• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) DI KOTA CILEGON - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EVALUASI PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) DI KOTA CILEGON - FISIP Untirta Repository"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Publik pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Oleh Fita Fitriyah NIM.6661132694

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I: Dr. Gandung Ismanto., MM. dan Pembimbing II: Anis Fuad., M.Si.

Pelaksanaan Musrenbang merupakan kegiatan rutin setiap awal tahun namun masih terdapat masalah dalam Musrenbang seperti sosialisasi yang kurang menyentuh masyarakat sehingga banyak yang belum mengerti skala prioritas, Stakeholders tidak terwakili, pengetahuan masyarakat tentang pembangunan yang rendah sehinga mempengaruhi partisipasi masyarakat, pendekatan partisipatif masih retortika saja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahu evaluasi pelaksanaan MUSRENBANG di Kota Cilegon. Penelitian menggunakan teori Evaluasi Badjuri dan Yuwono dalam (Nurcholis, 2007: 247). Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah model Prasetya Irawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Evaluasi Pelaksanaan Musrenbang di Kota Cilegon sudah berjalan secara optimal. Namun, dalam pelaksanaan Musrenbang masih memiliki kekurangan dalam penyiapan segala teknis yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Musrenbang. Hal tersebut dikarenakan sosialisasi belum merata dari kelurahan ataupun Bappeda. Fakta di lapangan bahwa masih ada masyarakat yang tidak tahu adanya musrenbang serta belum maksimalnya tingkat keterwakilan dari masyarakat maupun elemen pemerintahan. Upaya yang telah dilakukan pihak kelurahan, kecamatan maupun Bappeda dalam mengatasi permasalahan dalam pembangunan di Cilegon dengan dilibatkannya masyarakat sebagai bentuk perencanaan partisipatif masih kurang maksimal. Saran yang dapat diberikan adalah dalam melaksanakan perencanaan pembangunan untuk lebih meningkatkan sosialisasi yang merata dari pihak Kelurahan maupun Bappeda kepada masyarakat tingkat bawah dan mengedukasi tentang pembangunan dan skala prioritas.

(3)

Fita Fitriyah. NIM 6661132694. Evalution of The Implementation of Development Planning Deliberation in Cilegon City. Department of Public Administration. Faculty of Social Science and Political Science. University of

Sultan Ageng Tirtayasa. The 1st Advisor: Dr. Gandung Ismanto., MM. and The

2nd Advisor: Anis Fuad., M.Si.

Implementation of Development Planning Deliberation (Musrenbang) has been already routine activities at the beginning of each year, but there are still problems in every implementation of Development Planning Deliberation, such as socialization that is not touching to the people, so many are of them who do not understand about scales of priority, unrepresented Stakeholders, a low level of public education that is affected to public participation as well as a participatory approach that is still merely rhetoric. This research purposes to know evaluation of the implementation of Development Planning Deliberation in Cilegon City. This research also uses theory of the evaluation of Hanif Nurcholis (2007). The method used is qualitative descriptive. Data collection techniques used are interview, observation and documentation. The data analysis used is the model of Prasetya Irawan. The result of the research show that the evaluation of the implementation of Development Planning Deliberation (Musrenbang) in Cilegon City was ran optimally. However, in the implementation of Musrenbang still has lacks in all technical preparation required for the implementation of Musrenbang. It is because of uneven socialization from the local district government or even Bappeda. The fact on the ground that there are still people who do not know the existence of Development Planning Deliberation (Musrenbang) and not yet the maximum level of representation from the people as well as elements of government. The effort has been made by the local district government or even Bappeda in overcoming the problems of development in Cilegon City with the public involved as participation planning form still not yet optimally. The advice that can be given is in implementation of development planning is to further improve the socialization to be spread evenly who is made by the local government or even Bappeda to the lower levels of society and also educate about development and priority scale.

(4)
(5)
(6)
(7)

Motto

Dont be afraid to be different”

Persembahan

Dengan mengucap Bismillahirahmanirrahim, Skripsi ini

Aku persembahkan kepada kedua orang tuaku,

keluarga, dan sahabat serta orang-orang yang selalu

setia dan memberikan dukungan terhadap pembuatan

skripsi ini.

(8)

i

KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada kita semua, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia dan tetap amanah.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Administrasi Publik (S.AP) pada Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penelitian ini membahas tentang Evaluasi Pelaksanaan Musyawatah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) di Kota Cilegon.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa terdapat banyak kesulitan yang dihadapi selama penulisan Skripsi ini. Namun, atas bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak peneliti menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, penulis akan menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang berjasa dalam penulisan skripsi ini diantaranya:

1. Kepada kedua Orang tuaku tercinta yaitu Ayahanda Suhaepi dan Ibunda Mahfudoh, S.Pd yang senantiasa mendoakan, mendidik, membantu baik materil maupun non-materil dengan sentuhan kasih sayang;

(9)

ii

3. Dr. Agus Sjafari, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universistas Sultan Ageng Tirtayasa;

4. Rahmawati, M.Si sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universistas Sultan Ageng Tirtayasa;

5. Iman Mukhroman, M.Ikom sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universistas Sultan Ageng Tirtayasa;

6. Kandung Sapto Nugroho, M.Si sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universistas Sultan Ageng Tirtayasa ;

7. Listyaningsih, S.Sos., M.Si, sebagai Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Publik; 8. Dr. Arenawati., M.Si sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Publik; 9. Dr. Gandung Ismanto, MM sebagai Pembimbing Akademik dan Pembimbing

I Skripsi yang senantiasa memberikan ilmu, kritik, serta masukan kepada peneliti, membimbing peneliti dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini, serta memberikan pemikiran-pemikiran yang sangat membantu dalam penelitian ini;

10.Anis Fuad., M.Si sebagai Pembimbing II Skripsi yang selalu sabar dalam proses bimbingan, memberikan ilmu, kritik, dan saran yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini;

11.Para dosen dan juga staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang tak bisa saya sebutkan satu persatu;

(10)

iii

13.Terimakasih Kepada Bapak Jahuri selaku Kepala Kelurahan Kedaleman, Mangsur selaku Kelurahan Karang Asem, Rohimin selaku Kepala kelurahan Ciwaduk, Maman Herman selaku Kepala Kelurahan Bendungan, Edy Purnama selaku Kepala Kelurahan Citangkil, Achmad Dimiyati selaku Kepala Kelurahan Samangraya, Masudisyah selaku Kepala Kelurahan Kepuh, H. Rusdi selaku Kepala Kelurahan Tegal Ratu, Saptunji Aziz selaku Kepala Kelurahan Rawa arum, Marufi selaku Kepala Kelurahan Grogol, Ade Riski selaku Kepala Kelurahan Sukmajaya, Hasanudin selaku Kepala Kelurahan Jombang Wetan, Suwandi selaku Kepala Kelurahan Lebak Gede, Hoero Sanjaya selaku Kepala Kelurahan Mekarsari, Tafriji selaku Kepala Kelurahan Kotabumi, Edi Hilfiandi selaku Kepala Kelurahan Kebondalem yang bersedia untuk wawancara dan memberikan informasi kepada peneliti;

14.Ketua Karangtaruna Bendungan, Pak Didi Rihadi, yang banyak membantu peneliti dalam memberikan Informasi;

15.Masyarakat Kota Cilegon yang telah memberikan Informasi tambahan;

16.Masa yang sudah meluangkan waktu dan memberikan kritik dan saran kepada peneliti;

