79 Halaman + 15 Tabel + 2 Bagan + 7 Lampiran
ABSTRAK
Berdasarkan dataInternational Diabetes Federationtahun 2014 ditemukan bahwa penderita diabetes tipe 2 meningkat setiap tahunnya disetiap negara dan pada tahun 2035 diperkirakan penderita diabetes meningkat menjadi 592 juta orang, dan indonesia berada pada urutan ke-7. Diabetes merupakan penyakit degeneratif yang terjadi seumur hidup. Penderita diabetes akan mengalami masa-masa sulit akibat perubahan pada dirinya, sehingga membutuhkan dukungan dari orang sekitar terutama dukungan keluarga untuk membantunya dalam mengontol pola hidup dan perawatan manajemen diri keluarga yang mengalami diabetes. Diabetes merupakan penyakit kronis yang membutuhkan manajemen diri diabetes untuk mencegah komplikasi yang serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita diabetes mellitus di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan. Desain dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif design cross sectional dengan sampel sebanyak 35 responden. Analisis data menggunakan uji
Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri diabetes dengan signifikansi (p value = 0,274 pada α= 0,05). Peneliti menyarankan perlunya penyebaran informasi
terkait manajemen diri melalui penyuluhan dan juga diperlukan kunjungan rumah bagi yang tidak bisa hadir ke posbindu karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan, sekaligus memotivasi keluarga untuk membantu penderita diabetes dalam mengontrol manajemen diri untuk mencegah dan menghindari komplikasi yang berkelanjutan.
Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Manajemen Diri.
ix
Puji syukur peneliti kepada Allah swt, yang telah melimpahkan beberapa
rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal
ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada bimbingan nabi besar
Muhammad SAW, karena atas limpahan rahmat dan hidayatnya sehingga peneliti
dapat menyelesaikan penyusunan proposal yang berjudul hubungan dukungan
keluarga dengan manajemen diri penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015.
Dalam penyusunan proposal skripsi ini, tidak sedikit kesulitan, cobaan dan
hambatan yang peneliti temukan. Namun, syukur alhamdulillah berkat rahmat dan
hidayah-nya, kesungguhan, kesabaran dan kerja keras disertai dukungan keluarga
dan bantuan dari berbagai pihak baik berupa moril maupun material, segala
kesulitan yang telah dilalui dan diatasi dengan sebaik-baiknya, sehingga pada
akhirnya penyusunan proposal skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh sebab itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulida Handayani, S.Kp., MSc dan ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.
KMB, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan Sekretaris
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
x
M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan ikhlas untuk
meluangkan waktu, tenaga serta fikiran selama membimbing peneliti.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas dan
tulus memberikan ilmu pengetahuaan kepada peneliti selama menjalankan
perkuliahan.
5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas
yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi buku ataupun skripsi
sebagai bahan rujukan skripsi.
6. Bidan Astri dan segenap perawat serta staf yang bertugas di Puskesmas
Pisangan Tangerang Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada
peneliti dan mengarahkan peneliti dalam proses melakukan studi pendahuluan
dalam menyusun skripsi.
7. Segenap guru-guru PP DDI Lil Banat yang telah memberikan semangat dan
dukungan serta do’a dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kedua orang tua peneliti, sujud hormat atas semua pengorbanan ayah H.
Muslikin S,Pdi dan Ibunda Hj. Hasnawati S,pd yang senantiasa memberikan
dukungan dan kekuatan kepada peneliti baik berupa material maupun doa
yang selalu mereka panjatkan untuk mengiringi setiap langkahku sehingga
xi
dan do’a kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kak Ria yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta motivasi yang
begitu besar dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Kak Marwah Mula, kak Badariah Hamzah, kak Arifin Nur Try Wardana,
yang selalu memberikan perhatian, motivasi serta semangat untuk terus
berjuang, sekaligus tempat berkeluh kesah dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Segenap keluargaku di CSS MoRA UIN Jakarta yang telah memberikan
dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Temanku Astuti Akin, dan Suharni, yang telah membantu peneliti untuk
menjelaskan hal-hal yang kurang saya pahami serta teman yang selalu
memberikan dukungan, motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi
ini.
14. Teman-teman seperjuangan yang selalu bareng mengerjakan skripsi yang
tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang selalu saling mendukung,
memotivasi dan selalu memberikan semangat satu sama lain dalam
menyelesaikan skripsi ini.
15. Teman-teman sepembimbing dan teman-teman yang setiap malam bersama
untuk begadang dalam menyelesaikan skripsi ini.
16. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012
yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan,
semangat, kebersamaan, kenangan, inspirasi yang telah diberikan serta
xii
sehingga peneliti dapat menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap dapat
bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang
menggunakannya, terutama dalam hal kemajuan pendidikan selanjutnya.
