• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Bubur adsorben dituangkan kedalam kolom gelas ukuran tinggi ± 40 cm dan diameter ± 2 cm yang dibagian ujung bawahnya dilengkapi dengan kran, secara hati-hati. Bagian bawah ditahan dengan glass wool atau sejenisnya untuk menghindari lolosnya adsorben dari dalam kolom.

3. Dijaga jangan sampai terjadi gelembung udara pada bagian dalam kolom.

Hasil akhir penuangan bubur adsirben berbentuk padat tanpa retakan.

4. Padatan kolom yang terbentuk dijaga supaya tetap basah oleh pelarut dengan menuangkan pelarut dengan hati-hati dan terhindar dari kekeringan permukaan.

5. Bila akan digunakan pelarut yang berbeda sebagai fase gerak maka kolom harus diuci terlebih dahulu dengan pelarut yang dimaksud dengan cara mengalirkan secara berulang-ulang pelarut tersebut kedalam kolom serta didiamkan beberapa saat sebagai langkah aktivasi kolom

6. Pada saat penuangan cuplikan dilakukan melalui bagian tepi tabung kolom secara perlahan-lahan, tidak langsung ke permukaan padatan karena dapat merusak permukaan padatan

7. Laju alir fase gerak diatur dengan menentukan kecepatan penetesan cairan setiap satuan waktu. Fraksi yang ditampung diharapkan akan bervolume sama dalam selang waktu tertentu (Rubiyanto, 2017)

2.5 Teknik Spektroskopi

Spektroskopi adalah alat analisis yang menggunakan radiasi (sinar) sebagai sumber energi. Spektroskopi digunakan untuk menganalisis senyawa organik secara kualitatif, kuantitatif dan yang paling penting adalah pelacakan atau elusidasi struktur (Sitorus, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.5.1. Spektroskopi Ultraviolet (UV-Vis)

Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer .

Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu hidrogen atau deuterium untuk pengukuran uv dan lampu tungsten untuk pengukuran pada cahaya tampak.

Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisah panjang gelombang (wavelength separator) seperti prisma atau monokromator. Spektrum didapatkan dengan cara scanning oleh wavelength separator sedangkan pengukuran kuantitatif bisa dibuat dari spektrum atau pada panjang gelombang tertentu. Ketika suatu atom atau molekul menyerap cahaya maka energi tersebut akan menyebabkan tereksitasinya elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Tipe eksitasi tergantung pada panjang gelombang cahaya yang diserap. Sinar ultraviolet dan sinar tampak akan menyebabkan elektron tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi.

Sistem yang bertanggung jawab terhadap absorbsi cahaya disebut dengan kromofor.

Beberapa istilah penting :

1. Kromofor; merupakan gugus tak jenuh (pada ikatan kovalen) yang bertanggung jawab terhadap terjadinyaabsorbsi elektronik (misalnya C=C, C=O, dan NO2).

2. Auksokrom; merupakan gugus jenuh dengan adanya elektron bebas (tidak terikat), dimana jika gugus ini bergabung dengan kromofor, akan mempengaruhi panjang gelombang dan intensitas absorban.

3. Pergeseran Batokromik; merupakan pergeseran absorban ke daerah panjang gelombang yang lebih panjang karena adanya substitusi atau efek pelarut.

22

4. Pergeseran Hipsokromik; merupakan pergeseran absorban ke daerah panjang gelombang yang lebih pendek karena adanya substitusi atau efek pelarut.

5. Efek Hiperkromik; merupakan peningkatan intensitas absorban.

6. Efek Hipokromik; merupakan penurunan intensitas absorban. (Dachriyanus, 2004)

2.5.2. Spektroskopi Infra Merah (FT-IR)

Spektrofotometer inframerah pada umumnya digunakan untuk menentukan gugus fungsi suatu senyawa organik dan mengetahui informasi struktur suatu senyawa organik dengan membandingkan daerah sidik jarinya. Jika suatu frekuensi tertentu dari radiasi inframerah dilewatkan pada sampel suatu senyawa organik maka akan terjadi penyerapan frekuensi oleh senyawa tersebut. Detektor yang ditempatkan pada sisi lain dari senyawa akan mendeteksi frekuensi yang dilewatkan pada sampel yang tidak diserap oleh senyawa. Banyaknya frekuensi yang melewati senyawa (yang tidak diserap) akan diukur sebagai persen transmitan. (Dachriyanus, 2004).

Spektrum infra merah merupakan plot antara transmitans dengan frekuensi atau bilangan gelombang. Spektrum ini juga menunjukkan banyaknya puncak absorpsi (pita) pada frekuensi atau bilangan gelombang yang karakteristik. Daerah bilangan gelombang yang sering digunakan pada spektrum infra merah berkisar antara 4000-670 cm-1(2,5-15 µm). (Swarya, 2015)

Faktor-faktor yang berpengaruh pada frekuensi vibrasi adalah sebagai berikut:

1. PenggandenganVibrasi Ikatan-ikatan C-H pada gugus metilen saling mengalami penggandengan

sehingga mempunyai dua pita vibrasi ulur, yaitu simetris dan asimetris.

