Manajemen menelaah apakah derivatif melekat harus dipisahkan dari kontrak utamanya pada saat pertama kali. Perusahaan menjadi salah satu pihak dari kontrak tersebut. Penelaahan kembali dilakukan apabila terdapat perubahan syarat-syarat kontrak yang mengakibatkan modifikasi arus kas secara signifikan.
Saling Hapus Instrumen Keuangan
Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam neraca jika, dan hanya jika, Perusahaan saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan asset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan.
Penurunan Nilai dari Aset Keuangan
Pada setiap tanggal neraca, manajemen Perusahaan menelaah apakah suatu asset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi telah mengalami penurunan nilai.
1. Aset Keuangan pada Biaya Perolehan Diamortisasi
Manajemen pertama-tama menentukan apakah terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, atau secara kolektif untuk asset keuangan yang jumlahnya tidak signifikan secara individual. Jika manajemen menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, baik aset keuangan tersebut signifikan atau tidak signifikan, maka asset tersebut dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.
Jika terdapat bukti obyektif bahwa penurunan nilai telah terjadi atas asset dalam kategori pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit di masa depan yang belum terjadi) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset tersebut (yang merupakan suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal). Nilai tercatat aset tersebut langsung dikurangi dengan penurunan nilai yang terjadi atau menggunakan akun cadangan kerugian penurunan nilai dan jumlah kerugian yang terjadi diakui di laporan laba rugi komprehensif.
Untuk tujuan evaluasi penurunan nilai secara kolektif, asset keuangan dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik risiko kredit seperti mempertimbangkan segmentasi
21
kredit dan status tunggakan. Karakteristik yang dipilih adalah relevan dengan estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset tersebut yang mengindikasikan kemampuan debitur atau rekanan untuk membayar seluruh liabilitas yang jatuh tempo sesuai persyaratan kontrak dari aset dievaluasi.
Arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan yang penurunan nilainya dievaluasi secara koletif, diestimasi berdasarkan arus kas kontraktual dan kerugian historis yang pernah dialami atas aset-aset yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dengan karakteristik risiko kredit kelompok tersebut. Kerugian historis yang pernah dialami kemudian disesuaikan berdasarkan data terkini yang dapat diobservasi untuk mencerminkan kondisi saat ini yang tidak berpengaruh pada periode terjadinya kerugian historis tersebut, dan untuk menghilangkan pengaruh kondisi yang ada pada periode historis, tetapi sudah tidak ada lagi pada saat ini.
Jika, pada tahun berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai bertambah atau berkurang karena suatu peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, maka dilakukan pemulihan atas akun cadangan kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui. Pemulihan penurunan nilai selanjutnya diakui dalam laporan laba rugi, dengan ketentuan pemulihan tersebut tidak boleh mengakibatkan nilai tercatat aset keuangan melebihi biaya perolehan diamortisasi sebelum adanya pengakuan penurunan nilai pada tanggal pemulihan dilakukan.
2. Aset Keuangan yang Dicatat pada Biaya Perolehan
Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak diukur pada nilai wajar karena nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, maka jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa depan yang didiskontokan pada tingkat pengembalian yang berlaku di pasar untuk asset keuangan serupa.
3. Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual
Dalam hal instrumen ekuitas dalam kelompok tersedia untuk dijual, penelaahan penurunan nilai ditandai dengan penurunan nilai wajar dibawah biaya perolehannya yang signifikan dan berkelanjutan. Jika terdapat bukti obyektif penurunan nilai, maka kerugian penurunan nilai kumulatif yang dihitung dari selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai yang sebelumnya telah diakui dalam laporan laba rugi, dikeluarkan dari ekuitas dan diakui dalam laporan laba rugi. Kerugian penurunan nilai yang diakui pada laporan laba rugi tidak boleh dipulihkan melalui laporan laba rugi (harus diakui melalui ekuitas). Kenaikan nilai wajar setelah terjadinya penurunan nilai diakui di ekuitas.
Atas instrumen hutang dalam kelompok tersedia untuk dijual, penurunan nilai ditelaah berdasarkan kriteria yang sama dengan asset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi. Bunga tetap diakru berdasarkan suku bunga efektif asal yang
22
diterapkan pada nilai tercatat aset yang telah diturunkan nilainya, dan dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi. Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen hutang meningkat dan peningkatan nilai wajar tersebut karena suatu peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, maka penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan melalui laporan laba rugi.