Jakarta, Juni 2016
xiii
1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan...9
2. Bagi Puskesmas...10
3. Bagi Peneliti...10
4. Bagi Pasien...10
5. Bagi Keluarga...10
F. Ruang Lingkup Penelitian ...11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...12
A. Konsep Keluarga ...12
1. Definisi Keluarga...12
xiv
4. Fungsi Keluarga...16
B. Dukungan Keluarga ...17
1. Definisi Dukungan Keluarga...17
2. Dimensi Keluarga...18
3. Pengukuran Dukungan Keluarga...20
C. Diabetes Mellitus ...21
1. Definisi Diabetes Mellitus...21
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus...21
3. Manifestasi Klinis...23
4. Penatalaksanan Diabetes Mellitus...24
D. Manajemen Diri pada Diabetes ...26
1. Definisi Manajemen Diri...26
2. Manajemen Diri Pada Diabetes...26
4. Pengukuran Manajemen Diri pada Diabetes Mellitus...31
E. Kerangka Teori ...32
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL...33
A. Kerangka Konsep Penelitian... 33
B. Hipotesis ... 34
C. Definisi Operasional ... 35
BAB IV METODE PENELITIAN...37
A. Desain Penilitian... 37
B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian... 37
C. Populasi dan Sampel... 38
D. Instrumen Penelitian ... 39
E. Uji Validitas dan Reliabilitas... 40
F. Pengumpulan Data... 43
G. Pengolahan Data ... 44
H. Etika Penelitian ... 45
xv
1. Gambaran Umum Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan... 48
B. Analisis Karakteristik Responden Penelitian... 50
C. Analisis Univariat Gambaran Dukungan Keluarga ... 53
D. Analisis Univariat Gambaran Manajemen Diri ... 54
E. Analisis Bivariat ... 54
1. Hubungan Karakteristik Umur Dengan Manajemen Diri Penderita DM... 55
2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Manajemen Diri Responden... 55
3. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Manajemen Diri Responden... 56
4. Hubungan Lama Menderita DM Dengan Manajemen Diri Responden... 57
5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Manjemen Diri Penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan... 58
BAB VI PEMBAHASAN...59
A. Gambaran Karakteristik Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan ... 59
B. Gambaran Dukungan Keluarga di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan... 65
C. Gambaran Manajemen Diri di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan ... 67
D. Hubungan Karakteristik Responden Dengan Manajemen Diri Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan... 69
E. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Manajemen Diri Penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan... 74
F. Keterbatasan penelitian... 76
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN...78
A. Kesimpulan... 78
B. Saran ... 79
Tabel 3.1 Definisi Operasional...35
Tabel 4.1 Analisis Bivariat...47
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan kota tangerang selatan
(n=35)...50
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...50
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...51
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Keluarga Yang Merawat Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...52
Tabel 5.5 Distribusi Kadar Glukosa Darah Sewaktu Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...52
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...53
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...53
xvii
Selatan (n=35)...55
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Manajemen Diri Penderita DM Di Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35) ...56
Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dan Manajemen Diri Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...56
Tabel 5.12 Distribusi Nilai Lama Menderita DM Dengan Manajemen Diri Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun (n=35)...57
Tabel 5.13 Distribusi Dukungan Keluarga Dengan Manajemen Diri Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota
xviii
Bagan 2.1 Kerangka Teori...32
xix
Lampiran 1 Surat izin uji validitas dan reliabilitas
Lampiran 2 Surat izin penelitian dan pengambilan data
Lampiran 3 Informed consent
Lampiran 4 Kuisioner penelitian
Lampiran 5 Hasil uji validitas dan reliabilitas
xx
DM : Diabetes Mellitus
POSBINDU : Pos Binaan Terpadu
PUSKESMAS: Pusat Kesehatan Masyarakat
HDFFS :Hensarling Diabetes Family Support Scale
DSMQ :Diabetes Self Management Questionnaire
1
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan merupakan cita-cita suatu bangsa yang
terlihat dari peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH).
Keberhasilan Pembangunan Nasional memberikan dampak meningkatnya
Umur Harapan Hidup waktu lahir (UHH) yaitu dari 68,6 tahun 2004 menjadi
70,6 pada tahun 2009 (Kemenkes, 2013).
Peningkatan UHH dapat mengakibatkan terjadinya transisi dalam
bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan karena
penyakit degeneratif. Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis
mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit
tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Selain itu masalah degeneratif
menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit
menular. Penyakit menular yang diderita adalah tuberkulosis, diare,
pneumonia dan hepatitis. Sedangkan penyakit tidak menular pada lansia di
antaranya hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik.
Salah satu penyakit yang tidak menular yang sering terjadi adalah diabetes
mellitus (Kemenkes, 2013).
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan karakterisitk
terjadinya peningkatan kadar glukosa darah, yang terjadi akibat terganggunya
sekresi insulin, aktivitas insulin atau keduanyan (Smeltzer & Bare, 2008).
efektif menyebabkan kadar glukosa menumpuk di dalam darah atau dikenal
sebagai hiperglikemia, dan kadar glukosa yang tinggi tersebut akan
mempengaruhi terjadinya kerusakan pada tubuh serta kegagalan berbagai
organ dan jaringan (IDF, 2013).Diabetes tipe 2 merupakan jenis yang paling
umum dari diabetes, yang mencapai 90-95% dari seluruh penderita diabetes.
Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) ditemukan
bahwa jumlah penderita diabetes tipe 2 meningkat setiap tahunnya di setiap
negara. Pada tahun 2013, ditemukan sebanyak 382 juta orang menderita
diabetes, diabetes menyebabkan 5,1 juta kematian dan penderita diabetes
meninggal setiap enam detik. Pada tahun 2035 penderita diabetes
diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang, dan Indonesia berada
pada urutan ke-7 di antara sepuluh negara di dunia dengan penderita diabetes
terbesar di bawah negara Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan
Mexico (IDF, 2014). Diabetes melitus dapat menjadi serius dan menyebabkan
kondisi kronik yang membahayakan apabila tidak segera diobati. Sehingga
diabetes mellitus dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi.
Komplikasi yang timbul akibat diabetes pada semua organ serta
semua sistem tubuh sangat tergantung pada bagaimana menjaga glukosa
darah selalu berada dalam keadaan normal. Melakukan kontrol adalah suatu
keharusan bagi semua penderita DM (Tandra, 2008). Kebanyakan penderita
DM tidak memeriksakan kadar gula darah bila tidak ada keluhan. Mereka
akan memeriksakan kesehatan bila merasa ada gangguan (Tandra, 2008).
Diabetes yang sering tidak terkontrol dapat mengakibatkan beberapa
seperti penyakit jantung, penyakit vaskuler perifer, gagal ginjal, kerusakan
saraf dan kebutaan. Banyaknya komplikasi yang mengiringi penyakit DM
telah memberikan kontribusi terjadinya perubahan fisik, psikologis dan sosial.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi dari penyakit diabetes melitus, maka
diperlukan pengontrolan secara teratur melalui perubahan gaya hidup yang
tepat bagi penderita DM. Pengontrolan yang sering dilakukan juga dengan
cara pembatasan diet, peningkatan aktivitas fisik, regimen pengobatan yang
tepat, kontrol medis teratur dan pengontrolan metabolik secara teratur (Golien
et al dalam Ronquillo et al, 2003).
Peranan dalam mengontrol diabetes mellitus adalah untuk melihat
pengaruh dari pola makan, olahraga dan pengobatan yang telah dilakukan
oleh penderita diabetes mellitus. Sehingga secara tidak langsung, kontrol gula
darah dapat berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi. Karena apabila
penderita Diabetes mellitus tidak pernah melakukan kontrol, maka penderita
tersebut tidak mengetahui keadaan gula darahnya. Sehingga apabila gula
darahnya tinggi dan penderita melakukan kebiasaan yang dapat membuat gula
darah tinggi maka dapat dipastikan penderita mengalami komplikasi
(Wardani, et al, 2014).
Seseorang dengan penyakit kronis akan mengalami berbagai macam
perubahan yang terjadi pada dirinya. Sehingga dalam hal ini keluarga
berperan dalam mengontrol kesehatan keluarganya yang mengalami diabetes.
