• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.3 Temuan Lapangan

4.3.1 Dimensi Input

Dimensi Input ialah dimensi awal pada sebuah kebijakan yang berisikan masukan – masukan yang diperlukan pada kebijakan tersebut, dimensi ini merupakan point penting karena akan menentukan hasil dan tujuan kebijakan, dimensi input ini meliputi dasar pelaksana, sosialisasi dan tingkat keterwakilan masyarakat.

Musrenbang merupakah sebuah wahana publik yang penting untuk membawa pemangku kebijakan memahami isu permaslahan daerah. Musrenbang

juga untuk mensinkronkan pendekatan “top down” dengan“bottom up”. Musrenbang tingkat kelurahan atau Musrenbangkel diselenggarakan untuk mensinkronkan berbagai kebutuhan masyarakat yang diperoleh dari forum musyawarah perencanaan tingkat RW, sehingga menjadi usulan yang terpadu tingkat kelurahan yang selanjutnya akan dibahas kembali ke tingkat kecamatan.

Sebelum Musrenbangkel dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan musyawarah tingkat RW atau biasa disebut pra musrenbang. Pra musrenbang melibatkan komponen yang ada di RW bersama dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM). Pra musrenbangkel dipimpin oleh ketua RW. Dalam pra musrenbangkel ini, masyarakat menyampaikan usulan – usulan kegiatan untuk ditampung oleh ketua RW. Usulan kegiatan tersebut dapat dikategorikan dalam pembangunan.

Musrenbang kelurahan diselenggarakan setiap tahun sekali pada awal tahun. Kepala kelurahan menetukan peserta yang akan mengikuti musrenbang

kelurahan. Peserta musrenbang kelurahan terdiri Ketua RW, Ketua RT, tokoh masyarakat, anggota DPRD wilayah masing – masing, dan orgsanisasi SKPD yang berkaitan langsung dengan pembangunan fisik maupun non fisik.

Dasar yang diperlukan pelaksanaan Musrenbang mengacu Surat Keputusan yang berlaku. Pada dasarnya Musrenbang ini sudah menjadi kegiatan rutin setiap awal tahun dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan intensitas keterlibatan masyrakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Kota Cilegon. Seperti yang disampaikan oleh I1-13 yaitu :

“Dasarnya sesuai dengan Undang – undang No 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

...”Wawancara dilakukan pada Selasa, 12 September 2017 Pukul 14.00 WIB di Kantor Kelurahan Mekarsari).

Hal senada juga disampaikan oleh (I1-5) sebagai berikut:

“dasarnya sesuai Surat Keputusan yang berlaku, karna Musrenbang

kegiatan rutin dimana keterwakilan dari segala elemen wajib hadir untuk

musrenbang”( wawancara dilakukan pada Rabu, 12 juli 2017 pukul 11.00

WIB di Kantor Kelurahan Citangkil)

Dalam pernyataan informan dijelaskan bahwa pelaksanaan musrenbang harus benar – benar di perhatikan mengingat Surat Keputusan guna pelaksanaan pembangunan, Dalam pelaksanaannya juga melibatkan beberapa elemen pemerintah seperti Dinas PU, Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja dan lainnya termasuk Bappeda Kota cilegon selaku pelaksana kegiatan. Bappeda kota cilegon merupakan lembaga teknis daerah yang berkaitan dengan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Pernyataan didukung oleh (I1-1) selaku key informan dari musrenbang ini, sebagai berikut :

“Dasar pelaksanaan musrenbang ini dari sistem perencanaan pembangunan. Berdasarkan UU No 23 tentang perangkat daerah. Walaupun permendagri sedang proses tapi kita tetep rujukannya pada UU No 25 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. (wawancara dilakukan hari rabu, 20 September 2017 pukul 11.30 WIB di Kantor BAPPEDA Kota Cilegon)

