• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surat Pernyataan Direksi Tentang Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan PT Bank Sinarmas Tbk untuk Periode 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Surat Pernyataan Direksi Tentang Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan PT Bank Sinarmas Tbk untuk Periode 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PT BANK SINARMAS Tbk

Laporan Keuangan dan

Catatan atas Laporan Keuangan

Untuk Periode yang Berakhir

31 Maret 2011 (tidak Diaudit)

dan 31 Desember 2010 (Diaudit)

(2)

Halaman Surat Pernyataan Direksi Tentang Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan

PT Bank Sinarmas Tbk untuk Periode 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010

LAPORAN KEUANGAN - Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010

Neraca 1

Laporan Laba Rugi Komprehensif 3

Laporan Perubahan Ekuitas 5

Laporan Arus Kas 7

(3)
(4)

1

Maret 2011 Catatan Desember 2010

Rp '000,000 Rp '000,000

ASET

Kas 276.101 2c,2f,33,34 269.274

Giro pada Bank Indonesia 985.597 2c,2f,2g,4,33,34 1.067.918

Giro pada bank lain 2b,2c,2f,5,33,34

Pihak yang berelasi 15 2d,31 277

Pihak ketiga 169.691 86.295

Cadangan kerugian penurunan nilai - 2j

-Jumlah - bersih 169.706 86.572

Penempatan pada bank lain 2b,2c,2f,2h,6,33,34

Pihak ketiga 130.927 706.189

Cadangan kerugian penurunan nilai (950) 2j 0

Jumlah - bersih 129.977 706.189

Efek-efek 2b,2c,2f,7,33,34

Pihak ketiga 2.163.973 1.472.091

Cadangan kerugian penurunan nilai (40) 2j 0

Jumlah - bersih 2.163.933 1.472.091

Efek yang dibeli dengan janji jual

kembali - pihak ketiga 29.366 2c,2f,8,33,34 75.221

Bunga diterima dimuka yang belum diamortisasi (198) (283)

Jumlah bersih 29.168 74.938

Kredit yang diberikan 2b,2c,2f,2i,9,33,34

Pihak yang berelasi 775.561 2d,31 794.940

Pihak ketiga 6.737.779 6.216.856

Jumlah 7.513.340 7.011.796

Cadangan kerugian penurunan nilai (80.099) 2j (77.638)

Jumlah - bersih 7.433.241 6.934.158

Pendapatan bunga yang masih akan diterima 49.644 2c,2d,2f,2s,10,33,34 47.353

Biaya dibayar dimuka 60.950 2d,2o,11,31 46.100

Aset tetap 2o,12,28,29

Biaya perolehan 340.771 294.339

Akumulasi penyusutan (72.133) (66.362)

Jumlah - bersih 268.638 227.977

Obyek Ijarah - bersih 172.858 2i,13 219.158

Aset lain-lain - bersih 142.848 2c,2d,2f,2m,2u,14,33,34 80.451

JUMLAH ASET 11.882.661 11.232.179

(5)

2

Rp '000,000 Rp '000,000

LIABILITAS DAN EKUITAS Liabilitas

Liabilitas segera lainnya 44.364 2c,2d,2f,15,31,33,34 46.739

Simpanan 2c,2f,2p,16,33,34

Pihak yang berelasi 4.318.248 2d,31 4.443.285

Pihak ketiga 6.247.540 5.375.929

Jumlah 10.565.788 9.819.214

Simpanan dari bank lain 2c,2f,2p,17,33,34

Pihak yang berelasi 13.638 2d,31 14.250

Pihak ketiga 159.256 352.603

Jumlah 172.894 366.853

Utang pajak 11.216 2c,2v,19,33 25.208

Surat berharga yang diterbitkan 1.616 2r,34 1.616 Estimasi kerugian komitmen dan

kontinjensi 3.742 2c,2t,20,32,33 3.537

Bunga yang masih harus dibayar 26.425 2c,2d,2f,2s,21,31,33,34 24.564 Liabilitas pajak tangguhan - bersih 14.016 2v 14.016 Cadangan imbalan pasti pasca-kerja 7.925 2v 8.324 Liabilitas lain-lain 91.329 2c,2d,2f,22,31,33,34 10.614

Jumlah Liabilitas 10.939.315 10.320.685

Ekuitas

Modal saham - nilai nominal Rp 100 per saham tahun 2010 dan Rp 500.000 per saham tahun 2009

Modal dasar - 20.000.000.000 saham tahun 2010 dan 4.000.000 saham tahun 2009 Modal ditempatkan dan disetor

7.280.500.000 saham tahun 2010 dan

1.050.000 saham tahun 2009 728.050 23 728.050

Tambahan modal disetor 75.323 2q,23 75.322

Cadangan umum 3.000 35 3.000

Rugi yang belum direalisasi atas penurunan

nilai wajar efek (40.214) 2f,7 (39.572)

Saldo laba 177.187 2b 144.694

Jumlah Ekuitas 943.346 911.494

JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 11.882.661 11.232.179

(6)

Untuk Periode Tiga Bulan yang berakhir 31 Maret 2011 dan 31 Maret 2010

3

Maret 2011 Catatan Maret 2010

Rp '000.000 Rp '000.000

PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL

Pendapatan Bunga dan Bagi Hasil 288.063 2s,13,25 222.714

Beban Bunga dan Bagi Hasil 165.338 2s,26 117.452

Pendapatan Bunga - Bersih 122.725 105.262

Pendapatan Operasional Lainnya Provisi dan komisi selain dari

kredit 17.565 2t 15.577

Keuntungan dari kenaikan nilai wajar

efek yang diperdagangkan - bersih 1.084 441

Keuntungan kurs mata uang asing - bersih 37 2c 20

Lain-lain 124 68

Jumlah Pendapatan Operasional Lainnya - Bersih 18.810 16.106

Beban Operasional Lainnya

Umum dan administrasi 49.534 2d,2x,26,31 37.845

Tenaga kerja 36.412 23.997

Kerugian penurunan nilai aset keuangan 7.070 2f,2j,5,6,7,8,9 22.736

Penyusutan aset tetap 5.818 2j,12 5.255

Lain-lain 524 333

Jumlah Beban Operasional Lainnya 99.358 90.166

Beban Operasional Lainnya - Bersih (80.548) (74.060)

LABA OPERASIONAL 42.177 31.202

PENDAPATAN DAN BEBAN NON-OPERASIONAL

Pendapatan Non-Operasional - Bersih 2.198 12,14,28 285

Beban Non-Operasional 1.091 12,14,29 454

PENDAPATAN NON-OPERASIONAL - BERSIH 1.107 (169)

LABA SEBELUM PAJAK 43.284 31.033

BEBAN PAJAK 2v

Kini 10.790 7.758

10.790 7.758

LABA BERSIH 32.494 23.275

LABA BERSIH PER SAHAM DASAR

(Dalam Rupiah Penuh) 2w,30

Dasar 4,46 4,10

Dilusian 3,85

(7)

4

Maret 2011 Catatan Maret 2010

Rp '000.000 Rp '000.000

PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN: -

-Selisih kurs penjabaran laporan dalam valuta asing - -Aset keuangan tersedia untuk dijual (40.214) 2f,7 (40.504,00)

Lindung nilai arus kas -

-Keuntungan revaluasi aset tetap -

-Keuntungan (kerugian) aktuarial program pensiun - -manfaat pasti

Bagian pendapatan komprehensif lain entitas - -asosiasi

Pajak Penghasilan Terkait -

-PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN

BERJALAN SETELAH PAJAK (40.214) (40.504)

TOTAL LABA RUGI KOMPREHENSIF TAHUN

BERJALAN (7.720) (17.229,00)

