• Tidak ada hasil yang ditemukan

58 h. Pengelolaan Risiko Strategik

Dalam dokumen PT BANK WINDU KENTJANA INTERNATIONAL, Tbk (Halaman 60-64)

Resiko strategik timbul antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang tepat responsifnya bank terhadap perubahan eksternal. Dalam mengelola strategik, Perusahaan melakukan identifikasi pada fungsional tertentu seperti perkreditan, treasuri dan investasi serta operasional dan jasa. Perusahaan melakukan pencatatan perubahan kinerja akibat tidak terealisasinya pelaksanaan strategi, melakukan pengendalian keuangan untuk melakukan pemantauan realisasi dengan target yang tercapai.

Penilaian risiko Perusahaan yang disampaikan kepada Bank Indonesia dilakukan melalui proses self-assessment untuk menghasilkan profil risiko yang terdiri dari inherent risk yaitu risiko yang melekat pada aktivitas bank dan risk control system yaitu pengendalian terhadap risiko inheren. Sesuai dengan kriteria ukuran dan kompleksitas usaha Perusahaan berdasarkan peraturan Bank Indonesia yang berlaku, maka penilaian risiko dilakukan hanya terhadap lima jenis risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuditas, risiko operasional, risiko kepatuhan, risiko hokum, risiko reputasi, dan risiko straregik.

Hasil penilaian profil resiko Perusahaan yang disampaikan kepada Bank Indonesia pada tanggal 19 Januari 2012, menunjukan bahwa peringkat risiko secara keseluruhan bisnis Perusahaan dinilai rendah dengan kecenderungan tren stabil.

31. Informasi Segmen

Segmen Usaha

Informasi segmen Perusahaan disajikan berdasarkan jenis kegiatan usahanya, yakni pemasaran, kredit, treasuri, dan ekspor-impor. Kegiatan usaha tersebut menjadi dasar pelaporan informasi segmen primer Perusahaan, sebagai berikut:

Pemasaran Kredit Treasuri Ekspor-impor Jumlah

Aset

Aset Segmen 547,876 4,483,583 1,303,618 6,550 6,341,626 Aset yang Tidak

Dapat Dialokasikan 267,783

Jumlah Aset 6,609,409

Kewajiban

Kewajiban Segmen 5,892,444 - 38,745 9,613 5,940,801 Kewajiban yang Tidak

Dapat Dialokasikan 56,921

Jumlah Kewajiban 5,997,722

59

Kredit Treasuri Ekspor-impor Jumlah Aset

Aset Segmen 470,829 4,571,031 1,143,616 1,456 6,186,932 Aset yang Tidak

Dapat Dialokasikan 265,862 Jumlah Aset 6,452,794 Kewajiban

Kewajiban Segmen 5,831,327 - 26,342 4,335 5,862,004 Kewajiban yang Tidak

Dapat Dialokasikan 33,156 Jumlah Kewajiban 5,895,160

31 Desember 2011

Pemasaran Kredit Treasuri Ekspor-Import Jumlah Pendapatan

Pendapatan Bunga 12,737 265,720 13,679 - 292,136 Pendapatan Operasional Lainnya 7,583 239 7,269 1,628 16,719 Jumlah Pendapatan 20,320 265,959 20,948 1,628 308,855 Beban

Beban Bunga 169,657 - 1,153 - 170,810 Beban Operasional Lainnya - (28,115) - - (28,115) Jumlah Beban 169,657 (28,115) 1,153 - 142,695

Hasil Segmen Bersih (149,337) 294,074 19,795 1,628.00 166,160

Beban yang Tidak Dapat Dialokasikan (94,089)

Laba Sebelum Pajak 72,071

Beban Pajak 18,018

Laba Bersih 54,053

30 Juni 2012

Pemasaran Kredit Treasuri Ekspor-Import Jumlah Pendapatan

Pendapatan Bunga 5,801 187,704 21,894 - 215,399 Pendapatan Operasional Lainnya 12,828 30,929 4,756 - 48,513 Jumlah Pendapatan 18,629 218,633 26,650 - 263,912 Beban

Beban Bunga 126,878 956 4,108 - 131,942 Beban Operasional Lainnya 87,232 25,127 3,321 - 115,680 Jumlah Beban 214,110 26,083 7,429 - 247,622