Seperti yang dikatanya key informan diatas bahwa yang menjadi rujukan untuk pelaksanaan musrenbang ini ialah UU No 25 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang bertujuan untuk 1) mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan 2) menjamin terciptanya integritasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi maupun antar pusat dan daerah 3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan 4) mengoptimalkan partisipasi masyarakat 5) menjamin tercapainya penggunanaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. pemerintah daerah diwajibkan untuk menyusun Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) sebagai landasan penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Dalam proses penyusunan dukumen rencana pembangunan tersebut, memerlukan koordinasi antara Bappeda dengan Perangkat Daerah (PD) dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan yang dilaksanakan melalui musyawarah perencanaan pembangunan atau Musrenbang. Selain itu dengan diadakannya musrenbang adalah sebagai bentuk perencanaan partispatif, keterlibatkan masyarakat dalam proses pembangunan merupakan suatu yang sangat penting mengingat pembangunan itu untuk masyarakat kota cilegon.

Seperti yang disebutkan oleh (I1-5) tingkat keterwakilan dari semua elemen wajib hadir dalam Musrenbang. Tingkat keterwakilan dalam musrenbang pun menjadi faktor kunci karena masyarakat diajak untuk mengumpulkan, menggali dan mengenali permasalahan yang mereka hadapi. Sebelum diadakannya Musrenbang adapun sosialisasi guna masyarakat mengetahui adanya Musyawarah Pelaksanaan Pembangunan. Sosialisasi dalam sebuah kebijakan dan program pemerintah soialisasi merupakan bagian paling penting karena ini akan memberikan pemahaman kepada masyarakat yang merupakan sasaran pelaksanaan harus mengetahui pelaksanaan tersebut. Bagaimanapun juga masyarakatlah yang akan menerima dampaknya. Dari Bappeda sendiri sebagai sendiri pelaksana kegiatan melakukan sosialisasi dengan cara meberitahukan kepada seluruh kelurahan. Seperti yang dikatakan oleh (I1-1) sebagai berikut:

“Di awal tahun kita melakukan sosialisasi, jadi kita endorse dulu ke kecamatan setelah itu ke kelurahan baru dari kelurahan mulainya. Jika dilihat pelaksanaan musrenbang ini bulan januarinya itu jadwal untuk musrenbang kel, bulan februarinya itu untuk musrenbang tingkat kecamatan, baru setelah itu di tingkat kota dan untuk Evalusai kerja pemerintah itu di bulan akhir masksimalnya....”(wawancara dilakukan hari rabu, 20 september 2017 pukul 11.30 di kantor bappeda kota cilegon). Dilihat dari pernyataan diatas bahwa sosialisasi dari pihak Bappeda lebih kepada mengingatkan bahwa akan diadakannya Musrenbang yang merupakan kegiatan rutin setiap awal tahun, tujuannya untuk pembangunan kota cilegon. Secara umum pelaksanaan musrenbang sudah membuka kesempatan bagi masyarakat untuk terlibat baik dalam tahap persiapan sampai tahap keberlanjutan. Tidak ada nya pengecualian masyarakat dalam golongan miskin, wanita,

kelompok rentan dalam pelaksanaan musrenbang. Seperti yang dikatakan oleh (I 1-2), sebagai berikut :

“Sebenarnya ini kan kegiatan rutin tahunan, bappeda sebenarnya hanya

menyampaikan visi dari perecanaannya saja. Dari unsur kelurahan, kecamatanan bagaimana dia membuat prioritas pembangunan itu bisa direalisasikan jadi hendaknya seluruh pelaku pembangunan kecamatan fasilitator hendaknya mengerti tentang pembangunan. Semua boleh berpartisipasi malah itu bagus kalau dari semua kalangan.

