• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

B. Diagnosa

Diagnosa keperawatan merupakan masalah yang di dapatkan dari data-data yang telah ditemukan pada pengkajian.

1. Pre operatif

Dari hasil pengkajian pre operatif berdasarkan teori dan kasus luka bakar, maka dapat di rumuskan beberapa diagnosa keperawatan.

Pada teori terdapat 3 diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien luka bakar yang dilakukan tindakan pembedahan debridement.

Yaitu nyeri akut berhubungan dengan peradangan dan infeksi pada

luka bakar, ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan ascites, dan ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Sedangkan pada kasus terdapat 1 diagnosa keperawatan yang di dapatkan pada pre operatif. Untuk mengetahui kesenjang pada diagnosa keperawatan, maka penulis akan menguraikan diagnosa keperawatan yang ada pada teori dan tidak ada pada kasus yaitu:

a) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan disfungsi neoromuskuler.

Diagnosa ini tidak terpadat pada kasus karna pada saat pengkajian penulis tidak menemukan adanya gangguan pola nafas maupun jalan nafas yang ditemukan pada pasien. sehingga tidak terdapat data yang dapat menunjang di angkatnya diagnosa tersebut.

b) Ansietas berhubungan dengan status kesehatan, dan tindakan prodedur invasive (bedah) yang akan di lakukan.

Diagnosa ini juga tidak di dapatkan penulis pada kasus yang di kelola, karna pada saat pengkajian pre operatif pasien nampak tenang, tidak ada tanda-tanda cemas yang di tunjukkan oleh pasien sehingga tidak ada data yang dapat menunjang di angkatnya diagnosa ansietas tersebut.

2. Intra operatif

Dari hasil pengkajian inta operatif berdasakan teori dan kasus luka bakar, maka dapat di rumuskan beberapa dignosa keperawatan.

Pada teori terdapat 3 dioagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pesien luka bakar dalam tahap intra operatif, yaitu kerusakan integritas kulit berhubungan dengan reaksi kimia, resiko infeksi, dan resiko cedera.

Sedangkan pada kasus ada 2 diagnosa keperawatan yang di dapatkan oleh penulis, yaitu kerusakan integritas kulit berhubungan dengan reaksi kimia, danresiko infeksi.

Kesenjangan yang dapat dilihat disini adalah tidak di dapatkannya diagnosa resiko cedera oleh penulis, karna selama proses jalannya operasi penulis mengamati tidak ada tanda atau factor resiko yang dapat menunjang di angkatnya diagnosa resiko cedera tersebut.

3. Post operatif

Dari hasil pengkajian pasca operatif berdasarkan teori dan kasus luka bakar, maka dapat dirumuskan bebrapa diagnosa keperawatan. Pada teori terdapat 3 diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien luka bakar yang sudah menjalani operasi debridement, yaitu ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret di jalan nafas sekunder akibat pemasangan

ETT, resiko ketidak reimbangan suhu tubuh : Hipotermi, dan resiko jatuh.

Sedangkan pada kasus ada 1 masalah yang dapat ditemukan oleh penulis. Untuk mengetahui kesenjangan diagnosa keperawatan, maka penulis akan menguraikan diagnosa keperawatan yang ada pada teori dan tidak ada pada kasusus yaitu:

a) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret di jalan nafas sekunder.

Diagnosa ini tidak ditemukan pada kasus karna pada saat selesai operasi dan pemindahan pasien ke ruang recovery room tidak ada secret yang terdeteksi pada jalan nafas pasien, pola nafas pasien paten dan spontan denngan frekuensi nafas 22x /menit. Sehingga penulis tidak mengangkatb diagnose tersebut karna tidak adanya data yang dapat menunjang.

b) Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh

Diagnosa ini tidak ditemukan pada kasus karna pada saat di ruang recovery room tubuh pasien di tutup menggunakan selimut, dan suhu ruangan terjaga dengan stabil. Suhu pasien saat di recovery room adalah 36,5 °C. dengan alasan tersebut maka penulis tidak mengangkat diagnosa resiko ketidakseimbangan suhu tubuh: Hipotetermi pada pasien.