Total laba rugi komprehensif yang dapat diatribusikan kepada:

Pemilik entitas induk -

-Kepentingan non pengendali -

(8)

Untuk Periode yang Berakhir 31 Maret 2011

5

Laba (Rugi) yang Belum Tambahan Modal Direalisasi atas Penurunan

Catatan Modal Saham Cadangan Umum Disetor - Bersih Nilai Wajar Efek Saldo Laba Jumlah Ekuitas

Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000

Saldo pada tanggal 1 Januari 2011 728.050 3.000 75.322 (39.572) 144.694 911.494

Kapitalisasi saldo laba menjadi

modal saham 23 - - -

-Rugi yang belum direalisasi atas

penurunan nilai wajar efek - - - (642) - (642)

Kenaikan cadangan umum - - - - -

-Laba bersih tahun berjalan - - - - 32.494 32.494

Saldo per 31 Maret 2011 728.050 3.000 75.322 (40.214) 177.188 943.346

(9)

6

Laba (Rugi) yang Belum Direalisasi atas Penurunan

Catatan Modal Saham Cadangan Umum Nilai Wajar Efek Saldo Laba Jumlah Ekuitas

Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000

Saldo pada tanggal 1 Januari 2010 525.000 2.500 (42.072) 86.001 571.429

Kapitalisasi saldo laba menjadi

modal saham 23 0 - - 0

-Laba yang belum direalisasi atas

penurunan nilai wajar efek - - 1.569 - 1.569

Kenaikan cadangan umum - 0 - 0

-Laba bersih tahun berjalan - - - 23.275 23.275

Saldo per 31 Maret 2010 525.000 2.500 (40.503) 109.276 596.273

(10)

Untuk Periode yang Berakhir 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010

7

31 Maret 2011 Catatan 31 Desember 2010

Rp '000.000 Rp '000.000

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI

Pendapatan bunga, provisi dan komisi selain kredit 285.772 10,25 912.763 Pendapatan operasional lainnya 17.689 62.071 Beban bunga dan beban keuangan lainnya (163.477) 21,26 (488.745) Keuntungan selisih kurs mata uang asing - bersih 7.667 23.206 Beban umum dan administrasi (50.457) 27 (177.697) Beban tenaga kerja (36.412) 27 (103.905) Beban non-operasional - bersih 1.107 26,29 (3.177) Arus kas operasional sebelum perubahan

aset dan kewajiban operasi 61.889 224.516 Penurunan (kenaikan) aset operasi :

Penempatan pada bank lain - 6 97 Efek-efek (450.520) 7 (346.635) Efek yang dibeli dengan janji dijual kembali 45.770 8 (64.920) Kredit yang diberikan (551.490) 9 (1.663.590) Biaya dibayar dimuka (14.850) 11 (8.070) Obyek ijarah - bersih 46.300 13 (219.158) Aset lain-lain (62.203) 14 (31.414) Kenaikan (penurunan) kewajiban operasi :

Liabilitas (2.375) 15 (18.623) Simpanan 746.574 16 2.986.792 Simpanan dari bank lain (193.959) 17 128.227 Utang pajak (14.332) 19 (29.009) Surat berharga yang diterbitkan - (1.010) Efek yang dijual dengan janji dibeli kembali - 18 (258.428) Liabilitas lain-lain 80.715 22 (260) Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk)

Aktivitas Operasi (308.481) 698.515

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI

Hasil penjualan aset tetap 121 12,28 190 Perolehan aset tetap (58.143) 24 (32.616)

Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas investasi (58.022) (32.426)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN

Perolehan dari penawaran umum perdana saham - 23 240.000 Pembiayaan biaya emisi saham - 23 (4.678) Penambahan modal disetor - 23

-Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas investasi - 235.322

KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN

SETARA KAS (366.503) 901.411

KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN 2.301.226 1.420.684 Pengaruh perubahan kurs mata uang asing 39.802 (20.869)

KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN 1.974.525 2.301.226

PENGUNGKAPAN TAMBAHAN

Kas dan Setara Kas terdiri dari :

Kas 276.101 269.274 Giro pada Bank Indonesia 985.597 1.067.918 Giro pada bank lain 169.706 86.572 Penempatan pada bank lain - jangka waktu

jatuh tempo tiga bulan atau kurang sejak

tanggal perolehan 130.927 706.189 Efek-efek

Bank Indonesia Intervensi - bersih 412.194 171.273 Sertifikat Bank Indonesia - bersih - -Jumlah Kas dan Setara Kas 1.974.525 2.301.226

TRANSAKSI BUKAN KAS

Kapitalisasi saldo laba menjadi modal saham - 23 43.050 Reklasifikasi aset tetap menjadi aset tetap tidak

digunakan -

-Reklasifikasi aset tetap yang tidak digunakan

menjadi aset tetap - 12,14

-Penghapusbukuan aset tetap - 12

-Penghapusbukuan kredit yang diberikan - 9 63.015

(11)

8

a. Pendirian dan Informasi Umum

PT Bank Sinarmas Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tahun 1989 dengan nama PT Bank Shinta Indonesia, berdasarkan Akta No. 52 tanggal 18 Agustus 1989 dari Buniarti Tjandra, S.H., notaris di Jakarta, dan telah diubah dengan Akta No. 91 tanggal 15 September 1989 dari notaris yang sama. Akta pendirian ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. C2-9142.HT.01.01-TH.89 tanggal 27 September 1989 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 49 tanggal 21 Juni 2005, Tambahan No. 6448.

Pada tanggal 26 Januari 2007, Perusahaan berganti nama menjadi PT Bank Sinarmas. Perubahan nama tersebut telah disetujui melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perusahaan yang didokumentasikan dalam Akta No. 1 tanggal 21 November 2006 dari Triphosa Lily Ekadewi, S.H., notaris di Jakarta. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. W7-03960 HT.01.04-TH.2006 tanggal 20 Desember 2006. Perubahan nama tersebut juga telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.9/4/KEP.GBI/2007 tanggal 22 Januari 2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT Bank Shinta Indonesia menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank Sinarmas.

Berdasarkan dengan Akta No. 1 tanggal 8 Oktober 2009 dari Endang Saritomo Utari, S.H., notaris di Jakarta, mengenai perubahan Anggaran Dasar dalam rangka melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip perbankan syariah dan perpanjangan masa jabatan direksi dan komisaris. Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-AH.01.10-22483. Tahun 2009 tanggal 11 Desember 2009.

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 6 April 2010 yang didokumentasikan dalam Akta No. 31 tanggal 6 April 2010 dari Sutjipto, S.H., Mkn, notaris di Jakarta, disetujui sebagai berikut:

a. Pemecahan nilai nominal saham Perusahaan dari Rp 500.000 per saham menjadi Rp 100 per saham.

b. Penggunaan saldo laba pada tanggal 31 Desember 2009 sebesar Rp 500 juta untuk menjadi Cadangan Umum dan sebesar Rp 43.050 juta menjadi saham untuk dibagikan secara proporsional kepada pemegang saham mulai efektif pada bulan April 2010. c. Perubahan status perusahaan dari Perseroan Terbatas Tertutup menjadi Perseroan

Terbatas Terbuka (Tbk).

d. Mengubah seluruh Anggaran Dasar Perusahaan dalam rangka penyesuaian dengan Peraturan Bapepam dan LK No. IX.J.I, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep 179/BL/2008 tanggal 14 Mei 2008 tentang Pokok-pokok Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik.

e. Mengubah seluruh Anggaran Dasar Perusahaan, antara lain nama Perusahaan berubah menjadi PT Bank Sinarmas Tbk.

Perubahan tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-22745.AH.01.02 Tahun 2010 tanggal 4 Mei 2010.