Dukungan keluarga merupakan dukungan yang berarti diperoleh dari orang
lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang
keluargamenjadikannya mampu dalam meningkatkankesehatan dan adaptasi
mereka dalamkehidupan (Sasih, 2015).
Keluarga merupakan bagian terpenting bagi semua orang. Begitu pula
bagi penderita diabetes mellitus. Disadari atau tidak, saat seseorang
mengalami diabetes mellitus maka mereka akan mengalami masa–masa sulit. Mereka harus mulai berbenah diri, mulai mengontrol pola makan dan
aktifitas. Hal tersebut pasti sangat membutuhkan bantuan dari orang sekitar
terutama keluarga, dengan menceritakan kondisi diabetes mellitus pada orang
terdekat, maka akan membantu dalam kontrol diet dan program pengobatan
(Wardani, et al, 2014). Oleh karena itu, keluarga dapat mengingatkan ataupun
mengontrol manajemen diripenderita diabetes.
Diabetes merupakan penyakit kronis yang membutuhkan manajemen
diri diabetes sebagai komponen penting bagi setiap individu dalam
pengelolaan penyakitnya dan merupakan hal terpenting untuk mengendalikan
dan mencegah komplikasi diabetes (Xu et al., 2008). Perilaku manajemen diri
yang harus dilakukan oleh penderita diabetes mencakup mengatur pola
makan, latihan fisik, minum obat, pemantauan glukosa darah, dan perawatan
kaki (Shamoon et al., 1993; Xu et al, 2008). Keberhasilan manajemen diri
diabetes bergantung pada aktivitas perawatan diri individu untuk mengontrol
gejala dan menghindari komplikasi. Jika kegiatan perawatan diri dilakukan
secara teratur, maka dapat mencegah komplikasi yang timbul akibat diabetes
(Wu et al., 2007).
Secara umum, manajemen diri adalah perawatan diri individu dalam
tindakan mereka seperti gaya hidup sehat, untuk memenuhi kebutuhan sosial,
emosional dan kebutuhan psikologis, merawat kondisi jangka panjang mereka
dan untuk mencegah penyakit lebih lanjut (UK departemen health, 2005
dalam Koetsenruijter,et.al, 2014). Untuk mempertahankan kontrol glikemik
yang memadai, pasien biasanya mengikuti regimen manajemen diri yang
melibatkan pemantauan diri glukosa darah yang sering, modifikasi diet,
olahraga, pendidikan, dan pemberian obat. Kolaborasi dan negosiasi dengan
penyedia layanan kesehatan, anggota keluarga, dan lain-lain (Ciechanowski,
2004 dalam Mahfoue, et al, 2011).
Manajemen diri pada diabetes merupakan tugas yang menantang yang
membutuhkan perubahan gaya hidup jangka panjang dan dedikasi yang tinggi
(Bean, 2007). Perilaku dalam mengontrol diabetes ini sangat penting, akan
tetapi perilaku manajemen diri tidak dilakukan secara konsisten oleh pasien
diabetes (Xu et al., 2008). Pasien diabetes yang mendapatkan pengetahuan
tentang manajemen perawatan diri untuk penyakitnya, juga sulit melakukan
perubahan perilaku dan gaya hidup (Rapley & Fruin, 1999; Wu et al., 2007).
Pasien tidak selalu menerapkan perubahan perilaku yang diinginkan (Sharoni
& Wu, 2012). dan banyak penderita diabetes yang tidak terlibat dalam semua
praktik manajemen diri (Hunt et al., 2012; Al-Khawaldeh, Al-Hassan &
Froelicher, 2012).
Di Indonesia masih banyak penyandang diabetes yang belum
terdiagnosis, hanya dua pertiga saja dari yang terdiagnosis yang menjalani
pengobatan, baik non farmakologis maupun farmakologis. Dari jumlah pasien
dengan baik (PERKENI, 2011). Hasil penelitian dari Kusniyah, (2010)
menyimpulkan bahwa pasien diabetes tipe 2 masih memiliki tingkat
manajemen diri yang rendah. Hasil penelitian dari Kusniawati (2011) juga
menyimpulkan bahwa aktivitas perawatan diri pasien diabetes tipe 2 masih
rendah pada monitoring gula darah mandiri dan perawatan kaki.
Berdasarkan studi pendahuluan kepada 8 orang penderita DM
didapatkan 4 orang penderita DM mengatakan bahwa mereka setiap bulannya
di ingatkan oleh anggota keluarganya baik itu istri/suami, anak/menantu, dan
lainnya untuk mengontrol kadar gula darah mereka di posbindu dan jika
mereka tidak sempat ke posbindu maka mereka mengontrol kadar gula
darahnya di puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya. 4 orang lainnya tidak
teratur mengontrol gula darah serta keluarga jarang mengingatkan untuk
mengecek kadar gula darahnya.
Selanjutnya dari 8 orang pasien, 5 pasien mengatakan bahwa mereka
tidak melakukan latihan fisik seperti berjalan, olahraga ataupun yang lainnya
di pagi hari serta belum bisa mengontrol pola makannya karena tidak ada
kemauan dan kurangnya perhatian dari keluarga untuk mengingatkan mereka
olahraga serta dalam mengontrol pola makannya dan 3 lainnya sering
melakukan olahraga dengan berjalan-jalan di pagi hari serta sudah cukup baik
dalam mengontrol pola makannya. Dengan demikian kondisi yang dialami
penderita DM belum cukup optimal dalam mengatur manajemen diri mereka,
sehingga mereka membutuhkan dukungan oleh orang-orang sekitar terutama
Rendahnya dukungan keluarga akan berdampak terhadap
terlaksananya manjemen diri penderita DM dalam hal pengelolaan dan
perawatan diri mereka. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita DM di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Dukungan keluarga dengan manajemen diri pasien diabetes tipe 2
merupakan komponen untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam
mengelola penyakitnya, mencegah dan mengontrol komplikasi yang dapat
terjadi ataupun sudah terjadi. Saat seseorang mengalami diabetes mellitus
maka mereka harus banyak memperhatikan hal-hal yang terkait dengan diri
mereka sendiri. Mereka harus mulai merubah perilaku gaya hidup. sehingga
keluarga dapat memberikan dukungan yang berarti dalam pengontrolan diet,
aktifitas fisik, pemeriksaan kadar gula darah dan program pengobatan. Oleh
karena itu, pengelolaan atau manajemen diri diabetes merupakan hal yang
perlu diperhatikan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa masih rendahnya dukungan keluarga akan berdampak
terhadap terlaksananya manjemen diri dalam hal pengelolaan dan perawatan
diri mereka. Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku
manajemen diri penderita diabetes mellitus masih belum optimal, dan
dukungan dari keluarga merupakan orang terdekat bagi penderita DM yang
bisa mengontrol penderita DM dalam melakukan manajemen diri,sehingga
manajemen diri penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, kadar glukosa darah sewaktu dan lama menderita DM).