C. Perencanaan (Rencana Tindakan Keperawatan) 1. Pre operatif

Pada perencanaan ini tidak ada perbedaan dangan perencanaan yang ada pada teori. Perencanaan dibuat pada permasalahan yang telah didapatkan pada pasien di tahap pre operatif.

a) Nyeri akut berhubungan dengan fisik

1) Kaji tingkat nyeri, catat intensitas, dan karakteristik nyeri bertujuan untuk mengetahui memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan pasien.

2) Observasi nonverbal dari ketidak nyamanan bertujuan untuk mengetahui rasa nyeri terhadap ketidaknyamanan yang dialami oleh pasien.

3) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri, seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan bertujuan untuk memberikan rasa dapt berkurang

4) Ajarkan dan dorong pasien menggunakan tehnik relaksasi nafas dalam bertujuan untuk memungkinkan pasien untuk bepartisipasi secara aktif dan menigkatkan rasa kontrol, mengurangi rasa nyeri yang diasakan pasien dimana dilakukan dengan menarik nafas dalam-dalam lalu menahan 2-3 detik dan menghembuskan secara parlahan melalui mulut.

5) Monitor tanda-tanda vital pasie. Pasien yang merasakan nyeri biasanya mengalami peningkatan Nadi dan pernafasan sehingga tanda-tanda vital perlu dimonitor secara berkala.

6) Beri posisi pasien yang yaman bertujuan untuk meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembbali perhatian pasien.

2. Intra operatif

Pada perencanaan ini ada perbedaan dengan perencanaan pada teori. Terdapat perencanaan yang terdapat pada kasus namun tidak terdapat pada teori karna direncanakan sesuai dengan kebutuhan pasien. Terdapat pula perencanaan yang ada pada teori namun tidak terdapat pada kasus. rencana tindakan yang di rencanakan pada masing-masing diagnosa yaitu :

a) Resiko infeksi

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan operasi 2) Gunakan peralatan operasi yang steril

3) Lakukan desinfeksi pada area operasi dan sekitarnya 4) Pertahankan lingkungan aseptic selama tindakan operasi 5) Lakukan dressing setelah operasi selesai

Adapun perbedaanya dalam perencanaan yag ada pada teori namun tidak di rencanakan pada kasus yaitu :

1) Monitori tanda dan gejala infeksi sistemik dan local

Tidak direncanakan dalam kasus karna pada saat dilakukan operasi sampai selesai, tanda ada gejala inffeksi belum dapat langsung teridentifikasi pada uka pembedahan berhubngan karena tindakan operasi baru saja selesai dilakukan dan tindakan tersebut menggunakan peralatan dan prosedur yang steril di samping itu ruang operasi juga merupakan khusus yang tidak semua orang/petugas dapat masuk di ruang kamar operasi dan harus tetap steril.

b) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan agen cedera kimiawi

1) Observasi luka, lokasi, kedalaman, karakteristik, dimensi, dan danda infeksi local

2) Berikan posisi yang mengurangi penekanan pada luka.

Perberdaannya yang ditemukan disini adalah adanya intervensi yang ada pada kasus namun tidak ada pada teori:

1) Berikan informasi pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.

Intervensi tersebut tidak terdapat pada teori, intervensi tersebut di buat agar supayaa pasien mengerti dan bisa bekerja sama dengan baik selama tindakan dilakukan.

2) Persiapkan lingkungan yang bersih dan pertahankan tehnik aseptik.

Intervensi tersebut tidak ada terdapat pada teori, penulis mengambil intervensi tersebut bertujuan untuk menjaga luka klien agar terhindar dari paparan mikroba dan tidak terjadi infeksi..

3) Lakukan desinfeksi di sekitar luka.

