• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.6 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasional.

Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Apendisitis Penyakit apendisitis yang diderita oleh pasien berdasarkan rekam medis dan telah dikonfirmasi

Observasional Rekam Medis

Peritonitis Peritonitis yang diderita oleh pasien apendisitis

Observasional Rekam Medis dan fisiologis yang dapat membedakan laki-laki dengan perempuan

Observasional Rekam Medis

Laki-laki, Perempuan

Nominal

Usia Lamanya pasien hidup di dunia sejak dilahirkan dan dinyatakan dalam tahun

Observasional Rekam Medis

Gejala Klinis Gejala yang diderita oleh pasien

apendisitis dengan peritonitis

Observasional Rekam Medis

Lama waktu pasien dirawat dirumah sakit.

Observasional Rekam Medis

≤ 3 hari, 4-7 hari, 8-14 hari,

>14 hari

Ordinal

Sepsis Respon inflamasi kaena infeksi yang dapat menyebabkan

>12000 atau <4000.

Observasional Rekam Medis

Kondisi pasien saat keluar dari rumah sakit

Observasional Rekam Medis

Hidup, Meninggal

Nominal

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP Haji Adam Malik) Kota Medan Provinsi Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit pemerintah kelas A, sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI No.

335/Menkes/SK/VIII/1990, dan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit rujukan utama untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau, sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang bervariasi. Pada tanggal 6 September 1991 RSUP Haji Adam Malik ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991. Pada tanggal 11 Januari 1993 pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara secara resmi dipindahkan ke RSUP Haji Adam Malik.

4.2 DESKRIPSI KARAKTERISTIK SAMPEL

Data penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data rekam medis pasien apendisitis di RSUP Haji Adam Malik tahun 2017. Dari 132 pasien apendisitis di RSUP Haji Adam Malik tahun 2017 terdapat 102 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan data sampel, karakteristik yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik sampel

Jumlah N=102

Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 62 60,8

Perempuan 40 39,2

Usia 0-9 tahun 11 10,8

10-19 tahun 31 30,4

20-29 tahun 27 26,5

30-39 tahun 12 11,7

40-49 tahun 14 13,7

50-59 tahun 7 6,9

Tingkat Pendidikan Tidak sekolah 7 6,9

SD 20 19,6

SMP 16 15,7

SMA 55 53,9

Perguruan Tinggi 4 3,9

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 7 6,9

Pegawai 8 7,8

Pelajar 45 44,1

Petani 8 7,8

Tidak bekerja 11 10,8

Wiraswasta 23 22,6

Gejala klinis Nyeri perut kanan bawah 102 100

Mual atau Muntah 64 62,7

Penurunan nafsu makan 37 36,3

Peningkatan suhu (≥37,3 oC) 25 24,5

Diare 7 6,9

Leukositosis (>10000) 93 91,2 Diagnosis Apendisitis akut dengan

peritonitis generalisata 63 61,8 Apendisitis akut dengan

peritonitis lokalisata 1 1

Apendisitis akut, tidak

terspesifikasi 31 30,3

Apendisitis lain 7 6,9

Kondisi Komorbid Asma 1 1

Diabetes mellitus 1 1

Diabetes mellitus dan

Hipertensi 1 1

Hipertiroid 1 1

Infeksi saluran kemih 1 1

Maag 1 1

HIV dan TBC 1 1

HIV dan TB kelenjar 1 1

Lama rawatan ≤3 hari 21 20,6

4-7 hari 60 58,8

8-14 hari 12 11,7

>14 hari 9 8,9

Sepsis Ya 8 7,8

Tidak 94 92,2

Kondisi keluar Hidup 96 94,1

Meninggal 6 5,9

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 102 sampel penelitian, terdapat 62 sampel penelitian (60,8%) berjenis kelamin laki-laki dan 40 sampel penelitian (39,2%) berjenis kelamin perempuan.

Berdasarkan usia, terdapat 11 sampel (10,8%) berusia diantara 0-9 tahun, 31 sampel (30,4%) berusia diantara 10-19 tahun, 27 sampel (26,5%) berusia diantara 20-29 tahun, 12 sampel (11,7%) berusia diantara 30-39 tahun, 14 sampel (13,7%) berusia diantara 40-49 tahun, dan 7 sampel (6,9%) berusia diantara 50-59 tahun.