2. Bagaimana gambaran dukungan keluarga pada penderita diabetes mellitus
di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan
Tahun 2016.
3. Bagaimana gambaran manajemen diri pada penderita diabetes mellitus di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan
Tahun 2016.
4. Bagaimana hubungan karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan lama menderita DM) dengan manajemen diri penderita
diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota
Tangerang Selatan Tahun 2016.
5. Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri
penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara karakteristik responden, dukungan keluarga
dengan manajemen diri penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a. Mengetahui gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, kadar glukosa darah dan lama menderita DM).
b. Mengetahui gambaran dukungan keluarga pada penderita diabetes
mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota
Tangerang Selatan Tahun 2016.
c. Mengetahui gambaran manajemen diri pada penderita diabetes
mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tangerang
Selatan Tahun 2016.
d. Mengetahui hubungan karakteristik responden dengan manajemen
diri penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.
e. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri
pada penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan ilmu bagi
keperawatan dalam pemberian pelayanan keperawatan kepada
masyarakat terutama klien yang menderita diabetes mellitus serta kajian
keilmuan bagi mahasiswa keperawatan tentang manajemen diri pada
2. Bagi Puskesmas
Memberikan acuan untuk meningkatkan program pengontrolan
diabetes mellitus, penyuluhan terkait diet serta senam bagi penderita
diabetes mellitus dalam rangka meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan penderitadiabetes mellitus.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan
wawasan dalam hal keperawatan gerontik, keperawatan komunitas dan
keperawatan medikal bedah, serta dapat digunakan sebagai dasar
penelitian selanjutnya terkait dengan pengaruh keluarga terhadap
perilaku perawatan diri pasien diabetes mellitus dalam pengontrolan
manajemen diri mereka.
4. Bagi Pasien
Penelitian ini diharapkan bahwa pasien dapat meningkatkan
kesehatan mereka dalam hal pengelolaan terkait manajemen kesehatan
diri untuk mengoptimalkan status kesehatannya.
5. Bagi Keluarga
Penelitian ini diharapkan bahwa keluarga mampu merawat
keluarganya yang menderita diabetes mellitus, memberikan dukungan
kepada anggota keluarga dalam pelaksanaan manajemen diri serta dapat
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penilitian ini dilakukan oleh mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri
penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan
Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Partisipan pada penelitian ini adalah
responden yang menderita diabetes mellitus. Pengambilan data di ambil
12
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga 1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa anggota keluarga didalamnya yang tinggal
dalam satu atap dan saling bergantung satu sama lain (Harmoko, 2012).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang memiliki ikatan
perkawinan yang sah, memiliki hubungan darah antara satu sama lain dan
tinggal bersama di dalam satu rumah serta memiliki peran
masing-masing dalam setiap anggota keluarga (Harnilawati, 2013).
2. Tipe Keluarga
Menurut Harnilawati (2013) tipe keluarga secara tradisional
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Tipe keluarga secara tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1) Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak yang diperoleh dari keturunannya yang tinggal dalam satu
rumah.
Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan anggota
keluarga yang lain, misalnya kakek, nenek, paman, bibi,
keponakan dan sebagainya).
b. Secara modern
Secara modern dikelompokkan tipe keluarga selain diatas
yaitu:
1) Reconstituted neclear
Perkawinan kembali suami atau istri sehingga pembentukan
keluarga inti yang baru, tinggal dalam satu rumah dengan
anak-anaknya, baik anak dari perkawinan yang lama ataupun hasil dari
perkawinan baru, salah satu atau keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
2) Middle age / aging couple
Suami sebagai pencari uang, istri tinggal di rumah atau
kedua-keduanya bekerja di rumah, anak-anak telah meninggalkan rumah
karena sekolah, perkawinan atau meniti karier.
3) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur lanjut dan tidak memiliki anak,
keduanya atau salah satu dari mereka bekerja di rumah.
4) Single parent
Satu orang tua akibat perceraian atau pasangannya meninggal
sehingga anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
Suami istri atau keduanya bekerja dan tidak memiliki anak.
6) Commuter married
Suami istri atau keduanya bekerja dan hidup terpisah pada jarak
tertentu. Keduanya mencari waktu-waktu tertentu untuk bertemu.
7) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk kawin.
8) Keluarga besar 3 generasi (three generation).
Keluarga yang hidup dalam satu rumah terdiri dari 3 generasi,
mulai dari keluarga kakek-nenek, keluarga ayah-ibu, dan keluarga
anak-anak nya.
9) Institusional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti.
10)Communal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan
fasilitas.
11)Group marriage
Satu rumah terdiri dari orang tua dan anak-anaknya di dalam
satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan
yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
12)Unmarried parent and child
Ibu dan anak di mana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya
13)Cohibing couple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
kawin.
14)Gay dan lesbia family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang memiliki jenis
kelamin yang sama.
3. Tugas Keluarga
Tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, antara
lain (Friedman, Bowden & Jones, 2010, dalam Zaidin, 2009).
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting sehingga
tidak boleh diabaikan, karena jika kesehatan terganggu segala sesuatu
tidak akan berarti. Anggota keluarga memiliki kewajiban untuk
mengetahui penyakit yang dialami oleh keluarganya. Anggota keluarga
yang menderita DM maka kemungkinan besar memiliki riwayat dari
keluarga yang sebelumnya atau karena gaya hidup seperti makanan
yang tidak terkontrol. Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai
kesehatan dapat menjadi masalah serius karena keluarga tidak dapat
menjalankan tugas keluarga dengan baik, misalnya keluarga tidak
mengetahui bahwa ada gangguan kesehatan pada anggota keluarga
yang mengacu pada DM.
Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk ke pelayanan
kesehatan yang tepat sesuai dengan keadaan anggota keluarga, dengan
mempertimbangkan salah satu dari anggota keluarga yang berhak
memberikan keputusan untuk melakukan sesuatu atau tindakan. Seperti
halnya jika salah satu anggota keluarga yang terkena DM mengalami
komplikasi keluarga dapat memberikan keputusan ke mana lansia akan
dilakukan perawatan. Keluarga dapat mengambil kepeutusan yang
tepat untuk mendukung kesembuhan bagi penderita.
c. Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit atau yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah menjadi nyaman yang
menguntungkan kesehatan dan perkembangan anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan yang baik anatara keluarga dan fasilitas
kesehatan yang ada.
4. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2010) terdapat 5 fungsi dasar keluarga yaitu:
a. Fungsi afektif
Mempertahankan kepribadian, memfasilitasi stabilisasi
kepribadian orang dewasa, memnuhi kebutuhan psikologis anggota
b. Fungsi sosial
Memfasilitasi sosialisasi primer anggota keluarga yang
bertujuan untuk menjadikan anggota keluarga yang produktif dan
memberikan status pada anggota keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk kelangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi
efektifnya.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik, makanan, pakaian, dan
tempat tinggal serta perawatan kesehatan.
B. Dukungan Keluarga
1. Definisi Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan proses yang menjalin hubungan
antar keluarga melalui sikap, tindakan dan penerimaan keluarga yang
terjadi selama masa hidup (Friedman, 2010). Dukungan keluarga dapat
berupa dukungan dari internal dan juga berupa dukungan eksternal dari
keluarga inti. Dukungan yang diberikan keluarga dapat berupa dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasional dan dukungan
2. Dimensi Keluarga
Dimensi dukungan keluarga menurut Sarafino (2004), Hensarling
(2009) adalah:
a. Dimensi Emosional/Empati
Dukungan ini melibatkan perasaan empati dan perhatian terhadap
seseorang sehingga membuatnya merasa lebih baik, merasa dihargai
dan merasa dimiliki. Dukungan ini menunjukkan adanya pengertian dan
perhatian dari anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang
menderita DM. Komunikasi dan interaksi antara snggota keluarga harus
terjalin karena diperlukan untuk memahami situasi anggota keluarga
yang lain.
b. Dimensi Penghargaan
Dukungan ini membuat seseorang merasa berharga, kompeten dan
dihargai kareba keluarga memberikan penguatan yang positif kepada
anggota keluarga yang menderita penyakit. Dukungan ini muncul dari
penerimaan dan penghargaan seseorang terhadap keberadaan seseorang
yang dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain dan diri
sendiri.
Dapat dikatakan bahwa adanya dukungan penghargaan kepada
anggota keluarga yang menderita DM dapat memberikan motivasi,
semangat, dan peningkatan harga diri karena dianggap masih berguna
membentuk perilaku yang sehat dalam hal untuk meningkatkan status
kesehatannya.
c. Dimensi Instrumental
Dukungan yang bersifat nyata, dimana dukungan berupa
bantuan langsung. Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu
dukungan atau bantuan penuh keluarga dalam bentuk memberikan
bantuan tenaga, dana maupun menyediakan waktu untuk melayani dan
mendengarkan keluarga yang sakit dalam mengungkapkan persaan
yang dialaminya (Bomar, 2004). Dukungan instrumental termasuk
dalam fungsi perawatan kesehatan keluarga dan fungsi ekonomi yang
diberikan kepada keluarga yang sakit. Fungsi perawatan kesehatan
seperti menyediakan sandan dan pangan, perawatan kesehatan,
perlindungan terhadap bahaya dan fungsi ekonomi.
d. Dimensi Informasi
Dukungan berupa percakapan atau umpan balik tentang
bagaimana melakukan sesuatu, misalnya saat seseorang mengalami
kesulitan dalam pengambilan keputusan, akan menerima saran-saran
atau umpan balik tentang ide-ide dari keluarganya. Dimensi ini dapat
membantu pasien dalam mengambil keputusan dalam manajemen
penyakitnya.
Bomar (2004), menyatakan dukungan informasi keluarga
merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan keluarga
memberikan informasi-informasi penting yang dibutuhkan keluarga
yang sakit dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.
Dukungan informasi yang dibutuhkan pasien DM pemberian
informaasi terkait kondisi yang dialaminya dan bagaimana cara
perawatannya. Dimensi ini penting bagi individu yang memberikan
dukungan keluarga karena menyangkut persepsi tentang keberadaan
dan ketepatan dukungan keluarga bagi seseorang. Dukungan keluarga
bukan sekedar memberikan bantuan, tetapi persepsi penerima terhadap
bantuan yang diberikan.
3. Pengukuran Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga terkait dengan kesehatan dan kesejahteraan
dimana lingkungan keluarga menjadi tempat individu belajar. Dukungan
keluarga terdiri atas dukungan orang tua ke anak, anak ke orang tua, antar
pasangan, saudara ke saudara, cucu ke kakek/nenek. Hensarling (2009),
mengembangkan suatu skala pengukuran dukungan keluarga dengan nama
“Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS), dimana skala ini
menunjukkan validitas isi untuk pengukuran persepsi pasien terhadap
dukungan yang diberikan oleh keluarga. Hensarling juga
merekomendasikan penggunaan skala ini untuk mengukur dukungan
keluarga pada pasien DM.
HDFSS mengukur dukungan keluarga yang dirasakan oleh pasien
dari keluarganya. HDFSS terdiri atas 29 pertanyaan dengan alternatif
jawaban: 4: selalu, 3: sering, 2: jarang, 1: tidak pernah.
C. Diabetes Mellitus
1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat (Price, 2006). Diabetes mellitus atau
penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit menahun yang
ditandai dengan kadar glukosa darah diatas kisaran nilai normal yaitu
kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula
darah puasa diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006).
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi diabetes mellitus telah disahkan oleh world health
organization (WHO) dan telah dipakai oleh seluruh dunia. Empat
klasifikasi gangguan toleransi glukosa
a. Diabates mellitus tipe 1
DM tipe 1 dikenal dengan tipe Juvenileonset dan tipe
dependen insulin. Insiden diabetes tipe 1 sebanyak 30.000 kasus
baru setiap tahunnya dan dibagi dalam dua subtipe : a) autoimun,
akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta dan b)
idiopatik, tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui
sumbernya. Subtipe ini lebih sering timbul pada etnik keturunan
b. Diabetes mellitus tipe 2
DM tipe 2 dikenal sebagai tipe onset maturitas dan tipe
nondependen insulin. Insiden diabetes mellitus tipe 2 sebesar 650.000
kasus baru setiap tahunnya. Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit
ini.
c. Diabetes gestasional (GDM)
Diabetes gestasional dikenal pertama kali selama kehamilan
dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor risiko terjadinya
GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga,
dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Diabetes kehamilan
berisiko tinggi mengalami morbiditas dan mortalitas perinatal dan
mempunyai frekuensi kematian janin yang lebih tinggi. Kebanyakan
perempuan hamil menjalani penapisan untuk diabetes selama usia
kehamilan 24 hingga 28 minggu.
d. Tipe tipe lain
DM tipe lain, disebabkan karena kelainan genetik fungsi sel beta,
kelainan genetik kerja insulin, karena obat atau zat kimia, infeksi dan
sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM. Beberapa hormon
seperti hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon ddan epineprine
bersifat antagonis atau melawn kerja insulin. Kelebihan jumlah
hormon-hormon tersebut dapat mengakibatkan DM. Terjadi sebanyak
3. Manifestasi Klinis
Menurut Misnadiarly, 2006 gejala dan tanda-tanda dapat
digolongkan menjadi gelaja akut dan gejala kronik
a. Gejala akut
Gejala penyakit DM berbeda-beda dan tidaklah selalu sama.
