• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2.2 Orientasi Startegi

2.2.2.2 Dimensi - Dimensi Orientasi Startegi

1. Kemauan Untuk Melakukan Inovasi

Kemauan untuk melakukan inovasi mencerminkan

baru, eksperimen dan proses kreatif yang menghasilkan prosuk,

layanan, proses perubahan teknologi baru. Dalam lingkup perusahaan

manufaktur inovasi mencakup penciptaan, peningkatan, dan

perluasan produk, proses dan teknologi. Namun inovasi produk dan

proses merupakan hal yang terpenting bagi starategi bisnis suatu

perusahaan.

Pendapat ini mendapat dukungan dari Zahra dan Dass (1993)

dalam Fredianto dan Zulaikha (1999) Dimana dalam konteks

perusahaan manufaktur, inovasi (produk, proses dan teknologi) yang

benar-benar baru atau hanya merupakan modifikasi dari produk,

proses atau teknologi yang telah ada.

2. Pro Aktivitas

Pro aktivitas seringkali digambarkan sebagai paling cepat

melakukan inovasi dan pertama mengintrodusir produk atau layanan

baru pada suatu pasar. Sehingga suatu perusahaan yang proaktiv

adalah pemimpin bukan pengikut, karena perusahaan tersebut

memiliki kemauan dan kemampuan jauh kedepan untuk menangkap

peluang.

Lawan dari perusahaan yang pro aktif adalah perusahaan yang

pasif, yang menggambarkan perusahaan yang tidak mampu

menangkap peluang atau tidak mampu menjadi pemimpin pasar

(Fredianto dan Zulaikha, 1999 : 601).

3. Berani Mengambil Resiko

Pada umumnya konsep berani mengambil resiko dijelaskan

Zulaikha (1999). Hal ini bisa dipahami pemilik atau manajer puncak

(Top Manajemen) memiliki pengaruh yang kuat terhadap stategi

maupun filosofi bisnis perusahaan terutama pada perusahaan kecil.

Sehingga pemilik atau manajer perusahaan merupakan pusat dari

perilaku perusahaan.

Teori prospek menjelaskan bahwa manajer atau pembuat

keputusan dalam perusahaan cenderung menghindari resiko (risk dan

verse) ketika pengalaman dari hasil yang didapatkan, dirasakan

memuaskan atau berada diatas target. Dan jika sebaliknya cenderung

berani mengambil resiko jika hasil yang dirasakan tidak memuaskan

(Fredianto dan Zulaikha, 1999 : 602).

2.2.3 Sistem Kontrol Akuntansi

Menurut Murdick, dkk (1993:16), Sistem mempunyai arti

seperangkat elemen yang membentuk kegiatan atau prosedur atau bagian

pengolahan yang mencari suatu tujuan atau tujuan-tujuan bersama dengan

mengoperasikan data dan atau barang pada waktu tertentu untuk

menghasilkan informasi atau barang.

Sedangkan menurut Supriyono (2000:16) mendefinisikan system

dalam pengertian sistematik adalah “aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan

berdasar pada urutan prosedur-prosedur atau prosedier selangkah demi

selangkah“.

Menurut Mockler (1994:241) pengendalian adalah suatu upaya

perncanaan-perencanaan system umpan balik informasi membandingkan kinerja

sesungguhnya dan standar terlebih dahulu ditetapkan itu menentukan

apakah ada penyimpangan tersebut dan mengambil tindakan perbaikan

yang diperlukan untuk menjamin sehingga semua sember daya perusahaan

tengah digunakan sedapat mungkin dengan cara yang paling efektif dan

efisien guna tercapainya sasaran perusahaan.

Menurut Supriyono (2000:212) pengendalian adalah

mengembangkan, menguji dan merevisi standar untuk alat pengendalian

lainnya untuk mengukur prestasi sesungguhnya, membantu manajemen

dalam mendorong pelaksanaan dengan menggunakan alat pengendalian

yang sudah ditentukan, menyusun untuk menyediakan laporan prestasi pada

pihak-pihak yang berhak menerima dan memelihara sistem pengendalian.