(12)

9

1. Umum (Lanjutan)

a. Pendirian dan Informasi Umum (Lanjutan)

Kantor pusat Perusahaan beralamat di Plaza BII Tower I, Jln. M.H. Thamrin No. 51, Jakarta. Perusahaan memiliki 1 kantor cabang utama, 54 kantor cabang, 57 kantor cabang pembantu, 1 kantor cabang syariah dan 4 kantor Kas di Indonesia.

Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha (grup) Sinar Mas.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar, maksud dan tujuan didirikannya Perusahaan adalah untuk menjalankan usaha di bidang perbankan.

Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 16 Februari 1990, sesuai dengan izin usaha yang diberikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.156/KMK.013/1990 tanggal 16 Februari 1990. Sesuai dengan Surat Keputusan Bank Indonesia No. 27/156/KEP/DIR tanggal 22 Maret 1995, Perusahaan memperoleh peningkatan status menjadi Bank Devisa.

b. Pada tanggal 29 November 2010, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) melalui surat No. S-10683/BL/2010 untuk penawaran umum perdana atas 1.600 juta lembar saham Perusahaann dengan nominal Rp 100 per saham pada harga penawaran Rp 150 per saham dimana melekat 1.920 juta waran Seri I (Catatan 24). Setiap pemegang 5 (lima) saham baru Perusahaan berhak memperoleh 6 (enam) waran dimana setiap 1 (satu) waran memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 (satu) saham baru Perusahaan dengan harga pelaksanaannya sebesar Rp 150, yang dapat dilakukan mulai tanggal 13 Juni 2011 sampai dengan tanggal 11 Desember 2015. Saham-saham Perusahaan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 13 Desember 2010.

IPO Perusahaan telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia melalui surat No. 12/52/DPB3/TPB 3 – 1 tanggal 5 Agustus 2010.

Pada tanggal 31 Maret 2011, sebesar 98,74% atau sebanyak 7.188.495.000 saham Perusahaan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia.

c. Dewan Komisaris Direksi dan Karyawan

Susunan pengurus Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada tanggal 25 August 2010 yang didokumentasikan dalam Akta No. 148 tanggal 25 Agustus 2010 dari Aulia Taufani, S.H., notaris pengganti Sutjipto, S.H., notaris di Jakarta, adalah sebagai berikut:

Komisaris Utama : Tjendrawati Widjaja

Komisaris Independen : Wimpie Rianto

: Antonius Chandra Satya Napitupulu

Direktur Utama : Freenyan Liwang

Wakil Direktur Utama : Dani Lihardja

Direktur Operasional dan Tresuri : Hadi Christianto Wijaya

Direktur Unit usaha syariah dan GA : Heru Agus Wuryanto

Direktur Kepatuhan : Salis Teguh Hartono

(13)

10

c. Dewan Komisaris Direksi dan Karyawan (Lanjutan)

Direktur Kepatuhan Perusahaan adalah Salis Teguh Hartono, yang penunjukannya telah mendapatkan persetujuan Bank Indonesia melalui Surat No. 9/154/GBI/DPIP/Rahasia tanggal 8 Oktober 2007.

Susunan keanggotaan komite-komite yang dimiliki Perusahaan yaitu Komite Audit, Komite Renumerasi dan Nominasi, Komite Pemantau Risiko dan Dewan Pengawas Syariah pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut :

2 0 1 1 2 0 1 0 K o m i t e A u d i t K e t u a A n to n i u s C . S . N a p i tu p u l u A n to n i u s C .S . N a p i t u p u l u A n g g o t a W i m p i e R i a n t o W i m p i e R i a n t o E d w in H i d a y a t A b d u l l a h E d w i n H i d a y a t A b d u l la h A g u s t i n u s A n t o n i u s A g u s t i n u s A n to n i u s K o m i t e R e m u n e r a s i d a n N o m in a s i K e t u a A n to n i u s C . S . N a p i tu p u l u A n to n i u s C .S . N a p i t u p u l u A n g g o t a T je n d r a w a t i W i d j a j a T j e n d r a w a t i W i d j a j a T r u s t o J a t i P r a k o s o T r u s to J a t i P r a k o s o K o m i t e P e m a n t a u R i s i k o K e t u a W i m p i e R i a n t o W i m p i e R i a n t o A n g g o t a A n to n i u s C . S . N a p i tu p u l u A n to n i u s C .S . N a p i t u p u l u A g u s t i n u s A n t o n i u s A g u s t i n u s A n to n i u s E d w in H i d a y a t A b d u l l a h E d w i n H i d a y a t A b d u l la h D e w a n P e n g a w a s S y a r ia h K e t u a A l i M u s ta f a Y a q u b A l i M u s ta f a Y a q u b A n g g o t a A h m a d i b i n S u k a r n o A h m a d i b i n S u k a r n o

Pembentukan Komite Manajemen Risiko adalah sesuai dengan Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No. 5/21/DPNP tanggal 29 September 2003 tentang “Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum”.

Jumlah gaji dan tunjangan dewan komisaris dan direksi sebesar Rp 1.308 juta dan Rp 4.824 juta untuk periode yang berakhir 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010.

Jumlah rata-rata karyawan Perusahaan (tidak diaudit) untuk periode yang berakhir 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 adalah 1.798 karyawan dan 1.764 karyawan.

Direksi telah menyelesaikan laporan keuangan PT Bank Sinarmas Tbk. pada tanggal 27 April 2011 serta bertanggung jawab atas laporan keuangan tersebut.

(14)

11

2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting

a. Dasar Penyusunan dan Pengukuran Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), peraturan Bank Indonesia, peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) No. VIII.G.7 tanggal 13 Maret 2000 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan yang merupakan Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 dan Surat Edaran No. SE-02/BL/2008 tanggal 31 Januari 2008 tentang “Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Publik Industri Pertambangan Umum, Minyak dan Gas Bumi dan Perbankan”.

Laporan keuangan tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 telah sesuai dengan PSAK No. 50 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan” dan PSAK No. 55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran” dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) yang diterbitkan tahun 2008.

Pencatatan transaksi Unit Usaha Syariah adalah berdasarkan PSAK No. 102, “Akuntansi Murabahah”, PSAK 105, “Akuntansi Mudharabah”, PSAK No. 106, “Akuntansi Musyarakah”, PSAK No. 107 (Revisi 2009), “Akuntansi Ijarah” (efektif sejak 1 Januari 2010) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI).

Laporan keuangan disusun berdasarkan nilai historis, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Dasar penyusunan laporan keuangan adalah dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Laporan arus kas disusun dengan metode langsung.

Sehubungan dengan dicabutnya PSAK 31, “Akuntansi Perbankan” pada tahun 2010, dan untuk tujuan penyusunan laporan arus kas, efektif 1 Januari 2010, kas dan setara kas mencakup kas, giro pada Bank Indonesia dan giro pada bank lain yang tidak dibatasi pencairannya.

Untuk tujuan penyusunan laporan arus kas, cadangan kerugian penurunan nilai tidak diperhitungkan sebagai bagian dari saldo kas dan setara kas.

Mata uang pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan adalah mata uang Rupiah (Rupiah). Angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan ini, kecuali bila dinyatakan secara khusus, adalah dalam jutaan Rupiah.

