PT BANK WINDU KENTJANA
INTERNATIONAL, Tbk
LAPORAN KEUANGAN INTERIM 30 JUNI 2012
EQUITY TOWER LT.9 JL. JEND. SUDIRMAN KAV 52 – 53 TLP (021 ) 51401707, FAX (021) 51401708/09
JAKARTA -12910 Email : bankwindu@cbn.net.id
LAPORAN KEUANGAN INTERIM 30 JUNI 2012
DAFTAR ISI
Halaman Surat Pernyataan Direksi tentang Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan
PT Bank Windu Kentjana International Tbk pada akhir periode 30 Juni 2012 dan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011.
LAPORAN KEUANGAN
Laporan Posisi Keuangan pada tanggal 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011 1 Laporan Laba Rugi Komprehensif Untuk Periode yang berakhir 30 Juni 2012 dan 2011 3 Laporan Perubahan Ekuitas Untuk Periode yang berakhir 30 Juni 2012 dan 2011 4
Laporan Arus Untuk Periode yang berakhir 30 Juni 2012 dan 2011 5
Catatan atas laporan keuangan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.
1
Laporan Posisi Keuangan
Pada 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011
(Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
1,000,000
30 Juni 2012 31 Desember 2011 ASET
Kas 104,405 108,067
Giro pada Bank Indonesia 496,643 410,733
Giro pada bank lain - pihak ketiga 31,233 60,096
Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain - pihak ketiga 894,764 770,253
Efek-efek - pihak ketiga 427,454 372,475
Kredit yang diberikan
Pihak berelasi 27,346 35,003
Pihak ketiga 4,490,314 4,591,930
Jumlah 4,517,661 4,626,933
Dikurangi: cadangan kerugian penurunan nilai (48,718) (71,890)
Jumlah - bersih 4,468,943 4,555,043
Tagihan akseptasi - pihak ketiga 6,550 1,456
Pendapatan bunga yang masih akan diterima 16,040 16,876
Aset tetap - setelah dikurangi
akumulasi penyusutan dan amortisasi sebesar Rp 65.726 juta pada tahun 2012 dan
Rp 57.006 juta pada tahun 2011 112,535 121,342
Aset pajak tangguhan 6,657 6,657
Aset lain-lain - bersih 44,187 29,796
Catatan atas laporan keuangan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.
2
Pada 30 Juni 2012 dan 31 Desember 2011
(Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
30 Juni 2012 31 Desember 2011
LIABILITAS DAN EKUITAS
Liabilitas
Liabilitas segera 16,431 1,504
Simpanan
Pihak - pihak berelasi 271,451 697,755
Pihak ketiga 5,586,851 5,115,937
Jumlah 5,858,302 5,813,692
Simpanan dari bank lain - pihak ketiga 38,708 26,293
Liabilitas spot dan derivatif 172
-Liabilitas akseptasi - pihak ketiga 6,550 1,456
Utang pajak 7,738 7,281
Cadangan imbalan pasti pasca-kerja 21,276 16,276
Liabilitas lain-lain 48,546 28,658 Jumlah Liabilitas 5,997,721 5,895,159 Ekuitas Modal saham Modal dasar -10.000.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham Modal ditempatkan dan disetor
-3.756.875.883 saham 375,688 375,688
Tambahan modal disetor - bersih 127,419 127,419
Saldo laba - setelah eliminasi defisit sebesar Rp 147.757 juta pada tanggal 31 Oktober 2005
melalui kuasi reorganisasi 108,581 54,528
Jumlah Ekuitas 611,688 557,635
Catatan atas laporan keuangan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.
3
(Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
1,000,000
30 Juni 2012 30 Juni 2011
PENDAPATAN DAN BEBAN
Pendapatan bunga 292,136 215,399
Beban bunga 170,810 131,942
Pendapatan bunga - bersih 121,326 83,457
Pendapatan lainnya
Provisi dan komisi 16,772 12,252 Pemulihan cadangan kerugian penurunan nilai
aset non produktif, komitmen dan kontijensi 655 1,349 Keuntungan selisih kurs mata uang asing - bersih 1,694 351 Keuntungan penjualan surat berharga 537 259 Keuntungan atas kenaikan nilai wajar efek-efek 12,455 4,497
Lainya 42,229 34,457
Jumlah pendapatan lainnya 74,341 53,165
Beban lainnya
Umum dan administrasi 38,081 36,916
Tenaga kerja 53,851 43,811
Cadangan kerugian penurunan nilai aset produktif 8,807 25,226
Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi - 6,385
Kerugian atas penurunan nilai wajar efek-efek 11,723 3,321 Kerugian atas penurunan nilai wajar spot dan derivatif 172 -Lainya 10,962 256
Jumlah beban lainnya 123,596 115,915
Beban lainnya - bersih (49,255) (62,750)
LABA SEBELUM PAJAK 72,071 20,707
BEBAN (PENGHASILAN) PAJAK
Kini 18,018 5,638
Tangguhan - -Jumlah 18,018 5,638
LABA BERSIH 54,053 15,069
PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN -
-JUMLAH PENDAPATAN KOMPREHENSIF 54,053 15,069
LABA PER SAHAM DASAR
Catatan atas laporan keuangan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.
4
Laporan Perubahan Ekuitas
Untuk Periode yang berakhir 30 Juni 2012 dan 2011 (Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
MODAL LABA TOTAL MODAL LABA TOTAL
DISETOR DITAHAN DISETOR DITAHAN A. MODAL DASAR
10.000.000.000 lbr saham @ Rp.100 Rp.
1.000.000.000.000,-B. MODAL DITEMPATKAN & DISETOR
3.756.875.883 lbr saham @ Rp.100,- 375,688 375,688 375,688 375,688
C. TAMBAHAN MODAL
- Agio Saham 127,419 127,419 127,419 127,419 - Disagio (-/-)
-Cadangan Umum & Tujuan
-Laba / Rugi Tahun Lalu 18,314 18,314 54,528 54,528 -Penurunan Nilai Surat Berharga
-Revaluasi aset Tetap
LABA BERJALAN 1 JANUARI
S/D 30 Juni 2011 dan 2012 3,874 3,874 54,053 54,053 SALDO PER 30 Juni 2012 503,107 22,188 525,295 503,107 108,581 611,688
TAHUN 2012 TAHUN 2011
Catatan atas laporan keuangan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.
5
Laporan Arus Kas
Untuk Periode yang berakhir 30 Juni 2012 dan 2011 (Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
1,000,000
30 Juni 2012 30 Juni 2011 ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Pendapatan bunga, provisi dan komisi 301,285 223,363 Beban bunga dan beban keuangan lainnya (170,810) (131,943) Keuntungan selisih kurs mata uang asing - bersih 1,694 1,349 Beban umum dan administrasi (55,370) (43,811) Beban tenaga kerja (53,851) (67,868) Pendapatan diterima lainya - bersih 57,775 39,877
Arus kas operasional sebelum perubahan aset
dan Liabilitas operasi 80,724 20,967
Penurunan (kenaikan) Aset operasi :
Efek-efek 144,945 (79,675)
Kredit 86,100 (422,158)
Tagihan akseptasi (5,094) 2,360
Aset lain-lain (13,554) (35,404) Kenaikan (penurunan) liabilitas operasi :
Liabilitas segera 9,542 (16,999) Simpanan dan simpanan dari bank lain 57,025 429,177 Liabilitas akseptasi 5,094 (2,351) Utang pajak (1,228) 5,638 Liabilitas lain-lain 14,112 (3,460)
Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Operasi 377,666 (101,906)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Hasil penjualan aset tetap 68 3,742 Perolehan Aset tetap 87 16,122
Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas investasi 155 19,864
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Penerimaan dari penerbitan saham - -Biaya emisi saham -
-Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Pendanaan -
-KENAIKAN BERSIH KAS DAN SETARA KAS 377,821 (82,042) KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN 1,149,224 957,139 Pengaruh perubahan kurs mata uang asing -
-KAS DAN SETARA -KAS AKHIR TAHUN 1,527,045 875,097 PENGUNGKAPAN TAMBAHAN
Kas dan Setara Kas terdiri dari :
Kas 104,405 86,772
Giro pada Bank Indonesia 496,643 327,119
Giro pada Bank Lain 31,233 39,218
Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain 894,764 421,988
6
1. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Pendirian dan Informasi Umum Perusahaan
PT. Bank Windu Kentjana International (d/h PT. Bank Multicor Tbk.) (atau selanjutnya disebut "Perusahaan") didirikan pada tanggal 2 April 1974 berdasarkan Akta No. 4 dari Bagijo, SH, notaris di Jakarta. Akta Pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. Y.A 5/369/19 tanggal 12 Oktober 1974 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 93 tanggal 19 November 1974, tambahan No. 719.