Rencana tersebut terdapat pada kasus dan tidak terdapat pada teori. Perencanaan tersebut di rencanakan untuk membersihkan dan mendesinfeksi luka pasien sebelum dilakukan tindakan pembedahan.

4) Lakukan tindakan debridement.

Rencana tersebut terdapat pada kasus dan tidak terdapat pada teori. Perencanaan tersebut di rencanakan untuk mengangkat jaringan mati pada luka bakar yang di derita pasien sehingg luka jd bersih, meminimalkan infeksi, dan mempercepat proses penyembuhan.

2. Post operatif

Pada perencanaan ini tidak ada perbedaan dengan perencanaan yang ada pada teori. Perencanaan tersebut berdasarlkan pada permasalahan yang telah di dapatkan pada pasien di tahap post operatif. Rencana tindakan yang di rencanakan post operatif berdasarkan diagnosa keperawatan yaitu:

a) Resiko jatuh

Factor resiko : pasien yang belum sadar akibat pengaruh anastesi (kesadaran tersedasi)

1) Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien 2) Hindarkan dari lingkungan yang berbahaya 3) Atur posisi klien yang aman

4) Pasang pengaman tempat tidur

5) Observasi vital sign dan keadaan umum pasien D. Pelaksanaan (Implementasi)

1. Pre operatif a) Nyeri akut

Pelaksanaan yang dilakukan pada diagnosa nyeri akut dilakukan sesuai dengan rencana yang telah direncanakan yaitu melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, menmberikan informasi tentang penyebab nyeri, mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi, mengobservasi tanda-tanda vital.

2. Intra Operatif

Pada pelaksanaan di tahap intra operatif, tidak ada perbedaan dengan perencanaan yang telah ada pada rencana kasus.

Pelaksanaan dibuat berdasarkan pada rencana tindakan keperawatan yang telah direncanakan dan dilakukan sesuai dengan prosedur operasi

a) Kerusaka integritas kulit

Pelaksanaan yang dilakukan pada diagnosa kerusakan integritas kulit dilakukan seuai dengan apa yang telah direncanakan pada tahap intervensi, yaitu mengevaluasi karakteristik luka, Memberikan informai kepada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan, mempeersiapkan lingkungan yang bersih dan pertahankan tekhnik aseptic, melakukan desinfeksi di sekitar luka, lakukan debridement luka.

b) Resiko infeksi

Pada diagnosa resiko infeksi juga dilakukan sesuai apa yang telah direncanakan pada tahap intervensi sebelumnya yaitu mencuci tangan sebelum melakukan tindakan insisi, memakai pakaian dan alat-alat yang steril saat melakukan insisi, Memasti##kan teknik aseptic pada saluran IV.

3. Post operatif

Pada pelaksanaan di tahap post operatif tidak ada perbedaan dengan apa yang telah di rencanakan sebelumnya. Pelaksanaan dibuat berdasarkan rencana tindakan keperawatan yang telah direncanakan.

a) Resiko jatuh

Pelaksanaaan yang dilakukan pada diagnosa resiko jatuh sesuai dengan apa yang telah di intervensikan sebelumnya yaitu

memasang pengaman tempat tidur, menjelaskan pada pasien untuk cara mencegah resiko jatuh, jelaskan pada pasien untuk menghindarkan barang-barang yang tidak dipakai di sekitar tempat tidur, menempatkan pasien dekat dari nurse station.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan, evaluasi meliputi adanya kemajuan atau atau keberhasilan daei masalah yang dihadapi oleh klien. Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien Tn. P selama ± 6 jam di ruangan kamar operasi IGD masalah keperawatan yang ditemukan pada fase pre, intra, dan post operatif dapat teratasi antara lain:

1. Pre operatif

a) Nyeri akut berhubungan denga agen cedera fisik

Evaluasi yang di dapatkan dari tindakan yang telah dilakukan yaitu klien mengatakan nyerinya seperti tertekan, skala nyeri turun dari 4 NRS menjadi 3 NRS. Masalahnya belum teratasi, dan intervensi tidak dapat dilanjutkan karna pasien segera dilakukan operasi.