(15)

12

b. Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Revisi

Efektif tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan menerapkan secara prospektif PSAK revisi berikut:

(1) PSAK No. 50 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”, yang berisi persyaratan pengungkapan instrumen keuangan dan kriteria informasi yang harus diungkapkan. Persyaratan pengungkapan diterapkan berdasarkan klasifikasi instrumen keuangan, dari perspektif penerbit, yakni aset keuangan, liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas; pengklasifikasian bunga, dividen, keuntungan dan kerugian yang terkait; dan situasi tertentu dimana saling hapus aset dan liabilitas keuangan diizinkan. PSAK ini juga mewajibkan pengungkapan atas, antara lain, informasi mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kebijakan akuntansi atas instrumen

keuangan.PSAK No. 16 (Revisi 2007) “Aset Tetap”, yang mengatur perlakuan akuntansi atas aset tetap. Standar ini mengatur antara lain mengenai pengakuan aset tetap, penentuan jumlah tercatat, penyusutan dan penurunan nilai. Selain itu, standar ini mewajibkan untuk menghitung dan memasukkan biaya pembongkaran dan pemindahan atau restorasi lokasi aset sebagai bagian dari biaya perolehan, serta mewajibkan entitas untuk memilih di antara model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi atas aset tetapnya.

Standar ini menggantikan PSAK No. 50 “Akuntansi Investasi Efek Tertentu”.

(2) PSAK No. 55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, yang menetapkan dasar-dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, liabilitas keuangan dan kontrak-kontrak pembelian atau penjualan instrumen non-keuangan. PSAK ini menjelaskan di antaranya definisi derivatif, kategori instrumen keuangan, pengakuan dan pengukuran, akuntansi lindung nilai dan penentuan kriteria lindung nilai. Standar ini menggantikan PSAK No. 55 (Revisi 1999) “Akuntansi Instrumen Derivatif dan Lindung Nilai”.

(3) PSAK No. 107 (Revisi 2009), “Akuntansi Ijarah”, yang mencakup pengaturan untuk pembiayaan multijasa yang menggunakan akad ijarah.

Dalam penerapan standar baru diatas, Perusahaan telah mengidentifikasi sejumlah penyesuaian transisi sesuai dengan Buletin Teknis No. 4 mengenai Ketentuan Transisi Penerapan Awal PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Dampak transisi PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) terhadap neraca Perusahaan pada tanggal 1 Januari 2010 dijelaskan pada tabel berikut:

Sebagaimana Setelah

dilaporkan Penyesuaian disesuaikan 1 Januari 2010/ Transisi/ 1 Januari 2010/

As reported Transition As adjusted January 1, 2010 Adjustments January 1, 2010

Rp'000.000 Rp'000.000 Rp'000.000

Aset Keuangan - Bersih

Giro pada bank lain 87.698 886 88.584

Penempatan pada bank lain 273.277 2.760 276.037

Efek-efek 941.637 1.107 942.744

Kredit yang diberikan 5.322.975 (4.316) 5.318.659 Jumlah Aset Keuangan - Bersih 6.625.587 437 6.626.024

Ekuitas

(16)

13

2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting (Lanjutan)

b. Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Revisi (Lanjutan)

Penyesuaian transisi di atas berasal dari dampak penilaian kembali kerugian penurunan nilai aset keuangan, yang merupakan selisih antara cadangan kerugian penurunan nilai yang dihitung berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2006) dengan cadangan kerugian penurunan nilai yang dihitung dengan menggunakan Peraturan Bank Indonesia mengenai penyisihan penghapusan aset produktif (Catatan 2j).

c. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing

Perusahaan menyelenggarakan pembukuannya dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi dalam mata uang asing yang terjadi di sepanjang tahun dicatat dengan nilai kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi yang bersangkutan.

Pada tanggal neraca, aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs Reuters pada pukul 16.00 WIB. Keuntungan atau kerugian yang timbul sebagai akibat dari penjabaran aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dicatat sebagai laba rugi tahun berjalan.

Keuntungan atau kerugian selisih kurs dari aset dan liabilitas moneter merupakan selisih antara biaya perolehan diamortisasi dalam Rupiah pada awal periode, yang disesuaikan dengan suku bunga efektif dan pembayaran selama periode berjalan, dengan biaya perolehan diamortisasi yang dijabarkan ke dalam Rupiah dengan kurs pada akhir periode.

d. Transaksi Pihak Berelasi

Pihak-pihak yang berelasi berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 7 tentang “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi”, adalah:

1. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk

holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries);

2. Perusahaan asosiasi;

3. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di Perusahaan yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan Perusahaan);

4. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Perusahaan yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan

5. Perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari Perusahaan dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan Perusahaan.

(17)

14

d. Transaksi Pihak Berelasi (Lanjutan)

Karyawan, selain karyawan kunci, tidak dikelompokkan sebagai pihak yang berelasi. Semua transaksi dengan pihak yang berelasi, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan, persyaratan dan kondisi yang sama dengan pihak ketiga diungkapkan dalam laporan keuangan.

e. Penggunaan Estimasi

Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan liabilitas yang dilaporkan dan pengungkapan aset dan liabilitas kontinjensi pada tanggal laporan keuangan serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi.

Estimasi dan asumsi yang digunakan tersebut ditelaah kembali secara terus-menerus. Revisi atas estimasi akuntansi diakui dalam periode yang sama pada saat terjadinya revisi estimasi atau pada periode masa depan yang terkena dampak.

Informasi mengenai ketidakpastian yang melekat pada estimasi dan pertimbangan yang mendasari dalam penerapan kebijakan akuntansi yang memiliki dampak signifikan terhadap jumlah-jumlah yang diakui dalam laporan keuangan, dijelaskan pada Catatan 3 atas laporan keuangan.

f. Instrumen Keuangan

Sebagaimana dijelaskan pada Catatan 2b, Perusahaan telah menerapkan kebijakan akuntansi berikut berdasarkan PSAK No. 50 (Revisi 2006) dan No. 55 (Revisi 2006) yang berlaku efektif 1 Januari 2010.

Perusahaan mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan pada neraca, jika dan hanya jika, Perusahaan menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. Instrumen keuangan pada pengakuan awal diukur pada nilai wajarnya, yang merupakan nilai wajar kas yang diserahkan (dalam hal aset keuangan) atau yang diterima (dalam hal liabilitas keuangan). Nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima ditentukan dengan mengacu pada harga transaksi atau harga pasar yang berlaku. Jika harga pasar tidak dapat ditentukan dengan andal, maka nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima dihitung berdasarkan estimasi jumlah seluruh pembayaran atau penerimaan kas masa depan, yang didiskontokan menggunakan suku bunga pasar yang berlaku untuk instrumen sejenis dengan jatuh tempo yang sama atau hampir sama. Pengukuran awal instrumen keuangan, kecuali untuk instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, termasuk biaya transaksi.

(18)

15

2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting (Lanjutan) f. Instrumen Keuangan (Lanjutan)

Biaya transaksi adalah biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan atau penerbitan aset keuangan atau liabilitas keuangan, dimana biaya tersebut adalah biaya yang tidak akan terjadi apabila entitas tidak memperoleh atau menerbitkan instrumen keuangan. Biaya transaksi tersebut diamortisasi sepanjang umur instrumen menggunakan metode suku bunga efektif. Termasuk dalam biaya transaksi adalah fee dan komisi yang dibayarkan pada agen (termasuk karyawan yang berperan sebagai agen penjual), konsultan, perantara efek dan pedagang efek, pungutan wajib oleh pihak regulator dan bursa efek, serta pajak dan bea yang dikenakan atas transfer yang dilakukan. Biaya transaksi tidak termasuk premium atau diskonto utang, biaya pendanaan (financing cost), atau biaya administrasi internal atau biaya penyimpanan (handling cost).

Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode selama periode yang relevan, menggunakan suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa depan selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari instrumen keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, Perusahaan mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut, tanpa mempertimbangkan kerugian kredit di masa depan, namun termasuk seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.

Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan adalah jumlah aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai untuk penurunan nilai atau nilai yang tidak dapat ditagih.