Menurut Pearce and Robinson (1997:489) langkah-langkah dalam

proses pengendalian :

1. Menetapkan Standar Kinerja

2. Mengukur Kinerja

3. Mengidentifikasi Penyimpangan (Deviasi) dari Standar

4. Melakukan Tindakan Koreksi (perbaikan)

Mengukur hasil-hasil dari suatu tindakan yang telah dirampungkan

menurut Smith dan Skousen (1995:3) akuntansi mempunyai arti

“Acoounting is a service activity it’s function is provide quantitative

information, primary financial is nature, about economic decisions in making reassumed choice among alternatife course of action”. Adalah dapat diartikan bahwa akuntansi merupakan akuntansi penyedia dimana

fungsinya adalah menyajikan informasi keuangan yang bersifat kuantitatif

mengenai kesatuan ekonomi yang berguna dalam pembuatan keputusan

ekonomi pada saat memilih diantara beberapa pilihan tindakan yang ada.

Ini diperkuat oleh pendapat Siegel (1989:1) yang menyatakan “accounting

is a services discipline whose function is to provide relevant and timely information about the financial affairs of business and not for profit antities to assist internal and external user in making economic decissions ” atau dengan kata lain akuntansi adalah penyedia yang berfungsi untuk

melengkapi informasi yang relevan dan tepat waktu mengenai masalah

keuangan dari kesatuan usaha bisnis dan non profit untuk memberikan

pengguna laporan keuangan baik eksternal maupun internal dalam

mengambil keputusan.

Maka dapat dikatakan bahwa akuntansi merupakan penyedia

informasi sehingga menurut Weygandt dan Kieso (1995:9), akuntansi

adalah suatu system yang mengumpan balik informasi kepada berbagai

organisasi dan pribadi yang dapat mereka gunakan oleh memperbaiki

lingkungan mereka oleh sebab itu akuntansi memegang peranan penting

dimana menurut Warren dan Fess (1984 : 2) akuntansi merupakan proses

mengenali, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi ekonomi

memperoleh pertimbangan dan keputusan yang tepat bagi pemakai

informasi yang bersangkutan.

Dari beberapa definisi mengenai akuntansi diatas maka dapat

disimpulkan bahwa akuntansi merupakan proses pengolahan informasi

menjadi dasar bagi pihak ekstern dan intern untuk mengambil keputusan

sehingga akuntansi juga disebut sebagai bahasa bisnis karena akuntansi

mengukur dan mengkomunikasikan informasi keuangan dan lainnya

kepada pembuat keputusan. Selain itu juga akuntansi disebut sebagai sistem

informasi karena menerima informasi dari lingkungan, mengukurnya,

mencatat, memproses dan mengeluarkan laporan kembali ke lingkungan

dan orang-orang mengambil tindakan berdasarkan laporan tersebut.

Menurut Simons (1987:101) dalam Syafruddin (2001) sistem

control akuntansi adalah semua proses dan system formal yang

menggunakan informasi untuk menjaga atau mengubah pola aktivitas

organisasi. Yang termasuk dalam sistem kontrol akuntansi adalah sistem

perencanaan sistem pelaporan dan prosedur monitoring yang berdasarkan

pada informasi.

2.2.3.1 Pengertian Perencanaan

Menurut Heckret (1996 : 12) perencanaan adalah menetapkan dan

memelihara suatu rencana operasi yang terintegrasi sejalan dengan

sasaran dan tujuan perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka

panjang, menganalisa, merevisi (bila perlu), mengkomunikasikan kepada

semua tingkat manajemen serta menggunakan sitem-sistem dan

prosedur-prosedur yang cocok.

Menurut Supriyono (2000 : 213) perencanaan adalah

mengkoordinasi semua penyusunan dan pemeliharaan secara strategi

sampai rencana kegiatan, baik jangka pendek (dalam bentuk anggaran

Mengintegrasi rencana-rencana tersebut melalui saluran-saluran

manajemen yang mempunyai wewenang mengotorisasi, menyelaraskan

rencana tersebut dan mengadakan revisi yang diperlukan, serta

menentukan sistem dan prosedur penyusunan dan pemeliharaan rencana

tersebut.