Kelompok usia 10-19 tahun merupakan kelompok usia sampel terbanyak dari semua sampel. Sampel dengan usia termuda adalah 4 tahun, sementara sampel denga n usia tertua adalah 58 tahun.

Berdasarkan tingkat pendidikan, sampel dengan tingkat pendidikan SMA merupakan kelompok yang paling banyak yaitu berjumlah 55 sampel (53,9%) sedangkan sampel dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi merupakan kelompok yang paling sedikit yaitu berjumlah 4 sampel (3,9%).

Berdasarkan pekerjaan, sampel paling banyak bekerja sebagai pelajar yaitu berjumlah 45 sampel (44,1%) dan paling sedikit bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu berjumlah 7 sampel (6,9%).

Berdasarkan gejala klinis yang dialami sampel, nyeri perut kuadran kanan bawah merupakan gejala klinis yang paling banyak dialami sampel yaitu berjumlah 102 sampel (100%) . Gejala klinis yang paling sedikit dialami sampel adalah diare yaitu berjumlah 7 sampel (6,9%).

Berdasarkan diagnosis dapat dilihat dari 102 buah sampel penelitian, diagnosis yang paling banyak adalah apendisitis akut dengan peritonitis generalisata yaitu berjumlah 63 sampel (61,8%) dan diagnosis yang paling sedikit adalah apendisitis akut dengan peritonitis lokalisata yaitu berjumlah 1 sampel (1%).

Berdasarkan kondisi komorbid terdapat, 1 sampel (1%) dengan asma, 1 sampel (1%) dengan diabetes mellitus, 1 sampel (1%) dengan diabetes mellitus dan hipertensi, 1 sampel (1%) dengan hipertiroid, 1 sampel (1%) dengan infeksi saluran

kemih, 1 sampel (1%) dengan maag, 1 sampel (1%) dengan HIV dan TBC, dan 1 sampel (1%) dengan HIV dan TB kelenjar.

Berdasarkan lama rawatan, sampel dengan lama rawatan 4-7 hari merupakan kelompok yang paling banyak yaitu berjumlah 60 sampel (58,8%) dan sampel dengan lama rawatan >14 hari merupakan kelompok yang paling sedikit yaitu berjumlah 9 sampel (8,9%).

Berdasarkan terjadinya sepsis terdapat, 8 sampel (7,8%) yang mengalami sepsis dan 94 sampel (92,2%) tidak mengalami sepsis.

Berdasarkan kondisi keluar terdapat, 96 sampel (94,1%) yang keluar dengan kondisi hidup dan 6 sampel (5,9%) yang keluar dengan kondisi meninggal.

4.3 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3.1 Prevalensi Peritonitis pada Apendisitis

Tabel 4.2 Prevalensi peritonitis pada pasien apendisitis

No Diagnosis N %

1 Apendisitis akut dengan peritonitis generalisata

63 61,8

2 Apendisitis akut dengan peritonitis lokalisata 1 1 3 Apendisitis akut, tidak terspesifikasi 31 30,3

4 Apendisitis lain 7 6,9

Total 102 100

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 102 buah sampel penelitian, 63 sampel (62,8%) didiagnosis apendisitis akut dengan peritonitis generalisata. Jumlah sampel yang didiagnosis menderita apendisitis akut dengan peritonitis lokalisata adalah 1 sampel (1%). Terdapat 31 sampel (30,3%) yang didiagnosis menderita apendisitis akut tidak terspesifikasi, dan 7 sampel (6,9%) yang didiagnosis menderita apendisitis lain. Pada penelitian ini ditemukan diagnosis yang terbanyak adalah apendisitis akut dengan peritonitis yaitu sebesar 64 sampel (62,8%) . Jumlah ini dua kali lebih besar dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di RSUP Prof.