Pengklasifikasian instrumen keuangan dilakukan berdasarkan tujuan perolehan instrumen tersebut dan mempertimbangkan apakah instrumen tersebut memiliki kuotasi harga di pasar aktif. Pada saat pengakuan awal, Perusahaan mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam kategori berikut: aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo, aset keuangan tersedia untuk dijual, liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan liabilitas lain-lain; dan melakukan evaluasi kembali atas kategori-kategori tersebut pada setiap tanggal pelaporan, apabila diperlukan dan tidak melanggar ketentuan yang disyaratkan.

(19)

16

f. Instrumen Keuangan (Lanjutan) Penentuan Nilai Wajar

Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif pada tanggal neraca adalah berdasarkan kuotasi harga pasar atau harga kuotasi penjual/dealer (bid price untuk posisi beli dan ask price untuk posisi jual), tanpa memperhitungkan biaya transaksi. Apabila

bid price dan ask price yang terkini tidak tersedia, maka harga transaksi terakhir yang

digunakan untuk mencerminkan bukti nilai wajar terkini, sepanjang tidak terdapat perubahan signifikan dalam perekonomian sejak terjadinya transaksi. Untuk seluruh instrumen keuangan yang tidak terdaftar pada suatu pasar aktif, kecuali investasi pada instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga, maka nilai wajar ditentukan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian meliputi teknik nilai kini (net present value), perbandingan terhadap instrumen sejenis yang memiliki harga pasar yang dapat diobservasi, model harga opsi

(options pricing models), dan model penilaian lainnya.

Laba/Rugi Hari ke-1

Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau berbeda dengan nilai wajar yang dihitung menggunakan teknik penilaian dimana variabelnya merupakan data yang diperoleh dari pasar yang dapat diobservasi, maka Perusahaan mengakui selisih antara harga transaksi dengan nilai wajar tersebut (yakni Laba/Rugi hari ke-1) dalam laporan laba rugi, kecuali jika selisih tersebut memenuhi kriteria pengakuan sebagai aset yang lain. Dalam hal tidak terdapat data yang dapat diobservasi, maka selisih antara harga transaksi dan nilai yang ditentukan berdasarkan teknik penilaian hanya diakui dalam laporan laba rugi apabila data tersebut menjadi dapat diobservasi atau pada saat instrumen tersebut dihentikan pengakuannya. Untuk masing-masing transaksi, Perusahaan menerapkan metode pengakuan Laba/Rugi Hari ke-1 yang sesuai.

Aset Keuangan

1. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi meliputi aset keuangan dalam kelompok diperdagangkan dan aset keuangan yang pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Aset keuangan diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki untuk diperdagangkan apabila aset keuangan tersebut diperoleh terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat. Derivatif juga diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan kecuali derivatif yang ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai yang efektif.

Aset keuangan ditetapkan sebagai diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada saat pengakuan awal jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan

ketidakkonsistenan pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul dari pengukuran aset atau pengakuan keuntungan dan kerugian karena penggunaan dasar-dasar yang berbeda; atau

b. Aset tersebut merupakan bagian dari kelompok aset keuangan, liabilitas keuangan, atau keduanya, yang dikelola dan kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan manajemen risiko atau strategi investasi yang didokumentasikan; atau

(20)

17

2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting (Lanjutan) f. Instrumen Keuangan (Lanjutan)

Aset Keuangan (Lanjutan)

1. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (Lanjutan)

c. Instrumen keuangan tersebut memiliki derivatif melekat, kecuali jika derivatif melekat tersebut tidak memodifikasi secara signifikan arus kas, atau terlihat jelas dengan sedikit atau tanpa analisis, bahwa pemisahan derivatif melekat tidak dapat dilakukan.

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dicatat pada neraca pada nilai wajarnya. Perubahan nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi. Bunga yang diperoleh dicatat sebagai pendapatan bunga, sedangkan pendapatan dividen dicatat sebagai bagian dari pendapatan lain-lain sesuai dengan persyaratan dalam kontrak, atau pada saat hak untuk memperoleh pembayaran atas dividen tersebut telah ditetapkan.

Pada tanggal 31 Maret 2011, Perusahaan mengklasifikasikan efek-efek berupa obligasi korporasi dalam kategori ini.

2. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang

Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Aset keuangan tersebut tidak dimaksudkan untuk dijual dalam waktu dekat dan tidak diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, investasi dimiliki hingga jatuh tempo atau aset tersedia untuk dijual.

Setelah pengukuran awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif, dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi.

Pada tanggal 31 Maret 2011, kategori ini mencakup kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada bank lain, kredit yang diberikan, pendapatan bunga yang masih akan diterima serta aset lain-lain berupa setoran jaminan, tagihan sehubungan dengan penyelesaian Bank Indover, tagihan komisi asuransi, tagihan sehubungan dengan ATM bersama dan kiriman uang.

3. Investasi Dimiliki Hingga Jatuh Tempo

Investasi dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, dan manajemen Perusahaan memiliki intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Apabila Perusahaan menjual atau mereklasifikasi investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo, maka seluruh aset keuangan dalam kategori tersebut terkena aturan pembatasan (tainting rule) dan harus direklasifikasi ke kelompok tersedia untuk dijual.

(21)

18

f. Instrumen Keuangan (Lanjutan) Aset Keuangan (Lanjutan)

3. Investasi Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (Lanjutan)

Setelah pengukuran awal, investasi ini diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif, setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi. Keuntungan dan kerugian yang timbul diakui dalam laporan laba rugi pada saat penghentian pengakuan dan penurunan nilai dan melalui proses amortisasi menggunakan metode suku bunga efektif.

Pada tanggal 31 Maret 2011, kategori ini mencakup investasi efek-efek dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Bank Indonesia Intervensi, obligasi Pemerintah, obligasi korporasi, Republik Indonesia - ROI Loan, Credit Linked Note, pinjaman subordinasi dan tagihan atas wesel ekspor.

4. Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual

Aset keuangan tersedia untuk dijual merupakan aset yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau tidak diklasifikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang lain. Aset keuangan ini diperoleh dan dimiliki untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dan dapat dijual sewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atau karena perubahan kondisi pasar.

Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar. Komponen hasil (yield) efektif dari efek utang - tersedia untuk dijual serta dampak penjabaran mata uang asing (untuk efek utang dalam mata uang asing) diakui dalam laporan laba rugi. Laba atau rugi yang belum direalisasi yang timbul dari penilaian pada nilai wajar atas aset keuangan tersedia untuk dijual tidak diakui dalam laporan laba rugi, melainkan dilaporkan sebagai laba atau rugi bersih yang belum direalisasi pada bagian ekuitas dalam neraca dan laporan perubahan ekuitas.

Apabila aset keuangan dilepaskan, atau dihentikan pengakuannya, maka laba atau rugi kumulatif yang sebelumnya diakui dalam laporan ekuitas langsung diakui dalam laporan laba rugi. Bunga yang diperoleh dari aset keuangan tersedia untuk dijual diakui sebagai pendapatan bunga yang dihitung berdasarkan suku bunga efektif. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai aset keuangan juga diakui dalam laporan laba rugi.

Pada tanggal 31 Maret 2011, kategori ini mencakup efek-efek dalam bentuk obligasi Pemerintah dan Republik Indonesia – ROI Loans.

(22)

19

2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting (Lanjutan) f. Instrumen Keuangan (Lanjutan)

Liabilitas Keuangan

1. Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Liabilitas keuangan diklasifikasikan dalam kategori ini apabila liabilitas tersebut merupakan hasil dari aktivitas perdagangan atau transaksi derivatif yang tidak dimaksudkan sebagai lindung nilai, atau jika Perusahaan memilih untuk menetapkan liabilitas keuangan tersebut dalam kategori ini.