Penghentian Pengakuan Aset dan Liabilitas Keuangan 1. Aset Keuangan
Aset keuangan (atau bagian dari kelompok aset keuangan serupa) dihentikan pengakuannya jika:
a. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir; b. Perusahaan telah mentransfer haknya untuk menerima arus kas dari aset
keuangan dan (i) telah mentransfer secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, atau (ii) secara substansial tidak mentransfer atau tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas asset keuangan, tetapi telah mentransfer pengendalian atas asetkeuangan tersebut.
Ketika Perusahaan telah mentransfer hak untuk menerima arus kas dari suatu aset
keuangan atau telah menjadi pihak dalam suatu kesepakatan, dan secara
substansial tidak mentransfer dan tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas asset keuangan dan masih memiliki pengendalian atas aset tersebut, maka aset keuangan diakui sebesar keterlibatan berkelanjutan dengan asset keuangan tersebut. Keterlibatan berkelanjutan dalam bentuk pemberian jaminan atas aset yang ditransfer diukur berdasarkan jumlah terendah antara nilai asset yang ditransfer dengan nilai maksimal dari pembayaran yang diterima yang mungkin harus dibayar kembali oleh Perusahaan. 2. Liabilitas Keuangan
Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya jika liabilitas keuangan tersebut berakhir, dibatalkan atau telah kadaluarsa. Jika liabilitas keuangan tertentu digantikan dengan liabilitas keuangan lain dari pemberi pinjaman yang sama namun dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, atau terdapat modifikasi secara substansial atas ketentuan liabilitas keuangan yang ada saat ini, maka pertukaran atau modifikasi tersebut dianggap sebagai penghentian pengakuan liabilitas keuangan awal. Pengakuan timbulnya liabilitas keuangan baru serta selisih antara nilai tercatat liabilitas keuangan awal dengan yang baru diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.
Kebijakan Akuntansi Instrumen Keuangan Sebelum Tanggal 1 Januari 2010 Penempatan pada bank Indonesia dan Bank Lain
Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain dinyatakan sebesar saldo penempatan dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai.
23
Efek-efek
Pengakuan awal dan pengukuan selanjutnya atas efek-efek dicatat berdasarkan klasifikasi efek-efek sebagaimana ditetapkan oleh manajemen sesuai dengan PSAK No.50 (1999) tentang “Akuntansi Investasi Efek Tertentu” setelah dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai.
Efek-efek diklasifikasikan berdasarkan tujuan manajemen pada saat perolehan, sebagai berikut:
1. Efek yang tujuan investasinya untuk dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity) disajikan sebesar biaya perolehan yang disesuaikan dengan premi dan/atau diskonto yang belum diamortisasi. Bila terjadi penurunan nilai wajar di bawah biaya perolehan (termasuk amortisasi premi dan diskonto) yang bersifat permanen, maka biayaperolehan efek individual harus diturunkan sebesar nilai wajarnya, dan jumlah penurunan nilai tersebut dibebankan dalam laporan laba rugi tahunan berjalan.
2. Efek yang tujuan investasinya tersedia untuk dijual (available for sale) disajikan sebesar nilai wajarnya. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi akibat kenaikan atau penurunan nilai wajarnya dicatat sebagai komponen ekuitas dan tidak diakui sebagai keuntungan atau kerugian sampai laba atau rugi tersebut direalisasi.
3. Efek yang tujuan investasinya untuk diperdagangkan (trading) adalah efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat, yang biasanya ditunjukkan dengan frekuensi pembelian dan penjualan yang sering. Efek ini dimiliki dengan tujuan untuk menghasilkan laba dari perbedaan harga jangka pendek. Investasi dalam efek yang termasuk dalam kelompok ini diukur sebesar nilai wajarnya. Laba/rugi yang timbul dari kenaikan atau penurunan tersebut diakui dalam laba rugi tahun yang bersangkutan. Pemindahan efek ke kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dari tersedia untuk dijual dicatat sebagai nilai wajarnya pada saat pemindahan kelompok efek tersebut. Laba atau rugi yang belum direalisasi tetap dilaporkan dalam komponen ekuitas dan diamortisasi dengan metode garis lurus selama sisa umur efek tersebut.
