• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM TERPADU PENINGKATAN PERANAN WANITA MENUJU KELUARGA SEHAT DAN SEJAHTERA (P2WKSS) DI KELURAHAN CIKERAI KECAMATAN CIBEBER KOTA CILEGON - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM TERPADU PENINGKATAN PERANAN WANITA MENUJU KELUARGA SEHAT DAN SEJAHTERA (P2WKSS) DI KELURAHAN CIKERAI KECAMATAN CIBEBER KOTA CILEGON - FISIP Untirta Repository"

Copied!
235
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM TERPADU PENINGKATAN

PERANAN WANITA MENUJU KELUARGA SEHAT DAN

SEJAHTERA (P2WKSS) DI KELURAHAN CIKERAI

KECAMATAN CIBEBER KOTA CILEGON

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian Sarjana Strata-1 Konsentrasi Menajemen Publik pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh : AMOH HAMROH

6661090173

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Amoh Hamroh. 6661090173. 2013. Implementasi Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) di Kelurahan Cikerai Kecamatan Cibeber Kota Cilegon. Program StudiIlmuAdministrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I : Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si. Dosen Pembimbing II : Rahmawati, S.Sos., M.Si.

Kata Kunci: ImplementasiKebijakan, Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera

(6)

ABSTRACT

Amoh Hamroh. 6661090173. 2013.Implementation of The Increased of Women Role for Properous and Healthy Family Programin Cikerai, Cibeber Subdistrict Cilegon. Departement of Public Administration. Faculty of Social and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. 1st advisor : Dr. Agus Sjafari, S.Sos.,M.Si. 2ndadvisor : Rahmawati, S.Sos., M.Si.

Keywords: Implementation, The Increased of Women Role for Properous and Healthy Family Programin Cikerai, Cibeber Subdistrict Cilegon

(7)

Bismillahirrahmanirrahim...

Dari semua yang telah kau tetapkan dalam takdir-Mu

Rencana indah yang kau telah siapkan bagi masa depanku penuh harapan

Harapan kesuksesan terpangku di pundak

Sebagai janji kepada mereka....

Bapak dan Ibu

Kini ku persembahkan skripsi ini

Sebagai ungkapan syukur dan terima kasihku

Untuk semua orang yang ku sayangi

Untuk dosen yang telah berjasa

Untuk Bapak dan Ibu tercinta

Utnuk Kakak dan Adik tersayang

Untuk sahabat terindahku

Terima kasih ku tiada akhir...

Semangatku hanya karena kalian

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini yang berjudul

“Implementasi Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat

dan Sejahtera (P2WKSS) Di Kelurahan Cikerai Kecamatan Cibeber Kota Cilegon

.

Adapun skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi syarat untuk bisa melakukan

penelitian lapangan yang kemudian akan menjadi skripsi yang merupakan persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

Dalam penyusunan skripsi ini Peneliti melibatkan banyak pihak yang senantiasa

memberikan bantuan, baik berupa pengajaran, bimbingan, dukungan moral dan materil,

maupun keterangan-keterangan yang sangat berguna hingga tersusunnya skripsi ini.

Untuk itu, dengan rasa hormat Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat., M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, juga selaku Dosen Akademik serta

PembimbingI, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk melakukan sesi

bimbingan baik bimbingan akademik maupun bimbingan mengenai skripsi ini.

(9)

membantu Peneliti dalam menghadapi masalah-masalah terkait penyusunan

skripsi ini.

3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan I Bidang Akademik FISIP

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Mia Dwianna W, M.Ikom., Wakil Dekan II Bidang Keuangan danUmum FISIP

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Ismanto, S.Sos., MM., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FISIP

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Rina Yulianti, S.IP., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara

FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Anis Fuad, S.Sos., M.Si., Sekertaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara

FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing II, terima kasih telah meluangkan

waktunya untuk melakukan sesi bimbingan dan memberikan masukan serta

arahannya yang sangat membantu Peneliti dalam menghadapi masalah-masalah

terkait penyusunan skripsi ini.