Pada tahun 2007, berdasarkan Akta No. 170 tanggal 28 November 2007 dari Eliwaty Tjitra, SH notaris di Jakarta, nama perusahaan diubah menjadi PT. Bank Windu Kentjana International Tbk. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan Akta No. 189 tanggal 24 Juni 2010 dari Eliwaty Tjitra, SH, notaris di Jakarta mengenai penyesuaian Anggaran Dasar terhadap Peraturan Nomor IX.J.1 Lampiran Keputusan Ketua bapepam-LK No.Kep.179/BL/2008 tentang Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan yang melakukan penawaran umum efek bersifat ekuitas dan perusahaan publik.
Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan terakhir telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-39470.AH.01.02 Tahun 2010 tanggal 10 Agustus 2010.
Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan kantor Pusat di Equity Tower Lantai 9, Jl. Jend Sudirman Kav 52 - 53 Jakarta. Perusahaan mempunyai 1 kantor Pusat, 22 Kantor Cabang, 20 Kantor Cabang Pembantu dan 31 Kantor kas yang berlokasi di Pulau Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Kepulauan Riau, dan Tanjung Pinang sehingga total seluruh kantor 74 Kantor. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah menjalankan kegiatan umum perbankan. Perusahaan telah beroperasi secara komersial sejak tahun 1974. Perusahaan adalah sebuah Bank devisa swasta nasional.
B. Penggabungan Usaha dengan PT. Bank Windu Kentjana
Untuk memperkuat struktur Permodalan terkait dengan implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) , para pemegang saham PT. Bank Multicor Tbk dan PT. Bank Windu Kentjana, telah menyetujui untuk melakukan penggabungan usaha ( merger ).
Rencana merger tersebut telah dituangkan dalam ” Usul Inti Kesepakatan Pemegang Saham PT. Bank Windu Kentjana dan PT. Bank Multicor Tbk tanggal 31 Juli 2007. Dalam penggabungan ini PT. Bank Multicor Tbk bertindak selaku” Perusahaan yang menerima Penggabungan dan PT. Bank Windu Kentjana, sebagai ” Perusahaan Yang Akan Bergabung”.
Pada tanggal 2 Oktober 2007, Perusahaan telah mengajukan Pernyataan Penggabungan kepada Bapepam–LK dan telah mendapat persetujuan efektif sesuai dengan Surat Ketua Bapepam dan LK dengan No. S-5968/BL/2007 tanggal 26 November 2007.
7
Berdasarkan Akta No. 170 PT. Bank Multicor Tbk tentang Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 28 November 2007 dari Eliwaty Tjitra, SH, notaris di Jakarta, menyetujui beberapa hal sebagai berikut :
1. Menyetujui penggabungan usaha ( merger ) PT. Bank Windu Kentjana ke dalam PT. Bank Multicor Tbk.
2. Menyetujui Rancangan Penggabungan Usaha ( Merger ) yang telah disusun bersama-sama oleh Direksi PT. Bank Windu Kentjana dan Direksi PT. Bank Multicor Tbk.
3. Menyetujui konsep Akta Penggabungan ( merger ) dan konsep Akta Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan.
4. Menyetujui perubahan susunan Direksi dan komisaris Perusahaan.
5. Mengubah seluruh Anggaran Dasar Perusahaan untuk disesuaikan dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, antara lain:
Perubahan nama dari PT. Bank Multicor Tbk menjadi PT. Bank Windu Kentjana International Tbk dan perubahan lokasi.
§ Perubahan Modal Dasar Perusahaan Rp. 1 Triliun ( 1.000.000.000.000 ) yang terbagi atas 10.000.000.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp. 100, dan modal Ditempatkan dan Disetor 2.742.245.170 lembar saham dengan nilai nominal Rp. 274.224.517.000,- dengan perincian sebagai berikut :
Jumlah Saham Nominal Jumlah Suganda Setiadi Kurnia 722.551.399 Rp. 100,- 72.255.139.900 Ir. Syamsuar Halim 593.457.809 Rp. 100,- 59.345.780.900 PT. Mitra Wadah Kencana 556.706.008 Rp. 100,- 55.670.600.800 Drs. Johnny Wiraatmadja 361.275.699 Rp. 100,- 36.127.569.900 PT. BCA Finance 129.093.590 Rp. 100,- 12.909.359.000 Masyarakat 379.160.665 Rp. 100,- 37.916.066.500
Total 2.742.245.170 274.224.517.000 Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 9/67/KEP.GBI/2007 tanggal 18 Desember 2007, Bank Indonesia telah memberikan izin penggabungan usaha PT. Bank Windu Kentjana ke dalam PT. Bank Multicor Tbk. dan Keputusan Gubernur Bank Indonesia tersebut mulai berlaku sejak tanggal persetujuan perubahan Anggaran Dasar PT. Bank Multicor Tbk, Perusahaan Hasil Penggabungan Oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-00982.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 8 Januari 2008.
Dengan efektifnya penggabungan, maka seluruh kepemilikan saham PT. Bank Windu Kentjana dihapuskan serta dilakukan konversi dan alokasi saham Perusahaan (berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Penilai Independen ) sebagai berikut :
8
Sebelum Merger Setelah Merger
Eks PT. Bank Multicor Tbk 1.729.245.170 2.185.539.162 Eks PT. Bank Windu Kentjana 202.600 556.706.008
Sejak tanggal penggabungan usaha, seluruh hubungan hukum antara nasabah/relasi bisnis eks PT. Bank Windu Kentjana dengan PT. Bank Multicor Tbk telah dialihkan ke PT. Bank Windu Kentjana International Tbk.
· Neraca proforma setelah efektifnya penggabungan usaha pada tanggal 08 Januari 2008 telah dipublikasikan pada tanggal 6 Pebruari 2008 pada Koran Bisnis Indonesia.