17.Teman – teman yang dari awal bersama hingga sampai saat ini, Lilin Fathah, Putri, Resti, dian, Seli, Eni yang selalu memberi keceriaan kepada peneliti; 18.Geng rempong Nadia Nurul, Nindya Noprianti, Rima Herdiyana dan Dyah

Pratiwi yang slalu menjadi teman curhat peneliti;

(11)

iv

Rahmi, Nindya Noprianti, Dyah Pratiwi, Maria Lusyana, Saka Mada, Ferdy Ardiyansyah, Irwansyah, Ali ulumudin, atas pengalaman yang menyenangkan dalam berpetualang;

20.Ilham Gunawan yang selalu ada dan membantu dalam penelitian ini;

21.HIMANE 2014, HIMANE 2015 dan BEM FISIP 2016 yang telah memberi pengalaman organisasi;

22.Kepada kawan-kawan KKM Mandiri 06 yang telah memberikan semangat dan memberikan pengalaman hidup kepada penulis;

23.Serta semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, terima kasih telah bersedia memberikan bantuan, bimbingan, semangat, kritik, saran dan doa kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan selesainya Skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak kekurangan maka, kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penulisan Skripsi ini. Semoga kelak skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya.

Serang, Januari 2018

(12)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

ABSTRACT

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 12

1.3Batasan Masalah ... 12

(13)

vi

1.5Tujuan Penelitian ... 13

1.6Manfaat penelitian ... 13

1.7Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KERANGKA TEORI 2.1Landasan Teori ... 20

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ... 20

2.1.2 Sifat Kebijakan Publik ... 22

2.1.3 Tahap – tahap Kebijakan Publik ... 23

2.1.4 Implementasi Kebijakan... 25

2.1.5 Evaluasi Kebijakan... 27

2.1.6 Tujuan Evaluasi Kebijakan ... 28

2.1.7 Metode Evaluasi Kebijakan ... 29

2.1.8 Kriteria Evaluasi Kebijakan ... 31

2.1.9 Pengertian Perencanaan ... 34

2.1.10 Pengertian Pembangunan ... 36

2.1.11 Perencanaan Pembangunan ... 37

2.1.12 Perencanaan Partisipatif ... 40

2.1.13 Konsep Musyawarah Perencanaan Pembangunan ... 50

2.2Penelitian Terdahulu ... 52

2.3Kerangka Berfikir ... 54

(14)

vii

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1Pendekatan Penelitian ... 59

3.2Ruang Lingkup Penelitian ... 60

3.3Lokasi Penelitian ... 60

3.4Variabel Penelitian ... 60

3.5Instrumen Penelitian... 62

3.6Informan Penelitian ... 63

3.7Teknik Pengumpulan Data ... 65

3.8Teknik Analisis Data ... 70

3.9Uji Keabsahan Data ... 72

3.10 jadwal penelitian ... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1Deskripsi Objek Penelitian ... 76

4.1.1 Gambaran umum Kota Cilegon dan Bappeda Kota Cilegon ... 76

4.2Deskripsi Data ... 92

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ... 92

4.2.2 Daftar Informan Peneliti ... 94

4.3Temuan Lapangan ... 96

4.3.1 Dimensi Input ... 97

4.3.2 Dimensi Proses ... 113

4.3.3 Dimensi Outputs ... 127

(15)

viii

4.4Pembahasan Hasil Penelitian ... 147

BAB V PENUTUP

5.1Kesimpulan ... 168 5.2Saran ... 169

DAFTAR PUSTAKA

(16)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbandingan antarwilayah Tahun 2016 ... 8

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 64

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 68

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 75

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota cilegon ... 78

Tabel 4.2 Daftar Nama Kelurahan dalam Penelitian ... 79

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2015 ... 84

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan yang ditamatkan Tahun 2015 ... 85

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 86

Tabel 4.6 Informan Penelitian ... 95

Tabel 4.7 Program Infrastruktur DPW - Kel ... 122

(17)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Cilegon ... 76

Gambar 4.2 Kondisi Drainase di Kelurahan Kepuh Tahun 2017 ... 81

Gambar 4.3 Kondisi Drainase di Kelurahan Grogol Tahun 2017 ... 81

Gambar 4.4 Kondisi Jalan di Lingkungan Cibeber Tahun 2017 ... 83

Gambar 4.5 Selogan Ajakan Partisipasi ... 106

Gambar 4.6 Langkah – Langkah dalam Musrenbang ... 117

(18)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Informan

Lampiran 2 Member Check

Lampiran 3 Kategorisasi Data

Lampiran 4 RKPD Kota Cilegon

Lampiran 5 Data Musrenbang

Lampiran 6 Surat Izin Mencari Data

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya tujuan pembangunan suatu Negara dilaksanakan adalah untuk menyejahterakan masyarakat, demikian halnya dengan Negara Indonesia. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan Pembangunan Nasional Bangsa Indonesia adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut dilaksanakan pembangunan nasional, yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Pembangunan sendiri merupakan proses yang dilakukan secara terus-menerus dalam rangka memperbaiki indikator sosial maupun ekonomi pada suatu wilayah sehingga akan memberikan dampak positif bagi pembangunan tersebut. Pembangunan pada hakekatnya merupakan salah satu upaya yang dilakukan menuju suatu keadaan yang lebih baik.

(20)

pembangunan daerah hanya merupakan tanggungjawab pemerintah saja dan kalau pun ada aspirasi masyarakat, itu hanya dianggap sebagai sumbang saran yang tidak mengikat.

Faktor penting dalam perencanaan pembangunan daerah adalah desentralisasi. Desentralisasi merupakan penyerahan kewenangan pemerintahan dari pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk menetapkan kebijakan (kewenangan politik) dan melaksanakan kebijakan (kewenangan administrasi), berdasarkan local voice dan local choice. Penyerahan kewenangan tersebut berimplikasi pada perencanaan

pembangunan di daerah. Daerah diharapkan mampu untuk mengidentifikasikan kebutuhannya sendiri, merumuskan tujuan pembangunan sendiri, serta membuat strategi yang tepat untuk mencapai tujuannya.

(21)

kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah sebagaimana tersebut di atas.

(22)

Kedudukan Musrenbang atau Musrenbangda tersebut dengan mekanisme perencanaan sebagai upaya mewujudkan perencanaan partisipatif melalui tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam setiap formulasi kebijakan perencanaan pembangunan daerah. Musrenbang dibagi dalam beberapa tingkatan, yakni : Musrenbang Desa/Kelurahan, Musrenbang Tingkat Kecamatan, Musrenbang Tingkat Kabupaten/Kota, Musrenbang Tingkat Provinsi, Musrenbang Tingkat Nasional.

Penyelenggaraan Musrenbang wajib diselenggarakan menurut UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa karena dari hasil kegiatan Musrenbang akan memperoleh informasi paling penting terhadap usulan program yang di prioritaskan dari masyarakat karena apa yang dihasilkan merupakan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya. Sejalan dengan aturan hukum yang berlaku, dalam hal ini UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Strategi Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), maka partisipasi masyarakat harus menjadi prioritas utama dalam merencanakan pembangunan sebagai bentuk dari proses demokrasi. Untuk itu, agar Musrenbang lebih bermakna dalam kelanjutan pembangunan, kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk menyinkronkan kegiatan yang ada di unit kerjanya dengan kebutuhan masyarakat, sehingga dana yang ada di SKPD pemanfataannya lebih maksimal untuk kepentingan masyarakat.