Pemindahan efek ke kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dari perdagangan dicatat sebagai nilai wajar pada saat transfer, yang dianggap sebagai biaya perolehan dari efek tersebut. Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka biaya perolehan efek individual harus diturunkan hingga sebesar nilai wajarnya, dan jumlah penurunan nilai tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi tahun berjalan.
Untuk menghitung laba atau rugi yang direalisasi, biaya perolehan efek ekuitas ditentukan berdasarkan metode biaya perolehan rata-rata, sedangkan biaya perolehan efek hutang yang dimiliki hingga jatuh tempo ditentukan berdasarkan metode identifikasi khusus.
Tagihan dan Liabilitas Derivatif
Perlakuan akuntansi untuk tagihan dan liabilitas derivatif mengacu pada PSAK 55 (Revisi 1999) tentang Akuntansi Instrumen Derifatif dan Aktivitas Lindung Nilai.
24
Instrumen derivatif melekat dipisahkan dari kontrak utama dan diperlukan sebagai instrumen derivatif, jika seluruh kriteria tersebut terpenuhi maka:
1. Karakteristik ekonomis dan risiko instrument derivatif melekat tidak secara jelas dan erat berhubungan dengan karakteristik ekonomis dan risiko kontrak utama.
2. Instrumen derivatif yang mencakup instumen derivatif melekat pada kontrak utama tidak dinilai kembali sesuai dengan nilai wajarnya berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum.
3. Instrumen terpisah dengan kondisi yang sama dengan imstrumen derivatif melekat dapat merupakan instrumen derivatif seperti yang diatur berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum.
Apabila suatu entitas tidak dapat secara pasti mengidentifikasi dan mengukur instrumen derivatif melekat yang harus dipisahkan dari kontrak utama, maka keseluruhan perjanjian diukur dengan nilai wajar.
Tagihan dan liabilitas derivatif disajikan sebesar keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi yang berasal dari kontrak derivatif dengan tujuan bukan untuk lindung nilai.
Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi tersebut dihitung dari selisih antara nilai kontrak dan nilai wajar instrumen derivatif pada tanggal pelaporan.
Kredit
Kredit yang diberikan dinyatakan berdasarkan saldo kredit dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk berdasarkan penelaahan terhadap kolektibilitas dan kredit yang diberikan.
Restrukturisasi Kredit Bermasalah
Dalam restrukturisasi kredit bermasalah dengan modifikasi persyaratan kredit yang tidak mengakibatkan penerimaan aset (termasuk penerimaan saham dari debitur), dampak restrukturisasi tersebut dicatat secara prospektif dan tidak mengubah nilai kredit pada tanggal restrukturisasi, kecuali jika jumlahnya melebihi nilai tunai penerimaan kas masa depan yang ditentukan dalam persyaratan baru. Dampak perubahan jumlah, saat jatuh tempo, atau keduanya penerimaan kas yang diperuntukkan baik sebagai bunga maupun pokok kredit diakui secara prospektif dalam periode yang akan datang.
Tagihan Akseptasi dan Liabilitas Akseptasi
Tagihan dan liabilitas akseptasi dinyatakan sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C yang diaksep oleh bank pengaksep (accepting bank). Tagihan akseptasi disajikan setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk berdasarkan penelaahan terhadap kolektibilitas dari tagihan akseptasi.
25
Simpanan dan Simpanan dari Bank Lain
Simpanan dan simpanan dari bank lain dinyatakan sebesar saldo liabilitas perusahaan kepada nasabah dari bank lain.
g. Giro Wajib Minimum (GWM)
Pada tanggal 23 Oktober 2008, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan peraturan No. 10/25/PBI/2008 mengenai perubahan atas Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 10/19/2008 tentang Giro Wajib Minimum (GWM) Bank Umum pada Bank Indonesia. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan Peraturan No. 12/19/PBI/2010 tanggal 4 Oktober 2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing yang berlaku efektif pada tanggal 1 November 2010, kecuali untuk GWM Loan to Deposit (LDR) berlaku efektif pada 1 Maret 2011.
