• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tema 2: Proses Pelaksanaan Discharge Planning

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan wawancara terhadap keempat partisipan diperoleh pernyataan bahwa untuk menentukan diagnosa keperawatan adalah dengan allo dan auto anamnesa, riwayat pasien masuk, pengakajian, kognitifnya, psikomotor, dan afektif.

Pernyataan P1 yang menyatakan bahwa diagnosa keperawatan ditentukan dengan allo dan auto anamnesa, yaitu dengan menanyakan pasien dan keluarga terkait riwayat penyakit yang dialami pasien serta selalu melakukan pemantauan terkait diagnosa yang ada. Pernyataan tersebut pada kutipan wawancara berikut ini:

“Ya dengan allo dan auto jadi allo anamnesa dengan pasien misalnya ditanya pie kamu ada apa dibawa kemari misalnya mendengar suara-suara itu berarti menjurus ke halusinasi misalnya..” P1(260)

“Ya otomatis mantau disini kan juga ada tulisan-tulisan perawat jadi resiko perilaku kekerasan misalnya seperti ini..” P1(270)

Berikut pernyataan P2 yang menyatakan bahwa untuk menentukan diagnosa keperawatan dengan melihat riwayat pasien saat masuk, dari kebiasaan pasien di rumah.

“Jadi untuk menentukan diagnosa ya dari kebiasaan pasien di rumah pada saat dia mau di masukkan kesini itu seperti apa..” P2(770)

“Ya memang kalau kepala ruang itu harus tau dari pasien masing-masing itu seperti apa, kepala ruang harus tau” P2(780)

Pernyataan P3 yang menyatakan bahwa untuk menentukan diagnosa keperawatan adalah dari pengkajian untuk mendapatkan tanda dan gejala yang mendukung diagnosa. Berikut pernyataan tersebut:

“Dari pengkajian kita dapatkan tanda-tanda yang mendukung ke diagnose itu, halusinasi umpamanya dia ada gangguan suara. Jadi kita diagnosakan halusinasi. P3(1280)

“Ya” P3(1290)

Di bawah ini pernyataan P4 yang menyatakan bahwa untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan kognitif, psikomotor dan afektif pasien.

“Ya kognitifnya, psikomotor, dan afektif” P4(1790)

“Ya. Mungkin kalau untuk pelaksanaannya kan tidak saya, tapi kan saya tetap memantau semua pasien” P4(1800)

C. Intervensi (Perencanaan)

Berdasarkan wawancara dan hasil observasi peneliti diperoleh bahwa perencanaan pemulangan pasien dalam bentuk discharge planning form yang berisikan jadwal kontrol, obat-obatan, edukasi, perawatan di rumah dan kebutuhan lainnya sesuai kebutuhkan pasien. Perawat tidak memiliki perencanaan khusus melainkan melaksanakan perencanaan yang sudah ada dari dokter selama 30 hari perawatan. Perawat hanya memberikan strategi pelaksanaan (SP) tergantung diagnosa yang dialami pasien.

Di bawah ini pernyataan P1 yang menyatakan bahwa perencanaan pemulangan pasien ditentukan oleh dokter dengan melihat perkembangan dari 30 hari program discharge planning yang sudah ditentukan, apabila melebihi target perencanaan, maka perawat melaporkan kepada dokter terkait keadaan pasien untuk tindakan selanjutnya. Selain perencanaan dokter, perawat juga mengarahkan pasien kontrol, minum obat teratur dan didampingi oleh keluarga. Adapun isi discharge planning adalah jadwal kontrol, obat-obatan, perawatan di rumah dan sebagainya.