(23)

dan sesuai dengan tugas dan wewenang yang menjadi tanggungjawabnya, untuk itu dibutuhkan orang-orang yang mempunyai dedikasi, kejujuran dan tanggungjawab akan pelaksanaan tugas dan wewenang yang diemban oleh setiap penyelenggara pemerintahan di daerah maupun di pusat agar peranan Bappeda dapat berjalan maksimal sebagai badan yang berperan penting dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

(24)

pembuatan kebijakan yang mengacu pada kepentingan masyarakat sudah semestinya pemerintah melibatkan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan alat ampuh dalam menentukan arah kebijakan pembangunan pada masa yang akan datang. Keterlibatan ini akan memberikan dampak positif terhadap keputusan dan kebijakan yang diambil atau yang akan diimplementasikan, karena dapat membangun sinergi antar pemerintah dan masyarakat itu sendiri

Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi dearah yang sebagaimana dijelaskan dalam UU. No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa untuk mendekatkan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat, perlu adanya kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah kabupaten dan kota dalam memberikan sentimen positif kepada penampungan aspirasi-aspirasi masyarakat lokal. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk membuat perencanaan pembangunan daerah yang partisipatif yang menuntut adanya ruang terbuka bagi masyarakat untuk ikut terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan pada perencanaan pembangunan.

(25)

pembangunan (Musrenbang). Musrenbang merupakan wahana publik (public event) yang penting untuk membawa para pemangku kepentingan

(stakeholders) memahami isu-isu dan permasalahan daerah mencapai

(26)

Kota Cilegon termasuk daerah yang mempunyai penduduk yang padat, ini terlihat dari tabel 1.1

Tabel 1.1

Perbandingan antar wilayah Tahun 2015

(27)

peningkatan kinerja pembangunan daerah. Perlunya keterlibatan atau partisipasi dari masyarakat yang tertuang dalam UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dimana masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan daerah. Dengan adanya mekanisme perencanaan pembangunan yang berupa Musyawarah Perencanaan Pembangunan, masyarakat bisa turut berpartisipasi dalam lingkup tingkat kelurahan ataupun tingkat kecamatan. Menurut peneliti dalam observasi awal dilapangan menemukan bahwa di kelurahan Kota Cilegon hampir memiliki masalah yang sama dalam Musrenbang. tidak semua masyarakat di kelurahan ikut berpartisipasi dalam pembangunan dengan berbagai alasan.

Pertama, kurangnya komunikasi atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai program kerja yang akan dijalankan. Hal ini disadari karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Didalam sosialisasi diperlukan upaya untuk meyakinkan masyarakat tentang partisipasi dalam pembangunan, yaitu adanya komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat atau sebaliknya. Dengan diadakannya sosialisasi akan merubah sikap serta tindakan masyarakat yang selanjutnya menjadi dukungan untuk berpartisipasi. Namun dengan kurangnya sosialisasi atau komunikasi antar keduanya menyebabkan masyarakat menjadi apatis dalam pembangunan. Hal ini menunjukan betapa besar peran pemerintah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat demi tercapainya pelaksaan program pembangunan yang maksimal di Kota Cilegon.

(28)

penting untuk membawa para pemangku kepentingan (stakeholders) memahami isu isu dan permasalahan daerah mencapai kesepakatan atas prioritas pembangunan, dan konsensus untuk pemecahan berbagai masalah pembangunan daerah. Keterlibatan stakeholders dalam memberikan aspirasi dan kebutuhan merupakan faktor sangat menetukan dalam menentukan keluaran hasil musrenbang. kegiatan ini diikuti oleh Anggota DPRD, Kepala Dinas tingkat kecamatan, Kepala Desa/Kelurahan, Ketua LPMD, Ketua Tim Penggerak PKK dan Tokoh Masyarakat. Namun setelah peneliti melakukan observasi awal di setiap kecamatan dan kelurahan dan wawancara dengan Kasi Ekonomi dan Pembangunan menunjukan pihak stakeholders hadir hanya datang ketika ceremony saja. Jadi jelas dengan tidak semua keterwakilan stakeholders dan rendahnya kontribusi peserta baik dalam memberikan

aspirasi, serta tidak adanya diskusi atau negoisasi antar stakeholders sangat berpengaruh dalam menentukan hasil atau keluaran Musrenbang.

(29)

pendidikan masyarakat yang rendah mengakibatkan partisipasi yang rendah juga.

Empat, pendekatan partisipatif melalui musrenbang hanya retortika saja. Perencanaan pembangunan masih didominasi oleh kebijakan kepala daerah, hasil reses DPRD dan program SKPD. Kondisi ini berakibat timbulnya akumulasi kekecewaan di tingkat desa dan kecamatan yang sudah memenuhi kewajiban membuat rencana tapi realisasinya sangat minim dengan realisasi yang minim. Seperti pengamatan peneliti sewaktu mengikuti Musrenbang tingkat kecamatan, bahwa ditemukan banyak sekali program yang tidak terealisasikan dari tahun sebelumnya. Walaupun ada skala prioritas. Poin ini juga yang membuat masyarakat malas untuk partisipasi dalam pembangunanan karena jenuh. Seperti, pembangunan madrasah di Kelurahan Randakari yang dari tahun ketahun sudah diajukan tetapi tidak ada realisasinya.

Berdasarkan uraian permasalahan-permasalahan di atas, maka peneliti tertarik mengambil tema penelitian mengenai “Evaluasi Pelaksannan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) di Kota

Cilegon”

(30)

Berdasarkan penjelasan yang telah peneliti uraikan dalam latar belakang masalah di atas, maka peneliti melakukan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Sosialisasi oleh aparat pemerintah belum menyentuh masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan pembangunan

2. Stakeholders tidak terwakili secara menyeluruh dalam Musrenbang Kelurahan dan Kecamatan.

3. Pengetahuan masyarakat tentang pembangunan masih rendah yang menyebabkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan rendah.

4. Pendekatan partisipatif melalui musrenbang masih retortika, masih banyak program yang belum terealisasikan dari tahun sebelumnya walaupun ada skala prioritas.

1.3Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, maka peneliti membatasi penelitian ini hanya pada Evaluasi Pelaksanaan Musrenbang di Kota Cilegon.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah dijelaskan diatas, maka peniliti merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(MUSRENBANG) di Kota Cilegon?”

(31)

Dalam setiap penelitian apapun tentu memiliki suatu tujuan yang dijadikan sebagai tolak ukur dan menjadi target dari kegiatan penelitian tersebut. Dari masalah penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Evaluasi Pelaksanaan Musrenbang di Kota Cilegon.

2. Untuk mengetahui hambatan yang dalam Pelaksanaan Musrenbang di Kota Cilegon.

1.6Manfaat Penelitian

Suatu penelitian akan lebih bermakna apabila bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, maupun bagi kehidupan masyarakat. Maka dari itu, peneliti memiliki kegunaan secara teoritis maupun praktis:

1. Manfaat Teoritis

a. Pengembangan Ilmu Administrasi Publik

Dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan mengenai materi-materi dan teori-teori yang telah didapat dari proses pengajaran dan bermanfaat untuk digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Ilmu Administrasi Publik.