Frekuensi kedua pita ini berbeda.

2. Ikatan hidrogen

Ikatan hidrogen pada gugus karbonil akan memperpanjang ikatan C=O, misalnya dalam asam salisilat. Akibatnya, kekuatan ikatan C=O berkurang sehingga pita vibrasi muncul pada frekuensi yang lebih rendah.

3. Efek induksi

Unsur yang bersifat elektronegatif cenderung menarik elektron ke antara atom karbon dan oksigen dalam ikatan C=O sehingga ikatan tersebut menjadi lebih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kuat. Akibatnya, pita vibrasi ikatan C=O muncul pada frekuensi yang lebih tinggi.

4. Efek resonansi

Adanya ikatan C=C yang bertetangga dengan gugus karbonil menyebabkan terjadinya delokalisasi elektron pada ikatan C=O dan ikatan rangkap.

Akibatnya, ikatan C=O akan lebih bersifat sebagai ikatan tunggal dan kekuatan ikatannya melemah sehingga pita vibrasi akan muncul pada frekuensi yang lebih rendah.

5. Sudut ikatan

Cicin berkeanggotaan enam yang memilki gugus karbonil tidak begitu tegang sehingga pita vibrasi ikatan C=O muncul seperti ikatan C=O dalam keton normal.

6. Efek medan

Keberadaan dua gugus dalam satu molekul sering kali saling mempengaruhi frekuensi vibrasi masing-masing gugus tersebut karena terjadi interaksi ruang, yang dapat bersifat elektrostatik dan atau sterik (Harmita, 2009).

2.5.3. Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)

Spektrometer resonansi magnetik inti (Nuclear Magnetic Resonance), yang disingkat sebagai NMR, merupakan instrumen yang sangat panting untuk memperoleh informasi senyawa kimia, juga dapat menyelesaikan dan memecahkan masalah atau informasi yang sebelumnya sulit untuk diperoleh. NMR mempunyai peranan panting dalam ilmu kimia, disebabkan oleh dua faktor.Pertama, penerapan NMR yang terbaru dimana hasil peningkatan selama beberapa tahun terakhir. Kedua, spektrometer NMR merupakan instrumen yang tersedia di pasaran berkembang terus, dan memenuhi standar sensitivitas, fleksibilitas, efsiensi, kecanggihan komputasi, dan harga yang sesuai dipasaran (Jenie, 2014).

Fenomena 1H-NMR terjadi jika inti yang searah dengan medan magnet eksternal dibuat mengabsorpsi energi (berupa radiasi elektromagnetik) sehingga orientasi spinnya berubah. Dalam suatu molekul, tiap proton berada dalam lingkungan kimia yang sedikit berbeda. Akibatnya, proton-proton itu mempunyai perisai elektronik yang tingkatnya atau jumlahnya sedikit berdeda. Dengan demikian,

24

proton-proton tersebut akan beresonansi pada frekuensi yang sedikit berbeda. Harga freakuensi absolut masing-masing proton yang berbeda sangat sulit diukur hingga presisi yang sedemikian kecil. Dalam 1H-NMR, yang diukur adalah perbedaan antara frekuensi resonansi suatu jenis proton dan frekuensi resonansi proton senyawa pembanding (Harmita, 2009).

Inti atom-atom tertentu akan mempunyai spin, yang berputar dan menghasilkan momen magnetik sepanjang aksis spin. Jika inti yang berputar ini diletakkan didalam medan magnet, maka sesuai dengan kalkulasi kuantum mekanik, momen magnetiknya akan searah (paralel; mempunyai energi yang rendah) atau berlawanan arah (antiparalel, mempunyai energi yang tinggi) dengan arah medan magnet yang diberikan. Spektrometer resonansi magnet inti proton pada umumnya digunakan untuk mentukan jumlah proton yang memiliki lingkungan kimia yang sama pada suatu senyawa organik dan mengetahui informasi mengenai struktur suatu senyawa organik (Dachriyanus, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Sampel yang diteliti adalah bunga tumbuhan kersen diperoleh dari daerah Padang Bulan, Sumatera Utara. Kemudian diidentifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara (lampiran 1). Isolasi senyawa fenolik dilakukan pada bulan September sampai Januari 2020 di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam dan Laboratorium Pascasarjana FMIPA USU. Identifikasi senyawa hasil isolasi yang meliputi analisa spektrofotometer UV-Vis, FT-IR dan Spektrofotometer 1H-NMR dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam FMIPA ITB.

3.2.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.2 Alat Penelitian

Nama Alat Ukuran Merk

1. Spektroskopi 1H-NMR 500MHZ Jeol/Delta2NMR

2. Spektrofotometer FT-IR Shimadzu

3. Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu

4. Lampu UV 254nm/ 356nm UVGL 58

5. Rotarievapotaror Bűchi R-114

6. Labu Rotarievaporator 1000 mL Schoot/ Duran

7. Kolom Kromatogafi Pyrex

8. Neraca Analitis Mettler AE 200

9. Alat Destilasi

Dokumen terkait