“Dokter itu merencanakan planning itu toh itu discharge planning itu kebanyakan kalau disini kan satu bulan care planningnya dokter” P1(280)

“Dokter, saya juga mengarahkan atau teman-teman itu ya kontrol, minum obat di rumah harus teratur, cara pemberian obat itu, obat harus kalau yang ada

keluarganya loh ya itu yang memegang harus keluarga..” P1(290)

“Banyak ya dek, dari jadwal kontrol, obat-obatan, perawatan di rumah bagaimana, diitnya seperti apa dan sebagainya” P1(390)

Pernyataan P2 yang menyatakan bahwa perencanaan pemulangan pasien dari sisi perawat tidak memiliki perencanaan khusus hanya memberikan asuhan keperawatan dan SP (Strategi Pelaksanaan) sesuai diagnose keperawatan.

“Kalau dari perawat tidak punya rancangan khusus ya kita cuma bisa melihat dari diagnosa keperawatan itu cuma dari asuhan keperawatannya sudah tercapai atau belum itu yang dari keperawatan tapi kalau SP (Strategi Pelaksanaan)..” P2(790)

“Kita selama merawat pasien kita melakukan asuhan keperawatan tergantung dari diagnosa masing-masing, dari asuhan keperawatan ada beberapa SP yang harus kita lakukan..” P2(800)

“Untuk discharge planning itu sejak awal memang harus diisi dulu dari IGD, dari kasus-kasus apa, harus diisi dulu dengan perencanaan seperti ini. Rata-rata kita rencanakan perlu diedukasi, dari jadwal kontrol, discharge planning itu apa, perawatan di rumah bagaimana” P2(900)

Berikut pernyataan P3 yang menyatakan bahwa perencanaan pemulangan pasien ditentukan dari hasil anamnesa pasien dan melakukan pengkajian sehingga mendapatkan perencanaan terkait ketertiban kontrol, penanganan dan pengawasan keluarga untuk mendampingi pasien, perujukan ahli gizi edukasi.

“Ya pasiennya kita anamnesa, kita wawancarai pasien sesudah melakukan pengkajian, kemudian diisi perencanaan-perencanaannya” P3(1300)

“Banyak hal, ketertiban kontrol, kemudian ketertiban multidisiplin anggota keluarga nanti di rumah biar tidak kumat lagi, pengawasan keluarga ya untuk pendampingan pasien, kadang pasien kan perlu didampingi misalnya untuk minum obat biasanya perlu pendamping” P3(1310) “Perencanaan pulang itu meliputi banyak hal ya saya ambilkan dulu. Ada beberapa hal itu untuk rujukan termasuk perujukan kepada dokter, banyak hal. Perujukan pada ahli gizi, edukasi, edukasi kesehatan” P3(1410) Di bawah ini P4 menyatakan bahwa perencanaan pemulangan pasien hanya mengikuti dan melaksanakan perencanaan dari medis yaitu tentang minum obat dan sebagainya. Selain itu pemberian edukasi sesuai format discharge planning RS.

“Biasanya mengikuti dari perencanaan yang sudah dibuat dari medis tinggal kita melaksanakan perencanaan yang sudah dibuat” P4(1810)

“Perencanaan yang sudah dibuat oleh medik itu yang kita kerjakan baik kontrol, minum obat dan sebagainya” P4(1820)

“Isi discharge planning ya biasanya terkait edukasi yang kita berikan tentang jadwal kontrolnya misalnya kapan, menjelaskan aturan dan efek samping obat, pencegahan terhadap kekambuhan, perawatan dirumah, diit, spiritual dan perujukkan dokter, ahli gizi dan lain-lain” P4(1920)

D. Implementasi (Pelaksanaan)

Berdasarkan data yang diperoleh dari keempat partisipan diperoleh pernyataan bahwa prosedur pelaksanaan discharge planning sudah dikerjakan dari awal pasien masuk (IGD)

selanjutnya perawat hanya melengkapi dan melanjutkan. Pelaksanaan discharge planning khususnya pemberikan edukasi baik terhadap pasien setiap hari sampai hari pemulangan pasien juga diberikan edukasi terhadap pasien dan keluarga terkait jadwal kontrol, minum obat, penanganan di rumah dan edukasi terkait kebutuhan pasien selama perawatan di rumah.