R. D. Kandou Manado pada 605 sampel apendisitis yang memperlihatkan bahwa jumlah apendisitis akut dengan komplikasi perforasi yang menyebabkan peritonitis yaitu sebesar 193 sampel (30%) (Thomas et al.,2016). Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Sanjiwani Gianyar terhadap 96 sampel ditemukan jumlah apendisitis akut dengan komplikasi perforasi yang menyebabkan peritonitis yaitu sebesar 23 sampel (24%) (Padmi, Widarsa, 2017). Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko perforasi pada apendiks seperti terlambatnya didiagnosis, usia pasien terlalu muda atau tua (<2 tahun atau >70

tahun), dan pasien dengan perforasi sering memiliki tampilan yang atipikal sehingga memperpanjang waktu diagnostik (Sarosi, 2016).

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 102 sampel apendisitis di RSUP Haji Adam Malik didapatkan prevalensi peritonitis pada apendisitis sebagai berikut:

Prevalensi = Jumlah peritonitis pada pasien apendisitis X 100%

Jumlah pasien apendistis = (63+1) X 100%

102 = 62,8%

4.3.2 Distribusi Frekuensi Peritonitis Pada Apendisitis Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi peritonitis pada apendisitis berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin

Diagnosis

Total Apendisitis akut

dengan peritonitis generalisata

Apendisitis akut dengan peritonitis

lokalisata

N % N % N %

1 Laki-laki 41 64 1 1,6 42 65,6

2 Perempuan 22 34,4 0 0 22 34,4

Total 63 98,4 1 1,6 64 100

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 64 buah sampel penelitian, pada sampel yang didiagnosis apendisitis akut dengan peritonitis generalisata terdapat 41 sampel (64%) berjenis kelamin laki-laki dan 22 sampel (34,4%) berjenis kelamin perempuan. Sedangkan pada apendisitis akut dengan peritonitis lokalisata dijumpai 1 sampel (1,6%) berjenis kelamin laki-laki. Pada penelitian ini ditemukan bahwa jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebesar 42 sampel (65,6%). Perbandingan

antara laki-laki dan perempuan adalah 1,75:1. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa laki-laki lebih berisiko terkena apendisitis dibandingkan dengan perempuan dengan rasio 1:1 sampai 3:1(Petroianu,2012).

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Sahid Behesti Medical Center Iran pada 128 sampel apendisitis perforasi ditemukan 94 sampel (73,4%) berjenis kelamin laki-laki dan 34 sampel (26,6%) berjenis kelamin perempuan (Nouri et al., 2017). Temuan dalam penelitian ini selaras dengan penelitian di RSUP Prof. R. D. Kandou Manado pada 605 sampel ditemukan 363 sampel (56%) berjenis kelamin laki-laki dan 287 (44%) berjenis kelamin perempuan (Thomas et al.,2016). Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada 98 sampel peritonitis dimana dijumpai 67 sampel (68,4%) berjenis kelamin laki-laki dan 31 sampel (31,6%) berjenis kelamin perempuan (Japanesa et al., 2016).

4.3.3 Distribusi Frekuensi Peritonitis Pada Apendisitis Berdasarkan Usia

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi peritonitis pada apendisitis berdasarkan usia

