• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dibidang pertambangan minyak dan gas bumi

Dalam dokumen TESIS. Oleh. R A M I N I T A /M.Kn (Halaman 76-81)

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG BAGI HASIL

C. Perkembangan Perjanjian Bagi Hasil

1. Dibidang pertambangan minyak dan gas bumi

Sistim bagi hasil dikenal juga dalam bidang minyak bumi dan gas alam di Indonesia yang dikenal dengan istilah Production Sharing, perjanjian bagi hasil sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 untuk menjalankan usahanya dibidang minyak bumi dan gas alam dilakukan oleh

59Chadidjah Dalimunthe, Pelaksanaan landreform di Indonesia dan permasalahannya, Fakultas Hukum USU Press, Medan, 2000, Hal. 90.

Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA) berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1971.

Bahwasanya pemerintah mengalokasikan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (SDA) sektor Minyak Bumi dan Gas sesuai dengan amanat Undang-Undang yang berlaku yakni, UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam penjelasannya pada Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR-RI tanggal 18 Februari 2010 yang lalu Menteri ESDM mengatakan berkenaan dengan Bagi Hasil Migas, sesuai amanat Undang-Undang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah maka:

1. Untuk Minyak Bumi dibagi dengan imbangan 84,5% untuk Pemerintah Pusat dan 15,5% untuk Pemerintah Daerah.

2. Sedangkan untuk Gas Bumi dibagi dengan imbangan 69,5% untuk Pemerintah Pusat dan 30,5% untuk Pemerintah Daerah.

Pada Pasal 19 ayat 2 dan 3 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 dijelaskan secara terperinci terkait Dana Bagi Hasil (DBH) yang diterima Pemerintah Daerah.

Dana Bagi Hasil Minyak Bumi sebesar 15,5% dibagi dengan rincian, 3% dibagikan untuk Provinsi yang bersangkutan, 6% Kabupaten/Kota penghasil, 6% untuk Kabupaten/Kota lainnya dalam Provinsi yang bersangkutan dan sisanya sebesar 0,5%

dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan dasar. Untuk Dana Bagi Hasil Gas Bumi sebesar 30,5% dibagi dengan rincian, 6% Kabupaten/Kota yang bersangkutan, 12% untuk Kabupaten/Kota penghasil, 12% dibagikan untuk Kabupaten/Kota lainnya dalam Provinsi yang bersangkutan dan sisanya sebesar 0,5%

dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan dasar. Menteri ESDM setiap tahun menetapkan daerah penghasil dan dasar penghitungan bagian daerah penghasil Minyak Bumi dan Gas Bumi dengan memuat rincian lifting per daerah penghasil berdasarkan asumsi APBN pada tahun berjalan setelah berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri.

Adapun penyaluran Dana Bagi Hasil Sumber Daya Aalam Migas dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan setiap triwulan berdasarkan realisasi penerimaan bukan pajak yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan usaha hulu migas setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya sesuai dengan peraturan Perundang-Undang.

Untuk memberikan landasan hukum yang kuat dan pasti atas pendirian perusahaan tersebut maka telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertanmbangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PETAMINA) yang di undangkan dalam Lembaran Negara Nomor 76 Tahun 1971.

Prinsip-prinsip dasar yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 adalah sebagai berikut:

1. PERTAMINA didirikan untuk menjalankan pengusahaan minyak dan gas bumi yang meliputi kegiatan eksplorasi, eksploitasi, pemurnian dann pengolahan, pengangkutan dan penjualan dan bidang-bidang lain sepanjang masih ada hubungannya dengan pertambangan minyak dan gas bumi.

2. Untuk maksud diatas, kepada PERTAMINA diberikan kuasa pertambangan atas seluruh wilayah hukum pertambangan Indonesia, sepanjang mengenai pertambangann minyak dan gas bumi.

3. Dengan pertimbangann tertentu, PERTAMINA dapat bekerja sama dengan pihak lain dalam menjalankan pengusahaan eksplorasi dan eksploitasi pertambangan minyak dan gas bumi dalam bentuk Kontrak Production sharing.

4. Diaturnya struktur perusahaan, permodalan, kepengurusan dan pembukuan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin penyelenggaraan pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi sesuai dengan semangat Perundang-Undangan yang berlaku.60

Struktur dan prinsip-prinsip dasar Kontrak Production Sharing memeng dirancang sedemikian rupa untuk mengtasi permasalahan keterbatasan modal, teknologi dan sumberdaya manusia yang dihadapi PERTAMINA khususnya dalam menjalankan eksplorasi dan eksploitasi pertambangan minyak dan gas bumi.

Adapun prinsip-prinsip dasar Production Sharing Indonesia adalah sebagai berikut:

1. PERTAMINA bertanggung jawab atas manajemen operasi.

2. Kontraktor menyediakan seluruh dana dan teknologi yang dibutuhkan dalam operasi perminyakan.

60Rudi M Simamora, Hukum Minyak dan Gas Bumi, Djambatan, Jakarta, 2000, Hal. 88-89.

3. Kontraktor menanggung biaya dan resiko operasi.

4. Kontraktor akan memperoleh kembali seluruh biaya operasi setelah produksi komersial.

5. Hasil peroduksri setelah dikurangi biaya operasi dibagi antara Negara dan kontraktor dengan pembagian umumnya 85% untuk Negara dan 15% untuk kontraktor, untuk hasil produksi minyak 65% untuk Negara dan 35% untuk kontraktor untuk produksi gas bumi. Persentase angka tersebut adalah angka akhir setelah dipotong pajak dan pengembalian biaya operasi. Persentase pembagian tersebut bervariasi sesuai adanya paket-paket intensif yang dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk menarik investor untuk menanamkan modalnya di Negara terpencil atau yang mempunyai tingkat kesulitan teknis diatas rata-rata atau karena alas an ekonomis lainnya seperti kesesuaian investasi, pertimbangan pajak dan sebagainya.

6. Jangka waktu Kontrak Production Sharing adalah 30 Tahun (sesuai dengan pasal 18 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing) dimana jangka waktu eksplorasi selama 6-10 tahun. di dalam fase eksplorasi kontrak diwajibkan untuk melaksanakan program kerja minimum dan membelanjakan anggaran minimum yang disebut dengan firm commitmment yang dapat dicarry forwart dan ditambahkan dari tahunn sebelumnya ke tahun berukutnya sampai tahun ke sepuluh.

7. Kontraktor wajib menyisihkan/mengembalikan sebagian wilayah kerjanya kepada Negara (relinquishment). Penyisihan/pengembalian sebahagian

wilayah kerja ini dimaksudkan untuk optimalisasi pemanfaatan wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi.

8. Seluruh barang operasi atau peralatan yang dibeli kontraktor menjadi milik PERTAMINA setelah tiba di wilayah pabean ndonesia.

9. Kepemilikan atas minyak yang dihasilkan berada di tangan Negara dan beralih di “poin of export”. Ketentuan Production Sharing dalam hal ini lebih tegas dan jelas dibandingkan dengan ketentuan yang dalam kontrak karya.

10. Kontraktor wajib membayar pajak penghasilan secara langsung kepada pemerintan Indonesia.

11. Kontraktor wajib memenuhi kebutuhan minyak dan gas bumi dalam negri atau Domestik Mobilization Obligation (DMO) secara proporsional.

12. Kontrak Production Sharing efektif setelah adanya persetujuan presiden, tanpa harus mendapatkan persetujuan dari DPR sebagaimana dalam kontrak karya.61

Dalam dokumen TESIS. Oleh. R A M I N I T A /M.Kn (Halaman 76-81)