(32)

Hasil penelitian ini diharapkan semoga dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, semoga semakin memperluas wawasan berfikir mengenai peran dari sebuah lembaga pemerintah yang menduduki suatu jabatan tertentu dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sehingga memenuhi harapan masyarakat dari keberadaan lembaga tersebut.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi mengenai pembangunan di kota cilegon. c. Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini diharapkan mampu

memberikan saran dan masukan untuk meningkatkan pembangunan dan program – program yang akan dilaksanakan selanjutnya agar dapat efektif dan efesien serta berdampak kepada masyarakat

1.7Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini dibagi ke dalam lima bagian masing-masing terdiri dari sub bagian, sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

(33)

Latar Belakang Masalah menerangkan atau menjelaskan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang diteliti. Bentuk penerangan dan penjelasan dalam penelitian ini akan diuraikan secara deduktif, artinya dimulai dari penjelasan yang berbentuk umum hingga menjelaskan ke masalah yang lebih spesifik dan relevan dengan tema yang diambil. 1.2Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang akan diteliti, kemudian dikaitkan dengan tema/topik/judul penelitian. 1.3Batasan Masalah

Untuk mempermudah penelitian dan untuk menghemat waktu dan dana maka peneliti membatasi penelitian ini.

1.4Rumusan Masalah

Perumusan masalah bertujuan untuk memilih dan menetapkan masalah yang paling urgent yang berkaitan dengan judul penelitian. Dalam bagian ini juga akan didefinisikan permasalahan yang telah diterapkan dalam kalimat tanya.

1.5Tujuan Penelitian

Mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah penelitian.

(34)

Menjelaskan tentang manfaat teoritis dan praktis terkait dengan temuan penelitian.

1.7Sistematika Penulisan

Yaitu menjelaskan isi bab per babnya dan menjelaskan urutan penulisan skripsi ini secara keseluruhan.

BAB II : LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1Landasan Teori

Landasan Teori mengkaji teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan penelitian, sehingga akan memperoleh konsep penelitian yang sangat jelas.

2.2Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh penulis sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah.

2.3Kerangka Berfikir

Kerangka Berfikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari perbincangan kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca mengenai asumsi dasarnya.

2.4 Asumsi Dasar Penelitian

Asumsi dasar merupakan jawaban sementara dan akan diuji kebenarannya.

(35)

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan dan metode apa yang akan digunakan dalam penelitian ini.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan.

4.3Lokasi Penelitian

Menjelaskan tempat (locus) penelitian yang akan dilakukan. 4.4Variabel Penelitian

4.4.1 Definisi Konsep

Memberikan penjelasan tentang konsep dari variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka teori yang digunakan.

4.4.2 Definisi Operasional

Merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Variabel penelitian dilengkapi dengan tabel matrik variabel, indikator, sub indikator dan nomor pertanyaan sebagai lampiran.

3.5 Instrumen Penelitian

(36)

3.6 Informan Penelitian

Informan penelitian yaitu pihak yang memberikan informasi baik secara lisan maupun tulisan kepada peneliti. Pemberian informasi biasanya didapatkan dengan cara wawancara dengan peneliti.

3.7 Teknik Pengolahan dan Analasis Data

Menjelaskan teknik analisis dan rasionalisasinya, yaitu memaparkan teknik pengolahan dan analisi data yang akan digunakan dalam penelitian ini.

3.8 Jadwal Penelitian

Menjelaskan jadwal penelitian, beserta tahapan penelitian yang akan dilakukan serta dilengkapi dengan tabel jadwal penelitian.

BAB IV : PEMBAHASAN

1.1Deskripsi Obyek Penelitian

Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi serta hal lain yang berhubungan dengan objek penelitian.

1.2Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan.

1.3 Pembahasan

Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.

BAB V : PENUTUP

(37)

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas, dan mudah dipahami.

5.2 Saran

Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun praktis.

DAFTAR PUSTAKA

Pada bagian ini berisi daftar referensi yang digunakan dalam penysunan skripsi ini.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(38)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN ASUMSI DASAR

2.1Landasan Teori

Teori merupakan sesuatu yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena sifatnya ilmiah, maka seorang peneliti haruslah berbekal teori untuk mendukung penyelesaian masalah yang ada. Landasan teori dalam suatu penelitian merupakan uraian yang sistematis tentang teori yang bukan hanya terdiri dari pendapat beberapa pakar atau penulis buku saja, melainkan juga merupakan hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Pada bab ini, peneliti akan menggunakan beberapa teori yang relevan dengan tema penelitian yang dijadikan sebagai pedoman dan acuan dalam penyusunan penelitian ini.

2.1.1. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan adalah sebuah instrument pemerintah, bukan saja dalam arti government (hanya menyagkut aparatur negara), melainkan pula governance yang

(39)

menjadi politia (negara) dan akhirnya dalam bahasa inggris pertengahan policie, yang berarti menangani masalah – masalah publik atau adminstrasi pemerintahan (Dunn, 2003: 51).

Berikut ini beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian dari kebijakan. Menurut James E Anderson dalam Anggara (2014: 35) mengungkapkan bahwa kebijakan adalah “public policies are those policies developed by governmental bodies and officals” (kebijakan publik adalah kebijakan yang dikembangkan oleh badan dan pejabat pemerintah). Hampir sama dengan James E Anderson, Carl Friedrich dalam Agustino (2006:7) yang menyatakan bahwa:

“Kebijakan adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkam oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan – hambatan (kesulitan – kesulitan) dan kemungkinan – kemungkinan (kesempatan – kesempatan) dimana kebiajakn tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk

mencapai tujuan yang dimaksud.”

Sedangkan menurut Thomas R. Dye dalam anggara (2014:35) yang menyatakan bahwa kebijakan publik adalah :

“Segala sesuatau yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh pemerintah,

alasan suatu kebijakan harus dilakukan dan manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi pertimbangan yang holistik agar kebijakan tersebut mengandung manfaat yang besar bagi warganya dan tidak menimbulkan kerugian, disinilah pemerintah harus bijaksana dala menetapkan suatu

kebijakan”.

(40)

1. Perumusan Kebijakn 2. Implementasi Kebijakan 3. Evaluasi Kebijakan

Dengan demikian dari beberapa pengertian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebuah pemerintah berhak memutuskan untuk memilih dan bertindak secara sengaja dalam menyelesaikan masalah dan keputusan atau kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu merupakan suatu kebijakan pemerintah dalam upaya mengurusi kepentingan masyarakatnya.

2.1.2. Sifat Kebijakan Publik

Sifat kebijakan publik menurut Dunn dalam bukunya Analisis Kebijakan Publik (2003: 46, 57). Sebagai bagian dari suatu kebijakan dapat dimengerti secara baik bila dibagi –bagi dalam beberapa kategori, yaitu:

1. policy demands atau pemerintah kebijakan. Policy demans merupakan pemerintah atau kebutuhan atau klaim yang dibuat oleh warga masyarakat secara pribadi atau kelompok dengan resmi dalam sistem politik oleh karena adanya masalah yang mereka rasakan permintaan tersebut dapat berupa desakan secara umum kepada pemerintah dimana pemerintah harus melakukan sesuatu atau berupa usulan untuk bertindak dalam masalah tertentu.

(41)

– kegiatan kebijakan. Yang termasuk didalamnya adalah keputusan untuk

mengeularkan atau mengumumkan perintah eksekutif, mengumumkan aturan administratif, atau membuat interprestasi hukum yang penting. 3. Policy statements atau pernyataan kebijakan merupakan ungkapan secara

formal atau artikulasi dari keputusan politik yang telah ditetapkan termasuk didalamnya adalah keputusan legislatif, dekrit dan perintah eksekutif, peraturan administratif, pendapat pengadilan dan sebagainya. 4. Policy out put atau hasil kebijakan merupakan perwujudan nyata dari

kebijakan publik atau sesuatu yang sesungguhnya dikerjakan menurut keputusan dan pernyataan kebijakan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa output kebijakan adalah apa yang dikerjakan pemerintah.