...”(wawancara dilakukan hari Senin, 25 September 2017 pukul 09.30 WIB di Kantor Bappeda Kota Cilegon)

Dalam tahap perencanaan yang dilakukan, adanya sosialisasi awal, atau pramusrenbang merupakan akses masyarakat untuk mendapatkan informasi terkait musrenbang di Kota Cilegon. hasil wawancara didapat menunjukkan bahwa sudah dilakukannya proses sosialisasi awal melalui pramusrenbang di seluruh kelurahan di Kota Cilegon guna membangun kepedulian masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Dalam kegiatan tersebut, dilakukan pula pemelihan usulan atau masalah yang ada di kelurahan masing- masing dan agen sosialisasi. Setelah ada pemberitahuan dari Bappeda tugas selanjutnya itu ada di pihak kelurahan bagaimana dari kelurahan sendiri memberitahukan masyarakat tentang kegiatan musrenbang ini. Rasa kemasyaraatan yang timbul menyebabkan dorongan untuk terlibat. Rasa kemasyarakatan dapat dipupuk dengan cara kegiatan gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat. Terkait dengan sosialisasi di tingkat bawah (RT/RW di paparkan oleh (I1-5) sebagai berikut :

“Kalau tidak salah ada ditingkat RW itu sosialisasi dan cari data jadi sebenarnya jika tidak dilakukan sosialisasi juga seharusnya tingkat RT sudah tahu karena musrenbang ini selalu diadakan setiap tahun untuk pembangunan. Sebenarnya untuk kegiatan musrenbang ini dilakukan

setiap tahun dan sepatutnya masyarakat mengetahui tentang kegiatan musrenbang ...’ (wawancara dilakukan pada hari Selasa, 5 September 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor Kleurahan Karngasem). Sosialisasi musrenbang ini pun harus merata agar semua masyarakat yang ada di lingkungan tersebut mengetahui apa itu Musrenbang agar tidak ada alasan masyarakat tidak hadir. Namun Seperti pernyataan (I3-1) sebagai berikut :

“... Pra musrenbang dilakukan untuk mengumpulkan aspirasi dari setiap lingkungan RT/RW untuk diajukan Ketingkat Kelurahan. Selain itu, surat pemberitahuan pun kami berikan kepada masing – masing RT/RW setempat. masyarakat sepatutnya sudah mengetahui musrenbang meski ada saja masyarakat yang tidak mengetahui adanya musrenbang sehingga ada

saja masyarakat yang komentar karena ketidaktahuannya,” (wawancara

dilakukan pada hari jumat 28 Juli 2017 pukul 11.00 WIBdi kantor Kelurahan Kepuh).

Berdasarkan pernyataan tersebut ada kurangnya komunikasi atau soialisasi sehingga informasi tentang Musrenbang belum terkena kepada seluruh masyarakat. Namun sosialisasi awal yang sudah dilakukan mendapat kendala dari masyarakat itu sendiri, seperti yang terjadi di Link. Kepuh dimana beberapa ketua RT seperti RT 006 RW 001 yang hadir sosialisasi namun hanya mensosialisasikan melalui Masjid saja. Sehingga pada akhirnya sosialisasi tidak merata dan hal tersebut menjadi penghambat ketika kendala tersebut ditemukan dilapangan, seperti masyarakat ada saja yang tidak tahu adanya musrenbang mendapat kendala entah dari pihak kelurahannya atau dari masyarakatnya, namun sejauh ini pernyataan ini diperkuat dengan pernyataan (I2-2) sebagai berikut :

“iya pemberitahuan tentang musrenbang hanya di masjid saja, tapi saya tidak tahu tentang adanya surat mungkin hanya pihak tertentu saja. (wawancara dilakukan pada hari selasa 29 juli 2017 pukul 15.40 WIB di Link. Kepuh Ibu Muhayanah).

