• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tema 2: Proses Pelaksanaan Discharge Planning

F. Upaya Perawat dan Rumah Sakit Terhadap Pelaksanaan Discharge Planning

4.4.2 Proses Pelaksanaan Discharge Planning (Perencanaan Pulang)

Perencanaan pulang yang berhasil adalah suatu proses yang terpusat, terkoordinasi, dan terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang memberi kepastian bahwa pasien mempunyai suatu rencana

untuk memperoleh perawatan yang berkelanjutan setelah meninggalkan rumah sakit (AHA, 1983 dalam Potter dan Perry, 2005). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proses pelaksanaan discharge planning dilakukan dari awal pasien masuk dengan melakukan pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan (Intervensi), pelaksanaan (Implementasi), evaluasi, dan dokumentasi. Hal ini sejalan dengan Kozier (2004) yang menyatakan bahwa discharge planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi pelayanan kesehatan.

4.4.2.1 Pengkajian

a) Pengkajian Awal Masuk Rumah Sakit

Berdasarkan hasil penelitian, partisipan menyatakan bahwa pengkajian awal pasien masuk RSJ sudah dilakukan oleh perawat dari IGD/Instalasi Rawat jalan/Ruang akut sehingga perawat Instalasi Rawat Inap hanya melanjutkan pengkajian dan mengecek kembali apabila masih ada yang kurang dan belum dikaji. Pernyataan tersebut sejalan dengan Potter dan Perry (2005) yaitu perencanaan pemulangan sejak awal pasien masuk, tindakan

dalam mempersiapkan pasien dan keluarga yang dilakukan sebelum hari pemulangan pasien dan tindakan yang dilakukan pada hari pemulangan pasien. Perencanaan pemulangan dimulai ketika pasien masuk dalam rangka mempersiapkan pemulangan yang awal dan kebutuhan yang mungkin untuk perawatan tindak lanjut di rumah. Komunikasi dan kerjasama dengan pasien dan keluarga sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pasien setelah pemulangan dari rumah sakit (Brunner dan Suddarth, 2002). Oleh sebab itu, pengkajian awal diperlukan untuk menentukan perencanaan perawatan pasien selama perawatan dan pelaksanaan sesudah pasien kembali ke rumah.

b) Pengkajian Sebelum Pemulangan

Berdasarkan hasil yang diperoleh, partisipan menyatakan bahwa pengkajian sebelum pemulangan mengacu pada medik dan tergantung dengan persetujuan dokter. Perawat hanya melihat dari aktivitas sehari-hari dan perkembangan kondisi pasien serta melaporkan kepada dokter karena dokter merupakan penanggungjawab utama dan memiliki peranan tinggi sehingga yang dapat memperbolehkan pasien untuk pulang adalah dokter. Perawat hanya mengkaji dengan memantau dan melihat perkembangan berdasarkan perencanaan seperti kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, kooperatif dan mampu bersosialisasi. Hasil tersebut sesuai dengan Potter dan Perry

(2005) yang menyatakan bahwa pada saat ini telah terjadi perubahan dalam pelaksanaan perencanaan pemulangan dengan struktur terdiri di mana perawat sebagai koordinasi dalam pelaksanaannya dan selalu berkonsultasi dengan klien dan keluarga serta profesional lainnya dalam perencanaan pemulangan. Menurut peneliti, koordinasi yang baik antara pasien, keluarga dan perawat serta perawat dengan tim kesehatan lain sangat diperlukan pada saat pengkajian sebelum pemulangan untuk melihat kondisi dan kesiapan pasien maupun keluarga untuk menentukan keberhasilan dalam melakukan perawatan lanjutan setelah keluar dari rumah sakit.

4.4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Hasil penelitian dari pernyataan partisipan bahwa untuk menentukan diagnosa keperawatan adalah dengan allo dan auto anamnesa, riwayat pasien masuk, pengakajian, kognitifnya, psikomotor, dan afektif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lunney dalam NANDA International (2009) bahwa diagnosa keperawatan adalah interpretasi ilmiah atas data hasil pengkajian yang digunakan oleh perawat untuk membuat rencana, melakukan implementasi dan evaluasi. Hal tersebut juga sejalan dengan Potter dan Perry (2006) menyatakan bahwa diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga, yaitu

mengetahui problem, etiologi (penyebab), support system (hal yang mendukung pasien sehingga dilakukan discharge planning). Menurut peneliti, keberhasilan suatu perencanaan pulang diawali dari pengkajian yang benar sehingga unsur lain yang terdapat dalam proses discharge planning dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.

4.4.2.3 Intervensi (Perencanaan)

Perencanaan pemulangan pasien dalam bentuk discharge planning form yang berisikan jadwal kontrol, obat-obatan, edukasi, perawatan di rumah dan kebutuhan lainnya sesuai kebutuhkan pasien. Perawat tidak memiliki perencanaan khusus melainkan melaksanakan perencanaan yang sudah ada dari dokter selama 30 hari perawatan. Perawat hanya memberikan strategi pelaksanaan (SP) tergantung diagnosa yang dialami pasien. Hasil pernyataan tersebut sejalan dengan teori Carpenito, (2002) dalam Hariyati, dkk., (2008) yang menyatakan bahwa perencanaan pulang merupakan proses perencanaan sistematis yang dipersiapkan bagi pasien untuk menilai, menyiapkan, dan melakukan koordinasi dengan fasilitas kesehatan yang ada atau yang telah ditentukan serta bekerjasama dengan pelayanan sosial yang ada di komunitas, sebelum dan sesudah pasien pindah/pulang. Selain itu, didukung juga oleh National Council of Social Service (NCSS, 2006) menyatakan bahwa peran dan tanggung-jawab perawat dalam

perencanaan pulang adalah melaksanakan, mengkoordinasikan dan memantau kemajuan perawatan dan kesiapan klien untuk pemulangan.