Perubahan dalam nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi.

Pada tanggal 31 Maret 2011, Perusahaan tidak memiliki liabilitas keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.

2. Liabilitas Keuangan yang Diukur pada Biaya Perolehan Diamortisasi

Instrumen keuangan yang diterbitkan atau komponen dari instrumen keuangan tersebut, yang tidak diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi, jika subtansi perjanjian kontraktual mengharuskan Perusahaan untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada pemegang instrumen keuangan, atau jika liabilitas tersebut diselesaikan tidak melalui penukaran kas atau aset keuangan lain atau saham sendiri yang jumlahnya tetap atau telah ditetapkan. Komponen instrumen keuangan yang diterbitkan yang terdiri dari komponen liabilitas dan komponen ekuitas harus dipisahkan, dimana komponen ekuitas merupakan bagian residual dari keseluruhan instrumen keuangan setelah dikurangi nilai wajar komponen liabilitas pada tanggal penerbitan.

Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi pada pengakuan awal diukur pada nilai wajar dan sesudah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi, dengan memperhitungkan dampak amortisasi (atau akresi) berdasarkan suku bunga efektif atas premi, diskonto dan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.

Pada tanggal 31 Maret 2011, kategori ini mencakup liabilitas segera lainnya, simpanan, simpanan dari bank lain, surat berharga yang diterbitkan, bunga yang masih harus dibayar, serta liabilitas lain-lain dalam bentuk liabilitas premi penjaminan Pemerintah serta setoran jaminan L/C dan bank garansi.

(23)

20

f. Instrumen Keuangan (Lanjutan) Instrumen Keuangan Derivatif

Derivatif melekat dipisahkan dari kontrak utama dan dicatat sebagai derivatif jika seluruh kondisi berikut terpenuhi:

a. Karakteristik ekonomi dan risiko dari derivatif melekat tidak berkaitan erat dengan karakteristik ekonomi dan risiko dari kontrak utama.

b. Instrumen terpisah yang memiliki persyaratan yang sama dengan derivatif melekat memenuhi definisi sebagai derivatif;

c. Instrumen campuran atau instrumen yang digabungkan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.

Derivatif yang berdiri sendiri dan derivatif melekat yang dipisahkan diklasifikasikan sebagai aset atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, kecuali derivatif tersebut ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai yang efektif. Pada pengakuan awal, instrumen derivatif diukur pada nilai wajar pada tanggal transaksi derivatif terjadi atau dipisahkan, dan selanjutnya diukur pada nilai wajar.

Derivatif disajikan sebagai aset apabila nilai wajarnya positif, dan disajikan sebagai liabilitas apabila nilai wajarnya negatif. Laba atau rugi dari perubahan nilai wajar derivatif langsung diakui dalam laporan laba rugi.

Manajemen menelaah apakah derivatif melekat harus dipisahkan dari kontrak utamanya pada saat pertama kali Perusahaan menjadi salah satu pihak dari kontrak tersebut. Penelaahan kembali dilakukan apabila terdapat perubahan syarat-syarat kontrak yang mengakibatkan modifikasi arus kas secara signifikan.

Saling Hapus Instrumen Keuangan

Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam neraca jika, dan hanya jika, Perusahaan saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan.

(24)

21

2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting (Lanjutan) f. Instrumen Keuangan (Lanjutan)

Penurunan Nilai Dari Aset Keuangan

Pada setiap tanggal neraca, manajemen Perusahaan menelaah apakah suatu aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi telah mengalami penurunan nilai.

(1) Aset keuangan pada biaya perolehan diamortisasi

Manajemen pertama-tama menentukan apakah terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, dan untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual terdapat penurunan nilai secara individual atau kolektif. Jika manajemen menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, baik aset keuangan tersebut signifikan atau tidak signifikan, maka aset tersebut dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.

Jika terdapat bukti obyektif bahwa penurunan nilai telah terjadi atas aset dalam kategori pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit di masa depan yang belum terjadi) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset tersebut (yang merupakan suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal). Nilai tercatat aset tersebut langsung dikurangi dengan penurunan nilai yang terjadi atau menggunakan akun cadangan kerugian penurunan nilai dan jumlah kerugian yang terjadi diakui di laporan laba rugi.

Jika, pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai bertambah atau berkurang karena suatu peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, maka dilakukan penyesuaian atas akun cadangan kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui. Pemulihan penurunan nilai selanjutnya diakui dalam laporan laba rugi, dengan ketentuan nilai tercatat aset setelah pemulihan penurunan nilai tidak melampaui biaya perolehan diamortisasi pada tanggal pemulihan tersebut.

(2) Aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak diukur pada nilai wajar karena nilai wajarnya tidak dapat diukur secara handal, maka jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa depan yang didiskonto pada tingkat pengembalian yang berlaku di pasar untuk aset keuangan serupa.

(25)

22

f. Instrumen Keuangan (Lanjutan)

Penurunan Nilai Dari Aset Keuangan (Lanjutan) (3) Aset keuangan tersedia untuk dijual

Dalam hal instrumen ekuitas dengan kelompok tersedia untuk dijual, penelaahan penurunan nilai ditandai dengan penurunan nilai wajar dibawah biaya perolehannya yang signifikan dan berkelanjutan. Jika terdapat bukti obyektif penurunan nilai, maka kerugian penurunan nilai kumulatif yang dihitung dari selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai yang sebelumnya telah diakui dalam laporan laba rugi, dikeluarkan dari ekuitas dan diakui dalam laporan laba rugi. Kerugian penurunan nilai yang diakui pada laporan laba rugi tidak boleh dipulihkan melalui laporan laba rugi (harus diakui melalui ekuitas). Kenaikan nilai wajar setelah terjadinya penurunan nilai diakui di ekuitas.

Atas instrumen utang dalam kelompok tersedia untuk dijual, penurunan nilai ditelaah berdasarkan kriteria yang sama dengan aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi. Bunga tetap diakru berdasarkan suku bunga efektif asal yang diterapkan pada nilai tercatat aset yang telah diturunkan nilainya, dan dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi. Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen utang meningkat dan peningkatan nilai wajar tersebut karena suatu peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, maka penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan melalui laporan laba rugi.

Penghentian Pengakuan Aset dan Liabilitas Keuangan (1) Aset Keuangan

Aset keuangan (atau bagian dari kelompok aset keuangan serupa) dihentikan pengakuannya jika:

a. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir; b. Perusahaan tetap memiliki hak untuk menerima arus kas dari aset keuangan tersebut,

namun juga menanggung liabilitas kontraktual untuk membayar kepada pihak ketiga atas arus kas yang diterima tersebut secara penuh tanpa adanya penundaan yang signifikan berdasarkan suatu kesepakatan; atau

c. Perusahaan telah mentransfer haknya untuk menerima arus kas dari aset keuangan dan (i) telah mentransfer secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, atau (ii) secara substansial tidak mentransfer atau tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, namun telah mentransfer pengendalian atas aset keuangan tersebut.

Ketika Perusahaan telah mentransfer hak untuk menerima arus kas dari suatu aset keuangan atau telah menjadi pihak dalam suatu kesepakatan, dan secara substansial tidak mentransfer dan tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan dan masih memiliki pengendalian atas aset tersebut, maka aset keuangan diakui sebesar keterlibatan berkelanjutan dengan aset keuangan tersebut. Keterlibatan berkelanjutan dalam bentuk pemberian jaminan atas aset yang ditransfer diukur berdasarkan jumlah terendah antara nilai aset yang ditransfer dengan nilai maksimal dari pembayaran yang diterima yang mungkin harus dibayar kembali oleh Perusahaan.