2.1.3. Tahap – Tahap Kebijakan Publik

Dalam proses pembuatan kebijakan publik ada beberapa tahap yang harus dilalui oleh para ahli untuk memudahkan kita dalam mengkaji kebijakan publik. Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus benar – benar dikaji. Tahap – tahap kebijakan publik menurut (dunn, 2003:24) adalah sebagai berikut:

1. Tahap penyusunan agenda

(42)

ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan –alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

2. Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan dibahas oleh para pembuat para kebijakan publik. Masalah – masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada. Dalam perumusan kebijakan masing

– masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang

diambil untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini masing – masing akan bersaing aktor akan bersaing dan berusaha untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

3. Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau putusan peradilan.

4. Tahap implementasi kebijakan

(43)

manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh pelaksana.

5. Tahap evaluasi kebijakan

Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan, yaitu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai dampak atau tujuan yang diinginkan atau belum.

2.1.4. Implementasi Kebijakan

Implementasi kebiajakan publik merupakan suatu proses dari kebijakan yang telah di buat oleh Pemerintah yang dimana kebijakan tersebut sudah dirumuskan dan disetujui untuk dapat dilaksanakan dan sejauh mana kebijakan yang telah dibuat dapat berjalan sesuai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya, tetapi dalam pelaksanaanya terkadang implementasi kebijakan tidak berjalan sesuai rencana dikarenakan adanya intervensi dari berbagai kepentingan. Pada hakekatnya implementasi merupakan tahap suatu kebijakan dilaksanakan secara maksimal dan dapat mencapai tujuan kebijakan.

(44)

diarahkan pada tercapainya tujuan – tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan .(Agustino, 2006: 153)

Sedangkan Grindle mendefinisikan Imolementasi kebijakan sebagai berikut:

“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya,

dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action progrram dari individual project dan yang kedua apakah tujuan program tersebut

tercapai”(Agustino,2006:153)

Adapun makna implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul Sabatier dalam (Wahab,2008: 65) mengatakan bahwa Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

Tahapan implementasi melibatkan seluruh stakeholder yang ada, baik sektor swasta maupun publik secara kelompok maupun individual. Implementasi kebijakan meliputi tiga unsur yakni tindakan yang diambil oleh badan atau lembaga administratif; tindakan yang mencerminkan ketaatan kelompok target serta jejaring sosial politik dan ekonomi yang memengaruhi tindakan para stakeholder tersebut. Interaksi ketiga unsur tersebut pada akhirnya akan

(45)

Hasil akhir implementasi kebijakan paling tidak terwujud dalam beberapa indikator yakni hasil atau output yang biasanya terwujud dalam bentuk konkret semisal dokumen, jalan, orang, lembaga, keluaran atau outcome yang biasanya berwujud rumusan target semisal tercapainya pengertian masyarakat atau lembaga, manfaat yang wujudnya beragam, dan dampak baik yang diinginkan maupun yang tak diinginkan serta kelompok target baik individu maupun kelompok.

2.1.5. Evaluasi Kebijakan

Suatu kebijakan yang telah dilaksanakan pemerintah hendaknya perlu dievaluasi. Evaluasi dilakukan karena tidak semua kebijakan publik dapat memperoleh hasil atau dampak yang diinginkan oleh para pembuat kebijakan.

Nugroho (2010:183) menjelaskan sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja. Kebijakan harus diawasi, dan salah satu mekanisme

pengawasan tersebut disebut sebagai “evaluasi kebijakan”. Evaluasi biasanya

ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya.

“Seperti yang diungkapkan oleh Lester dan Stewart sebagai berikut: bahwa secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,

implementasi dan dampak. Winarno mengungkapkan bahwa “evaluasi kebijakan

bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun

tahap dampak kebijakan”. (Winarno,2008: 226)

(46)

kebijakan, aspek proses implementasi, aspek konsekuensi kebijakan dan aspek efektifitas dampak kebijakan. (http://eprints.uny.ac.id.05/12/2016)

Keempat aspek pengamatan ini dapat mendorong seorang evaluator untuk secara khusus mengevaluasi isi kebijakan, baik pada dimensi hukum dan terutama kelogisannya dalam mencapai tujuan, maupun konteks kebijakan, kondisi lingkungan yang mempengaruhi seluruh proses kebijakan. Lebih lanjut, evaluasi terhadap aspek kedua disebut sebagai evaluasi implementasi, sedangkan evaluasi terhadap aspek ketiga dan keempat disebut evaluasi dampak kebijakan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas mengenai evaluasi kebijakan publik dapat dipahami bahwa evaluasi kebijakan merupakan penilaian terhadap program yang dilakukan oleh pemerintah. Evaluasi kebijakan publik perlu dilakukan untuk melihat apakah program tersebut meraih hasil yang diinginkan dan sudah mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan atau belum.

2.1.6.Tujuan Evaluasi Kebijakan

Evaluasi kebijakan merupakan salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan. Pada umumnya evaluasi kebijakan dilakukan setelah kebijakan publik tersebut diimplementasikan. Ini tentunya dalam rangka menguji tingkat kegagalan dan keberhasilan, keefektifan dan keefisienannya.

(47)

1. Untuk menguji apakah kebijakan yang diimplementasikan telah mencapai tujuannya.

2. Untuk menunjukan akuntabilitas pelaksanaan publik terhadap kebijakan yang telah diimplementasikan.

3. Untuk memberikan masukan pada kebijakan – kebijakan publik yang akan datang.

Sekalipun penerapan suatu kebijakan oleh pemerintah telah dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuannya, namun tidak selalu penerapan tersebut dapat mewujudkan semua tujuan yang hendak dicapai. Terganggunya implementasi yang menjadikan tidak tercapainya tujuan kebijakan mungkin pula disebabkan oleh pengaruh dari berbagai kondisi lingkungan yang tidak teramalkan sebelumnya.

Oleh karena itu, evaluasi kebijakan pada dasarnya adalah proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan membuahkan hasil yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan yang ditentukan.

2.1.7. Metode Evaluasi Kebijakan

(48)

1. Identifikasi masalah, yaitu membatasi maslaah yang akan dipecahkan dan memisahkan dari gejala yang mendukungnya, yaitu dengan merumuskan sebuah hipotesis.

2. Menentukan faktor – faktor yang menjadikan adanya masalah, dengan mengumpulkan data kuantitatif yang memperkuat hipotesis.

3. Mengkaji hambatan dalam pembuatan keputusan dengan menganalisis situasi politik dan organisasi yang memengaruhi pembuatan kebijakan. Berbagai variabel seperti komposisi staf, moral dan kemampuan staf, tekanan politik, kepekaan budaya, kemauan penduduk dan efektivitas manajemen.

4. Mengembangkan solusi – solusi alternatif.

5. Memperkirakan solusi yang paling layak, dengan menentukan kriteria yang jelas dan aplikatif untuk menguji kelebihan dan kekurangan setiap alternatif.

6. Memantau secara terus menerus umpan balik dari tindakan yang telah dilakukan guna menentukan tindakan selanjutnya.

(49)

2.1.8. Kriteria Evaluasi Kebijakan

Evaluasi adalah proses untuk menentukan sejauh mana tujuan telah terealisasikan. Dunn menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan nilai atau efektivitas suatu kegiatan untuk tujuan pembuatan keputusan.

Sebagaimana ditegaskan oleh Shinkfield dalam Dunn menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil dan juga merupakan kegiatan membandingkan penampilan dengan suatu nilai tertentu. Evaluasi berkenaan dengan suatu kegiatan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Oleh karena itu, evaluasi adalah pernyataan bahwa sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak sebagai penentuan kesesuaian antara tampilan dengan tujuan-tujuan.