Pada tanggal 9 Februari 2011, Bank Indonesia telah menerbitkan Peratuaran No. 13/10/PBI/2011 mengubah Peraturan No. 12/19/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing. Berdasarkan peraturan tersebut, GWM terdiri dari GWM Rupiah dan GWM mata uang asing. GWM Rupiah terdiri dari GWM Utama, GWM Sekunder, dan GWM LDR.
GWM Utama adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh Bank dalam bentuk saldo rekening giro pada BI yang besarnya ditetapkan oleh BI sebesar persentase tertentu dari dana pihak ketiga.
GWM Sekunder adalah cadangan minimum yang wajib dipelihara oleh Bank dalam bentuk
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN) dan/atau kelebihan cadangan
(Excess Reserve), yang besarnya ditetapkan BI sebesar persentase tertentu.
GWM LDR adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh Bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia sebesar persentase dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihitung berdasarkan selisih LDR yang dimiliki oleh Bank dan target LDR yang wajib dipenuhi oleh Bank.
h. Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain
Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain merupakan penanaman dana dalam bentuk deposito berjangka, call money, deposit on call dan lain-lain.
Penempatan pada bank diklasifikasikan sebagai kredit yang diberikan dan piutang dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi penyisihan kerugian penurunan nilai, sedangkan penempatan pada Bank Indonesia diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan dicatat pada nilai wajarnya.
26
i. Kredit yang diberikan
Kredit yang diberikan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disetarakan dengan kas, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam dengan debitur yang mewajibkan debitur untuk melunasi hutang berikut bunganya setelah jangka waktu tertentu. Kredit yang diberikan pada awalnya diukur pada nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan biaya tambahan untuk memperoleh aset keuangan tersebut, dan setelah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi dengan penyisihan kerugian penurunan nilai.
Kredit yang diberikan diklasifikasikan sebagai kredit yang diberikan dan piutang.
Kredit yang diberikan dengan perjanjian sindikasi dinyatakan sebesar biaya perolehan
diamortisasi sesuai dengan porsi risiko yang ditanggung oleh Perusahaan.
Restrukturisasi Kredit
Selama tahun 2010 dan 2011, jenis restrukturisasi kredit bermasalah adalah dengan modifikasi persyaratan kredit.
Kredit yang direstrukturisasi disajikan sebesar nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat kredit pada tanggal restrukturisasi atau nilai tunai penerimaan kas masa depan setelah restrukturisasi. Kerugian akibat selisih antara nilai tercatat kredit pada tanggal restrukturisasi dengan nilai tunai penerimaan kas masa depan setelah restrukturisasi diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Setelah restrukturisasi, semua penerimaan kas masa depan yang ditetapkan dalam persyaratan baru dicatat sebagai pengembalian pokok kredit yang diberikan dan pendapatan bunga sesuai dengan syarat-syarat restrukturisasi.
j. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
Penilaian kualitas dan cadangan kerugian penurunan nilai dilakukan terhadap asset produktif dan asset non-produktif.
Aset produktif terdiri dari giro pada bank lain, penempatan pada bank lain, efek-efek, kredit, tagihan akseptasi, komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif yang mempunyai risiko kredit sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Aset non-produktif merupakan aset non - keuangan, terdiri dari agunan yang diambil alih (AYDA) dan properti terbengkalai, rekening antar kantor dan suspense account sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Penerapan Ketentuan Transisi dari Bank Indonesia untuk Penurunan Nilai Secara Kolektif
Pada tanggal 8 Desember 2009, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan Surat Edaran No. 11/33/DPNP yang mengatur mengenai estimasi penurunan nilai kolektif kredit yang diberikan dengan keterbatasan pengalaman kerugian spesifik. Bagi bank yang belum memiliki data kerugian historis yang memadai untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas kredit yang
27
diberikan secara kolektif sesuai dengan persyaratan dalam PSAK 55 (Revisi 2006) dan PAPI, maka pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai dapat menggunakan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai “Penilaian Kualitas Aset Bank Umum”, sebagaimana telah diterapkan oleh Perusahaan sejak sebelum 1 Januari 2010.
Sesuai dengan itu, tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan menerapkan ketentuan transisi dari BI tersebut.