C. Penawaran Umum Efek Perusahaan
Pada tanggal 20 Juni 2007 melalui surat No.S-3023/BL/2007 dari ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan (Bapepam – LK) Perusahaan telah memperoleh pernyataan efektif untuk melakukan penawaran umum perdana atas 300.000.000 saham Perusahaan dengan nilai nominal Rp. 100 per saham. Saham-saham Perusahaan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 3 Juli 2007. Pada tanggal 31 Desember 2009 seluruh saham Perusahaan sebanyak 2.742.245.170 saham telah tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Pada tanggal 24 Juni 2010 melalui surat No. S-5684/BL/2010 dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) Perusahaan telah memperoleh pernyataan efektif untuk Penawaran Umum Terbatas I (PUT I) dalam rangka penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Saham-saham Perusahaan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 31 Juli 2010. Pada tanggal 31 Desember 2011 seluruh saham Perusahaan sebanyak 3.756.875.883 saham telah tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Pada tanggal 27 Juni 2012 perseroan telah memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam – LK) melalui surat nomor : S-8057/BL/2012 untuk melaksanakan Penawaran Umum Terbatas II (PUT II) dalam rangka penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 525.962.624 Waran Seri I yang akan diterbitkan dengan nominal Rp 100,- menyertai Saham Biasa Atas Nama hasil pelaksanaan HMETD tersebut dimana pada setiap 1 (satu) saham baru tersebut melekat 1 (satu) Waran Seri I yang diberikan secara Cuma-Cuma
Setelah pelaksanaan right issue (HMETD), jumlah saham Perseroaan menjadi sebesar 4.282.838.507 lembar saham.
9
D. Karyawan , Direksi dan Dewan Komisaris
Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan per tanggal 30 Juni 2012 sebagai berikut: Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Sjerra Salim Komisaris : Ir.Syamsuar Halim Komisaris Independen : Mohamad Hasan Komisaris Independen : Djunyanto Thriyana Direksi
Direktur Utama : Herman Sujono Wakil Direktur Utama : Hendri Kurniawan Direktur : Tohir Sutanto
Direktur : Setiawati Samahita Direktur : Andreas Herman Basuki *
* Efektif terhitung sejak mendapat persetujuan dari Bank Indonesia.
Perusahaan memiliki Komisaris Independen sebagaimana dipersyaratkan oleh Bapepam-LK sebagai perusahaan terbuka, yaitu Mohamad Hasan yang telah mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia pada tanggal 07 Juni 2010 dan telah disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham pada tanggal 24 Juni 2010 dan Djunyanto Thriyana yang telah disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham pada tanggal 28 Juni 2012.
Per tanggal 30 Juni 2012 komite yang ada adalah sebagai berikut : Susunan Komite Audit Perusahaan adalah sebagai berikut: Ketua : Mohamad Hasan
Anggota : Rusmin
Anggota : Donny Pradono Suleiman
Susunan Komite Pemantau Resiko adalah sebagai berikut : Ketua :
Anggota : Rusmin
Anggota : Donny Pradono Suleiman
Susunan Komite Renumerasi dan Nominasi adalah sebagai berikut : Ketua : Mohamad Hasan
Anggota : Syamsuar Halim Anggota : Andreas Basuki
Jumlah rata-rata karyawan pada bulan Juni 2012 dan 2011 adalah sebanyak 954 karyawan dan 1130 karyawan.
10
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI
a. Dasar Pengukuran dan Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan keuangan untuk tahun yang akhir 30 Juni 2012 disusun sesuai dengan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang termasuk Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (‘PAPI’) 2008, pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) di Indonesia, meliputi pernyataan dan interpretasi yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Peraturan BI, dan peraturan No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan yang merupakan Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK No. KEP-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 dan Surat Edaran No. SE-02/BL/2008 tanggal 31 Januari 2008 tentang “Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Publik Industri Pertambangan Umum, Minyak dan Gas Bumi dan Perbankan”.
Laporan keuangan disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Dasar penyusunan laporan keuangan adalah dasar akrual kecuali untuk laporan arus kas.
Untuk tujuan penyusunan laporan arus kas, kas dan setara kas termasuk kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, dan simpanan yang sangat likuid dengan jatuh tempo tiga (3) bulan atau kurang dari tanggal perolehan. Sebelum tanggal 1 Januari 2010, kas dan setara kas untuk tujuan penyusunan laporan arus kas temasuk kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain. Perubahan ini disebabkan dari pencabutan PSAK 31”Akuntansi Perbankan” efektif 1 Januari 2010. Dengan demikian, untuk tujuan perbandingan penyajian, laporan arus kas untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010 telah disajikan kembali. Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan adalah mata uang rupiah. Angka-angka yang disajikan dalam catatan atas laporan keuangan ini adalah dalam jutaan Rupiah, kecuali bila dinyatakan secara khusus.
b. Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ( PSAK ) Revisi
Efektif tanggal 1 januari 2011, perusahaan menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) berikut:
(i) PSAK No.1 (Revisi 2009), “Penyajian Laporan Keuangan”, mengatur penyajian laporan keuangan, antara lain tujuan, komponen laporan keuangan, penyajian yang wajar, materialitas dan agregat, saling hapus, pemisahan antara asset lancar dan tidak lancar, serta liabilitas jangka pedek dan jangka panjang, informasi komparatif dan konsistensi. Selain itu PSAK No.1 juga memperkenalkan pengungkapan baru antara lain estimasi dan pertimbangan untuk akun-akun utama, manajemen permodalan, dan pendapatan komprehensif lain. Standar ini memperkenalkan laporan laba rugi komprehensif yang menggabungkan semua pendapatan dan beban yang diakui dalam laporan laba rugi secara bersama-sama dengan “pendapatan komprehensif lain”. Entitas dapat memilih untuk menyajikan satu laporan laba rugi komprehensif atau dua laporan yaitu laporan laba rugi terpisah dan laporan laba rugi komprehensif. Perusahaan memilih untuk menyajikan dalam bentuk satu laporan dan
11
menyajikan laporan keuangan tahun sebelumnya sesuai dengan PSAK ini untuk tujuan perbandingan dengan laporan keuangan pada tanggal 31Desember 2011.
(ii) PSAK No.5 (Revisi 2009), “Segmen Operasi”, yang mensyaratkan informasi dilaporan dalam setiap segmen operasi sesuai dengan informasi yang dilaporkan secara regular kepada pengambil keputusan operasional untuk membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai kinerjanya. PSAK ini menyempurnakan definisi segmen operasi dan mengharuskan “pendekatan manajemen” dalam menyajikan informasi segmen menggunakan dasar yang sama seperti halnya pelaporan internal. Perusahaan menyajikan informasi segmen tahun sebelumnya sesuai dengan PSAK ini untuk tujuan perbandingan dengan laporan keuangan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011.
(iii) PSAK No.7 (Revisi 2010), “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi” mensyaratkan pengungkapan pihak-pihak berelasi, transaksi, saldo, dan komitmen dalam laporan keuangan.
(iv) PSAK No.25 (Revisi 2009) – Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan kesalahan.
Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi.
Sejak tanggal 1 Januari 2011 perusahaan menentukan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi atau garansi bank., letter of credit, dan fasilitas kredit kepada nasabah yang belum digunakan berdasarkan selisih antara biaya perolehan diamortisasi (nilai tercatat) dan niai kini pembayaran liabilitas yang diharapkan akan terjadi (ketika pembayaran atas jaminan tersebut menjadi besar kemungkinan terjadinya). Berdasarkan Surat Bank Indonesia No.13/658/DPNP/IDPnP tanggal 23 Desember 2011, perusahaan tidak diwajibkan lagi untuk membentuk penyisihan kerugian atas aset nonproduktif dan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi. Namun, perusahaan tetap harus menghitung cadangan kerugian penurunan nilai mengacu pada standar akuntansi yang berlaku.
Sebelum 1 Januari 2011, perusahaan menentukan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 dan sesuai dengan Surat Bank Indonesia No.12/516/DPNP/IDPnP tanggal 21 September 2010. Penentuan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi diklasifikasikan menjadi lima kategori dengan persentase minimum penyisihan kerugian sebagai berikut:
Kategori Persentase minimum cadangan kerugian
penurunan nilai
Lancar 1%
Dalam perhatian khusus 5% Kurang lancar 15% Diragukan 50% Macet 100%
12
Persentase di atas berlaku untuk komitmen dan kontinjensi (fasilitas kredit diberikan yang belum digunakan, letter of credit, dan bank garansi) dikurangi nilai agunan, kecuali untuk komitmen dan kontinjensi yang dikategorikan sebagai lancer dimana persentasenya langsung diterapkan atas saldo komitmen dan kontinjensi yang bersangkutan.