9. Ipah Ema Jumiati, M.Si., selaku Dosen Penguji Seminar dan Sidang Skripsi

yang telah menguji serta membimbing penyusunan skripsi sehingga peneliti

dapat dengan mudah menyusun skripsi ini dengan baik.

10.Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si., selaku penguji sidang skripsi yang telah menguji

(10)

11.Kepada seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang tidak

dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah dan pernah memberikan

bekal-bekal ilmiah kepada peneliti selama proses belajar mengajar.

12.Dra. Hj. Uum Umayah, MM. MH., Kepala Badan Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kota Cilegon, Bapak Gayatra Lubay, SE

selaku Kepala Bidang Kesetaraan dan Keadilan Gender, Ibu Evawarni selaku

Kepala Sub Bidang Bina Lembaga Organisasi Perempuan (BLOP), beserta

jajarannya yang telah memberikan kemudahan dalam pengumpulan data terkait

penelitian ini.

13.Kepada Kecamatan Cibeber baik Ibu Dra. Lina Komalasari, Kepala Kecamatan

atau Ibu Camat, Ibu Sukamsatun, SE. MM., Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial

beserta jajarannya yang telah mempermudah peneliti dalam memperoleh data

yang berkaitan dengan Kecamatan Cibeber.

14.Kepada Kelurahan Cikerai baik Bapak Astari, SE., Lurah atau Kepala Kelurahan

Cikerai beserta Istri dan jajarannya yang bersedia telah membantu memberikan

kemudahan untuk mencari data dan informasi yang dibutuhkan.

15.Kepada Ayahanda Roji Sujai Anwar, Ibunda Jahroh, Kakak Uum Umaroh, serta

adik tersayang Muhammad Bhactiar yang tidak pernah lelah untuk terus

memberikan cinta dan keceriaan serta senantiasa memberikan semangat dan doa

yang begitu tulus.

16.Sahabat tercinta Ari Setiawan, Wiwin Widiyanti, Samsul, Icha, Puput, Heri,

(11)

disebutkan satu per satu yang dengan senang hati memberikan semangat serta

dukungan kepada Peneliti sehingga Peneliti termotivasi untuk mengerjakan

skripsiini dengan baik dan tidak malas-malasan.

17.Teman-teman kelas A Reguler 2009 yang biasa kita sebut dengan “PEDES JUDES”, terima kasih untuk kalian yang selalu memberikan motivasi serta

keceriaan selama peneliti berkuliah di Kampus ini.

18.Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Administrasi Negara angkatan

2009, yang dengan tulus dan senang hati memberikan semangat serta dukungan

kepada Peneliti dalam mengerjakan skripsi ini.

19.Kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu, terima kasih

telah bersedia membantu dan memberikan informasi dalam penyusunan skripsi

ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,

dikarenakan keterbatasan ilmu Peneliti. Oleh karena itu, Peneliti dengan rendah hati

memohon maaf atas kekurangan dan kelemahan yang terdapat dalam skripsi ini, Peneliti

berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

penelitian ini.

Serang, Oktober2013

(12)

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS ... LEMBAR PESETUJUAN ...

ABSTRAK ... LEMBAR PERSEMBAHAN ...

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1LatarBelakangMasalah ... 1

1.2IdentifikasiMasalah ... 16

1.3Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1. Pembatasan Masalah ... 16

1.3.2. RumusanMasalah ... 16

1.3.3. Maksud dan TujuanPenelitian ... 17

1.4.Kegunaan Penelitian ... 17

(13)

BAB II DESKRIPSI TEORI 2.1Deskripsi Teori

2.1.1. Implementasi Kebijakan ... 21

2.1.2. Model Implementasi Kebijakan ... 27

2.1.3.Kebijakan Publik ... 34

2.1.4.Pemberdayaan Perempuan ... 35

2.1.5.Konsep P2WKSS ... 39

2.2Kerangka Berfikir ... 40

2.3 Asumsi Dasar ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1MetodePenelitian ... 44

3.2InstrumenPenelitian ... 45

3.3TeknikPengumpulanData... 46

3.4Informan Penelitian... 47

3.5TeknikAnalisis Data ... 50

3.6Uji Keabsahan Data ... 53

3.7Lokasi dan Waktu Penelitian ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kelurahan Cikerai ... 56