Pada perm ulaan gejala meliputi: Poliphagia (banyak makan)
polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di
malam hari). Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, maka timbul
gejala karena kurangnya insulin. Jadi bukan 3P, melainkan 2P
(polidipsia dan poliuria) serta beberapa keluahan lain seperti nafsu
makan mulai berkurang, bahkan kadang-kadang timbul rasa mual jika
kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai: berat badan turun
dengan cepat (bisa 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah,
bahkan penderita akan jatuh koma sehingga disebut koma diabetik.
Koma diabetik adalah koma akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi
diatas 600 mg/dl.
b. Gejala kronik
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa
panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa tebas dikulit, kram,
kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah
goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada
pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran
atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir
4. Penatalaksanan Diabetes Mellitus
Menurut lanywati, 2011 prinsip penatalaksanaan diabates melitus
secara umum ada lima sesuai dengan Konsensus Pengelolaan DM
diIndonesia tahun 2006 adalah untukmeningkatkan kualitas hidup pasien
DM. Terapi DM pada prinsipnya bertujuan sebagai berikut:
a. Mengembalikan kadar gula darah sehingga menjadi normal, penderita
merasa nyaman dan sehat.
b. Mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi
c. Mendidik penderita dalam hal pengetahuan dan motivasi agar
penderita dapat merawat penyakitnya sendiri.
Menurut Sylvia, 2006 penatalaksanaan diet DM adalah sebagai
berikut:
1) Diet DM
Diet DM dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan
karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari oleh penderita DM , agar
gula darah dapat terkontrol dengan pengaturan makanan.jumlah
kalori yang disarankan juga bervariasi tergantung pada kebutuhan
untuk mempertahankan, menurunkan, atau meningkatkan berat
tubuh penderita DM. Sistem makanan penukar dikembangka untuk
membantu pasien dalam hal menangani pola dietnya
2) Latihan fisik
Latihan fisik untuk mempermudah transpor glukosa ke
menyesuaikan waktu pasien dalam melakukan aktifitas latihan
fisik, pasien mungkin dapat mengontrol kadar gula darah mereka
a) Olahraga
Berikut ini adalah pertimbangan manfaat- risiko
olahraga pada lansia
Manfaat pada lansia adalah perbaikan toleransi
glukosa, peningkatan kemampuan konsumsi oksigen
maksimum, peningkatan kekuatan otot, penurunan tekanan
darah, pengurangan lemak tubuh, perbaikan profil lipid. Risiko
nya adalah sebagai berikut: hipoglikemia, cedera pada tulng
sendi dan kaki. Karena lansia sering kali dijumpai penyakit
penyerta osteoartritis, parkinson, gangguan penglihatan, dan
gangguan keseimbangan, sehingga olahraga sebaiknya
dilakukan yang memang dekat, dan jensi olahraga yang
silakukan lebih bersifat isotonik daripada isometrik.
3) Pengobatan DM
Penyakit yang progresif obat-obat oral hipoglikemik juga
dianjurkan. Obat-obat yang digunakan adalah persensitif insulin
dan sulfonilurea. Dua tipe persensitif yang tersedia adalah
metformin dan tiazolidinedion. Metformin diberikan sebagai
terapi tunggal dengan dosis 500 hingga 1700mg/ hari. Metformin
menurunkan kadar produksi glukosa hepatik, menurunkan
absorpsi glukosa pada usus, dan meningkatkan kepekaan insulin,
insulin perifer dan menurunkan produksi glukosa hepatik.
Tiazolidinedian, yaitu rosiglitazon dan dengan dosis 4 hingga 8
mg/hari dan pioglitazon dengan dosis 30 hingga 45 mg/hari dapat
diberikan sebagai terapi tunggal atau dikombinasikan dengan
metformin, sulfonilurea, atau insulin. Obat-obat ini menyebabkan
retensi air sehingga tidak cocok diberikan pada pasien dengan
agagal jantung kongestif.
Lispro awitannya segera selama 30-90 menit dan regular
(crystalline Zinc) awitannya 30 menit. NPH itu keruh, suspensi
insulin seng kristal, 50% jenuh dengan protamin. Ultralente dan
Glargine
D. Manajemen Diri pada Diabetes 1. Definisi Manajemen Diri
Manajemen diri pada diabetes merupakan seperangkat perilaku
yang dilakukan oleh individu dengan diabetes untuk mengelola kondisi
mereka, termasuk minum obat, mengatur diet, melakukan latihan fisik,
pemantauan glukosa darah mandiri, dan mempertahankan perawatan kaki
(Xu et al., 2010).
2. Manajemen Diri Pada Diabetes
Manajemen diri pada diabetes juga didefinisikan sebagai perilaku
manajemen diri yang mencakup pengaturan pola makan, olahraga, pemantauan
glukosa darah secara mandiri, dan minum obat, yang secara keseluruhan
berhubungan dengan perbaikan yang signifikan dalam mengontrol status
Seseorang yang menderita diabetes perlu mengetahui pemahaman
dalam pengelolaan penyakitnya. Tugas-tugas dalam manajemen diri yang
yang harus diperhatikan adalah, sebagai berikut:
a. Diet
Diet merupakan faktor utama dalam mengontrol diabetes, yang
melibatkan pengendalian berat badan dan perencanaan makan yang
sehat untuk pasien DM (Harris et al., 2012). Pasien dengan diabetes
harus dimotivasi untuk menerapkan perubahan pola hidup yang lebih
sehat (Amod et al., 2012). Rekomendasi diet bagi penderita diabetes
mirip dengan rekomendasi untuk masyarakat umum, misalnya
mengurangi gula, lemak jenuh, dan asupan garam (Dyson, 2002; Nair,
2007). Meskipun setiap orang memiliki kebutuhan yang sama untuk
nutrisi dasar, pasien diabetes akan membutuhkan diet yang lebih
terstruktur untuk mencegah hiperglikemia (Lemone & Burke, 2004;
Nair, 2007).
b. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik merupakan faktor dalam mengelola diabetes
dan mengontrol kadar glukosa darah yang lebih baik. Sebelum
meningkatkan pola aktivitas fisik dari yang biasanya, pasien diabetes
harus melakukan pemeriksaan medis terlebih dahulu, untuk
menyesuaikan kebutuhan individu dan mempertimbangkan adaptasi
latihan terhadap adanya komplikasi diabetes. Latihan fisik dapat
membantu meningkatkan sirkulasi, dan mengurangi berat badan
dalam sel otot (Pullen, 2000; Nair, 2007), sehingga membantu
menurunkan kadar glukosa darah (Nair, 2007).
c. Medikasi (ke tempat pelayanan kesehatan)
Bagi penderita diabetes tipe 2, kontrol glikemik dapat
dipertahankan dengan intervensi non-farmakologis seperti diet, latihan
fisik, dan monitoring gula darah mandiri. Namun, sebagian besar
penderita diabetes tipe 2 memerlukan pengobatan dengan farmakologi
(DeCoste & Scott, 2004). Diabetes tipe 2 dapat diobati dengan obat
tunggal atau kombinasi obat oral dan insulin. Setiap obat diberikan
untuk salah satu ketidaknormalan kadar gula darah dan kombinasi
dengan perawatan medis yang dapat menormalkan kadar gula darah.
Jika terapi oral tidak bekerja, maka terapi insulin satu-satunya cara
untuk mengontrol kondisi hiperglikemia. Insulin hanya akan
digunakan jika nilai HbA1c lebih dari 6,5% setelah terapi oral
maksimal. Insulin harus dikombinasi dengan terapi oral untuk
mengurangi risiko hipoglikemia dan peningkatan berat badan (Garber
et al., 2002; Svartholm & Nylander, 2010).
d. Kontrol Glukosa
Kontrol kadar glukosa darah merupakan bagian dalam
manajemen diri pasien dengan diabetes, dan disarankan pada pasien
diabetes yang menggunakan terapi obat oral. Monitoring gula darah
mandiri bertujuan untuk mencapai penurunan HbA1c dengan tujuan
utama mengurangi risiko komplikasi, mengidentifikasi adanya
4-6 mmol/L sebelum makan (preprandial) dan tidak di atas 10 mmol/L
dua jam setelah makan (postprandial) (Diabetes UK, 2006; Nair,
2007). Kontrol glukosa darah didasarkan pada kebutuhan individu,
jadwal, dan penggunaan data yang direncanakan. Kontrol gula darah
efektif dalam meningkatkan kontrol glikemik pada individu dengan
diabetes tipe 2 yang tidak menggunakan insulin (Welschen et al, 2005;
Hirsch et al, 2008).
Monitoring glukosa darah mandiri memberikan informasi
mengenai efek terapi, diet dan aktivitas fisik. Pernyataan dari ADA
(2009, dalamCPG on ManagementT2DM, 2009) merekomendasikan
bahwa monitoring glukosa darah mandiri harus dilakukan 3 atau 4 kali
sehari untuk pasien menggunakan suntikan insulin. Untuk pasien yang
menggunakan suntikan insulin tidak sering, terapi non-insulin atau
terapi nutrisi medis saja, monitoring glukosa darah mandiri mungkin
berguna dalam mencapai kontrol glikemik.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen diri penderita DM tipe 2
a. Umur
Penderita diabetes yang lebih tua memiliki tingkat manajemen
diriyang lebih tinggi pada diet, olahraga, dan perawatan kaki dari pada
individu yang lebih muda (Xu, Pan & Liu, 2010). Penderita diabetes
lebih baik dalam perawatan diri daripada orang tua yang buta huruf
(Bai, Chiou & Chang, 2009).
b. Jenis kelamin
Perawatan diri diabetes dapat dilakukan oleh siapa saja yang
menderita diabetes baik laik-laki ataupun perempuan. Klien laki-laki
memiliki tanggung jawab penuh dalam melaksankan pengelolaan
terhadap penyakit yang sedang dialaminya demikian juga dengan
perempuan yang tampak lebih peduli terhadap kesehatannya sehingga
berupaya optimal untuk melakukan perawatan mandiri terhadap
kesehatan yang dialaminya (Sousa, 2005 dalam Kusniawati, 2010).
c. Tingkat pendidikan
Seseorang dengan pendidikan tinggi umumnya memiliki
pemahaman yang baik tentang pentingnya perilaku perawatan diri dan
memiliki keterampilan manajemen diriyang lebih baik untuk
menggunakan informasi peduli diabetes yang diperoleh melalui
berbagai media dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah (Bai,
Chiou & Chang, 2009). Seseorang dengan tingkat pendidikan yang
lebih tinggi memiliki tingkat manajemen diriyang lebih tinggi terhadap
diet, olahraga, dan pemeriksaan gula darah mandiri, dan lebih mudah
untuk memahami informasi kesehatan yang berhubungan dengan diet,
aktivitas fisik, dan pemeriksaan gula darah mandiri (Xu, Pan & Liu,
2010).
Seseorang dengan durasi penyakit lebih lama memiliki
pengalaman dalam mengatasi penyakit mereka dan melakukan perilaku
perawatan diri yang lebih baik (Wu et al., 2007). Seseorang yang telah
didiagnosis dengan diabetes bertahun-tahun dapat menerima diagnosis
penyakitnya dan rejimen pengobatannya, serta memiliki adaptasi yang
lebih baik terhadap penyakitnya dengan mengintegrasikan gaya hidup
baru dalam kehidupan mereka sehari-hari (Xu, Pan & Liu, 2010).
4. Pengukuran Manajemen Diri pada Diabetes Mellitus
Manajemen diri pada diabetes tipe 2 diukur dengan menggunakan
kuesioner The DSMQ (Diabetes Self Management Questionnaire)
dikembangkan di Lembaga Penelitian Diabetes Academy Mergentheim.