(26)

23

2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting (Lanjutan) f. Instrumen Keuangan (Lanjutan)

Penghentian Pengakuan Aset dan Liabilitas Keuangan (Lanjutan) (2) Liabilitas Keuangan

Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya jika liabilitas keuangan tersebut berakhir, dibatalkan atau telah kadaluarsa. Jika liabilitas keuangan tertentu digantikan dengan liabilitas keuangan lain dari pemberi pinjaman yang sama namun dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, atau terdapat modifikasi secara substansial atas ketentuan liabilitas keuangan yang ada saat ini, maka pertukaran atau modifikasi tersebut dianggap sebagai penghentian pengakuan liabilitas keuangan awal. Pengakuan timbulnya liabilitas keuangan baru serta selisih antara nilai tercatat liabilitas keuangan awal dengan yang baru diakui dalam laporan laba rugi periode berjalan.

g. Giro Wajib Minimum

Pada tanggal 4 Oktober 2010, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan peraturan No. 12/19/PBI/2010 mengenai perubahan atas Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 10/25/PBI/2008 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan peraturan No. 13/10/PBI/2011 tanggal 9 Februari 2011 yang berlaku efektif tanggal 1 Maret 2011. Berdasarkan peraturan tersebut, GWM Rupiah terdiri dari GWM Utama, GWM Sekunder dan GWM LDR. GWM Utama ditetapkan sebesar 8% dari dana pihak ketiga dalam Rupiah ditambah dengan GWM LDR yang ditetapkan sebesar selisih LDR yang dimiliki oleh Bank dan target LDR yang diwajibkan BI. GWM Sekunder dalam Rupiah ditetapkan sebesar 2,5% dari dana pihak ketiga dalam Rupiah sedangkan GWM dalam mata uang asing ditetapkan sebesar 5% dari dana pihak ketiga dalam mata uang asing.

GWM Utama adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro pada BI yang besarnya ditetapkan oleh BI sebesar persentase tertentu dari dana pihak ketiga.

GWM Sekunder adalah cadangan minimum yang wajib dipelihara oleh bank dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN) dan/atau Excess Reserve, yang besarnya ditetapkan BI sebesar persentase tertentu.

GWM LDR adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening Giro pada Bank Indonesia sebesar persentase dari DPK yang dihitung berdasarkan selisih LDR yang dimiliki oleh bank dan target LDR yang wajib dipenuhi oleh bank.

h. Penempatan pada Bank Lain

Penempatan pada bank lain merupakan penanaman dana dalam bentuk deposito berjangka syariah, call money, deposit on call dan lain-lain.

(27)

24

i. Kredit yang Diberikan

Kredit yang diberikan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disetarakan dengan kas, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam dengan debitur yang mewajibkan debitur untuk melunasi utang berikut bunganya setelah jangka waktu tertentu.

j. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai serta Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi

Penilaian kualitas dan cadangan kerugian penurunan nilai dilakukan terhadap aset produktif dan aset non-produktif.

Aset Produktif

Aset produktif terdiri dari giro pada bank lain, penempatan pada bank lain, efek-efek, efek yang dibeli dengan janji jual kembali, kredit, tagihan akseptasi, komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif yang mempunyai resiko kredit serta aset produktif yang berasal dari kegiatan syariah, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

Aset Non-produktif

Aset non-produktif merupakan aset non-keuangan, terdiri dari agunan yang diambil alih (AYDA) dan aset tetap yang tidak digunakan, rekening antar kantor dan suspense account sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

Sejak 1 Januari 2010, setiap tanggal neraca Perusahaan mengevaluasi apakah terdapat bukti obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, tersedia untuk dijual, pinjaman diberikan dan piutang mengalami penurunan nilai seperti yang dijelaskan pada Catatan 2.f.

Penerapan Ketentuan Transisi dari Bank Indonesia untuk Penurunan Nilai Secara Kolektif kredit yang Diberikan

Pada tanggal 8 Desember 2009, Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran No. 11/33/DPNP yang mengatur mengenai estimasi penurunan nilai kolektif kredit yang diberikan dengan keterbatasan pengalaman kerugian spesifik. Bagi bank yang belum memiliki data kerugian historis yang memadai untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas kredit yang diberikan secara kolektif sesuai dengan persyaratan dalam PSAK No. 55 (Revisi 2006) dan PAPI, maka pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai dapat menggunakan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai “Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum”.

Sejak tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan menerapkan ketentuan transisi dari Bank Indonesia tersebut.

Sebelum 1 Januari 2010, penentuan kualitas aset dan cadangan kerugian penurunan nilai mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2005 tentang “Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum” dengan perubahan terakhir melalui Peraturan Bank Indonesia No. 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009. Perusahaan tetap mengacu pada peraturan tersebut untuk perhitungan cadangan kerugian penurunan nilai sejak 1 Januari 2010 sesuai penerapan ketentuan transisi yang dijelaskan di atas.

(28)

25

2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting (Lanjutan)

j. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai serta Estimasi Kerugian Komitmen dan

Kontinjensi (Lanjutan)

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Produktif

Cadangan kerugian penurunan nilai aset produktif serta estimasi komitmen dan kontinjensi berdasarkan penelaahan terhadap kualitas masing-masing aset produktif, komitmen dan kontinjensi sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengklasifikasikan aset produktif tersebut dalam lima (5) kategori dengan besarnya persentase cadangan kerugian penurunan nilai sebagai berikut:

Klasifikasi

Lancar Minimum1%

Dalam perhatian khusus Minimum5%

Kurang lancar Minimum15%

Diragukan Minimum50%

Macet 100%

Kerugian Penurunan Nilai/

Precentage of Allowance

Persentase Cadangan

for impairment losses

Persentase cadangan kerugian penurunan nilai diatas diterapkan terhadap saldo aset produktif setelah dikurangi nilai agunan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia kecuali untuk aset produktif serta komitmen dan kontinjensi yang diklasifikasikan sebagai lancar yang diterapkan terhadap saldo aset produktif serta komitmen dan kontinjensi yang bersangkutan. Sertifikat Bank Indonesia (SBI), penempatan pada Bank Indonesia (BI Intervensi) dan Obligasi Pemerintah tidak dibentuk cadangan kerugian penurunan nilai.

Kerugian untuk komitmen dan kontinjensi (kecuali akseptasi) yang dibentuk disajikan dalam akun “Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi.”

Sampai dengan saat ini, pembentukan estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi tetap dihitung berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai “Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum”.

Aset produktif dihapusbukukan dengan cadangan kerugian penurunan nilai aset produktif pada saat manajemen berpendapat bahwa aset produktif tersebut harus dihapuskan karena secara operasional debitur sudah tidak mampu membayar dan atau sulit untuk ditagih. Penerimaan kembali aset produktif yang telah dihapuskan dicatat sebagai penambahan cadangan kerugian penurunan nilai aset produktif yang bersangkutan pada saat diterima kembali. Jika jumlah yang diterima kembali lebih besar daripada nilai pokok, kelebihan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga.

(29)

26

j. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai serta Estimasi Kerugian Komitmen dan

Kontinjensi (Lanjutan)

Cadangan Penurunan Nilai Aset Non-Produktif

Pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai aset non-produktif tetap dihitung berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai “Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum”.

