• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

D. Diagnosis Kesulitan Belajar

Menurut Sugihartono dkk. (2007: 150), diagnosis kesulitan belajar dapat diterjemahkan sebagai sebuah proses yang dilakukan oleh guru untuk menentukan masalah atau ketidakmampuan siswa dalam belajar yang dilakukan dengan cara meneliti berbagai latar belakang faktor penyebabnya dengan cara menganalis gejala-gejala yang tampak dan dapat di pelajari. Konsep dasar diagnosis kesulitan belajar adalah dengan melakukan identifikasi kesulitan belajar pada siswa dalam upaya menentukan sumber dan faktor penyebabnya. Tujuannya adalah membantu siswa mengatasi kesulitan belajarnya melalui berbagai alternatif pemecahan atas dasar data atau informasi yang lengkap dan akurat yang telah terkumpul.

1. Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar

Kegiatan mengidentifikasi bertujan untuk memilih siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan mengikuti proses pembelajaran. Identifikasi kesulitan belajar siswa dapat diketahui dan terlihat dari beberapa hal, antara lain a) perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran, dan b) prestasi belajar yang di capai.

a) Perilaku Siswa

Perilaku siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dapat dilihat melalui kegiatan observasi dan laporan dari proses pembelajaran yang diikuti oleh siswa.

Menurut Sugihartono dkk. (2007: 165-167), perilaku siswa selama proses pembelajaran yang dapat digunakan sebagai indikator untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar antara lain: 1)Kecepatan dalam Menyelesaikan Tugas

Proses pembelajaran tidak lepas dari pemberian tugas pada siswa untuk dikerjakan sebagai sebagian proses pembelajaran. Tugas yang diberikan berupa tugas dalam bentuk tugas kelompok, tugas individu, dan sebagainya selalu ditentukan dan dibatasi oleh waktu untuk menyelesaikannya. Batas waktu pengumpulan tersebut dapat dijadikan sebagai indikator bagi guru, siapa saja siswa yang mengalami kesulitan belajar atau tidak. Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan terlihat dari tingkat keterlambatan dalam menyelesaikan tugas paling tinggi dan frekuensi keterlambatannya paling banyak dibandingkan siswa lainya. Namun faktor kualitas juga diperhatikan, siswa yang cepat belum tentu tidak memiliki masalah belajar karna harus mempertimbangkan aspek kualitas tugasnya.

2)Tingkat Kehadiran Mengikuti Proses Pembelajaran

Tingkat kehadiran siswa selama mengikuti proses pembelajaran secara tertib atau tidak merupakan salah satu indikator bagi guru untuk menentukan siswa mengalami kesulitan atau tidak. Siswa yang sering absen, sering membolos, dan sebagainya menunjukkan bahwa ia mengalami kesulitan belajar.

3)Keaktifan Siswa dalam tugas-tugas

Beberapa mata pelajaran menuntut siswa aktif dan menunjukkan kemampuan berkomunikasi secara berinteraksi dengan teman satu kelompok, kemampuan mengemukakan pendapat, bertanya, dan menerima atau menolak pendapat siswa lain dalam kegiatan diskusi dan kegitan kelompok lainya. Melalui kegiatan observasi dan pencatatan aktivitas siswa, guru akan mengetatahui kondisi siswa dan juga menemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Siswa yang cenderung pasif dapat diidentifikasikan mengalami kesulitan belajar.

4)Kemampuan Kerjasama dan Penyesuaian Sosial

Mata pelajaran tertentu kadang menuntut siswa untuk bekerja secara kelompok. Siswa dituntut untuk mampu bekerja sama dalam kelompok, saling percaya dan saling membantu. Guru harus mengetahui dan memahami hubungan sosial sehari-hari siswa dalam kelas.

b)Analisis Prestasi Belajar

Untuk mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat juga dilakukan dengan cara menghimpun dan menganalis hasil belajar siswa serta menafsirnya. Siswa yang memiliki nilai dibawah norma sebagai batas lulus maka siswa tersebut diidentifikasi memiliki kesulitan belajar. Norma yang sering digunakan yaitu:

1) Penilaian Acuan Norma (PAN)

Penilaian jenis ini menggunakan norma kelompok yang berupa nilai rerata kelas. Siswa yang memiliki nilai dibawah rerata kelas dapat didefinisikan memiliki kesulitan belajar. Semakin jauh nilai seorang siswa dibawah rerata kelas maka kesulitan belajar yang dimilikinya cenderung semakin besar.

2) Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Penilaian jenis ini menggunakan norma berupa skor yang telah ditetepkan atau ditentukan besaranya terlebih dahulu oleh guru mata pelajaran. Skor tersebut sering disebut dengan batas tuntas, atau kriteria ketuntasan minimum (KKM). Skor minimal harus dicapai oleh siswa sehingga siswa yang nilainya belum mencapai syarat minimum maka diidentifikasi siswa tersebut mengalami kesulitan belajar.

Menurut Entang (1984) teknik diagnosis pada umumnya mengikuti garis besar sebagai berikut:

a. Identifikasi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar

Tahap ini merupakan tahap untuk mengetahui siswa-siswi yang mengalami kesulitan belajar. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah membandingkan posisi atau kedudukan siswa dalam kelompok atau kriteria tingkat ketuntasan penguasaan yang diterapkan sebelumnya yaitu PAP (Penilaian Acuan Patokan) maupun PAN (Penilaian Acuan Norma) untuk suatu mata pelajaran atau materi tertentu.

Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan 1) Menganalis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya, kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas atau kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut. 2) Menganalisis perilaku yang berhubungan dengan proses belajar

melalui observasi, dengan membandingkan perilaku siswa yang mengalami kesulitan terhadap siswa lainnya yang sekelas.

3) Menganalisis hubungan sosial, dengan mengamati intensitas interaksi sosial siswa yang mengalami kesulitan dengan kelompoknya maupun siswa lain.

Kasus kesulitan belajar itu dapat pula di deteksi dari catatan observasi, ataupun laporan proses kegiatan belajarnya. Di antara catatan proses belajar itu, ialah: cepat lambatnya menyelesaikan pekerjaan, partisipasi dan kontribusi dalam pemecahan masalah atau tugas kelompok, kemampuan kerjasama dan penyelesaian soal.

b. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar Siswa

Siswa yang telah diidentifikasi memilki kesulitan belajar, kemudian dianalisis untuk menemukan letak kesulitan belajar yang dihadapi. Semakin rendah nilai sebuah mata pelajaran dibandingkan dengan mata pelajaran lainya dan banyaknya siswa yang tidak menjawab soal pada pokok bahasan tertentu, siswa tersebut mengalami permasalahan belajar pada mata pelajaran tersebut dan pada pokok bahasan tersebut.

Menurut Tidjan Su. (1993:81), untuk menetapkan lokasi kesulitan belajar pada siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut. 1) Membuat rata-rata nilai dari masing-masing bidang studi.

2) Membuat grafik kedudukan kasus dalam bidang studi.

3) Menetapkan lokasi kesulitan belajar siswa pada bidang studi tertentu, dilihat dari nilai siswa dibawah rata-rata.

4) Apabila ditemukan banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar maka prioritasnya adalah siswa yang paling banyak mengalami kesulitan belajar.

2. Mengenali Penyebab Kesulitan Belajar

Proses mengenali kesulitan belajar siswa penting dilakukan untuk mengidentifikasi letak kesulitan belajar pada siswa, faktor penyebab kesulitan serta alternatif pemecahan yang akan diberikan. Pengenalan kesulitan belajar siswa dapat dilakukan dengan cara non tes maupun tes.