Dalam hal ini Dunn (2003: 610) menghasilkan informasi mengenai kinerja kebijakan, analisis menggunakan tipe kinerja yang berbeda untuk mengevaluasi sejauh mana penilaian terhadap hasil kebijakan yang dilaksanakan. Adapun kriteria-kriteria evaluasi kebijakan tersebut antara lain :

(50)

2. Efisiensi, seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektifitas tertentu, efisiensi yang merupakan hubungan antara efektifitas ekonomi, adalah merupakan hubungan antar efektifitas dan usaha yang terakhir.

3. Kecukupan, seberapa jauh hasil yang diinginkan memecahkan masalah, berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antar alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan.

4. Perataan, apakah biaya dan manfaan didistribusikan dengan merata. Kebijakan yang dirancang untuk mendistribusikan pendapatan, kesempatan pendidikan atau pelayanan publik kadang-kadang direkomendasikan atas dasar kriteria kesamaan.

5. Responsifitas, apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan preferensi atau nilai kelompok-kelompok tertentu. Dimana ini berkenaan dengan seberapa jauh kebijakan dapat memuaskan kebutuhan preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu.

(51)

merujuk pada nilai dan tujuan program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut.

House membuat taksonomi evaluasi yang cukup berbeda, yang membagi model evaluasi menjadi :

1. Model sistem, dengan indikator utama adalah efisiensi.

2. Model prilaku, dengan indikator utama adalah produktivitas dan akuntabilitas.

3. Model formulasi keputusan, dengan indikator utama adalah keefektifan dan keterjagaan kualitas.

4. Model tujuan bebas (goal free), dengan indikator utama adalah pilihan pengguna dan manfaat sosial.

5. Model kekritisan seni (art critism), dengan indikator utama adalah standar yag semakin baik dan kesadaran yang semakin meningkat. 6. Model review profesional, dengan indikator utama adalah penerimaan

profesional.

7. Model kuasi-legal (quasi-legal), dengan indikator utama adalah resolusi.

8. Model studi kasus, dengan indikator utama adalah pemahaman atas diverisitas. Nugroho (2009:674)

Secara terpisah Nurcholis mengatakan bahwa evaluasi kebijakan adalah penilaian secara menyeluruh yang menyangkut input, proses, output dan outcome dari kebijakan pemerintah daerah (Nurcholis, 2007:274). Evaluasi adalah proses yang mendasarkan diri pada disiplin yang ketat dan tahapan waktu. Menurutnya evaluasi membutuhkan sebuah skema umum penilaian, yaitu:

1) Input, yaitu masukan yang diperlukan untuk pelaksanaan kebijakan

2) Proses, yaitu bagaimana sebuah kebijakan diwujudkan dalam bentuk pelayanan langsung kepada masyarakat, bagaimana hambatan dan tantangannya.

3) Outputs, yaitu hasil dari pelaksanaan kebijakan. Apakah suatu pelaksanaan kebijakan menghasilkan produk sesuai dengan tujuan di tetapkan?

(52)

Skema umum penilaian menurut Nurcholis ini merupakan penilaian secara menyeluruh terhadap suatu kebijakan. Penilaian tersebut meliputi masukan awal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kebijakan, proses pelaksanaan kebijakan, hasil kebijakan hingga kesesuaian antara tujuan kebijakan dengan dampak yang ditimbulkan. Dengan menggunakan teori evaluasi kebijakan ini dapat dibuat penilaian secara menyeluruh terhadap kebijakan yang akan dievaluasi.

2.1.9 Pengertian Perencanaan

(53)

merupakan proses penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang diarahkan pada pencapaian sasaran tertentu.

Definisi perencanaan yang lain dikemukakan oleh Sitanggang, mengemukakan bahwa perencanaan diartikan sebagai alat atau unsur dalam upaya menggerakan dan mengarahkan organisasi dan bagian-bagiannya mencapai tujuan yang ditentukan. Sedangkan Bintoro Tjokroamidjojo (1998:12) berpendapat bahwa perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif. Beliau juga mengungkapkan bahwa perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa. Dari beberapa pengertian tentang perencanaan, penulis menyintesakan bahwa perencanaan merupakan langkah awal dalam melaksanakan suatu tujuan tertentu yang menyangkut pengambilan keputusan atau pilihan mengenai bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan-tujuan tertentu di masa depan.

Definisi lain dikemukakan oleh para ahli manajmen dalam buku yang ditulis oleh Malayu S.P. Hasibuan (1988) diantaranya; George R Terry mengatakan perencanaan adalah upaya untuk memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-sumsi mengenai masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

(54)

kegiatan (tindakan-tindakan untuk merealisasi tujuan), dan waktu (kapan, bilamana kegiatan tersebut hendak dilakukan). Ada 6 langkah atau proses perencanaan, yaitu:

1. Perumusan tujuan

Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan tujuan yang jelas, organisasi akan menggunakan sumberdaya sumber dayanya secara tidak efektif.

2. Perumusan masalah

Kegiatan ini sangat penting, hanya setelah keadaan organisasi saat ini dianalisa dapat dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut.

3. Melakukan analisa

Segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan.

4. Pengembangan alternatif

5. Pemilihan alternatif yaitu pemilihan alternatif terbaik (paling memuaskan) diantara berbagai alternatif yang ada.

6. pengembangan rencana derivatif

2.1.10. Pengertian Pembangunan

Berbagai pengertian tentang pembangunan telah dikemukakan oleh pakar ekonomi, politik maupun pakar sosial. Pengertian pembangunan harus dilihat secara dinamis dan tidak sebagai konsep statis. Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya. pembangunan merupakan segala upaya yang terus menerus ditunjukan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dan bangsa yang belum baik menjadi lebih baik lagi.

(55)

istilah pembangunan itu sendiri, menurut Riyadi (dalam Theresia, 2014: 2) mengungkapkan adanya beragam rumusan yang dikemukakan oleh banyak pihak,

namun semuanya itu mengarah kepada suatu kesepakatan bahwa: “Pembangunan

adalah suatu usaha atau proses perubahan, demi tercapainya tingkat kesejahteraan atau mutu hidup suatu masyarakat (dan individu didalamnya) yang berkehendak dan melaksanakan pembangunan itu.

Selaras dengan pengertian – pengertian di atas, maka secara ringkas dapat dikemukakan bahwa (Mardikanto, 2009):

Pembangunan adalah upaya yang dilakakukan secara sadar dan terencana, dilaksanakan terus – menerus oleh pemerintah bersama – sama segenap warga masyarakat atau dilaksanakan oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh pemerintah, dengan menggunakan teknologi yang terpilih, untuk memenuhi segala kebutuhan atau memecahkan masalah – masalah yang sedang dan akan dihadapi, demi tercapainya mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat dari suatu bangsa yang merencanakan dan melaksanakan pembangunan tersebut.

Untuk tercapainya tujuan – tujuan pembangunan sebagaimana disebutkan oleh para ahli di atas, kegiatan pembangunan memerlukan “teknologi –teknologi” tertentu yang sebelumnya telah dipilih (Margono Slamet, 1985), sehingga seluruh sumberdaya yang tersedia dapat dimanfaatkan sebesar – besarnya bagi perbaikan mutu hidup masyarakat.

2.1.11. Perencanaan Pembangunan

(56)

usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah.