2.2.3.2 Pengertian Pelaporan

Menurut Heckret (1996 : 12) pelaporan adalah menyusun,

menganalisa dan menginterprestasikan hasil-hasil keuangan yang

digunakan untuk manajemen dalam proses pengambilan keputusan,

mengevaluasi data dalam hubungannya dengan tujuan perusahaan untuk

tujuan satuan organisasinya : menyiapkan dan menyampaikan

berkas-berkas laporan ektern yang diperlukan untuk memenuhi permintaan

instansi pemerintah, para pemegang saham, institusi keuangan, para

pelanggan dan masyarakat umum.

Menurut Supriyono (2000 : 212) pelaporan adalah menyusun,

menganalisis dan menginterprestasikan laporan keuangan intern dan

tahunan dalam bentuk realisasi dan proyeksi untuk dipakai oleh

manajemen dan menyatukan laporan-laporan yang diperlukan pihak

ekternal.

Prinsip pelaporan sebagian manajer, biasa dan pasif menerima

saran dari analisis system dalam kaitanya dengan sifat laporan yang

diterimanya dan yang lain terus menerima laporan yang biasa

mengambil peran aktif dalam menentukan jenis dan isi informasi laporan

yang diterimanya. Beberapa prinsip yang harus diikuti apakah memiliki

laporan :

1. Laporan harus menonjolkan informasi terpenting

2. Laporan harus seringkas mungkin

3. Harus disediakan dukungan (back up)

4. Sistem pelaporan manajemen biasanya dalam transisi

5. Setiap laporan harus berformat keputusan

6. Terstruktur untuk melaporkan kinerja.

2.2.3.3 Pengertian Monitoring (Pengawasan)

Pengawas adalah “pengaturan kebiasaan dalam organisasi”.

Pengawasan juga telah didefinisikan sebagai proses dimana kerjasama

tingkat manajer memastikan bahwa tingkat manajer menegah melakukan

atau mengarahkan sasaran strateginya pada organisasi.

Sudah adakah ukuran untuk standar kinerja dibandingkan tindakan

apa yang perlu diambil agar segala sesuatu sesuai dengan ukuran yang

telah disetujui bersama. Demikianlah semua ini harus dikaji agar

perusahaan berhasil.

Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri organisasi merupakan

tonggak penentu keberhasilan perusahaan. Dalam pihak perusahaan

konsultan Mc. Kinsey mengemukakan 8 syarat keberhasilan perusahaan

(Sukamto, 1996 : 31) sebagai berikut :

2. Struktur yang merupakan keranka dasar tanggung jawab fungsi,

komunikasi, informasi dan proses pengambilan keputusan.

3. Sistem yaitu fasilitas perencanaan dan pengawasan yang dilakukan

dalam organisasi

4. Staf, yang berupa sumber daya manusia

5. Keterampilan, yaitu kemampuan staf dan keseluruhan karyawan

dalam organisasi

6. Corak manajemen, berupa prilaku manajemen dalam memimpin dan

memotivasi organisasi dalam pencapaian tujuan.

7. Nilai dalam tujuan bersama, yaitu mulai tujuan yang diakui bersama

sebagai perekat organisasi.

8. Sukses manajemen lancar.

2.2.4 Kinerja Perusahaan

2.2.4.1 Pengertian Kinerja Perusahaan

Perusahaan sebagai suatu organisasi yang mempunyai tujuan

tertentu yang menunjukkan apa yang ingin dilakukan untuk memenuhi

kepentingan anggotanya. Dalam menilai apakah tujuan yang telah

ditetapkan tersebut dapat dicapai tidaklah mudah dilakukan, karena hal ini

menyangkut semua aspek manajemen yang harus dipertimbangkan oleh

perusahaan. Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu perusahaan

dalam menjalankan operasinya telah sesuai dengan rencana dan tujuannya

adalah dengan melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan itu

Helfert (1996 : 67). Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak

keputusan individual yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen

yang memerlukan analisa dampak keuangan dan ekonomi, sesangkan

Kinerja perusahaan adalah suatu tingkat dimana individu dan organisasi

mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Menurut

Anthony (1990 : 12) pengertian efektif adalah kemampuan suatu unit

untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan dan efisien adalah

menggambarkan beberapa masukkan (input) yang diperlukan untuk

menghasilkan suatu unit keluaran (output). Jadi kinerja perusahaan adalah

tingkat perbandingan antara nilai yang duhasilkan atau realisasi yang

diperoleh perusahaan dengan nilai yang diharapkan.