Ini adalah instrumen untuk menargetkan perawatan diri diabetes. DSMQ
mencakup: manajemen glukosa' (item 1, 4, 6, 10, 12), 'diet kontrol' (item
2, 5, 9, 13), 'aktivitas fisik' (item 8, 11, 15), dan menggunakan perawatan
E. Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka teori
Dimodifikasi dari konsep Bandura, (1989), Hensarling (2009), Friedman
(2010), Xu, Pan & Liu (2010), Bai, Chiou & Chang ( 2009). Komplikasi:
1. komplikasi akut 2. Komplikasi kronis
Diabetes meliitus
Manajemen diri 1. Kontrol glukosa 2. Diet
3. Aktivitas fisik
4. Gunakan perawatan kesehatan Dukungan sosial/
dukungan keluarga 1. Dimensi informasi 2. Dimensi emosional 3. Dimensi penghargaan 4. Dimensi instrumental
Status glikemik terkontrol Komplikasi minimal Faktor personal
1. Umur
2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Lama menderita
33
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri
dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah manajemen diri pasien diabetes
mellitus, sedangkan variabel independen adalah faktor personal dan dukungan
keluarga.
Variabel independen variabel dependen
Skema 3.1
Kerangka konsep penelitian
Dukungan keluarga Manajemen diri pasien
DM
Faktor personal 1. Umur
2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Lama menderita
B. Hipotesis
1. Ada hubungan karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan lama menderita DM) dengan manajemen diri penderita
DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang
Selatan
2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita
DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No .
Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
1. Usia Usia responden sejak lahir
sampai sekarang
Responden diberi pertanyaan mengenai usianya
Kuisioner 1. 45-59tahun 2. 60-75 tahun 3. 76-90 tahun
Interval
2. Jenis Kelamin Jenis kelamin responden, apakah laki-laki atau
3. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan terakhir atau formal yang
4. Lama menderita DM Rentang waktu seseorang pertama kali menderita
perawatan kesehatan. pertanyaan. 2. kurang baik = kurang dari mean (<26,23)
Variabel Independen
2. Dukungan Keluarga Dukungan yang diberikan keluarga kepada pasien terdiri atas 25 item pertanyaan dengan alternatif jawaban
37
A. Desain Penilitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan design
cross sectional yaitu pengukuran atau pengumpulan data variabel bebas dan
variable terikat dilakukan dalam satu waktu. Tujuan spesifik dari study cross
sectionaladalah untuk mendeskripsikan hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen dalam satu waktu ( Sastroasmoro & Ismael, 2010).
Peneliti menggunakan pendekatan cross sectional karena penelitian
ini bermaksud mengidentifikasi ada tidaknya hubungan variabel dependen
terhadap variabel independen dalam satu kali pengukuran menggunakan alat
ukur berupa kuisioner. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita DM di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun
2016.
B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Alasan peneliti memilih
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan karena
belum ada penelitian yang dilakukan terkait dengan hubungan dukungan
keluarga dengan manajemen diri lansia penderita DM di Posbindu Wilayah
kurangnya dukungan keluarga terhadap manajemen diri penderita DM yang
diperoleh dari hasil studi pendahulan.
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016, dilanjutkan
dengan analisis data. Pengambilan data dilakukan pada minggu pertama April
sampai minggu pertama Mei 2016.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan di teliti (Setiadi, 2007). Populasi penelitian ini adalah
seluruh pasien DM yang tinggal bersama keluarga di daerah Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan cara
tertentu sehingga dianggap dapat mewakili dari populasinya ( Sastroasmoro
& Ismael, 2010). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu total sampling dengan melihat kriteria inklusi.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1. Responden yang menderita DM umur >45 tahun
2. Responden yang tinggal bersama dengan keluarganya
3. Dapat berkomunikasi dengan baik
4. Bersedia menjadi responden
5. Beragama islam
Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1. Pasien DM yang mengalami penurunan status kesehatan secara drastis
Adapun jumlah sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
sebesar 35 responden.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan kuisioner, di mana responden mengisi kuisioner sendiri
atau dibantu. Kuisioner yang digunakan terdiri dari kuisioner dukungan
keluarga dan kuisioner manajemen diri.
1. Kuisioner dukungan keluarga
Kuisioner dukungan keluarga diadopsi dari Hensarling Diabetes Family
Support Scale (HDFSS) yang dikembangkan oleh Hensarling (2009).
HDFFS mencakup dimensi emosional terdiri dari 10 item ( pertanyaan
nomor 4, 5, 6, 7, 13, 15, 17, 24, 27, 28), dimensi penghargaan 8 item
(pertanyaan nomor 8, 10, 12, 14, 18, 19, 20, 25), dimensi instrumental 8
item (pertanyaan nomor 9, 11, 16, 21, 22, 23, 26, 29). Dan dimensi
informasi 3 item (pertanyaan nomor 1, 2, 3,). Jumlah total pertanyaan
sebangak 29 item dengan alternatif jawaban:
Untuk pertanyaan positif:
Kuisioner dukungan keluarga nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,11, 14, 15,
16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, dan 29
Selalu: 4, sering: 3, jarang: 2, tidak pernah: 1.
Untuk pertanyaan negatif:
Kuisioner dukungan keluarga nomor 12, 13, 17, dan 24
Selalu: 1, sering: 2, jarang: 3, tidak pernah: 4.
The DSMQ dikembangkan di Lembaga Penelitian Diabetes Academy
Mergentheim. Ini adalah instrumen untuk menargetkan perawatan diri
diabetes. DSMQ mencakup: manajemen glukosa' (item 1, 4, 6, 10, 12),
'diet kontrol' (item 2, 5, 9, 13), 'aktivitas fisik' (item 8, 11, 15), dan
menggunakan perawatan kesehatan' (item 3, 7, 14). Satu item (16) secara keseluruhan terkait terhadap perawatan diri dimasukkan dalam jumlah skala. Jumlah total pertanyaan sebanyak 16 item dengan alternatif jawaban:
Untuk pertanyaan positif:
Kuisioner manajemen diri nomor 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, dan 14
Sesuai: 3, cukup sesuai: 2, kurang sesuai: 1, tidak sesuai: 0
Untuk pertanyaan negatif
Kuisioner manajemen diri nomor 5, 7, 10, 11, 12, 13, 15, dan 16
Sesuai: 0, cukup sesuai: 1, kurang sesuai: 2, tidak sesuai: 3
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas instrumen merupakan validitas yang diuji datanya, data atau
informasi yang dapat dikatakan valid, bila tidak ada perbedaan antara yang
dilaporkan peneliti, dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang
diteliti (Lapau, 2012). Validitas instrumen diuji dengan teknik korelasi
Pearson Product Moment yaitu melihat nilai korelasi antara skor
masing-masing variabel dengan skor totalnya.
Berdasarkan tingkat signifikan 0,05, bila r hitung lebih besar dari nilai