Dan hal yang sama juga diutarakan oleh (I2-1) yang mengganggap sosialisasi masih belum merata :

“kalau sosialisasi kesini secara umum sudah, lagian untuk musrenbang ini sudah setiap tahun tapi namanya masyarakat ada aja yang enggak menggubris. Sosialisasinya ke kita saja (karang taruna) jadi kita hanya meneruskan saja. Kadang ada masyarkat yang enggak paham apa musrenbang, kita jelaskan. ...”(wawancara dilakukan pada hari kamis, 12 September 2017 pikul 15.45 WIB di link. Bendungan)”

Selain dari Masjid juga cara lain untuk komunikasi melaui media elektronik seperti Handphone dan pendekatan langsung kepada masyarakat. Hal tersebut disebabkan komunikasi berjenjang yang mana dilakukan dari mulut ke mulut, hal ini riskan dikarenakan apabila infromasi terhenti di salah satu pihak maka informasi tersebut tidak akan sampai pada masyarakat secara luas. Dan begitu pula yang terjadi di masyarakat, tidak adanya usaha untuk mengetahui adanya program pembangunan yang akan dijalankan mengingat kondisi lingkungannya melalui Musrenbang. Sehingga diperlukan kerjasama agar timbal balik dapat dilakukan guna suksesnya pembangunan di kelurahan Kota Cilegon. Serta masih digunakannya model diskusi lama, dengan pertemuan tatap muka atau rapat bersama. Setiap alternatif mempunyai kelebihan dan kekurangan dimasing-masing penggunaannya. Seperti yang diungkapkan oleh pak Yudi selaku ketua RW 001 di lingkungan randakari sebagai berikut :

“ jadi untuk pemberitahuan ya palingan dari masjid atau hp. Kan namanya

juga dikampung kalau ada apa – apa kita umuminnya di masjid saja. Saya sadar sih kalau itu tidak merata tapi biasanya ada masyarakat yang datang ke rumah buat tanya – tanya, itu juga yang inisiatif orangnya itu – itu terus. ( wawancara dilakukan pada hari Sabtu, 02 Desember 2017

Media yang disebutkan di atas disadari bahwa belum efektif digunakan, dikarenakan terbatasnya masyarakat yang akan diberi informasi. Sistem perwakilan menyebabkan antusiasme masyarakat untuk ikut serta berkurang. Selain itu, untuk kumpul bersama atau rapat bersama masih adanya halangan masyarakat untuk hadir. Sehingga respon masyarakat masih minim. Penggunaan media papan informasi pun belum dilakukan secara efektif, tidak diperbaharuinya informasi menyebabkan papan yang tidak up to date tersebut tidak menarik massa untuk sekedar dilihat.

Beberapa pernyataan di atas menunjukan bahwasanya sosialisasi dan rembukan telah dilakukan. Akan tetapi masih adanya kendala penyampaian informasi baik informasi yang terbatas. Sosialisasi amat penting agar semua elemen masyarakat mengetahui bahwa akan diadakannya Musrenbang tidak hanya masyarakat tertentu saja melainkan semua masyarakat yang ada di lingkungan tersebut. Musrenbang sudah merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan awal tahun dari mulai bottom up artinya semua perencanaan yang diusulakan dari tingkat bawah sehingga harapan pemerintah daerah agar semua program pembangunan itu yang benar – benar dirasakan oleh masyarakat. Selain itu, dari musrenbang tingkat kelurahan, tingkat kecamatan ada yang namanya fasilitator, Fasilitator adalah tenaga terlatih atau berpengalaman yang memiliki persyaratan kompetensi dan kemampuan memandu pembahasan dan proses pengambilan keputusan dalam kelompok diskusi. Fasilitator ini mempunyai peran yang penting dalam proses dalam menentukan prioritas di masing – masing kelurahan, kecamatan. Seperti pernyataan dari (I1-2) sebagai berikut :

“...Dari unsur kelurahan, kecamatanan bagaimana dia membuat prioritas pembangunan itu bisa direalisasikan jadi hendaknya seluruh pelaku pembangunan kecamatan fasilitator hendaknya mengerti tentang pembangunan. Bagaimana itu dijadikan prioritas sehingga itu bisa direalisasikan di tingkat kota. Jadi tidak semua usulan dipenuhi. Jadi sosialisasinya bersifat pemberitahuan saja.” (wawancara dilakukan pada hari Senin, 25 September 2017 pukul 09.30 WIB di kantor Bappeda Kota Cilegon).