2. Intra operatif

a) Kerusakan integritas kulit

Evaluasi yang didapatkan dari tindakan yang dilakukan yaitu luka bakar tampak bersih dan rapi, luka dibalut menggunakan kain kasa. Masalahnya belum teratasi, intervensi di lanjutkan di ruang perawatan.

b) Resiko infeksi

Evaluasi yang di dapatkan dari tindakan yang dilakukan pada diagnosa resiko infeksi adalah tidak ada tanda-tanda infeksi, lingkungan sekitar ruang operasi bersih dan aseptic, infeksi tidak terjadi.

3. Post operatif a) Resiko jatuh

Evaluasi yang di dapatkan dari tindakan yang dilakukan pada diagnosa resiko jatuh adalah pasien Nampak tenang dan mengerti cara mencegah agar tidak terjatuh, lngkungan sekitar pasien aman, jatuh tidak terjdi.

Setelah ± 2 jam diruang pemulihan pasien kemudian dipindahkan keruang IGD Luka bakar guna mendapatkan perawatan lebih lanjut sampai luka bakar yang di alami sembuh.

97 A. Kesimpulan

Setelah penulis membahas asuhan keperawatan kegawatdaruratan gangguan sistem integumen pada Tn. P dengan kasus Luka bakar (Combustio) maka dapat disimpulkan:

1. Pre operatif

Terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus manajemen asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada Tn. P dengan tindakan Debridement meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

2. Intra operatif

Terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus manajemen asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada Tn. P dengan tindakan Debridement meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

3. Post operatif

Terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus manajemen asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada Tn. P dengan tindakan Debridement meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

B. Saran

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan saran yakni Dalam

merumuskan diagnosa keperawatan perawat perlu meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan dan pelatihan agar mampu memberikan penilaian secara cermat dalam menganalisis data agar diagnosa yang ditetapkan sesuai dengan masalah utama yang dihadapi pasien

xii

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. 2012.”Medikal bedah Untuk Mahasiswa” Diva Press.

Yogyakarta

Brunner & Suddarth.2013. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta:

EGC

Carpenito-Moyet, Linda Jual. 2014. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. 2005. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC Kemenkes. 2011. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011.

Moenadjat. 2014 Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2.ECG : Jakarta Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:

Price, A. Sylvia. 2014. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC RISKESDAS. (2013). Riset Kesehatan Dasar, 88.

Santosa Budi. 2015. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika

Smeltzer, 2013 .Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3.ECG : Jakarta

Wijaya, A.S. dan Putri, Y.M. 2013. KMB 1 (Keperawatan Medikal Bedah).

Nuha Medika. Yogyakarta.

Wilkinson, Judith M. & Ahern Nancy R. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnose NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Alih Bahasa : Esty Wahyuningsih, Editor Bahasa Indonesia : Dwi Widiarti. EGC, Jakarta

Ziaeian, Boback and Gregg C. Fonarow. (2016). Epidemiology dan etiology http:/combatio- luka bakar.pdf 2016

Nama Lengkap : Imam Muh. Fatah. S.Kep Tempat Dan Tanggal Lahir : Probolinggo, 31 Januari 1994 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Pernikahan : Belum Menikah

Alamat : Jl.Andi Tonro (Sungguminasa) Gowa

No Hp : 081357761016

Alamat E-Mail : imam.mfatah1994@gmail.com

Pendidikan :

SD : SD Negeri Sebaung 1 Tahun 2001 - 2007

SLTP : MTS Walisongo 1 Maron Tahun 2007 - 20010

SLTA : SMK Gunung Sari 2 Makassar Tahun 2010 - 2013 S.1 Keperawatan : STIKPER Gunungsari Makassar Tahun 2013 – 2017

Makassar, 19 Januari 2019

Imam Muh. Fatah S.Kep

Dokumen terkait