4.1.2 Definisi Program Terpadu P2WKSS ... 62

(14)

4.2.2 Informan Penelitian... 67

4.3Deskripsi Hasil Penelitian 4.3.1 Implementasi Program Terpadu P2WKSS di Kelurahan Cikerai Kecamatan Cibeber Kota Cilegon ... 69

4.3.1.1 Organisasi ... 70

4.3.1.2 Interpretasi... 114

4.3.1.3 Penerapan ... 131

4.4 Pembahasan 4.4.1 Analisis Peneliti Tentang Hasil Penelitian ... 163

4.4.1.1 Organisasi ... 164

4.4.1.2 Interpretasi... 165

4.4.1.3 Penerapan ... 167

BAB V KESIMPULAN 5.1Kesimpulan ... 172

5.2Saran ... 174

DAFTAR PUSTAKA ... v

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1Daftar Instansi yang terkait dan kegiatan dalam program terpadu P2WKSS di

Kota Cilegon ... 4

Tabel 1.2Lokasi P2WKSS tahun 2009-2013 ... 6

Tabel 1.3 Keadaan Keluarga Masyarakat Kelurahan Cikerai ... 7

Tabel 1.4 Jumlah RTS Kecamatan Cibeber tahun 2011-2012 ... 9

Tabel 1.5Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Tingat Pendidikan ... 10

Tabel 1.6 Jenis pekerjaan penduduk Kecamatan Cibeber ... 12

Tabel 3.1InformanPenelitian ... 48

Tabel 3.2Jadwal Penelitian ... 54

Tabel 4.1 Jumlah Pegawai Kelurahan Cikerai Menurut Jabatan ... 57

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Cikerai Tahun 2012 ... 60

Tabel 4.3 InformanPenelitian ... 67

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Turunan dari Kebijakan Publik ... 25

Gambar 2.2 Tahapan kebijakan publik ... 26

Gambar 2.3 Model Implementasi Donald Van Meter dan Van Horn ... 28

Gambar 2.4 Model Direct and Indirect of Implementation (Edward III) ... 29

Gambar 2.5 Model Implementasi Grindle ... 33

Gambar 2.6 Kerangka pikir pemberdayaan perempuan ... 37

Gambar2.7 Kerangka Berfikir ... 42

Gambar 3.1Proses Analisis Data ... 50

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan

Sejahtera (P2WKSS) adalah program yang ditujukan bagi peningkatan sumber daya

manusia khusus pada perempuan untuk dapat lebih berperanan dan lebih memiliki

kapabilitas terutama dalam mewujudkan keluarga sehat sejahtera. Program ini

merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia dan sumber

daya alam serta lingkungan untuk mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat

sejahtera dan bahagia untuk pembangunan masyarakat desa dan/atau kelurahan, dengan

perempuan sebagai penggeraknya. Sejak mulai dicanangkannya pada tahun 1979,

program ini tercantum dalam program kerja di Departemen/LPND, di berbagai

departemen dan lembaga non-departemen yang menangani program Peningkatan

PerananWanita (P2W) dalam pembangunan sesuai dengan bidang tugas dan fungsi

masing-masing, serta peranan aktif dari gerakan PKK dengan partisipasi berbagai

potensi swasta dan LSM lainnya.

Dalam pelaksanaannya, P2WKSS sempat tidak berjalan dengan

diberlakukannya Peraturan Pemerintah nomor 25/2000 tentang Kewenangan Pemerintah

dan Provinsi sebagai Daerah Otonom yang mengakibatkan masalah kelembagaan dan

jaringan di Daerah yaitu dimana yang dulu program tersebut diselenggarakan oleh

pemerintah pusat berubah menjadi diselenggarakan oleh pemerintah daerah, khususnya

(18)

pada program P2WKSS, program tersebut masih tetap dilaksanakan di beberapa

wilayah termasuk di Provinsi Banten.