No Usia

Diagnosis

Total Apendisitis akut

dengan peritonitis generalisata

Apendisitis akut dengan peritonitis

lokalisata

N % N % N %

1 0-9 tahun 9 14 0 0 9 14

2 10-19 tahun 21 32,8 1 1,6 22 34,4

3 20-29 tahun 16 25 0 0 16 25

4 30-39 tahun 4 6,3 0 0 4 6,3

5 40-49 tahun 7 10,9 0 0 7 10,9

6 50-59 tahun 6 9,4 0 0 6 9,4

Total 63 98,4 1 1,6 64 100

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 64 buah sampel penelitian, pada sampel dengan diagnosis apendisitis akut dengan peritonitis generalisata, kelompok usia terbanyak adalah 10-19 tahun yaitu 21 sampel (32,8%). Peringkat kedua adalah kelompok usia 20-29 tahun yaitu 16 sampel (25%), kemudian diikuti oleh kelompok usia 0-9 tahun yaitu 9 sampel (14%), 40-49 tahun yaitu 7 sampel (10,9%), 50-59 tahun yaitu 6 sampel (9,4%) dan 30-39 tahun yaitu 4 sampel (6,3%). Pada sampel apendisitis akut dengan peritonitis lokalisata hanya dijumpai 1 sampel (1,6%) pada kelompok usia 10-19 tahun. Maka didapatkan kelompok usia terbanyak adalah 10-19 tahun yaitu berjumlah 22 sampel (34,4%) yang terdiri dari 21 sampel (32,8%) apendisitis akut dengan peritonitis generalisata dan 1 sampel (1,6%) apendisitis akut dengan peritonitis lokalisata. Sedangkan kelompok usia yang paling sedikit adalah 30-39 tahun yaitu 4 sampel (6,3%). Hasil ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa apendisitis umumnya paling sering terjadi pada kelompok usia 10-19 tahun (Jacobs, 2012). Hasil ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan di RSUP Prof. R. D. Kandou Manado pada 193 sampel apendisitis perforasi dijumpai kelompok usia terbanyak adalah 10-19 tahun yaitu 69 sampel (35,7%) dan kelompok usia yang paling sedikit adalah 40-49 tahun dan 50-59 tahun dengan jumlah sampel masing-masing 15 sampel (7,8%) (Thomas et al.,2016). Penelitian ini juga tidak jauh berbeda dengan penelitian di RSUP Dr. M.

Djamil Padang pada 98 sampel peritonitis dimana dijumpai kelompok usia yang paling banyak adalah 10-19 tahun yaitu 24 sampel (24,5%) dan kelompok usia yang paling sedikit adalah kelompok usia ≥ 80 tahun yaitu 1 sampel (1%) (Japanesa et al., 2016). Temuan ini sesuai dengan teori bahwa apendisitis dapat terjadi pada semua usia namun jarang terjadi pada usia yang ekstrem (Petroianu,2012).

4.3.4 Distribusi Frekuensi Peritonitis Pada Apendisitis Berdasarkan Gejala Klinis

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi peritonitis pada apendisitis berdasarkan gejala klinis

No Gejala Klinis

Diagnosis

Total (%) Apendisitis akut

dengan peritonitis generalisata

Apendisitis akut dengan peritonitis

lokalisata Ya(%) Tidak(%) Ya(%) Tidak(%)

1 Nyeri perut kanan bawah 63(98,4) 0(0) 1(1,6) 0(0) 64(100)

2 Mual atau Muntah 41(64) 22(34,4) 1(1,6) 0(0) 64(100)

3 Penurunan nafsu makan 23(35,9) 40(62,5) 1(1,6) 0(0) 64(100) 4 Peningkatan suhu (≥37,3 oC) 19(29,7) 44(68,7) 1(1,6) 0(0) 64(100)

5 Diare 6(9,4) 57(89) 0(0) 1(1,6) 64(100)

6 Leukositosis (>10000) 59(92,2) 4(6,2) 1(1,6) 0(0) 64(100)

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 64 buah sampel penelitian, pada sampel dengan diagnosis apendisitis akut dengan peritonitis generalisata didapatkan 63 sampel (98,4%) mengalami nyeri perut kanan bawah, 41 sampel (64%) mengalami mual atau muntah, 23 sampel (35,9%) mengalami penurunan nafsu makan, 19 sampel (29,7%) mengalami demam, 6 sampel (9,4%) mengalami diare, dan 59 sampel (92,2%) mengalami leukositosis. Sedangkan pada sampel dengan diagnosis apendisitis akut dengan peritonitis lokalisata, 1 sampel mengalami semua gejala klinis diatas kecuali diare.

Maka didapatkan gejala klinis yang paling banyak dialami pada sampel adalah nyeri perut kuadran kanan bawah yaitu sebesar 64 sampel (100%) . Hal ini sesuai dengan teori bahwa nyeri akut abdomen yang menjalar ke kuadran kanan bawah abdomen yang terjadi lebih dari beberapa jam, disertai adanya nyeri tekan pada titik Mc Burney, menjadi tanda yang paling kuat untuk memprediksi apendisitis akut (Siftri & Madoff,2015). Gejala klinis yang paling sedikit dialami sampel adalah diare yaitu berjumlah 6 sampel (9,4%). Hal ini sesuai dengan teori bahwa diare dapat terjadi pada awal apendisitis, tetapi hal ini jarang terjadi (Sarosi, 2016).