Perusahaan membentuk cadangan kerugian penurunan nilai aset non-produktif berdasarkan penelaahan terhadap kualitas masing-masing aset non-produktif tersebut sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, yang mengklasifikasikan aset non-produktif dalam empat (4) kategori berdasarkan lamanya aset tersebut telah dimiliki oleh Perusahaan dengan besarnya persentase cadangan kerugian penurunan nilai sebagai berikut:

Kategori

Lancar Minimum 1%

Kurang lancar Minimum 15%

Diragukan Minimum 50%

Macet 100%

Persentase Penyisihan Penghapusan/

Percentage of Allowance for Possible Losses

k. Aset Tetap

Aset tetap, kecuali tanah, dinyatakan berdasarkan biaya perolehan, tetapi tidak termasuk biaya perawatan sehari-hari, dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada. Tanah tidak disusutkan dan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada.

Biaya perolehan awal aset tetap meliputi harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan sesuai dengan tujuan penggunaan yang ditetapkan.

Beban-beban yang timbul setelah aset tetap digunakan, seperti beban perbaikan dan pemeliharaan, dibebankan ke laba rugi pada saat terjadinya. Apabila beban-beban tersebut menimbulkan peningkatan manfaat ekonomis di masa datang dari penggunaan aset tetap tersebut yang dapat melebihi kinerja normalnya, maka beban-beban tersebut dikapitalisasi sebagai tambahan biaya perolehan aset tetap. Penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus (straight-line method) selama masa manfaat aset tetap atau jangka waktu sewa, yang mana lebih pendek (khusus untuk perbaikan aset yang disewa) sebagai berikut:

Tahun

Bangunan 20

Inventaris kantor 10

(30)

27

2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting (Lanjutan) k. Aset Tetap (Lanjutan)

Aset tetap yang tidak digunakan (properti terbengkalai) dinyatakan berdasarkan nilai tercatat atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah, dan disajikan sebagai bagian dari akun “Aset lain-lain”. Atas properti terbengkalai, dibentuk penyisihan penghapusan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku (Catatan 2.u).

Nilai tercatat aset tetap ditelaah kembali dan dilakukan penurunan nilai apabila terdapat peristiwa atau perubahan kondisi tertentu yang mengindikasikan nilai tercatat tersebut tidak dapat dipulihkan sepenuhnya.

Dalam setiap inspeksi yang signifikan, biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Biaya inspeksi signifikan yang dikapitalisasi tersebut diamortisasi selama periode sampai dengan saat inspeksi signifikan berikutnya.

Aset tetap yang dijual atau dilepaskan, dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutan dan akumulasi penurunan nilai yang terkait dengan aset tetap tersebut.

Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya (derecognized) pada saat dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan, jika ada, dengan jumlah tercatat dari aset tetap tersebut, dan diakui dalam laporan laba rugi pada tahun terjadinya penghentian pengakuan.

Nilai residu, umur manfaat, serta metode penyusutan ditelaah setiap akhir tahun dan dilakukan penyesuaian apabila hasil telaah berbeda dengan estimasi sebelumnya.

l. Aset Ijarah

Aset ijarah diakui sebesar biaya perolehan (mengacu pada PSAK No. 16: Aset Tetap dan PSAK No. 19: Aset tidak berwujud).

Aset ijarah, yakni kendaraan bermotor, mesin, alat berat dan piranti lunak disusutkan atau diamortisasi sesuai dengan jangka waktu sewa atau umur ekonomis aset, mana yang lebih pendek, dimana pada akhir periode, aset tersebut akan dihibahkan ke nasabah.

Untuk akad ijarah muntahiyah bitamlik (sewa pembiayaan), apabila pada saat perpindahan kepemilikan aset ijarah dari pemilik kepada penyewa dilakukan dengan cara hibah, maka jumlah tercatat aset ijarah diakui sebagai beban.

Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas aset telah diserahkan kepada penyewa.

Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang terkait yakni penyusutan dan pemeliharaan serta perbaikan. Pendapatan ijarah neto disajikan sebagai bagian dari “pendapatan bungan dan bagi hasil – kredit yang diberikan” dalam Laporan Laba Rugi.

(31)

28

m. Agunan yang Diambil Alih

Agunan kredit yang diberikan, berupa tanah dan aset lainnya, yang telah diambil alih oleh Perusahaan disajikan dalam perkiraan “Aset lain-lain”.

Agunan yang diambil alih diakui sebesar nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih adalah nilai wajar agunan yang diambil alih dikurangi biaya-biaya untuk melikuidasi aset tersebut. Selisih lebih saldo kredit di atas nilai realisasi bersih dari agunan yang diambil alih yang telah diterima pada saat kredit diambil alih, dibebankan ke dalam akun penyisihan penghapusan aset produktif. Apabila terjadi selisih lebih nilai realisasi bersih di atas saldo kredit, agunan yang diambil alih diakui maksimum sebesar saldo kredit.

Selisih antara nilai agunan yang telah diambil alih dan hasil penjualannya diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penjualan agunan.

Biaya-biaya yang berkaitan dengan pemeliharaan agunan yang diambil alih dibebankan ke laporan laba rugi pada saat terjadinya.

Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi tahun berjalan.

Atas agunan yang diambil alih, dibentuk penyisihan penghapusan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku (Catatan 2.u).

n. Sewa

Penentuan apakah suatu kontrak merupakan, atau mengandung unsur sewa adalah berdasarkan substansi kontrak pada tanggal awal sewa, yakni apakah pemenuhan syarat kontrak tergantung pada penggunaan aset tertentu dan kontrak tersebut berisi hak untuk menggunakan aset tersebut.

Evaluasi ulang atas perjanjian sewa dilakukan setelah tanggal awal sewa hanya jika salah satu kondisi berikut terpenuhi:

a. Terdapat perubahan dalam persyaratan perjanjian kontraktual, kecuali jika perubahan tersebut hanya memperbarui atau memperpanjang perjanjian yang ada;

b. Opsi pembaharuan dilakukan atau perpanjangan disetujui oleh pihak-pihak yang berelasi dalam perjanjian, kecuali ketentuan pembaharuan atau perpanjangan pada awalnya telah termasuk dalam masa sewa;

c. Terdapat perubahan dalam penentuan apakah pemenuhan perjanjian tergantung pada suatu aset tertentu; atau

d. Terdapat perubahan subtansial atas aset yang disewa.

Apabila evaluasi ulang telah dilakukan, maka akuntansi sewa harus diterapkan atau dihentikan penerapannya pada tanggal dimana terjadi perubahan kondisi pada scenario a, c atau d dan pada tanggal pembaharuan atau perpanjangan sewa pada scenario b.

Pembayaran sewa dalam sewa operasi diakui sebagai beban dalam lapporan laba rugi dengan dasar garis lurus (straight-line basis) selama masa sewa.

Referensi

Dokumen terkait

Observasi adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengamati secara langsung pada objek penelitian (Moleong, 1989:19). Bertujuan untuk menggambarkan secara umum mengenai museum

Nursalam, M.Nurs (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti

Keberadaan proyek ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal biasa, tetapi juga dapat menjadi suatu ikon yang menarik bagi kampung Apung. Sehingga kampung ini

Dari hasil analisis data dengan menggunakan teknik uji-t yaitu paired sample t-test telah membuktikan bahwa prestasi belajar fisika pada kelompok yang diberikan perlakuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui atribut kebutuhan pengguna Internet yang dapat direkomendasikan kepada regulator dalam menyusun standar kualitas layanan

dari kelompoknya dan bertamu kepada kelompok lain untuk menerima jamuan (berupa informasi) dari kelompok tersebut, sementara dua orang lainnya menjadi tuan

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara faktor pupuk NPK Pelangi dengan faktor pupuk daun Grow Team M berbeda nyata sampai berbeda sangat nyata

Hasil analisis diperoleh kesimpulan ada pengaruh yang signifikan variabel bebas yaitu likuiditas, profitabilitas dan pertumbuhan pen- jualan secara parsial maupun secara