Berdasarkan dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan

bahwa kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual

yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen yang memerlukan

analisa dampak keuangan dan ekonomi.

2.2.4.2 Pengukuran Kinerja

Setiap perusahaan memerlukan pengukuran kinerja yang selama

ini dicapai perusahaan. Pengukuran kinerja diperlukan untuk mengetahui

seberapa baik aktivitas-aktivitas bisnis dilaksanakan untuk mencapai

tujuan.

Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001 : 353) penilaian kinerja

adalah penentuan seacar periodik efektivitas operasional suatu organisasi,

bagian organisasi dan personelnya berdasarkan sasaran, standar, dan

Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel

dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku

yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil

yang diinginkan oleh organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan

manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam rencana strategik,

program, dan anggaran organisasi.

2.2.4.3 Tujuan Pengukuran Kinerja Perusahaan

Sistem pengukuran kinerja dapat dipakai sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan, dengan adanya pengukuran kinerja, manajemen

puncak memperoleh umpan balik tentang pelaksanaan wewenang yang

dilakukan oleh manajemen di bawahnya.

Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001 : 353) tujuan pengukuran

kinerja adalah sebagai berikut :

1. Untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan

dalam mematuhi standart perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Untuk menekankan perilaku yang tidak semestinya dan untuk

merangsang serta menegakan perilaku yang semestinya diinginkan.

2.2.4.4 Manfaat Pengukuran Kinerja

Pengukuran atau penilaian kinerja akan dapat memberikan umpan

balik dalam bentuk pengendalian strategis, yang mendorong para manjer

untuk mengevaluasi dari kinerja yang dihasilkan guna mencapai tujuan

Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001 : 228) pengukuran

dimanfaatkan oleh perusahaan untuk :

1. Pengelolaan organisasi atau perusahaan secara efektif.

Maksimalisasi motivasi personel untuk mengerahkan

usahanya dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh

perusahaan dan setiap personel melaksanakan internalisasi sasaran

perusahaan secara keseluruan yang terjadi. Kesesuaian antara sasaran

individu dengan sasaran perusahaan secara keseluruhan, inilah yang

akan memotivasi personel untuk mencapai sasaran organisasi atau

perusahaan.

2. Membantu pengembalian keputusan yang berkaitan dengan

penghargaan personel.

Penilaian kinerja akan menghasilkan data yang dapat dipakai

sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

penghargaan personel. Agar dapat membantu personel, penghargaan

diberikan harus didasarkan atas hasil penilaian kinerja.

3. Menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan

personel.

Perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengembangkan

personelnya agar mereka selalu dapat menyesuaikan diri dengan

perubahan lingkungan bisnis yang senantiasa berubah dan

berkembang. Hasil pengukuran kinerja dapat digunakan untuk

mengidentifikasi kelemahan personel dan untuk mengantisipasi

memberikan respon memadai terhadap perubahan lingkungan bisnis

dimasa depan. Hasil pengukuran kinerja juga dapat menyediakan

kriteria untuk memilih program pelatihan personel yang memenuhi

kebutuhan personel dan untuk mengevaluasi kesesuaian program

pelatihan tersebut dengan kebutuhan personel.

4. Menyediakan umpan balik bagi personel.

Dalam perusahaan, manajer puncak mendelegasikan sebagian

wewenangnya kepada para manajernya. Pendelegasian wewenang ini

disertai dengan alokasi sumber daya yang diperlukan. Manajer bawah

melaksanakan wewenang dengan mengkonsumsi sumber daya yang

dialokasikan kepada mereka. Penggunaan wewenang dan konsumsi

sumber daya ini dipertanggungjawabkan dalam bentuk pengukuran

kinerja.

Dengan pengukuran kinerja ini, manajer puncak memperoleh

umpan balik tentang pelaksanaan wewenang yang dilakukan oleh

manajer dibawahnya. Di lain pihak, penilaian kinerja ini memberikan

umpan balik bagi manajer bawah dan menengah tentang bagaimana

manajer puncak menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Distribusi penghargaan memerlukan data hasil penilaian

kinerja personel, agar penghargaan tersebut dirasakan adil oleh

personel penerima penghargaan. Pembagian penghargaan yang tidak

adil menurut persepsi personel penerima maupun bukan penerima

Dokumen terkait