Menurut Bratakusumah dalam (Wibowo, 2009: 52) mendefinisikan perencanaan pembangunan merupakan kegiatan hampir sama dengan riset/penelitian, dikarenakan instrumen yang digunakan adalah metode-metode riset. Kegiatannya berawal dari teknik pengumpulan data, analisis data sampai dengan studi lapangan untuk memperoleh data-data yang akurat. Data yang di lapangan sebagai data penting dan utama yang akan dipakai dalam kegiatan perencanaan pembangunan. Dengan demikian perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktifitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik (material) maupun non fisik (mental/spiritual), dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik.

(57)

“Proses perencanaan dapat dimulai dengan suatu rencana pembangunan atau mungkin hanya dengan formulasi kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan yang efektif untuk mencapai tujuan -tujuan pembangunan, kemudian diikuti langkah-langkah kegiatan (measure) untuk merealisasinya. Biarpun diakui bahwa suatu rencana pembangunan memang suatu alat yang lebih baik untuk proses perencanaan dan pelaksanaannya. Dengan melihat perencanaan sebagai suatu proses yang meliputi formulasi rencana dan implemetasinya, dapatlah diusahakan rencana itu bersifat realistis dan dapat menanggapi masalah-masalah yang benar-benar dihadapi. Rencana dengan demikian merupakan alat bagi implementasi, dan implementasi hendaknya berdasar suatu rencana”.

Dari beberapa definisi perencanaan pembangunan tersebut diambil makna tentang apa yang dimaksud dengan perencanaan pembangunan dan tahap-tahap yang diadalamnya. Kemudian hubungannya dengan konsep pembangunan daerah sebagai tempat proses perencanaan pembangunan.

Menurut Bratakusumah dalam (Wibowo, 2009:53) mendefinisikan Perencanaan Pembangunan Daerah sebagai berkut :

“Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah dan lingkungannya dalam wilayah/daerah tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumber daya yang ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh,lengkap, tapi tetap berpegang teguh pada azas skala prioritas”.

(58)

2.1.12. Perencanaan Partisipatif

Perencanaan partisipatif merupakan perencanaan yang melibatkan semua (rakyat) dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi yang bertuju;an untuk mencapai kondisi yang diinginkan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Abe dalam (Wibowo,2009:61) sebagai berikut :

Perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang dalam tujuannya melibatkan kepentingan rakyat, dan dalam prosesnya melibatkan rakyat (baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan dan cara harus dipandang sebagai satu kesatuan. Suatu tujuan untuk kepentingan rakyat dan bila dirumuskan tanpa melibatkan masyarakat, maka akan sulit dipastikan bahwa rumusan akan berpihak pada rakyat.

Menurut Diana Conyers dalam (Nurdiansyah, 2013:39) Ada tiga alasan mengapa perencanaan partisipatif dibutuhkan, yaitu :

A. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. B. Masyarakat akan lebih mempercayai kegiatan atau program pembangunan

jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk program tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap program tersebut.

C. Karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan.

(59)

1. Terfokus pada kepentingan masyarakat

a. Perencanaan program berdasarkan pada masalah dan kebutuhan yang dihadapi masyarakat.

b. Perencanaan disipakan dengan memperhatikan aspirasi masyrakat yang memenuhi sikap saling percaya dan terbuka.

2. Partisipatoris (keterlibatan)

Setiap masyarakat melalui forum pertemuan, memperoleh peluang yang sama dalam sumbangan pemikiran tanpa dihambat oleh kemampuan bicara, waktu dan tempat.

3. Dinamis

a. Perencanaan mencerminkan kepentingan dan kebutuhan semua pihak. b. Proses perencanaan berlangsung secara berkelanjutan dan proaktif. 4. Sinergitas

a. Harus menjamin keterlibatan semua pihak.

b. Selalu menekankan kerjasama antar wilayah administrasi dan geografi. c. Setiap rencana yang akan dibangun sedapat mungkin mejadi

kelengkapan yang sudah ada, sedang atau dibangun. d. Memperhatikan interaksi yang terjadi diantara stakeholder. 5. Legalitas

a. Perencanaan pembangunan dilaksanakan dengan mengacu pada semua peraturan yang berlaku.

(60)

c. Tidak memberikan peluang bagi penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.

6. Fisibilitas (Realistis)

Perencanaan harus bersifat spesifik, terukur, dapat dijalankan, dan mempertimbangkan waktu.

Kemudian menurut Samsura dalam (Nurdiansyah, 2013:40) menjelaskan kriteria-kriteria dari perencanaan partisipatif sebagai berikut :

1. Adanya pelibatan seluruh stakeholder.

2. Adanya upaya pembangunan institusi masyarakat yang kuat dan legitimate.

3. Adanya proses politik melalui upaya negoisasi atau urun rembuk yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan kesepakatan bersama (collective agreement)

4. Adanya usaha pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pembelajaran kolektif yang merupakan bagi dari proses demokratisasi.

Hal senada juga disampaikan Abe dalam (Wibowo,2009: 63) dengan adanya pelibatan masyarakat secara langsung dalam perencanaan, maka mempunyai dampak positif dalam perencanaan partisipatif, yaitu :

1. Terhindar dari terjadinya manipulasi, keterlibatan masyarakat akan memperjelas apa yang sebenarnya dikehendaki masyrakat.

(61)

3. Meningkatkan kesadaran dan keterampilan poltik masyarakat.

Perencanaan partisipatif titik fokusnya adalah keterlibatan masyarakat,bahwa perencanaan partisipatif merupakan perencanaaan lahir dari bawah (bottom up) bukan lahir atas (top-down) atau Pemerintah Daerah Jadi perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang disusun dari bawah (bottom up). Menurut Abe dalam (Wibowo,2009: 63), langkah-langkah perencanaan yang disusun dari bawah (bottom up) dan bukan dari perencanaan atas inisiatif dari pemerintah daerah dapat digambarkan sbb:

Merancang Anggaran

Langkah Rinci

Rumusan Tujuan

Identifikasi Daya Dukung

Perumusan Masalah

(62)

Secara lebih terperinci dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Penyelidikan.

Penyelidikan adalah sebuah proses untuk mengetahui, menggali dan mengumpulkan persoalan-persoalan bersifat lokal yang berkembang di masyarakat. Penyelidikan disini bukan sebagai kegiatan akademis, melainkan kegiatan yang menjadi bagian dari upaya perubahan. Dalam proses ini, keterlibatan masyarakat menjadi faktor kunci yang tidak bisa ditawar. Dengan demikian, proses penyelidikan adalah proses mengajak masyarakat untuk mengenali secara seksama problem yang mereka hadapi. b. Perumusan masalah.

Perumusan masalah adalah tahap lanjut dari hasil penyelidikan. Data atau informasi yang telah dikumpulkan diolah sedemikian rupa sehingga diperoleh gambaran yang lebih lengkap, utuh dan mendalam. Untuk mencapai perumusan, pada dasarnya dilakukan suatu proses analisis atas informasi, data dan pengalaman hidup masyarakat. Proses analisis sendiri bermakna sebagai tindakan untuk menemukan kaitan antara satu fakta dengan fakta yang lain. Apa yang dirumuskan harus sederhana, jelas dan konkrit.

(63)

Dalam hal ini, tidak semua apa yang disampaikan masyarakat harus diterima, justru pada saat itulah momentum untuk bersama-sama masyarakat memilah-milah mana segi-segi yang merupakan kebutuhan dan mana yang sekedar keinginan. Suatu keinginaan tentu saja memiliki kadar subjektifitas yang tinggi, dan cenderung tanpa batas yang jelas. Oleh sebab itu yang hendak menjadi prioritas adalah menjawab kebutuhan-kebutuhan dasar dari masyarakat.

c. Identifikasi daya dukung.