4.3.5 Distribusi Frekuensi Peritonitis Pada Apendisitis Berdasarkan Lama Rawatan

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi peritonitis pada apendisitis berdasarkan lama rawatan

No Lama rawatan

Diagnosis

Total Apendisitis akut

dengan peritonitis generalisata

Apendisitis akut dengan peritonitis

lokalisata

N % N % N %

1 ≤3 hari 11 17,2 0 0 11 17,2

2 4-7 hari 35 54,7 0 0 35 54,7

3 8-14 hari 9 14 1 1,6 10 15,6

4 >14 hari 8 12,5 0 0 8 12,5

Total 63 98,4 1 1,6 64 100

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 64 buah sampel penelitian, pada sampel dengan diagnosis apendisitis akut dengan peritonitis generalisata terdapat 11 sampel (17,2%) dengan lama rawatan ≤3 hari, 35 sampel (54,7%) dengan lama rawatan 4-7 hari, 9 sampel (14%) dengan lama rawatan 8-14 hari, dan 8 sampel (12,5%) dengan lama rawatan >14 hari. Sedangkan pada sampel dengan diagnosis apendisitis akut pada peritonitis lokalisata terdapat 1 sampel (1,6%) dengan lama rawatan 8-14 hari. Maka didapatkan lama rawatan yang paling banyak pada sampel adalah 4-7 hari yaitu sebesar 35 sampel (54,7%). Temuan penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada 98 sampel peritonitis dimana dijumpai lama rawatan terbanyak adalah 4-7 hari sebanyak 45 sampel (45,9%), diikuti oleh 28 sampel (28,6%) dengan lama rawatan 8-14 hari, 17 sampel (17,3%) dengan lama rawatan ≤ 3 hari, 4 sampel (4,1%) dengan lama rawatan >14 hari, dan 4 sampel (4,1%) dengan lama rawatan yang tidak disebutkan (Japanesa et al., 2016). Diagnosis dini, perawatan suportif yang intensif, pemberian antimikroba pada waktu yang tepat dan tindakan operasi yang cepat untuk mengontrol sumber infeksi memainkan peranan penting dalam menentukan prognosis pasien (Cavallaro et al.,2008).

4.3.6 Distribusi Frekuensi Peritonitis Pada Apendisitis Berdasarkan Kejadian Sepsis

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi peritonitis pada apendisitis berdasarkan kejadian sepsis

No Sepsis

Diagnosis

Total Apendisitis akut

dengan peritonitis generalisata

Apendisitis akut dengan peritonitis

lokalisata

N % N % N %

1 Ya 7 10,9 1 1,6 8 12,5

2 Tidak 56 87,5 0 0 56 87,5

Total 63 98,4 1 1,6 64 100

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 64 buah sampel penelitian, pada sampel dengan diagnosis apendisitis akut dengan peritonitis generalisata terdapat 7 sampel (10,9%) yang mengalami sepsis yang merupakan komplikasi dari peritonitis , dan 56 sampel (87,5%) tidak mengalami sepsis. Pada apendisitis akut dengan peritonitis lokalisata terdapat 1 sampel (1,6%) yang mengalami sepsis. Maka terdapat 8 sampel (12,5%) yang mengalami sepsis dari total sampel. Hasil penelitian ini lebih besar daripada penelitian yang dilakukan di dua rumah sakit di Kamerun yaitu rumah sakit Limbe dan Buea pada 53 sampel peritonitis generalisata akibat apendisitis dijumpai 2 sampel (3,8%) yang mengalami sepsis (Mefire et al.,2016). Temuan penelitian ini didapati tiga kali lebih besar daripada penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada 98 sampel peritonitis dimana dijumpai 4 sampel (4,1%) yang mengalami sepsis dan 94 sampel (95,9%) yang tidak mengalami sepsis (Japanesa et al., 2016). Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya keterlambatan diagnosis dan pemberian terapi serta adanya kondisi komorbid dan faktor risko lain yang memperburuk keadaan pasien sehingga risiko untuk terjadinya sepsis menjadi lebih besar.