Dari pernyataan di atas tugas setiap fasilitator, Kelurahan maupun Kecamatan sangat menentukan usulan yang akan direalisasikan. Tim fasilitator yang dianggap cakap untuk memfasilitasi kegiatan Musrenbang, sesuai dengan bimbingan teknis yang telah dilaksanakan. Selain itu sosialisasi juga sangat mempengaruhi keterlibatan masyarakat dalam keikutsertaan dalam Musrenbang. Seperti pernyataan dari (I1-1) sebagai berikut :

“Kalau dari tahun-ketahun alhamdulillah tinggi, terakhir kita ngundang 300 orang dan perwakilan yang kita udang lebih dari 300 perwakilan. Melihat di tingkat kecamatan dan kelurahannya pun kita semua tim turun kebawah. Perwakilan dari BKN, Tokoh Masyarakat, stakeholder dari kelurahan dan kecamatan pada antusias...”(wawancara dilakukan Pada hari Rabu, 20 september 2017 pukul 11.30 WIB di Kantor Bappeda kota cilegon).

Dari pernyataan diatas untuk tingkat kota sudah cukup baik untuk tingkat keterwakilan masyarakat dalam musrenbang. banyak faktor yang membuat Musrenbang ini terlaksana salah satunya keterwakilan masyarakat dan stakeholders salah satunya. Namun, disaat pelaksanaan Musrenbang di salah satu

kecamatan yaitu Kecamatan Ciwandan peneliti melihat bahwa tidak semua elemen merasa terwakilkan. Masih ada dari pihak stakeholders yang hadir hanya sekedar seremonial dan mengisi absen saja selanjutnya mereka meninggalkan Musrenbang. seperti pertanyanaan diatas masyarakat harus lebih paham bahwa

tidak semua program akan terpenuhi. Pemerintah pun selalau mengingatkan akan hal itu. Seperti pernyataan (I1-4) mengatakan sebagai berikut:

“Sebenarnya untuk kegiatan musrenbang ini dilakukan setiap tahun dan sepatutnya masyarakat mengetahui tentang kegiatan musrenbang itu. Namun dari pihak kelurahan pun selalu mengingatkan kepada masyrakat melalui RT/RW karena RT/RW yang seharusnya lebih dekat dengan warganya. Terkadang ada saja warga yang tidak mengikuti pra musrenbang ini alasannya karna program yg tahun lalu diusulkan belum terealisasikan tapi kan kalo usulan dia mau terealisasikan ya harusnya hadir kan kasih masukan nah nanti kita usahakan program tersebut

trealisasikan tahun ini.” (wawancara dilakukan pada hari kamis 7

september 2017 pukul 14.30 WIB di Kantor Kelurahan Bendungan).

Dari pernyataan itu diperkuat dengan adanya slogan milik (I1-4) di kantor Kelurahan Bendungan.

Gambar 4.5

Slogan ajakan partisipasi

Gambar 4.5 di atas peneliti dapat di lapangan. Kelurahan Bendungan adalah kelurahan yang terletak di Kecamatan Cilegon yang memiliki luas terkecil di Kecamatan Cilegon. Di Kelurahan Bendungan pun mempunyai masalah yang sama dengan keterwakilan atau keterlibatan masyarakat, oleh sebab itu Pak Lurah Herman menempelkan di setiap pintu di kelurahan alasannya agar setiap pegawai dan masyarakat yang datang ke kelurahan agar menyadari kondisi lingkungannya. Dalam slogan itu tertulis ajakan agar masyarakat ikut serta dalam proses pembangunan, karena pembangunan di kelurahan pun untuk masyarakat sendiri. Jadi masyarakat tidak hanya mengandalkan pemerintah saja melainkan masyarakat harus ikut serta dalam pembangunanan, perlu kesadaran tinggi dari masyarakat untuk ikut andil dalam proses pembangunan. Di Kelurahan Bendungan Seperti pernyataan (I1-4) mempertegas gambar diatas :