Cadangan kerugian penurunan nilai asset non-produktif.
Sejak tanggal 1 Januari 2011, perusahaan menentukan cadangan kerugian penurunan nilai asset non-produktif pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dan nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual.
Sebelum 1 Januari 2011 cadangan kerugian penurunan nilai asset non-produktif ditetapkan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengklasifikasikan asset non-produktif dalam 4 kategori dengan besarnya persentase cadangan kerugian penurunan nilai sebagai berikut:
Kategori Persentase cadangan kerugian
penurunan nilai Lancar Minimum 1% Kurang lancar Minimum15% Diragukan Minimum 50% Macet 100%
Dampak perubahan penentuan cadangan kerugian penurunan nilai di atas diakui dalam laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan.
Berikut ini adalah standar baru dan revisi atas standar dan interpretasi standar yang relevan terhadap laporan keuangan perusahaan dan wajib diterapkan untuk tahun buku yang dimulai 1 Januari 2011, tetapi tidak memiliki dampak material terhadap laporan keuangan perusahaan.
PSAK
1. PSAK NO.2 (Revisi 2009), Laporan Arus Kas.
2. PSAK NO.3 (Revisi 2010), Laporan Keuangan Interim
3. PSAK NO.8 (Revisi 2010), Peristiwa Setelah Periode Pelaporan 4. PSAK No.23 (Revisi 2010), Pendapatan
5. PSAK No. 48 (Revisi 2009), Penurunan Nilai Aset
6. PSAK No.57 (Revisi 2009), Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi
ISAK
1. ISAK No.17 (Revisi 2009), Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai
13
diterapkan untuk tahun buku yang dimulai 1 Januari 2011, tetapi tidak relevan terhadap laporan keuangan perusahaan:
PSAK
1. PSAK NO.4 (Revisi 2009), Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri.
2. PSAK NO.12 (Revisi 2009), Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama. 3. PSAK NO.15 (Revisi 2009), Investasi pada Entitas Asosiasi.
4. PSAK NO.19 (Revisi 2010), Aset tak Berwujud. 5. PSAK NO.22 (Revisi 2010), Kombinasi Bisnis.
6. PSAK NO.58 (Revisi 2009), Aset tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan.
ISAK
1. ISAK No.7 (Revisi 2009), Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus
2. ISAK No.9 (Revisi 2009), Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purna operasi, Restorasi, dan Liabilitas Serupa
3. ISAK No.10 (Revisi 2009), Program Loyalitas Pelanggan
4. ISAK No.11 (Revisi 2009), Distribusi Aset Non Kas kepada Pemilik
5. ISAK No.12 (Revisi 2009), Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Non Moneter oleh venturer
6. ISAK No.14 (Revisi 2009), Aset Tak Berwujud – Biaya Situs web
c. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing
Perusahaan menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang rupiah. Transaksi-transaksi dalam mata uang asing yang terjadi di sepanjang tahun tercatat dengan nilai kurs yang berlaku pada saat terjadinnya transaksi yang bersangkutan.
Pada tanggal laporan posisi keuangan, aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia melalui reuters pada pukul 16.00 WIB. Keuntungan atau kerugian yang timbul sebagai akibat dari penjabaran asset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dicatat dalam laba rugi tahun berjalan.
Kurs yang digunakan untuk menjabarkan aset dan liabilitas dalam mata uang asing pada tanggal 30 Juni 2012 dan 2011 adalah kurs Reuters jam 16.00 WIB masing-masing sebesar:
14
Jun-2012 Jun-2011
Euro 11,812.95 12,418.18
Dolar Amerika Serikat 9,392.50 8,575.50 Dolar Autralia 9,552.65 9,202.37 Dolar Singapura 7,398.00 6,979.26 Dolar Hongkong 1,211.03 1,101.90 Yen Jepang 118.16 106.68
d. Transaksi Pihak – pihak Berelasi
Perusahaan dan anak perusahaan melakukan transaksi dengan pihak-pihak berelasi. Definisi pihak berelasi adalah sesuai dengan PSAK No. 7 (revisi 2010) mengenai “Pengungkapan Pihak-pihak berelasi dan sesuai dengan peraturan BI No. 8/13/PBI/2006 mengenai ”Perubahan atas Peraturan BI No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum”. Suatu pihak dianggap berelasi dengan perusahaan jika:
1. Secara langsung, atau tidak langsung melalui satu atau lebih perantara:
a. Mengendalikan, dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama dengan perusahaan.
b. Memiliki kepentingan pada perusahaan yang memberikan pengaruh signifikan atas perusahaan.
c. Memiliki kontrol bersama atas perusahaan. 2. Suatu entitas adalah perusahaan asosiasi.
3. Suatu entitas merupakan ventura bersama dimana perusahaan sebagai venturer. 4. Personil manajemen kunci perusahaan dan/atau entitas induk perusahaan. 5. Anggota keluarga terdekat dari pihak yang diidentifikasikan dalam (1) atau (4)
6. Entitas yang dikendalikan, dikendalikan bersama atau secara signifikan dipengaruhi oleh, atau hak suara dalam entitas tersebut, secara lansung atau tidak langsung oleh individu yang dimaksud dalam (4) atau (5).
7. Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pascakerja untuk imbalan kerja perusahaan atau perusahaan lain yang terkait dengan perusahaan.
e. Penggunaan Estimasi
Manajemen membuat estimasi dan asumsi dalam penyusunan laporan keuangan yang mempengaruhi jumlah-jumlah yang dilaporkan atas aset, liabilitas, pendapatan dan beban. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi. Revisi estimasi akuntansi diakui dalam periode yang sama pada saat terjadinya revisi estimasi atau pada periode masa depan yang terkena dampak.
f. Instrumen Keuangan
Kebijakan Akuntansi
Perusahaan telah menerapkan kebijakan akuntansi berikut berdasarkan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) yang berlaku efektif 1 Januari 2010.
15
Perusahaan menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. Instrumen keuangan pada pengakuan awal diukur pada nilai wajarnya, yang merupakan nilai wajar kas yang diserahkan (dalam hal aset keuangan) atau yang diterima (dalam hal liabilitas keuangan). Nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima ditentukan dengan mengacu pada harga transaksi atau harga pasar yang berlaku. Jika harga pasar tidak dapat ditentukan dengan andal, maka nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima dihitung berdasarkan estimasi jumlah seluruh pembayaran atau penerimaan kas masa depan, yang didiskontokan menggunakan suku bunga pasar yang berlaku untuk instrumen sejenis dengan jatuh tempo yang sama atau hampir sama. Pengukuran awal instrumen keuangan, kecuali untuk instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, termasuk biaya transaksi. Biaya transaksi adalah biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan atau penerbitan aset keuangan atau liabilitas keuangan, dimana biaya tersebut adalah biaya yang tidak akan terjadi apabila entitas tidak memperoleh atau menerbitkan instrument keuangan. Biaya transaksi tersebut diamortisasi sepanjang umur instrumen menggunakan metode suku bunga efektif.
Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga yang relevan, menggunakan suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi.
Pembayaran atau penerimaan kas di masa depan selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari instrumen keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, Perusahaan mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrument keuangan tersebut, tanpa mempertimbangkan kerugian kredit di masa depan, namun termasuk seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.
Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan adalah jumlah aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai untuk penurunan nilai atau nilai yang tidak dapat ditagih.
Pengklasifikasian instrumen keuangan dilakukan berdasarkan tujuan perolehan instrumen tersebut dan mempertimbangkan apakah instrumen tersebut memiliki kuotasi harga di pasar aktif. Pada saat pengakuan awal, Perusahaan mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam kategori berikut: asset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo, aset keuangan tersedia untuk dijual, liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan liabilitas lain-lain; dan melakukan evaluasi kembali atas kategori-kategori tersebut pada setiap tanggal pelaporan, apabila diperlukan dan tidak melanggar ketentuan yang disyaratkan.
16
Penentuan Nilai Wajar
Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif pada tanggal neraca adalah berdasarkan kuotasi harga pasar atau harga kuotasi penjual/dealer (bid price untuk posisi beli dan ask price untuk posisi jual), tanpa memperhitungkan biaya transaksi. Apabila bid price dan ask price yang terkini tidak tersedia, maka harga transaksi terakhir yang digunakan untuk mencerminkan bukti nilai wajar terkini, sepanjang tidak terdapat perubahan signifikan dalam perekonomian sejak terjadinya transaksi. Untuk seluruh instrumen keuangan yang tidak terdaftar pada suatu pasar aktif, kecuali investasi pada instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga, maka nilai wajar ditentukan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian meliputi teknik nilai kini (net present value), perbandingan terhadap instrumen sejenis yang memiliki harga pasar yang dapat diobservasi, model harga opsi (options pricing models), dan model penilaian lainnya.
Laba/Rugi Hari ke-1
Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau berbeda dengan nilai wajar yang dihitung menggunakan teknik penilaian dimana variabelnya merupakan data yang diperoleh dari pasar yang dapat diobservasi, maka Perusahaan mengakui selisih antara harga transaksi dengan nilai wajar tersebut (yakni Laba/Rugi hari ke-1) dalam laporan laba rugi, kecuali jika selisih tersebut memenuhi kriteria pengakuan sebagai aset yang lain. Dalam hal tidak terdapat data yang dapat diobservasi, maka selisih antara harga transaksi dan nilai yang ditentukan berdasarkan teknik penilaian hanya diakui dalam laporan laba rugi apabila data tersebut menjadi dapat diobservasi atau pada saat instrumen tersebut dihentikan pengakuannya. Untuk masing-masing transaksi, Perusahaan menerapkan metode pengakuan ”Laba/Rugi Hari ke-1” yang sesuai.
Aset Keuangan
1. Aset Keuangan yang Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi
Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi meliputi asset keuangan dalam kelompok diperdagangkan dan asset keuangan yang pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Aset keuangan diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki untuk diperdagangkan apabila asset keuangan tersebut diperoleh terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat. Aset keuangan ditetapkan sebagai diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada saat pengakuan awal jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidak konsistenan pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul dari pengukuran aset atau pengakuan keuntungan dan kerugian karena penggunaan dasar-dasar yang berbeda; atau
b. Aset tersebut merupakan bagian dari kelompok aset keuangan, liabilitas keuangan, atau keduanya, yang dikelola dan kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar,
17
sesuai dengan manajemen risiko atau strategi investasi yang didokumentasikan; atau
c. Instrumen keuangan tersebut memiliki derivatif melekat, kecuali jika derivatif melekat tersebut tidak memodifikasi secara signifikan arus kas, atau terlihat jelas dengan sedikit atau tanpa analisis, bahwa pemisahan derivatif melekat tidak dapat dilakukan.
Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dicatat pada neraca pada nilai wajarnya. Perubahan nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi. Bunga yang diperoleh dicatat sebagai pendapatan bunga, sedangkan pendapatan dividen dicatat sebagai bagian dari pendapatan lain-lain sesuai dengan persyaratan dalam kontrak, atau pada saat hak untuk memperoleh pembayaran atas dividen tersebut telah ditetapkan.
Pada tanggal 30 Juni 2012, kategori ini mencakup investasi dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Fasilitas Bank Indonesia (FASBI), Fine Tune Operation (FTO), Obligasi Pemerintah, dan obligasi korporasi.
2. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang
Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Aset keuangan tersebut tidak dimaksudkan untuk dijual dalam waktu dekat dan tidak diklasifikasikan sebagai asset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, investasi dimiliki hingga jatuh tempo atau asset tersedia untuk dijual.
Setelah pengukuran awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif, dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi.
Pada tanggal 30 Juni 2012, kategori ini mencakup kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada bank lain, kredit yang diberikan, tagihan akseptasi, pendapatan bunga yang masih akan diterima, dan aset lain-lain dalam bentuk uang jaminan, tagihan penjualan agunan yang diambil alih, dan tagihan transaksi ATM.
3. Investasi Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
Investasi dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan dan manajemen Perusahaan memiliki intensi positif dan kemampuan untuk memiliki asset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Apabila Perusahaan menjual atau mereklasifikasi investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah
18
yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo, maka seluruh asset keuangan dalam kategori tersebut terkena aturan pembatasan (tainting rule) dan harus direklasifikasi ke kelompok tersedia untuk dijual.
Setelah pengukuran awal, investasi ini diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif, setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi. Keuntungan dan kerugian yang timbul diakui dalam laporan laba rugi pada saat penghentian pengakuan dan penurunan nilai dan melalui proses amortisasi menggunakan metode suku bunga efektif.
4. Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual
Aset keuangan tersedia untuk dijual merupakan aset yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau tidak diklasifikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang lain. Aset keuangan ini diperoleh dan dimiliki untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dan dapat dijual sewaktu - waktu untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atau karena perubahan kondisi pasar. Setelah pengukuran awal, asset keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar. Komponen hasil (yield) efektif dari efek hutang - tersedia untuk dijual serta dampak penjabaran mata uang asing (untuk efek hutang dalam mata uang asing) diakui dalam laporan laba rugi. Laba atau rugi yang belum direalisasi yang timbul dari penilaian pada nilai wajar aset keuangan tersedia untuk dijual tidak diakui dalam laporan laba rugi, melainkan dilaporkan sebagai laba atau rugi bersih yang belum direalisasi pada bagian ekuitas dalam neraca dan laporan perubahan ekuitas. Apabila aset keuangan dilepaskan, atau dihentikan pengakuannya, maka laba atau rugi kumulatif yang sebelumnya diakui dalam laporan laba rugi langsung diakui dalam laporan laba rugi. Jika Perusahaan memiliki lebih dari satu jenis surat berharga yang sama, maka diterapkan dasar masuk pertama keluar pertama. Bunga yang diperoleh dari asset keuangan tersedia untuk dijual diakui sebagai pendapatan bunga yang dihitung berdasarkan suku bunga efektif. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai aset keuangan juga diakui dalam laporan laba rugi.
Pada tanggal 30 Juni 2012, Perusahaan tidak memiliki asset keuangan dalam kategori ini. Liabilitas Keuangan
1. Liabilitas Keuangan yang Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi Liabilitas keuangan diklasifikasikan dalam kategori ini apabila liabilitas tersebut merupakan hasil dari aktivitas perdagangan atau transaksi derivatif yang tidak dimaksudkan sebagai lindung nilai, atau jika Perusahaan memilih untuk menetapkan liabilitas keuangan tersebut dalam kategori ini.