Sejak Januari 2012, Perusahaan telah menerapkan cadangan kerugian penurunan nilai kolektif. Penentuan kualitas aset dan cadangan kerugian penurunan nilai mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2005 tentang “Penilaian Kualitas Aset Bank Umum” dengan perubahan terakhir melalui Peraturan Bank Indonesia No. 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009.
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Produktif
Cadangan kerugian penurunan nilai asset produktif serta estimasi komitmen dan kontinjensi berdasarkan penelaahan terhadap kualitas masing-masing asset produktif, komitmen dan kontinjensi sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengklasifikasikan aset produktif tersebut dalam lima (5) kategori dengan besarnya persentase cadangan kerugian penurunan nilai sebagai berikut:
Persentase Minimun Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
Kategori
Lancar 1%
Dalam perhatian khusus 5%
Kurang lancar 15%
Diragukan 50%
Macet 100%
Persentase cadangan kerugian penurunan nilai di atas diterapkan terhadap saldo asset produktif setelah dikurangi nilai agunan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia kecuali untuk aset produktif serta komitmen dan kontinjensi yang diklasifikasikan sebagai lancar yang diterapkan terhadap saldo asset produktif serta komitmen dan kontinjensi yang bersangkutan.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), penempatan pada Bank Indonesia, dan obligasi Pemerintah tidak disyaratkan untuk dibentuk cadangan kerugian penurunan nilai.
Cadangan kerugian penurunan nilai untuk komitmen dan kontinjensi (kecuali akseptasi)
yang dibentuk, disajikan dalam akun “Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi”.
Pembentukan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi dihitung berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai “Penilaian Kualitas Aset Bank Umum”.
Aset produktif dihapusbukukan dengan cadangan kerugian penurunan nilai asset produktif pada saat manajemen berpendapat bahwa aset produktif tersebut harus dihapuskan karena secara operasional debitur sudah tidak mampu membayar dan atau sulit untuk ditagih.
28
Penerimaan kembali aset produktif yang telah dihapuskan dicatat sebagai penambahan cadangan kerugian penurunan nilai aset produktif yang bersangkutan pada saat diterima kembali. Jika jumlah yang diterima kembali lebih besar daripada nilai pokok, kelebihan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga.
k. Aset Tetap
Aset tetap, kecuali tanah, dinyatakan berdasarkan biaya perolehan, tetapi tidak termasuk biaya perawatan sehari-hari, dikurangi akumulasi penyusutan, amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada. Tanah tidak disusutkan dan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada.
Biaya perolehan awal aset tetap meliputi harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan sesuai dengan tujuan penggunaan yang ditetapkan.
Beban-beban yang timbul setelah asset tetap digunakan, seperti beban perbaikan dan pemeliharaan, dibebankan ke laba rugi pada saat terjadinya. Apabila beban-beban tersebut menimbulkan peningkatan manfaat ekonomis di masa datang dari penggunaan aset tetap tersebut yang dapat melebihi kinerja normalnya, maka beban-beban tersebut dikapitalisasi sebagai tambahan biaya perolehan aset tetap. Penyusutan dan amortisasi dihitung berdasarkan metode garis lurus (straight-line method) selama masa manfaat asset tetap atau jangka waktu sewa, yang mana lebih pendek (khusus untuk perbaikan asset yang disewa) sebagai berikut:
Jenis Aset Tahun
Bangunan dan prasarana 20
Inventaris kantor 3
Kendaraan 5
Perbaikan Aset yang Disewa 10
Aset tetap yang tidak digunakan (property terbengkalai) dinyatakan berdasarkan nilai tercatat atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah, dan disajikan sebagai bagian dari akun “Aset lain-lain”. Atas properti terbengkalai, dibentuk penyisihan penghapusan aset non-produktif sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
Aset dalam penyelesaian merupakan aset tetap dalam pembangunan yang dinyatakan sebesar biaya perolehan dan tidak disusutkan. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat selesai secara substansial dan siap digunakan sesuai tujuannya.
Nilai tercatat aset tetap ditelaah kembali dan dilakukan penurunan nilai apabila terdapat peristiwa atau perubahan kondisi tertentu yang mengindikasikan nilai tercatat tersebut tidak dapat dipulihkan sepenuhnya.