P1 menyatakan bahwa pelaksanaan edukasi dilakukan setiap hari, mengingatkan pasien dan persiapan pulang juga diberikan eduksi kepada keluarga dan pasien tentang cara penanganan, jadwal kontrol, jadwal minum obat dengan mengisi form bukti pemberian edukasi yang ditandatangani oleh pihak pemberi dan penerima edukasi. Pernyataan ini terdapat pada kutipan wawancara berikut ini:

“Untuk sehari-hari kita juga selalu mengingatkan pasien dan memberikan edukasi, yang paling sering tentang minum obat, cuci tangan, mandi dan sebagainya” P1 (300) “Biasanya kan persiapan pulang terus keluarga juga harus tau tanda dan gejala pasien bingung, misalnya pasien disini kita edukasi ya keluarga juga harus tau..” P1(310) “Prosedur discharge planning itu kami kerjakan pasien itu dari depan sudah ada discharge planning yang diisi dari depan nah disini nanti depan itu mampunya seberapa tinggal kami melanjutkan..” P1(380)

Berikut pernyataan P2 yang menyatakan bahwa pelaksanaan discharge planning di mulai sejak awal pasien masuk dan berisikan tentang kebutuhan pasien selama perawatan. Pemberian edukasi

mulai dari pertama kali pasien masuk sampai pasien dinyatakan pulang dengan didamping keluarga dan dibuktikan dengan pengisian dokumen pemberian edukasi dari pihak penerima (keluarga) maupun pemberi edukasi (perawat).

“Saya kira mulai dari pertama masuk sampai pasien pulang ya kita beri edukasi terus, biasanya sebelum minum obatpun kita beri edukasi” P2(810)

“Sebelum pasien pulang diberikan edukasi terlebih dahulu kepada pasien dan didampingi oleh wali/keluarga” P2(820) “Untuk prosedurnya discharge planning itu seharusnya sudah terisi sejak dari rawat jalan pasien dari rawat inap dari IGD nanti kalau pasien begitu masuk ke pintu ke IGD maupun rawat jalan itu discharge planning sudah ada, perencanaanya itu sudah harus terisi..” P2(890)

Pernyataan P3 yang menyatakan bahwa pelaksanaan discharge planning dalam hal edukasi diberikan setiap saat bertemu pasien terkait aktivitas sehari-hari pasien. Adapun prosedur pengisian discharge planning dilakukan dari awal pasien masuk smpai pasien pulang dengan 30 hari perencanaan.

“Setiap kita bertemu pasien selalu kita ingatkan karna itu merupakan tugas supaya pasien tidak lupa walaupun masih banyak pasien yang ngeyel” P3(1320)

“Edukasi tentang cuci tangan, edukasi munim obat, edukasi cara pemeliharaan kebersihan diri mandi berapa kali..” P3(1330)

“Prosedur pengisian discharge planning ya dari awal pasien masuk kemudian perencanaan pulang kan sebetulnya 30 hari, 1 bulan 30 hari perencanaan perawatan. Dilanjutkan terus sampai pasien diperbolehkan pulang” P3(1400)

Di bawah ini pernyataan P4 yang menyatakan bahwa pelaksanaan discharge planning terkait pemberian edukasi dilakukan sejak awal pasien masuk sampai pasien dinyatakan pulang. Edukasi yang diberikan berupa kepatuhan minum obat, ADL (Activity Daily Life) dan cara merawat pasien. Prosedur discharge planning dikerjakan dari awal pasien masuk sampai pasien pulang.

“Edukasinya dilakukan sejak pasien awal masuk diingatkan terus sampai pasien dinyatakan pulang “ P4(1830

“Pemberian edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga terkait kepatuhan minum obat, tanggal kontrol, ADL dan cara merawat pasien di rumah bagaimana” P4(1840) “Prosedur discharge planning biasanya sudah dikerjakan dari awal pasien masuk biasanya itu dari IGD, dibawa ke ruangan kita disini kemudian melengkapi perencanaan yang sudah dibuat sebelumnya sampai pasien pulang seperti itu” P4(1910)

Dokumen terkait