Hasil Segmen Bersih (195,481) 192,550 19,221 - 16,290

Beban yang Tidak Dapat Dialokasikan 4,417

Laba Sebelum Pajak 20,707

Beban Pajak 5,638

Laba Bersih 15,069

60

32. Informasi Lainnya

a. Posisi rasio kecukupan modal pada tanggal 30 Juni 2012 dan 30 Juni 2011 masing-masing sebesar 11,44% dan 14,02%. Rasio kecukupan modal per 30 Juni 2012 dan 2011 dihitung sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.

b. Rasio aset produktif yang bermasalah dan aset non produktif bermasalah terhadap total aset

produktif dan aset non produktif pada tanggal 30 Juni 2012 dan 30 Juni 2011 masing-masing adalah sebesar 2,50% dan 1,38%.

c. Aset produktif bermasalah terhadap total aset produktif pada tanggal 30 Juni 2012 dan 30 Juni 2011 masing-masing adalah 2,88% dan 1,21%.

d. Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) aset keuntungan terhadap aset produktif pada

tanggal 30 Juni 2012 dan 30 Juni 2011 masing-masing adalah 0,97% dan 1,57%.

e. Rasio Non-Performing Loan (NPL) Perusahaan (secara bruto) pada tanggal 30 Juni 2012 dan

30 Juni 2011 adalah masing-masing sebesar 3,21% dan 1,65%, sedangkan secara neto masing-masing adalah sebesar 2,18% dan 0,85%.

f. Prinsip Mengenal Nasabah

Dalam rangka penerapan prinsip mengenal nasabah dan penyusaian terhadap Undang-undang No. 15 Tahun 2002 tanggal 17 April 2002 yang telah diubah dengan Undang-Undang-undang No. 25 Tahun 2003 tanggal 13 Oktober 2003 tentang ”Tindak Pidana Pencuncian Uang”, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 3/10/PBI/2001 tanggal 18 Juni 2001 tentang ”Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles)” yang telah diubah dua kali dengan perubahan terakhir berdasarkan PBI No. 5/21/PBI/2003 tanggal 17 Oktober 2003. Sesuai peraturan tersebut, Perusahaan wajib memiliki dan menerapkan kebijakan penerimaan dan identifikasi nasabah, Pemantauan rekening dan transaksi nasabah, mengidentifikasikan dan menerapkan manajemen resiko atas prinsip mengenal nasabah, dan melaporkan kepada Bank Indonesia apabila terjadi transaksi yang mencurigakan selambatnya 7 hari setelah diketahui oleh Perusahaan. Perusahaan wajib memiliki sistem informasi yang memadai untuk memungkinkan pelaksanaan secara efektif.

Direksi Perusahaan bertanggung jawab atas penerapan prinsip mengenal nasabah. Perusahaan telah membentuk unit kerja khusus dan menunjuk pejabat yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Kepatuhan sesuai dengan peraturan tersebut. Pada saat ini, pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah tersebut.

g. Jaminan Pemerintah terhadap Liabilitas Pembayaran Bank Umum

Sejak tahun 2005, program penjaminan Pemerintah dilaksanakan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

61

rekonsiliasi dan/atau verifikasi sesuai dengan Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan (PLPS) yang berlaku.

h. Pada tahun 2011, Perusahaan melakukan penjualan atas beberapa aset tetap dan agunan

yang diambil alih kepada PT Mega Agung Mandiri (MAM), pihak ketiga, melalui Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB). Dua diantara aset yang dijual kepada MAM tersebut telah dijual oleh MAM kepada pihak berelasi Perusahaan.

33. Jaminan Pemerintah Terhadap Liabilitas Pembayaran bank Umum

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.179/KMK.017/2000 tanggal 26 Mei 2000, sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 84/KMK.06/2004 tanggal 27 Pebruari 2004 dan No. 189/KMK.06/2004 tanggal 8 April 2004, Pemerintah menjamin liabilitas tertentu dari bank berdasarkan program penjaminan yang berlaku bagi bank umum. Jaminan Pemerintah berlaku hingga 21 September 2005 berdasarkan Undang-undang No.24 tanggal 22 September 2004, efektif sejak tanggal 22 September 2005. Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) dibentuk untuk menjamin liabilitas tertentu bank-bank umum berdasarkan program penjaminan yang berlaku.