4.4.2.4 Implementasi (Pelaksanaan)

Implementasi merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang dibuat terlebih dahulu. Berdasarkan hasil yang diperoleh, partisipan menyatakan bahwa prosedur pelaksanaan discharge planning sudah dikerjakan dari awal pasien masuk (IGD) selanjutnya perawat hanya melengkapi dan melanjutkan. Pelaksanaan discharge planning khususnya pemberikan edukasi baik terhadap pasien setiap hari sampai hari pemulangan pasien juga diberikan edukasi terhadap pasien dan keluarga terkait jadwal kontrol, minum obat, penanganan di rumah dan edukasi terkait kebutuhan pasien selama perawatan di rumah. Hal ini didukung oleh pernyataan Orem (1985) dalam Basford (2006) yang menyatakan bahwa pasien dan perawat bekerjasama untuk melakukan perawatan diri dan perawat selalu meningkatkan dan mendorong keterlibatan pasien untuk mencapai perawatan mandiri. Perawat mempunyai tanggungjawab utama untuk memberikan edukasi pada pasien tentang sifat masalah kesehatan, hal-hal yang harus dihindari, penggunaan obat-obat di rumah, jenis komplikasi dan sumber bantuan yang tersedia (Potter dan Perry, 2005).

4.4.2.5 Evaluasi dan Dokumentasi

Hasil penelitian menyatakan bahwa evaluasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan discharge planning adalah dengan home care/home visit, daftar pulang pasien dan kartu kontrol pasien serta menanyakan kembali kepada pasien terkait apa yang sudah disampaikan perawat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Warhola (1980) dalam Smith dan Maurer (2000) bahwa home care adalah suatu layanan kesehatan secara komprehensif yang diberikan pada klien individu atau keluarga di tempat tinggal mereka, bertujuan untuk memandirikan klien dalam pemeliharaan kesehatan, peningkatan derajat kesehatan, upaya pencegahan penyakit dan resiko kekambuhan serta rehabilitasi kesehatan. Kunjungan rumah melalui program home care disesuaikan dengan permintaan pasien dan kebutuhan pasien. Tidak semua rumah pasien dilakukan home care melainkan rumah yang masih bisa dijangkau oleh pihak yang menangani kegiatan home care.

Berkaitan dengan pernyataan partisipan terkait dokumentasi bahwa perawat wajib melakukan pendokumentasian yang dilakukan pada catatan perawat mulai dari jadwal kontrol, tanda-tanda vital pasien untuk melihat perkembangan pasien. Hal ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan Nursalam (2001), bahwa dokumentasi adalah bagian dari keseluruhan tanggung jawab perawat untuk perawatan pasien. Sehingga mutlak diperlukan

usaha-usaha untuk meningkatkan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan. Sedangkan, pendokumentasian pada catatan perawat merupakan alat bantu dalam memberikan pendidikan kepada pasien berupa media cetak, yaitu memberikan kartu kontrol, leaflet dan pamflet. Hal ini sesuai dengan pernyataan Potter dan Perry (2005) bahwa materi cetak, merupakan alat bantu pengajaran tertulis yang tersedia seperti buklet, leaflet, dan pamflet. Materi dalam materi cetak harus dapat dibaca dengan mudah oleh peserta didik, informasi harus akurat dan aktual, metode yang digunakan harus metode yang ideal untuk memahami konsep dan hubungan yang kompleks.

4.4.2.6 Upaya Perawat dan Rumah Sakit Terhadap Pelaksanaan Discharge Planning

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh pernyataan partisipan bahwa follow up ataupun upaya yang sudah dilakukan perawat dan rumah sakit terhadap pelaksanaan discharge planning diantaranya adalah dengan melihat dari kartu kontrol serta kegiatan rutin yang dilakukan oleh Kesehatan Jiwa Masyarakat (KESWAMAS) yaitu home visit/home care dan family gathering. Dari pelaksanaan discharge planning yang dilakukan, yang perlu dipertahankan adalah saran dan anjuran yang diberikan di rumah harus dilakukan oleh pasien dan keluarga, pemberian edukasi terhadap keluarga dan pasien secara berulang-ulang. Program discharge planning

(perencanaan pulang) pada dasarnya merupakan program pemberian informasi atau pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien yang meliputi nutrisi, aktivitas/latihan, obat-obatan dan instruksi khusus yaitu tanda dan gejala penyakit pasien (Potter dan Perry, 2005 dalam Herniyatun, dkk., 2009).

Taylor, dkk., (1989) dalam Alfiyanti dan Yosafianti, (2010) juga menyatakan bahwa discharge planning adalah proses sistematis yang bertujuan menyiapkan pasien meninggalkan rumah sakit untuk melanjutkan program perawatan yang berkelanjutan dirumah atau diunit perawatan komunitas. Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan dan memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan serta mengimplementasikan discharge planning (Discharge Planning Association, 2008). Hal ini sesuai dengan pernyataan Warhola, (1980) dalam Smith & Maurer, (2000) bahwa home care adalah suatu layanan kesehatan secara komprehensif yang diberikan pada klien individu atau keluarga di tempat tinggal mereka, bertujuan untuk memandirikan klien dalam pemeliharaan kesehatan, peningkatan derajat kesehatan, upaya pencegahan penyakit dan risiko kekambuhan serta rehabilitasi kesehatan.

Dokumen terkait