“ saya sengaja menempelkan slogan itu di semua pintu masuk, karena agar semua warga tidak hanya warga saja namun pegawaiku harus membaca dan ikut serta dalam pembangunan. Karena pemerintah juga butuh

masyarakat dalam ikut serta dalam pembangunan.” (wawancara dilakukan

pada hari Jumat, 22 September 2017 di Kelurahan Bendungan).

Dalam proses ini, keterwakilan masyarakat dan elemen pemerintah yang terkait menjadi faktor kunci yang tidak bisa ditawar. Dengan demikian sosialisasi adalah proses mengajak dan memberitahukan masyarakat untuk mengenali secara seksama tentang Musyawarah Perencanaan Pembangunan dan permasalahan yang terjadi di lingkungan tersebut. Sosialisasi mempunyai pengaruh besar terhadap keterwakilan Musrenbang. Masyarakat dituntut untuk berpartisipasi dalam musrenbang dari mulai tingat RT/RW hingga Kota. Tidak hanya masyarakat saja

melainkan elemen pemerintahan pun harus mengikuti Musrenbang. Namun, pada kenyataannya peneliti sendiri melihat bahwa dari elemen pemerintah masih saja ada yang datang hanya waktu pembukaannya saja jadi hanya sekedar absen untuk mengisi daftar hadir saja. Seperti yang dikatakan oleh (I1-7) berikut pernyataanya :

“untuk keterwakilan masyarakat sudah taulah sendiri bagaimana masyarakat sini sulit ya namun ada saja yang hadir dan partisipasi. Selain itu tidak hanya masyarakat saja yang harusnya hadir melainkan semua pihak yang terlibat dalam musrenbang ini. Ada saja dari pemerintah yang hanya datang untuk absen semata, jika sudah pembukaan mereka pamit. ...(wawancara dilakukan hari jumat, 28 juli 2017 pukul 11.00 WIB di kantor kelurahan kepuh).

Pernyataan diatas dijelaskan bahwa pada pelaksanaan Musrenbang ada dari pemerintahan yang hanya hadir untuk sekedar mengisi absen atau daftar hadir semata seperti yang peneliti lihat ketika mengikuti Musrenbang kelurahan dan kecamatan di salah satu kantor di kota cilegon, dalam hal ini mempengaruhi daya dukung aparat terkait keberhasilan program. Selain itu bukan dari perwakilan pemerintah saja melainkan dari masyarakatnya juga, masyarakat di lingkungan Kepuh yang tidak mengikuti Musrenbang dengan berbagai alasan tertentu salah satunya karena program yang sudah diajukan tahun lalu tidak terealisasikan dan kesibukan masing – masing individu dalam pekerjaan. Namun pihak kelurahan pun sudah mengingatkan bahwa tidak semua usulan yang diusulakan oleh masyarakat akan semuanya dikabulkan. Selain dari pihak kelurahan pun, ada tim khusus dari BAPPEDA Kota Cilegon yang sebelumnya melakukan penyuluhan ke kecamatan memberikan pengertian terhadap masyarakat mengenai usulan yang masuk dari tahapan kelurahan hingga kota disusun berdasarkan masalah yang benar – benar mendesak dan memang membutuhkan pemecahan secepatnya

karena menyangkut kepentingan banyak orang. Seperti yang dikatakan oleh informan (I1-16) sebagai berikut :

”... Kita tidak bisa menjanjikan semua itu sebagai skala prioritas, kita mencari prioritas yang emang benar – benar dibutuhkan oleh warga. Jadi kita hanya memberikan pengertian kepada masyarakat yang malas atau yang tidak hadir dalam musrenbang bahwa kita terbentur dengan

anggaran” (wawancara dilakukan pada hari kamis, 24 agustus 2017 pukul

14.30 di kantor kelurahan lebak gede).

