• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN

D. Hubungan Karakteristik Responden Dengan Manajemen Diri Penderita DM Di

Selatan

1. Hubungan Karakteristik Usia Dengan Manajemen Diri

Analisis hubungan usia dengan manajemen diri diabetes pada penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan manajemen diri diabetes. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariyani, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik usia dengan efikasi diri. Hal yang serupa juga dijelaskan oleh Vivienne et al (2007) bahwa usia tidak berhubungan dengan perawatan diri diabetes.

Wu, et al. (2007) juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dengan efikasi diri responden. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa usia tidak mempengaruhi seseorang dalam melakukan perawatan diri, manajemen diri dan efikasi diri. Penelitian ini menjelaskan bahwa klien yang berusia muda maupun lebih tua menunjukkan perilaku manajemen diri diabetes yang sama.

Hasil penelitian tidak sejalan menurut Sousa et al (2005) bahwa usia memiliki hubungan dengan perawatan diri diabetes, yang menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia maka terjadi peningkatan dalam hal aktivitas perawatan diri. Hal ini disebabkan karena seiring bertambahnya usia maka pola berfikir juga meningkat terkait dengan manfaat yang akan diperoleh jika klien melakukan aktifitas dalam kehidupan sehari-hari.

Perbedaan dari beberapa penelitian tersebut dapat disebabkan karena klien yang lebih muda memiliki pemahaman yang cukup terkait dengan manajemen diri diabetes serta manfaat yang dirasakan jika melakukan aktifitas terkait perawatan diri diabetes dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan mereka yang usianya lebih tua, telah merasakan manfaat dari aktifitas perawatan diri yang telah dilakukan melalui pengalaman yang mereka sudah lakukan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa responden yang berusia muda ataupun responden yang lebih tua, mereka sama-sama mengontrol manajemen diri serta aktifitas perawatan diri agar tercapainya gula darah yang normal dan mencegah terjadinya komplikasi karena adanya diabetes mellitus yang di derita.

2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Manajemen Diri

Analisis hubungan jenis kelamin dengan manajemen diri pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan manajemen diri diabetes. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wu, et al. (2007) juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dengan efikasi diri responden. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa responden antara laki-laki dan perempuan menunjukkan aktifitas manajemen diri diabetes yang sama. Hal yang serupa juga dijelaskan oleh sousa et al (2005) yang menjelaskan bahwa jenis kelamin memberikan pengaruh terhadap perawatan diri diabetes, jenis kelamin perempuan lebih baik dibandingkan jenis kelamin laki-laki. Perempuan lebih peduli terhadap kesehatannya sehingga berupaya optimal dalam melakukan perawatan mandiri terhadap penyakit yang dialaminya.

Perbedaan dari beberapa hasil penelitian tersebut dikarenakan aktifitas manajemen diri diabetes dapat dilakukan oleh siapa saja yang sedang mengalami diabetes baik laki-laki ataupun perempuan. Laki-laki memiliki tanggung jawab dalam melakukan pengontrolan terhadap penyakit yang dialaminya begitu juga halnya dengan perempuan yang selalu memperhatikan kondisi kesehatannya. Seseorang yang memiliki semangat dan motivasi dalam dirinya dalam melaksanakan pengontrolan aktifitas perawatan diri dalam kehidupan sehari-hari maka perilaku tersebut akan menjadi tanggung jawab dan akan menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Hubungan tingkat pendidikan dengan manajemen diri

Analisis hubungan tingkat pendidikan dengan manajemen diri meunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan maanjemen diri. Berdasarkan analisis hubungan antara pendidikan dengan kejadian DM Tipe 2, didapatkan kesimpulan yang didapat adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian DM Tipe 2 (Trisnawa, 2013). Berbeda dengan penelitian Stipanovic (2003) menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan efikasi diri dan perilaku perawatan diri DM bahwa responden dengan pendidikan yang tinggi memiliki efikasi diri yang baik.

Menurut Ford, Tilley, dan Mc-Donald, (1998), menjelaskan bahwa pendidikan secara positif mempengaruhi kesehatan dan kontrol glikemik. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang baik akan lebih matang dalam proses perubahan dirinya sehingga akan lebih mudah menerima pengaruh dari luar yang positif, obyektif dan terbuka terhadap berbagai informasi terkait kesehatan. Menurut Young (2010 dalam Gamara, 2013), tingkat pengetahuan perawatan diabetes melitus dapat dipengaruhi oleh lama penyakit yang diderita, tingkat pendidikan dan faktor ekonomi, sehingga pasien dengan tingkat pendidikan rendah namun memiliki kemampuan manajemen perawatan diri yang baik akan memiliki hasil yang baik pula.

Perbedaan dari beberapa penelitian dari hasil tersebut adalah tingkat pendidikan setiap orang itu berbeda-beda, pendidikan juga mempengaruhi pemahaman, kemampuan dan tingkat pengetahuan

seseorang. Sehingga seseorang dengan pendidikan rendah tetapi memiliki kemampuan dalam melakukan manajemen diri maka hasil yang ingin dicapai akan baik pula.

4. Hubungan Lama Menderita DM Dengan Manajemen Diri

Hasil analisis antara lama DM dengan manajemen diri menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama DM dengan manajemen diri diabetes. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kusniawati (2011) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama menderita DM dengan perawatan diri diabetes.

Lama menderita DM tidak berhubungan dengan efikasi diri disebabkan karena lamanya menderita DM, sehingga dapat terjadi banyak kerusakan sel dan fungdi di dalam tubuh yang dapat menimbulkan berbagai macam gangguan fisik dan metabolik atau dapat terjadi komplikasi yang serius. Sesorang yang telah mengalami komplikasi akan merasa sulit dalam melakukan perawatan diri karena mengalami berbagai macam gangguan dan keterbatasan sehingga menyebabkan terjadinya efikasi diri pasien yang rendah (Bernal, et al. 2000).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Bai et al (2009) menjelaskan bahwa lama seseorang menderita DM berpengaruh terhadap perawatan diri diabetes. Durasi DM yang lebih lama memiliki pemahaman yang lebih bahwa pentingnya perilaku perawatan diri diabetes sehingga mereka dapat dengan mudahnya mencari informasi terkait dengan perawatan diabetes yang dilakukan. Semakin lama seseorang mengalami DM maka ada kecenderungan untuk menjadi tidak patuh terhadap

pelaksanaan perawatan mandiri, namun ada kecenderungan lain pasien memiliki pengalaman perawatan mandiri yang lebih baik daripada pasien yang baru terdiagnosa DM. Klien yang baru mengalami diabetes dan klien yang sudah lama menderita diabetes menunjukkan perilaku perawatan diri yang sama dalam hal aktivitas.

Kenyataan yang dapat terjadi adalah seseorang dengan diabetes yang baru terdiagnosis memiliki perhatian dan semangat dalam melakukan pengontrolan diri terhadap penyakitnya dalam melakukan manajemen diri serta perawatan diri. Bagi klien yang baru pertama kali menderita diabetes merupakan pengalaman dan tantangan dalam melakukan manajemen diri dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat tercapai kadar gula darah untuk meminimalkan komplikasi. Sedangkan untuk klien yang telah lama mengalami diabetes, mereka telah beradaptasi sehingga dalam hal manajemen diri sudah menjadi kebiasaan dalam hidupnya. Klien yang sudah lama menderita diabetes memiliki pemahaman terkait dengan pentingnya self care diabetes dan dapat memiliki kemampuan dalam hal manajemen diri.

E. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Manajemen Diri Penderita DM

Dokumen terkait