a. Teknik Non Tes

Teknik non tes dalam mengenali siswa yang mengalami kesulitan belajar merupakan teknik yang digunakan untuk mengetahui kondisi kesulitan belajar pada siswa. Dalam pelaksanaanya, siswa tidak diperlakukan secara khusus dalam kondisi tertentu sebagaimana dalam teknik tes, tetapi dibiarkan sebagaimana adanya. Teknik ini bermacam-macam meliputi observasi, angket, dan dokumentasi. 1)Teknik Observasi

Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja dilakukan dengan menggunakan alat indera terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jenis observasi dilihat dari pelaksanaanya, tingkat keterlibatan observer, dan sistematika pelaksanaannya.

a. Obervasi Menurut Cara Pelaksanaanya

Observasi terbagi dalam jenis observasi berencana dan observasi insidental. Observasi berencana merupakan kegiatan observasi yang akan dilakukan telah dipersiapkan secara matang dan sistematis, baik waktu, alat, maupun aspek-aspek lainnya terkait komponen-komponen yang akan diobservasi. Observasi insidental merupakan jenis observasi yang dilakukan sesuai kebutuhan dan tanpa perencanaan yang matang terlebih dahulu.

b. Observasi Menurut Keterlibatan Observer

Observasi berdasarkan keterlibatan observer dalam proses observasi dibedakan menjadi observasi partisipan dan observasi non-partisipan. Observasi partisipan merupakan kegiatan observasi yang dilakukan dengan cara observer ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Observasi non-partisipan merupakan kegiatan observasi yang dilakukan dengan cara observer tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan.

c. Observasi Menurut Keterlibatan Observer

Observasi menurut sistematika pelaksanaannya terbagi menjadi observasi sistematik dan observasi non-sistematik. Observasi sistematik merupakan jenis observasi yang dilakukan dengan cara menggunakan kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategori aspek-aspek yang akan di observasi. Observasi non-sistematik merupakan jenis observasi ketika faktor-faktor yang akan di observasi belum memiliki sistematika.

2)Teknik Angket

Angket merupakan jenis pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab dan dikerjakan oleh responden secara tertulis. Angket bersifat menggali informasi secara tertulis dan lebih terstruktur, responden hanya mengerjakan

dan menjawab pernyanyaan atau pernyataan yang ada di angket sesuai dengan petunjuk pengerjaanya.

3)Teknik Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengutip, mengopi, atau mengambil gambar dari sumber catatan yang sudah terdokumantasikan. Teknik dokumentasi dalam mengidentifikasi kesulitan belajar digunakan dalam bentuk dokumentasi rapor, daftar hadir, kondisi keluarga, tempat belajar, latar belakang pendidikan siswa, dan sebagainya.

b. Teknis Tes

Menurut Sumadi Suryabrata dalam Sugihartono dkk. (2007: 163), tes merupakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan harus diajalankan. Teknik ini menggunakan berbagai macam bentuk instrumen berupa alat tes. Dalam penentuan kesulitan belajar siswa dengan menggunakan teknik tes maka dapat menggunakan tes hasil belajar dan tes psikologi.

1) Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar merupakan jenis tes yang diberikan kepada siswa oleh guru untuk mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran yang telah disampaikan selama proses pembelajaran dalam bentuk ulangan, ujian, ataupun dalam bentuk kegiatan evaluasi lainnya (Sugihartono dkk., 2007: 163). Pelaksanaan tes membutuhkan perencanaan yang matang dan memenuhi syarat

alat tes yang digunakan. Hasil tes menggambarkan siswa yang memiliki kesulitan belajar, biasanya diidentifikasi dari capaian nilai yang rendah dibandingkan dengan siswa lainya.

2) Tes Psikologi

Menurut Sugihartono dkk. (2007 : 164), tes psikologi merupakan teknik pengumpulan data siswa yang bersifat potensial, yaitu tentang kemampuan yang belum tampak atau belum berkembang tapi dimiliki siswa, contohnya dalam bentuk intelegensia, bakat, minat, kepribadian, sikap, dan sebagainya. Tes psikologi ini hanya boleh dilakukan oleh orang yang berkompeten, yaitu psikolog yang bersertifikat tes.

Dokumen terkait