Jika dilihat pernyataan di atas bahwasanya banyak sekali faktor ketidakterwakilan masyarakat dalam musrenbang salah satunya usulan yang terdahulu yang belum terealisasikan membuat masyarakat berpikir ulang untuk mengikuti musrenbang ini. Karena setiap usulan mempunyai prioritasnya masing

– masing. Keterbatasan anggaran menjadi faktor yang menghambat usulan itu tidak direalisasikan yang menyebabkan banyak dampak terhadap keterwakilan masyarakat. Namun dikarenakan tidak semua usulan yang masuk akan di bangun. Seperti pernyataan dari (I1-12) sebagai berikut

“Sebenarnya untuk usulan itu semuanya masuk dari mulai pra musrenbang itu semua masuk. Namun, kita lihat sendiri dari anggaran yang kita punya, kita juga gak bisa memaksakan program ini dan itu harus tercapai. Jadi ada tahapan supaya program atau usulan itu dilaksanakan. Istilahnya kita rangking dari mulai hal terkecil sampai terbesar, mana yang akan dibiayai oleh APBD, DPWKel, atau Dinas – dinas yang terkait...”

(wawancara dilakukan Pada hari Senin, 28 Agustus 2017 pukul 09.30 WIB di Kantor kelurahan Rawaarum).

Anggaran menjadi faktor dalam keterwakilan masyarakat, karena anggaran menentukan suatu program berjalan dengan rencana. Pernyataan diatas menunjukkan bahwa sebagian yang tidak hadir dikarenakan jenuh dengan usulan yang diajukan namun hanya sedikit yang terealisasi dikarenkan keterbatasan

anggaran yang ada. Namun untuk anggaran sendiri sudah ditentukan untuk program yang dianggap prioritas oleh pihak kota.

Dari beberapa pernyataan narasumber di atas bahwa keterwakilan masyarakat menjadi langkah awal dalam menyusun perencanaan pembangunan di wilayah masing – masing karena masyarakat dihadirkan dengan tujuan mendapatkan informasi permasalahan pembangunan di lingkungan mereka sehingga masalah yang diajukan nanti sesuai kebutuhan masyarakat. Untuk perumusan masalah tahap awal dilakukan dengan Bottom up. Bottom up dimulai dari tingkat bawah artinya semua usulan masyarakat yang dituangkan dalam musrenbang murni dari aspirasi masyarakat dan apa yang masyarakat keluhkan selamai ini tentang pembangunan. Perumusan masalah ini mengumpulkan data atau informasi yang dikumpulkan dari semua hasil pra musrenbang sehingga diperoleh gambaran yang lebih lengkap dan mendalam. Sama halnya yang diungkapkan oleh sebagai berikut :

“untuk perumusan masalah kita serahkan ke tingkat RT/RW dari situ lah muncul masalah – masalah apa yang akan di bahas dalam musrenbang kel, berbagai permasalahan diseleksi berdasarkan skala prioritas...”

(wawancara dilakukan pada Hari Rabu, 13 September 2017 pukul 15.40 WIB di Kantor Kelurahan Kota bumi).

Hal senada disampaikan oleh sebagai berikut :

“masalah – masalah yang kita ambil itu dari lingkungan RT/RW terlebih dahulu, lalu kita jadi acuan untuk tingkat kelurahan namun kita balik ke prioritas. Jadi kita merumuskan masalah ini bukan hanya sekedar dari kita, justru kita dapet masalah itu dari masyarakat. Tapi ya masyarakat itu juga harus tau diri, jangan semua usulan mau direalisasikan. Kita cari

Dokumen terkait