4.3.7 Distribusi Frekuensi Peritonitis Pada Apendisitis Berdasarkan Kondisi Keluar

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi peritonitis pada apendisitis berdasarkan kondisi keluar

No Kondisi Keluar

Diagnosis

Total Apendisitis akut

dengan peritonitis generalisata

Apendisitis akut dengan peritonitis

lokalisata

N % N % N %

1 Hidup 57 89 1 1,6 58 90,6

2 Meninggal 6 9,4 0 0 6 9,4

Total 63 98,4 1 1,6 64 100

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa dari 64 buah sampel penelitian, pada sampel dengan diagnosis apendisitis akut dengan peritonitis generalisata terdapat 57 sampel (89%) dengan kondisi keluar dalam keadaan hidup dan 6 sampel (9,4%) dalam keadaan meninggal. Pada sampel dengan diagnosis apendisitis akut dengan peritonitis lokalisata terdapat 1 sampel (1,6%) dengan kondisi keluar dalam keadaan hidup. Hasil penelitian didapatkan angka kematian pada apendisitis dengan peritonitis adalah 9,4%. Angka ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada 98 sampel peritonitis dimana didapatkan angka kematian peritonitis adalah 10,2% (10 sampel) (Japanesa et al., 2016). Menurut kepustakaan, pada pasien tanpa penyakit komorbid dan menderita peritonitis lokalisata, angka kematiannya dibawah 10%. Angka kematian ini meningkat menjadi >40% pada pasien lansia atau pasien immunocompromised.

Keberhasilan pengobatan tergantung pada beberapa hal yaitu koreksi abnormalitas elektrolit, restorasi volume cairan dan stabilisasi sistem kardiovaskular, terapi antibiotik yang sesuai dan koreksi bedah untuk setiap kelainan yang mendasarinya (Jacobs, 2012).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Prevalensi Peritonitis pada pasien Apendisitis di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2017 adalah 62,8%.

2. Distribusi frekuensi Peritonitis pada pasien Apendisitis berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebesar 42 sampel (65,6%).

3. Distribusi frekuensi Peritonitis pada pasien Apendisitis berdasarkan usia terbanyak adalah 10-19 tahun sebesar 22 sampel (34,4%).

5.2 SARAN

1. RSUP Haji Adam Malik

Pada penelitian ini dari 132 data rekam medis yang tercatat ternyata hanya 102 data rekam medis yang benar dan sesuai dengan kriteria inklusi. Oleh sebab itu, kepada pihak rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan sistem pencatatan yang lebih baik dan lengkap agar pembaca dapat memahami dengan benar dan untuk mencegah terjadinya ketidakselarasan antara data rekam medis dengan jumlah pasien yang terdaftar di rumah sakit.

2. Peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini lebih baik lagi mungkin dengan penambahan variabel baru atau melakukan penelitian yang bersifat analitik .

DAFTAR PUSTAKA

Baird, D. L. H., Simillis, C., Kontovounisios, C., et al. 2017, ‘Acute Appendicitis’, British Medical Journal, vol. 1703, p.1.

Cavallaro, A., Catania, V., Cavallaro, M., et al. 2008, ‘Management of Secondary Peritonitis: Our Experience’, Annali Italiani di Chirurgia, vol. 79, no. 4, pp.255-257.

Dani, Dr. T., Ramachandra, Prof. L., Nair, Dr. Rajesh., & Sharma, Dr. D. 2015,

‘Evaluation of Prognosis in Patients with Perforation Peritonitis Using Mannheim’s Peritonitis Index’, International Journal of Scientific and Research Publications, vol. 5, no. 5, p. 6.

Doklestitc, S. K., Bajec, D. D., Djukic, R. V., et al. 2014, ‘Secondary Peritonitis-Evaluation of 204 Cases and Literature Review’, Journal of Medicine and Life, vol. 7, no. 2, p. 132.