19
Pada tanggal 30 Juni 2012, Perusahaan tidak memiliki liabilitas keuangan dalam kategori ini. 2. Liabilitas yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi
Kategori ini merupakan liabilitas keuangan yang dimiliki tidak untuk diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal tidak ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
Instrumen keuangan yang diterbitkan atau komponen dari instrument keuangan tersebut, yang tidak diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan lain-lain, jika subtansi perjanjian kontraktual mengharuskan Perusahaan untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada pemegang instrumen keuangan, atau jika liabilitas tersebut diselesaikan tidak melalui penukaran kas atau asset keuangan lain atau saham sendiri yang jumlahnya tetap atau telah ditetapkan.
Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi pada pengakuan awal diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau penerbitan liabilitas keuangan tersebut, dan sesudah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi, dengan memperhitungkan dampak amortisasi (atau akresi) berdasarkan suku bunga efektif atas premi, diskonto dan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.
Pada tanggal 30 Juni 2012, kategori ini mencakup liabilitas segera, simpanan, simpanan dari bank lain, liabilitas akseptasi, dan liabilitas lain-lain.
Instrumen Keuangan Derivatif
Derivatif melekat dipisahkan dari kontrak utama dan dicatat sebagai derivatif jika seluruh kondisi berikut terpenuhi:
a. Karakteristik ekonomi dan risiko dari derivatif melekat tidak berkaitan erat dengan karakteristik ekonomi dan risiko dari kontrak utama.
b. Instrumen terpisah yang memiliki persyaratan yang sama dengan derivatif melekat memenuhi definisi sebagai derivatif.
c. Instrumen campuran atau instrumen yang digabungkan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi komprehensif.
Derivatif yang berdiri sendiri dan derivatif melekat yang dipisahkan diklasifikasikan sebagai aset atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, kecuali derivatif tersebut ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai yang efektif. Pada pengakuan awal, instrumen derivatif diukur pada nilai wajar pada tanggal transaksi derivatif terjadi atau dipisahkan, dan selanjutnya diukur pada nilai wajar.
Derivatif disajikan sebagai aset apabila nilai wajarnya positif, dan disajikan sebagai liabilitas apabila nilai wajarnya negatif. Laba atau rugi dari perubahan nilai wajar derivatif langsung
20
diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.
Manajemen menelaah apakah derivatif melekat harus dipisahkan dari kontrak utamanya pada saat pertama kali. Perusahaan menjadi salah satu pihak dari kontrak tersebut. Penelaahan kembali dilakukan apabila terdapat perubahan syarat-syarat kontrak yang mengakibatkan modifikasi arus kas secara signifikan.
Saling Hapus Instrumen Keuangan
Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam neraca jika, dan hanya jika, Perusahaan saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan asset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan.
Penurunan Nilai dari Aset Keuangan
Pada setiap tanggal neraca, manajemen Perusahaan menelaah apakah suatu asset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi telah mengalami penurunan nilai.
1. Aset Keuangan pada Biaya Perolehan Diamortisasi
Manajemen pertama-tama menentukan apakah terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, atau secara kolektif untuk asset keuangan yang jumlahnya tidak signifikan secara individual. Jika manajemen menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, baik aset keuangan tersebut signifikan atau tidak signifikan, maka asset tersebut dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.
Jika terdapat bukti obyektif bahwa penurunan nilai telah terjadi atas asset dalam kategori pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit di masa depan yang belum terjadi) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset tersebut (yang merupakan suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal). Nilai tercatat aset tersebut langsung dikurangi dengan penurunan nilai yang terjadi atau menggunakan akun cadangan kerugian penurunan nilai dan jumlah kerugian yang terjadi diakui di laporan laba rugi komprehensif.
Untuk tujuan evaluasi penurunan nilai secara kolektif, asset keuangan dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik risiko kredit seperti mempertimbangkan segmentasi
21
kredit dan status tunggakan. Karakteristik yang dipilih adalah relevan dengan estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset tersebut yang mengindikasikan kemampuan debitur atau rekanan untuk membayar seluruh liabilitas yang jatuh tempo sesuai persyaratan kontrak dari aset dievaluasi.
Arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan yang penurunan nilainya dievaluasi secara koletif, diestimasi berdasarkan arus kas kontraktual dan kerugian historis yang pernah dialami atas aset-aset yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dengan karakteristik risiko kredit kelompok tersebut. Kerugian historis yang pernah dialami kemudian disesuaikan berdasarkan data terkini yang dapat diobservasi untuk mencerminkan kondisi saat ini yang tidak berpengaruh pada periode terjadinya kerugian historis tersebut, dan untuk menghilangkan pengaruh kondisi yang ada pada periode historis, tetapi sudah tidak ada lagi pada saat ini.
Jika, pada tahun berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai bertambah atau berkurang karena suatu peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, maka dilakukan pemulihan atas akun cadangan kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui. Pemulihan penurunan nilai selanjutnya diakui dalam laporan laba rugi, dengan ketentuan pemulihan tersebut tidak boleh mengakibatkan nilai tercatat aset keuangan melebihi biaya perolehan diamortisasi sebelum adanya pengakuan penurunan nilai pada tanggal pemulihan dilakukan.
2. Aset Keuangan yang Dicatat pada Biaya Perolehan
Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak diukur pada nilai wajar karena nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, maka jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa depan yang didiskontokan pada tingkat pengembalian yang berlaku di pasar untuk asset keuangan serupa.
3. Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual
Dalam hal instrumen ekuitas dalam kelompok tersedia untuk dijual, penelaahan penurunan nilai ditandai dengan penurunan nilai wajar dibawah biaya perolehannya yang signifikan dan berkelanjutan. Jika terdapat bukti obyektif penurunan nilai, maka kerugian penurunan nilai kumulatif yang dihitung dari selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai yang sebelumnya telah diakui dalam laporan laba rugi, dikeluarkan dari ekuitas dan diakui dalam laporan laba rugi. Kerugian penurunan nilai yang diakui pada laporan laba rugi tidak boleh dipulihkan melalui laporan laba rugi (harus diakui melalui ekuitas). Kenaikan nilai wajar setelah terjadinya penurunan nilai diakui di ekuitas.
Atas instrumen hutang dalam kelompok tersedia untuk dijual, penurunan nilai ditelaah berdasarkan kriteria yang sama dengan asset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi. Bunga tetap diakru berdasarkan suku bunga efektif asal yang
22
diterapkan pada nilai tercatat aset yang telah diturunkan nilainya, dan dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi. Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen hutang meningkat dan peningkatan nilai wajar tersebut karena suatu peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, maka penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan melalui laporan laba rugi.
Penghentian Pengakuan Aset dan Liabilitas Keuangan 1. Aset Keuangan
Aset keuangan (atau bagian dari kelompok aset keuangan serupa) dihentikan pengakuannya jika:
a. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir; b. Perusahaan telah mentransfer haknya untuk menerima arus kas dari aset
keuangan dan (i) telah mentransfer secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, atau (ii) secara substansial tidak mentransfer atau tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas asset keuangan, tetapi telah mentransfer pengendalian atas asetkeuangan tersebut.
Ketika Perusahaan telah mentransfer hak untuk menerima arus kas dari suatu aset keuangan atau telah menjadi pihak dalam suatu kesepakatan, dan secara substansial tidak mentransfer dan tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas asset keuangan dan masih memiliki pengendalian atas aset tersebut, maka aset keuangan diakui sebesar keterlibatan berkelanjutan dengan asset keuangan tersebut. Keterlibatan berkelanjutan dalam bentuk pemberian jaminan atas aset yang ditransfer diukur berdasarkan jumlah terendah antara nilai asset yang ditransfer dengan nilai maksimal dari pembayaran yang diterima yang mungkin harus dibayar kembali oleh Perusahaan. 2. Liabilitas Keuangan
Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya jika liabilitas keuangan tersebut berakhir, dibatalkan atau telah kadaluarsa. Jika liabilitas keuangan tertentu digantikan dengan liabilitas keuangan lain dari pemberi pinjaman yang sama namun dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, atau terdapat modifikasi secara substansial atas ketentuan liabilitas keuangan yang ada saat ini, maka pertukaran atau modifikasi tersebut dianggap sebagai penghentian pengakuan liabilitas keuangan awal. Pengakuan timbulnya liabilitas keuangan baru serta selisih antara nilai tercatat liabilitas keuangan awal dengan yang baru diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.