34. Penerbitan Standar Akuntansi Keuangan Baru

Sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan, Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan revisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntanasi Keuangan (ISAK). Standar-standar akuntansi keuangan tersebut akan berlaku efektif sebagai berikut:

Periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011

PSAK

1. PSAK 1 (Revisi 2009), Penyajian Laporan Keuangan 2. PSAK 2 (Revisi 2009), Laporan Arus Kas

3. PSAK 3 (Revisi 2010), Laporan Keuangan Interm

4. PSAK 4 (Revisi 2009), Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri 5. PSAK 5 (Revisi 2009), Segmen Operasi.

6. PSAK 7 (Revisi 2010), Pengungkapan Pihak-Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa 7. PSAK 8 (Revisi 2010), Peristiwa Setelah Periode Pelaporan

8. PSAK 12 (Revisi 2009), Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama 9. PSAK 15 (Revisi 2009), Investasi Pada Entitas Asosiasi

10. PSAK 19 (Revisi 2010), Aset Tidak Berwujud 11. PSAK 22 (Revisi 2010), Kombinasi Bisnis 12. PSAK 23 (Revisi 2010), Pendapatan

13. PSAK 25 (Revisi 2009), Kebijakan Akuntansi, Perubahan Entitas Akuntansi, dan Kesalahan 14. PSAK 48 (Revisi 2009), Penurunan Nilai Aset

15. PSAK 57 (Revisi 2009), Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi

62

Dihentikan

35. Perkembangan Terakhir Standar Akuntansi Keuangan dan Peraturan Lainnya

Periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2012

PSAK

1. PSAK No. 10 (Revisi 2010), Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing 2. PSAK No. 13 (Revisi 2011), Properti Investasi

3. PSAK No. 16 (Revisi 2011), Aset Tetap

4. PSAK No. 18 (Revisi 2010), Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya 5. PSAK No. 24 (Revisi 2010), Imbalan Kerja

6. PSAK No. 26 (Revisi 2011), Biaya Pinjaman

7. PSAK No. 28 (Revisi 2011), Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian 8. PSAK No. 30 (Revisi 2011), Sewa

9. PSAK No. 33 (Revisi 2011), Aktivitas Pengupasan Lapisan Tanah dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

10. PSAK No. 34 (Revisi 2010), Kontrak Kontruksi

11. PSAK No. 36 (Revisi 2011), Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa 12. PSAK No. 45 (Revisi 2011), Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba 13. PSAK No. 46 (Revisi 2010), Pajak Penghasilan

14. PSAK No. 50 (Revisi 2010), Instrumen Keuangan: Penyajian 15. PSAK No. 53 (Revisi 2010), Pembayaran Berbasis Saham

16. PSAK No. 55 (Revisi 2011), Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran 17. PSAK No. 56 (Revisi 2011), Laba Per Saham

18. PSAK No. 60, Instrumen Keuangan: Pengungkapan

19. PSAK No. 61, Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah 20. PSAK No. 62, Kontrak Asuransi

21. PSAK No. 63, Pelaporan Keuangan Dalam Ekonomi Hiperinflasi

22. PSAK No. 64, Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi Pada Pertambangan Sumber Daya Mineral

ISAK

1. ISAK No. 13, Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri

2. ISAK No. 15, PSAK 24 – Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum, dan Interaksinya

3. ISAK No. 16, Perjanjian Konsesi Jasa

4. ISAK No. 18, Bantuan Pemerintah – Tidak Ada Realisasi Spesifik dengan Aktivitas Operasi 5. ISAK No. 19, Penerapan Pendekatan Penyajian Kembali dalam PSAK 63, Pelaporan Keuangan

dalam Ekonomi Hiperinflasi

6. ISAK No. 20, Pajak Penghasilan – Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang Sahamnya

7. ISAK No. 22 Perjanjian Konsesi Jasa 8. ISAK No. 23, Sewa Operasi – Insentif

9. ISAK No. 24, Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan suatu Bentuk Legal Sewa 10. ISAK No. 25, Hak atas Tanah

11. ISAK No. 26, Penilaian Uang Derivatif Melekat PPSAK

1. PPSAK No. 7, Pencabutan PSAK 44: Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat 2. PPSAK No. 8, Pencabutan PSAK 27: Akuntansi Perkoperasian

3. PPSAK No. 9, Pencabutan ISAK 5: Interprestasi atas Par.14 PSAK 50 (1998) tentang Pelaporan Perubahan Nilai Wajar Investasi Efek dalam Kelompok Tersedia untuk Dijual

4. PPSAK No. 11, Pencabutan PSAK 39: Akuntansi Kerja Sama Operasi

Perusahaan masih mengevaluasi dampak penerapan PSAK dan ISAK revisi di atas dan dampak terhadap laporan keuangan dari penerapan PSAK dan ISAK revisi tersebut belum dapat ditentukan.

Dalam dokumen PT BANK WINDU KENTJANA INTERNATIONAL, Tbk (Halaman 60-64)

Dokumen terkait