Dorland, W. A Newman. 2002, Kamus Kedokteran Dorland 29th edn, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Espejo, O. de J. A., Mejia, M. E., & Guerrero, L. H. U. 2014, ‘Acute Appendicitis:

Imaging Findings and Current Approach to Diagnostic Images’, Rev Colombia Radiology, vol. 25, no. 3, p.3882.

Ghosh, P.S., Mukherjee, R., Sarkar, S., Halder, S.K., Dhar, D. 2016, ‘Epidemiology of Secondary Peritonitis: Analysis of 545 Cases’, International Journal of Scientific Study, vol. 3, no. 12, pp. 83-87.

Inci, E., Hocaoglu, E., Aydin, S., et al. 2011, ‘Efficiency of Unenhanced MRI in the Diagnnosis of Acute Appendicitis: Comparison with Alvarado Scoring System and Histopathological Results’, European Journal of Radiology, vol. 80, no. 2, p.253.

Jacobs, D. O.2015, ‘Acute Appendicitis and Peritonitis’ in Harrison’s Principles of Internal Medicine, 19thedn, eds. D. L. Kasper, S. L. Hauser, J. L. Jameson, A. S. Fauci, D. L. Longo, J. Loscalzo, McGraw-Hill Education, Inc., United States of America, p.1985

Japanesa, A., Zahari, A., & Rusjdi, S. R.2016, ‘Pola Kasus dan Penatalaksanaan Peritonitis Akut di Bangsal Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang’, Jurnal Kesehatan Andalas, vol. 5, no. 1, pp.209-213.

Kaewlai, R., Lertlumsakulsub, W., & Srichareon, P. 2015, ‘Body Mass Index, Pain Score and Alvarado Score are Useful Predictors of Appendix Visualization at Ultrasound in Adults’, Ultrasound in Medicine & Biology, vol. 41, no. 6, p.1607.

Levison, M. E., & Bush, L. M. 2015, ‘Peritonitis and Intraperitoneal Abcesses’ in Mandell, Douglas, and Bennett’s Principles and Practice of Infectious Disease, 8thedn, eds. J. E. Bennett, R. Dolin & M. J. Blaser, Elsevier, Inc., Philadelphia, pp. 935-947.

Mefire, A. C., Fon, T. A., Ngowe, M. N. 2016, ‘Which Cause of Diffuse Peritonitis is the Deadliest in the Tropics? A Retrospective Analysis of 305 cases from the South-West Region of Cameroon’, World Journal of Emergency Surgery, vol. 11, no. 1, pp. 1-11.

Nouri, S., Kheirkhah, D., & Soleimani, Z. 2015, ‘The Risk Factors for Infected and Perforated Appendicitis’, Journal of Research in Medical and Dental Science, vol. 5, no. 1, pp. 23-25.

Padmi, C. I., Widarsa, T. 2017, ‘Akurasi Total Hitung Leukosit dan Durasi Simtom sebagai Prediktor Perforasi Apendisitis pada Penderita Apendisitis Akut’, Warmadewa Medical Journal, vol. 2, no. 2, p. 72.

Petroianu, A., & Barroso, T. V. V. 2016, ‘Pathophysiology of Acute Appendicitis’, JSM Gastroenterology and Hepatology, vol. 4, no. 3, pp.1-2.

Petroianu, A., 2012,’Diagnosis of Acute Appendicitis’, International Journal of Surgery, vol. 10, no. 3, pp. 115-119.

Pieter, J., Riwanto, I., Hamami, A. H., et al. 2004, ‘Usus Halus, Apendiks, Kolon dan Anorektum’ in Buku Ajar Ilmu Bedah, 2nd edn, eds. R. Sjamsuhidajat, W. de Jong, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 639-645.

Pinto, A., & Romano, L.2013, ‘Peritonitis’in Geriatric Imaging, eds. G. Guglielmi, W. C. G. Peh, A. Guermazi, Springer, Berlin, pp.741-750.

Rangel, S. J., Townsend, S. E. R., Karki, M., & Moss, R. L. 2012, ‘Peritonitis’in Principle and Practice of Peddiatric Infectious Diseases, 4thedn, eds. S. S.

Long, L. K. Pickering, C. G. Prober, Elsevier, Inc., Philadelphia, p. 427.