Dalam masalah ini daya didukung tidak diartikan sebagai dana konkrit (uang), melainkan keseluruhan aspek yang bisa memungkinkan terselenggaranya aktifitas dalam mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan. Daya dukung sangat tergantung pada: (1) persoalan yang dihadapi, (2) tujuan yang hendak dicapai, dan (3) aktifitas yang akan dilakukan. Kejelasan mengenai segi-segi ini pada dasarnya akan sangat membantu dalam memahami apa yang dimiliki oleh masyarakat.

(64)

d. Perumusan tujuan.

Tujuan adalah kondisi yang hendak dicapai, sesuatu keadaan yang diinginkan (diharapkan), dan karena itu dilakukan sejumlah upaya untuk mencapainya. Untuk menghasilkan program pembangunan yang efektif, syaratnya adalah sebagai berikut:

1. Transparan, bahwa proses dan mekanisme pengambilan keputusan yang dibangun sejak mulai tingkat kelurahan sudah diketahui dan dapat dipantau oleh masyarakat.

2. Responsif, bahwa program pembangunan yang dihasilkan lebih disebabkan adanya upaya merespon apa yang menjadi isu di masyarakat, bukan karena rancangan dari pihak-pihak tertentu saja.

3. Partisipatif, keterlibatan masyarakat menjadi satu keniscayaan dalam pengertian perumusan yang terjadi dilakukan bersama dan selalu memperhatikan masalah/isu yang diangkat oleh masyarakat.

4. Akuntabel, sepanjang seluruh proses dilakukan secara transparan, menjawab kebutuhan dan melibatkan masyarakat dalam berbagai tahapan, hasilnya pasti dapat dipertanggungjawabkan.

(65)

sebab itu harus disadari, bahwa kebutuhan dasar masyarakat akan sangat berbeda dengan pihak luar, sebab setiap komunitas memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Setiap usaha penyeragaman, akan bermakna pengingkaran atas pluralitas dan sekaligus pengabaian esensi dari kebutuhan rakyat.

e. Menetapkan langkah-langkah secara rinci.

Penetapan langkah-langkah adalah proses menyusun apa saja yang akan dilakukan. Sebetulnya proses ini merupakan proses membuat rumusan yang lebih utuh, perencanaan dalam sebuah rencana tindak. Umumnya suatu rencana tindakan akan memuat: (1) apa yang akan dicapai, (2) kegiatan yang hendak dilakukan,(3) pembagian tugas atau pembagian tanggungjawab (siapa bertanggungjawab atas apa), dan (4) waktu (kapan dan berapa lama kegiatan akan dilakukan). Untuk menyusun langkah yang lebih baik, maka diperlukan kejelasan rumusan dengan menggunakan pernyataan tegas dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda.

f. Merancang anggaran.

(66)

alokasi, akan membuat suatu rencana kandas di tengah jalan. Anggaran juga bisa bermakna sebagai sarana kontrol.

PROSES RENCANA

sumber: Alexander Abe dalam (wibowo,2009:69)

Perencanaan sebagai suatu kebijakan merupakan proses kegiatan usaha yang dilakukan secara terus menerus dan komprehensif serta memiliki tahapan yang sistematis, sebagaimana dikemukakan oleh Tjokroamidjojo (1996, 57) bahwa tahap-tahap dalam suatu proses perencanaan terdiri dari :

(67)

2. Penyusunan program rencana yang dilakukan melalui perumusan yang lebih terperinci mengenai tujuan atau sasaran dalam jangka waktu tertentu, suatu perincian jadwal kegiatan, jumlah dan jadwal pembiayaan serta penentuan lembaga atau kerja sama antar lembaga mana yang akan melakukan program-program pembangunan. Tahap ini seringkali perlu dibantu dengan penyusunan suatu tahap flow-chart, operation-plan atau network-plan.

3. Pelaksanaan rencana (implementasi) yang terdiri atas eksplorasi, konstruksi dan operasi. Dalam tahap ini, kebijakan-kebijakan perlu diikuti implikasi pelaksanaannya, bahkan secara terus-menerus memerlukan penyesuaian-penyesuaian.

4. Tahap selanjutnya adalah pengawasan atas pelaksanaan rencana yang bertujuan untuk mengusahakan supaya pelaksanaan rencana berjalan sesuai dengan rencana, apabila terdapat penyimpangan maka perlu diketahui seberapa jauh penyimpangan tersebut dan apa sebabnya serta dilakukannya tindakan korektif terhadap adanya penyimpangan. Untuk maksud tersebut, maka diperlukan suatu sistem monitoring dengan mengusahakan pelaporan dan feedback yang baik daripada pelaksana rencana.

(68)

tentang pelaksanaan rencana sebelumnya. Dari hasil evaluasi ini dapat dilakukan perbaikan terhadap perencanaan selanjutnya atau penyesuaian yang diperlukan dalam (pelaksanaan) perencanaan itu sendiri.

Kemudian menurut Abe dalam (Wibowo,2009: 70) ada dua bentuk perencanaan partisipatitf yaitu:

Pertama, perencanaan yang langsung disusun bersama rakyat,

perencanaan ini bisa merupakan (1) perencanaan lokasi – setempat, yakni perencanaan yang menyangkut daerah dimana masyarakat berada; dan (2) Perencanaan wilayah yang disusun melalui mekanisme perwakilan, sesuai dengan instituís yang syah (legal formal), seperti parlemen.

Kedua, seyogyanya masyarakat masih terbuka dalam memberikan

masukan, kritik dan kontrol, sehingga apa yang dirumuskan dan diaktualisasikan oleh parlemen benar-benar apa yang dikehendaki oleh masyrakat.

2.1.13. Konsep Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Kata Musrenbang merupakan singkatan dari dua kata dalam bahasa

Indonesia. Ini menggabungkan musyawarah “diskusi komunitas” dengan

perencanaan pembangunan. Asal musyawarah adalah kata Arab menggambarkan bagaimana tetangga datang bersama untuk menyelesaikan konflik secara damai dan mendiskusikan isu – isu masyarakat.

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

2016 pukul 14.35 WIB di Ruang Kepala Bidang Pengarusutamaan Gender dan Kualitas Hidup).. Berdasarkan wawancara yang diperoleh dari Ibu Kepala Bidang Pengarusutamaan

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kondisi social masyarakat Kelurahan Cikerai, infrastruktur yang memprihatinkan, kondisi ekonomi masih rendah, kurangnya

Tujuan dari dibuatnya Peraturan Derah Nomor 15 Tahun 2010 adalah untuk mendukung koordinasi antar pemangku kepentingan pembangunan daerah; Menjamin terciptanya

Tujuan dari dibuatnya Peraturan Derah Nomor 15 Tahun 2010 adalah untuk mendukung koordinasi antar pemangku kepentingan pembangunan daerah; Menjamin terciptanya

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai efektivitas pelaksanaan Musrenbang Kecamatan di Kota Semarang yang dianalisis berdasarkan empat faktor yaitu

Tujuan dari wawancara pada penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun

Dengan terlaksananya tahapan Musrenbang mulai dari tingkat RT/RW, Kelurahan, Kecamatan, Forum SKPD maupun Musrenbang RKPD Tingkat Kota Blitar Tahun 2011, diharapkan dapat

Selanjutnya proposal skripsi ini yang disusun untuk memenuhi tugas akhir untuk menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program