Kebijakan Akuntansi Instrumen Keuangan Sebelum Tanggal 1 Januari 2010 Penempatan pada bank Indonesia dan Bank Lain
Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain dinyatakan sebesar saldo penempatan dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai.
23
Efek-efek
Pengakuan awal dan pengukuan selanjutnya atas efek-efek dicatat berdasarkan klasifikasi efek-efek sebagaimana ditetapkan oleh manajemen sesuai dengan PSAK No.50 (1999) tentang “Akuntansi Investasi Efek Tertentu” setelah dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai.
Efek-efek diklasifikasikan berdasarkan tujuan manajemen pada saat perolehan, sebagai berikut:
1. Efek yang tujuan investasinya untuk dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity) disajikan sebesar biaya perolehan yang disesuaikan dengan premi dan/atau diskonto yang belum diamortisasi. Bila terjadi penurunan nilai wajar di bawah biaya perolehan (termasuk amortisasi premi dan diskonto) yang bersifat permanen, maka biayaperolehan efek individual harus diturunkan sebesar nilai wajarnya, dan jumlah penurunan nilai tersebut dibebankan dalam laporan laba rugi tahunan berjalan.
2. Efek yang tujuan investasinya tersedia untuk dijual (available for sale) disajikan sebesar nilai wajarnya. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi akibat kenaikan atau penurunan nilai wajarnya dicatat sebagai komponen ekuitas dan tidak diakui sebagai keuntungan atau kerugian sampai laba atau rugi tersebut direalisasi.
3. Efek yang tujuan investasinya untuk diperdagangkan (trading) adalah efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat, yang biasanya ditunjukkan dengan frekuensi pembelian dan penjualan yang sering. Efek ini dimiliki dengan tujuan untuk menghasilkan laba dari perbedaan harga jangka pendek. Investasi dalam efek yang termasuk dalam kelompok ini diukur sebesar nilai wajarnya. Laba/rugi yang timbul dari kenaikan atau penurunan tersebut diakui dalam laba rugi tahun yang bersangkutan. Pemindahan efek ke kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dari tersedia untuk dijual dicatat sebagai nilai wajarnya pada saat pemindahan kelompok efek tersebut. Laba atau rugi yang belum direalisasi tetap dilaporkan dalam komponen ekuitas dan diamortisasi dengan metode garis lurus selama sisa umur efek tersebut.
Pemindahan efek ke kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dari perdagangan dicatat sebagai nilai wajar pada saat transfer, yang dianggap sebagai biaya perolehan dari efek tersebut. Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka biaya perolehan efek individual harus diturunkan hingga sebesar nilai wajarnya, dan jumlah penurunan nilai tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi tahun berjalan.
Untuk menghitung laba atau rugi yang direalisasi, biaya perolehan efek ekuitas ditentukan berdasarkan metode biaya perolehan rata-rata, sedangkan biaya perolehan efek hutang yang dimiliki hingga jatuh tempo ditentukan berdasarkan metode identifikasi khusus.
Tagihan dan Liabilitas Derivatif
Perlakuan akuntansi untuk tagihan dan liabilitas derivatif mengacu pada PSAK 55 (Revisi 1999) tentang Akuntansi Instrumen Derifatif dan Aktivitas Lindung Nilai.
24
Instrumen derivatif melekat dipisahkan dari kontrak utama dan diperlukan sebagai instrumen derivatif, jika seluruh kriteria tersebut terpenuhi maka:
1. Karakteristik ekonomis dan risiko instrument derivatif melekat tidak secara jelas dan erat berhubungan dengan karakteristik ekonomis dan risiko kontrak utama.
2. Instrumen derivatif yang mencakup instumen derivatif melekat pada kontrak utama tidak dinilai kembali sesuai dengan nilai wajarnya berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum.
3. Instrumen terpisah dengan kondisi yang sama dengan imstrumen derivatif melekat dapat merupakan instrumen derivatif seperti yang diatur berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum.
Apabila suatu entitas tidak dapat secara pasti mengidentifikasi dan mengukur instrumen derivatif melekat yang harus dipisahkan dari kontrak utama, maka keseluruhan perjanjian diukur dengan nilai wajar.
Tagihan dan liabilitas derivatif disajikan sebesar keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi yang berasal dari kontrak derivatif dengan tujuan bukan untuk lindung nilai.
Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi tersebut dihitung dari selisih antara nilai kontrak dan nilai wajar instrumen derivatif pada tanggal pelaporan.
Kredit
Kredit yang diberikan dinyatakan berdasarkan saldo kredit dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk berdasarkan penelaahan terhadap kolektibilitas dan kredit yang diberikan.
Restrukturisasi Kredit Bermasalah
Dalam restrukturisasi kredit bermasalah dengan modifikasi persyaratan kredit yang tidak mengakibatkan penerimaan aset (termasuk penerimaan saham dari debitur), dampak restrukturisasi tersebut dicatat secara prospektif dan tidak mengubah nilai kredit pada tanggal restrukturisasi, kecuali jika jumlahnya melebihi nilai tunai penerimaan kas masa depan yang ditentukan dalam persyaratan baru. Dampak perubahan jumlah, saat jatuh tempo, atau keduanya penerimaan kas yang diperuntukkan baik sebagai bunga maupun pokok kredit diakui secara prospektif dalam periode yang akan datang.
Tagihan Akseptasi dan Liabilitas Akseptasi
Tagihan dan liabilitas akseptasi dinyatakan sebesar nilai L/C atau nilai realisasi L/C yang diaksep oleh bank pengaksep (accepting bank). Tagihan akseptasi disajikan setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai yang dibentuk berdasarkan penelaahan terhadap kolektibilitas dari tagihan akseptasi.
25
Simpanan dan Simpanan dari Bank Lain
Simpanan dan simpanan dari bank lain dinyatakan sebesar saldo liabilitas perusahaan kepada nasabah dari bank lain.
g. Giro Wajib Minimum (GWM)
Pada tanggal 23 Oktober 2008, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan peraturan No. 10/25/PBI/2008 mengenai perubahan atas Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 10/19/2008 tentang Giro Wajib Minimum (GWM) Bank Umum pada Bank Indonesia. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan Peraturan No. 12/19/PBI/2010 tanggal 4 Oktober 2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing yang berlaku efektif pada tanggal 1 November 2010, kecuali untuk GWM Loan to Deposit (LDR) berlaku efektif pada 1 Maret 2011.
Pada tanggal 9 Februari 2011, Bank Indonesia telah menerbitkan Peratuaran No. 13/10/PBI/2011 mengubah Peraturan No. 12/19/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing. Berdasarkan peraturan tersebut, GWM terdiri dari GWM Rupiah dan GWM mata uang asing. GWM Rupiah terdiri dari GWM Utama, GWM Sekunder, dan GWM LDR.
GWM Utama adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh Bank dalam bentuk saldo rekening giro pada BI yang besarnya ditetapkan oleh BI sebesar persentase tertentu dari dana pihak ketiga.