Rentea, R. M., & St. Peter, S. D. 2017, ‘Contemporary Management of Appendicitis in Children’, Advances in Pediatrics, vol. 64, no. 1, p. 227.

Richmond, B. 2017, ‘The Appendix’ in Sabiston Textbook of Surgery : Biological Basis Modern Surgical Practice, 20th edn, eds. C. M. Townsend, R. D.

Beauchamp, B. M. Evers & K.L. Mattox, Elsevier, Inc., Philadelphia, pp.

1296-1299.

Sarosi, G.A. 2016, ‘Appendicitis’ in Sleisenger and Fordtran’s Gastrointestinal and Liver Disease, 10th edn, eds. M. Feldman, L.S. Friedman & L.J. Brandt, Saunders, United States of America, pp. 2112-2121.

Sifri, C.D., & Madoff, L.C. 2015, ‘Appendicitis’ in Mandell, Douglas, and Bennett’s Principles and Practice of Infectious Disease, 8thedn, eds. J. E.

Bennett, R. Dolin & M. J. Blaser, Elsevier, Inc., Philadelphia, pp. 982-984.

Skipworth, R. J. E., & Fearon, K. C. H. 2005, ‘Acute abdomen : peritonitis’, Surgery (Oxford), vol. 23, no. 6, p.98.

Thomas,G., Lahunduitan, I.,Tangkilisan, A.2016, ‘Angka Kejadian Apendisitis di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Oktober 2012-September 2015’, Jurnal e-Clinic, vol. 4, no. 1, p.231-236.

Vasser, H. M., & Anaya, D. A. 2012, ‘Acute Appendicitis’in Netter’s Infectious Diseases, eds. E. C. Jong, D. L. Stevens, Elsevier, Inc., Philadelphia, p. 243.

Widjaja, S. 2006, ‘Saluran Pencernaan’ in Kumpulan Kuliah Patologi FKUI, ed. S.

Himawan, Balai Penerbitan FKUI, Jakarta, pp.216-218.

Wyers, S. G.,& Matthews, J. B. 2016, ‘Surgical Peritonitis and Other Diseases of the Peritoneum, Mesentery, Omentum, and Diaphragm’in Sleisenger and Fordtran’s Gastrointestinal and Liver Disease, 10th edn, eds. M. Feldman, L.S. Friedman & L.J. Brandt, Saunders, United States of America, pp. 636-641.

Lampiran A Daftar Riwayat Hidup

CURRICULUM VITAE

Nama : Octavia Azrina Sembiring

NIM : 150100130

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 20 Oktober 1997

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Gunanta Sembiring Nama Ibu : Ir. Roslindawati br Purba

Alamat : Jalan Pasar Peringgan No. 21 Medan Riwayat Pendidikan :

1. SD Bethany Medna 2003- 2009

2. SMP Santo Thomas 1 Medan 2009 - 2012

3. SMA Sutomo 1 Medan 2012 - 2015

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2015 – Sekarang

Riwayat Pelatihan :

1. Pelatihan Manajemen Mahasiswa Baru (MMB) FK USU Tahun 2015

Riwayat Organisasi :

1. Anggota DANUS SCORA PEMA FK USU 2016 2. Kepala Divisi DANUS SCORA PEMA FK USU 2017

Riwayat Kepanitiaan :

1. Anggota Seksi Acara SRF FK USU 2016

2. Koordinator Acara Senjun Mahasiswa Kristen FK USU 2016

3. Anggota Seksi Danus Pengabdian Masyarakat SCORA PEMA FK USU 2016

4. Anggota LO SRF FK USU 2017

5. Wakil Koordinator LO Indonesia International Medical Olympiad 2017 6. Anggota Seksi Konsumsi Perayaan Paskah FK USU 2017

7. Anggota Seksi Acara Perayaan Natal FK USU 2017

Lampiran B Pernyataan Orisinalitas

PERNYATAAN

Prevalensi Peritonitis pada Pasien Apendisitis di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode 2017

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan yang penulis lakukan terutama pada bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan

Adapun pengutipan yang penulis lakukan terutama pada bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan

Dokumen terkait