GWM Sekunder adalah cadangan minimum yang wajib dipelihara oleh Bank dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN) dan/atau kelebihan cadangan (Excess Reserve), yang besarnya ditetapkan BI sebesar persentase tertentu.
GWM LDR adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh Bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia sebesar persentase dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihitung berdasarkan selisih LDR yang dimiliki oleh Bank dan target LDR yang wajib dipenuhi oleh Bank.
h. Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain
Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain merupakan penanaman dana dalam bentuk deposito berjangka, call money, deposit on call dan lain-lain.
Penempatan pada bank diklasifikasikan sebagai kredit yang diberikan dan piutang dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi penyisihan kerugian penurunan nilai, sedangkan penempatan pada Bank Indonesia diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan dicatat pada nilai wajarnya.
26
i. Kredit yang diberikan
Kredit yang diberikan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disetarakan dengan kas, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam dengan debitur yang mewajibkan debitur untuk melunasi hutang berikut bunganya setelah jangka waktu tertentu. Kredit yang diberikan pada awalnya diukur pada nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan biaya tambahan untuk memperoleh aset keuangan tersebut, dan setelah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi dengan penyisihan kerugian penurunan nilai.
Kredit yang diberikan diklasifikasikan sebagai kredit yang diberikan dan piutang.
Kredit yang diberikan dengan perjanjian sindikasi dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi sesuai dengan porsi risiko yang ditanggung oleh Perusahaan.
Restrukturisasi Kredit
Selama tahun 2010 dan 2011, jenis restrukturisasi kredit bermasalah adalah dengan modifikasi persyaratan kredit.
Kredit yang direstrukturisasi disajikan sebesar nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat kredit pada tanggal restrukturisasi atau nilai tunai penerimaan kas masa depan setelah restrukturisasi. Kerugian akibat selisih antara nilai tercatat kredit pada tanggal restrukturisasi dengan nilai tunai penerimaan kas masa depan setelah restrukturisasi diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Setelah restrukturisasi, semua penerimaan kas masa depan yang ditetapkan dalam persyaratan baru dicatat sebagai pengembalian pokok kredit yang diberikan dan pendapatan bunga sesuai dengan syarat-syarat restrukturisasi.
j. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
Penilaian kualitas dan cadangan kerugian penurunan nilai dilakukan terhadap asset produktif dan asset non-produktif.
Aset produktif terdiri dari giro pada bank lain, penempatan pada bank lain, efek-efek, kredit, tagihan akseptasi, komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif yang mempunyai risiko kredit sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Aset non-produktif merupakan aset non - keuangan, terdiri dari agunan yang diambil alih (AYDA) dan properti terbengkalai, rekening antar kantor dan suspense account sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Penerapan Ketentuan Transisi dari Bank Indonesia untuk Penurunan Nilai Secara Kolektif
Pada tanggal 8 Desember 2009, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan Surat Edaran No. 11/33/DPNP yang mengatur mengenai estimasi penurunan nilai kolektif kredit yang diberikan dengan keterbatasan pengalaman kerugian spesifik. Bagi bank yang belum memiliki data kerugian historis yang memadai untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas kredit yang
27
diberikan secara kolektif sesuai dengan persyaratan dalam PSAK 55 (Revisi 2006) dan PAPI, maka pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai dapat menggunakan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai “Penilaian Kualitas Aset Bank Umum”, sebagaimana telah diterapkan oleh Perusahaan sejak sebelum 1 Januari 2010.
Sesuai dengan itu, tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan menerapkan ketentuan transisi dari BI tersebut.
Sejak Januari 2012, Perusahaan telah menerapkan cadangan kerugian penurunan nilai kolektif. Penentuan kualitas aset dan cadangan kerugian penurunan nilai mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2005 tentang “Penilaian Kualitas Aset Bank Umum” dengan perubahan terakhir melalui Peraturan Bank Indonesia No. 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009.
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Produktif
Cadangan kerugian penurunan nilai asset produktif serta estimasi komitmen dan kontinjensi berdasarkan penelaahan terhadap kualitas masing-masing asset produktif, komitmen dan kontinjensi sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengklasifikasikan aset produktif tersebut dalam lima (5) kategori dengan besarnya persentase cadangan kerugian penurunan nilai sebagai berikut:
Persentase Minimun Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
Kategori
Lancar 1% Dalam perhatian khusus 5% Kurang lancar 15% Diragukan 50% Macet 100%
Persentase cadangan kerugian penurunan nilai di atas diterapkan terhadap saldo asset produktif setelah dikurangi nilai agunan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia kecuali untuk aset produktif serta komitmen dan kontinjensi yang diklasifikasikan sebagai lancar yang diterapkan terhadap saldo asset produktif serta komitmen dan kontinjensi yang bersangkutan.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), penempatan pada Bank Indonesia, dan obligasi Pemerintah tidak disyaratkan untuk dibentuk cadangan kerugian penurunan nilai.
Cadangan kerugian penurunan nilai untuk komitmen dan kontinjensi (kecuali akseptasi) yang dibentuk, disajikan dalam akun “Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi”.
Pembentukan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi dihitung berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai “Penilaian Kualitas Aset Bank Umum”.
Aset produktif dihapusbukukan dengan cadangan kerugian penurunan nilai asset produktif pada saat manajemen berpendapat bahwa aset produktif tersebut harus dihapuskan karena secara operasional debitur sudah tidak mampu membayar dan atau sulit untuk ditagih.
28
Penerimaan kembali aset produktif yang telah dihapuskan dicatat sebagai penambahan cadangan kerugian penurunan nilai aset produktif yang bersangkutan pada saat diterima kembali. Jika jumlah yang diterima kembali lebih besar daripada nilai pokok, kelebihan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga.
k. Aset Tetap
Aset tetap, kecuali tanah, dinyatakan berdasarkan biaya perolehan, tetapi tidak termasuk biaya perawatan sehari-hari, dikurangi akumulasi penyusutan, amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada. Tanah tidak disusutkan dan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada.
Biaya perolehan awal aset tetap meliputi harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan sesuai dengan tujuan penggunaan yang ditetapkan.
Beban-beban yang timbul setelah asset tetap digunakan, seperti beban perbaikan dan pemeliharaan, dibebankan ke laba rugi pada saat terjadinya. Apabila beban-beban tersebut menimbulkan peningkatan manfaat ekonomis di masa datang dari penggunaan aset tetap tersebut yang dapat melebihi kinerja normalnya, maka beban-beban tersebut dikapitalisasi sebagai tambahan biaya perolehan aset tetap. Penyusutan dan amortisasi dihitung berdasarkan metode garis lurus (straight-line method) selama masa manfaat asset tetap atau jangka waktu sewa, yang mana lebih pendek (khusus untuk perbaikan asset yang disewa) sebagai berikut:
Jenis Aset Tahun Bangunan dan prasarana 20
Inventaris kantor 3 Kendaraan 5 Perbaikan Aset yang Disewa 10
Aset tetap yang tidak digunakan (property terbengkalai) dinyatakan berdasarkan nilai tercatat atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah, dan disajikan sebagai bagian dari akun “Aset lain-lain”. Atas properti terbengkalai, dibentuk penyisihan penghapusan aset non-produktif sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
Aset dalam penyelesaian merupakan aset tetap dalam pembangunan yang dinyatakan sebesar biaya perolehan dan tidak disusutkan. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat selesai secara substansial dan siap digunakan sesuai tujuannya.
Nilai tercatat aset tetap ditelaah kembali dan dilakukan penurunan nilai apabila terdapat peristiwa atau perubahan kondisi tertentu yang mengindikasikan nilai tercatat tersebut tidak dapat dipulihkan sepenuhnya.