Adapun yang menjadi landasan yuridis dari program terpadu P2WKSS di

Provinsi Banten adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 Pasal 28, Pasal 33 Ayat (1) dan Ayat (4)

2. Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Kekeluargaan Sejahtera (Lembar Negara RI Tahun 1992 No. 35, Tambahan Lembaran Negara RI No. 3475)

3. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

4. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahuun 2002 tentang Perlindungan Anak 5. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

6. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pengahapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

7. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara No. 4437)

8. Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

9. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Convenant On Economic, Social and Curtural Rights

10.Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Convenant On Civil and Political Rights

11.Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara RI Tahun 2000 No. 54 Tambahan Lembaran Negara No. 3952)

12.Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009

13.Peraturan Presiden RI Nomor 13 Tahun 2009 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan ; (Revisi atas PerPres Nomor 54 Tahun 2005) 14.Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan

Gender Dalam Pembangunan Nasional

15.Instruksi Presiden RI Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun

(19)

17. Keputusan Gubernur Banten Nomor : 463/KEP. 181-HUK/2007 tentang : Penetapan Lokasi Desa/Kelurahan Binaan Pelaksanaan Program Terpadu P2WKSS di Provinsi Banten Tahun 2007-2011.

( Sumber : Petunjuk Teknis P2WKSS Kota Cilegon Tahun 2013 )

Di Provinsi Banten, program ini mulai digulirkan sejak tahun 2001 dengan

ruang lingkup Desa/Kelurahan yang termasuk kategori daerah rawan sosial ekonomi,

pendidikan, kesehatan atau kondisi lainnya berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh

Gubernur sebagai penanggung jawab program tersebut pada tingkat Provinsi.

Sedangkan dalam wilayah Kota/Kabupaten, yang menjadi penanggung jawab program

adalah Walikota/Bupati. Salah satu wilayah yang melaksanakan program terpadu

P2WKSS di Provinsi Banten yaitu Kota Cilegon.

Untuk pelaksanaannya di Kota Cilegon, program terpadu P2WKSS ini

dilakukan oleh Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP)

yang bekerjasama dengan berbagai instansi lainnyayaitu Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil (DKCS), Dinas Tenaga Kerja (Disnaker), Dinas Pertanian dan Kelautan

(Disperla), Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Ketahanan Pangan (BMKP), Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Tata Kota,

Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pendidikan, Kementerian Agama, dan Pembinaan

Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota. Program kegiatan dari instansi-instansi tersebut

(20)

Tabel 1.1

Daftar Instansi yang terkait dan kegiatan dalam program terpadu P2WKSS di Kota Cilegon

Instansi Kegiatan

1. Badan Keluarga Berencana

dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP)

Pelatihan jasa boga, pelatihan menjahit, pelatihan perawatan tubuh, pelatihan etnik, contoh rumah sehat, kebun contoh, bantuan peralatan rumah tangga, bantuan pot, penyuluhaan Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Lansia, Bina Keluagra Remaja, pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan promosi KB, pembinaan posyandu, pembinaan Gerakan Sayang Ibu (GSI), pembentukan Pusat Pelayanan dan Perlindungan Keluarga Cilegon (P3KC), dan pembinaan tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

2. Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil (DKCS)

Sosialisasi pencatatan kelahiran dan pendaftaran penduduk, dan pelayanan sidang kolektif penetapan pengadilan negeri bagi kelahiran di atas 1 tahun.

3. Dinas Tenaga Kerja

(Disnaker)

Pelatihan menjahit, usaha mandiri, dan padat karya infrastuktur.

4. Dinas Pertanian dan Kelautan

(Disperla)

Pengembangan dan pemanfaatan pekarangan, pengembangan dan pengelolaan Bina Usaha Peternakan.

5. Dinas Sosial (Dinsos) Kelompok Usaha Bersama, Wanita Rawan Sosial Ekonomi, rumah

tidak layak huni, Kelompok Usaha Bersama Fakir Miskin.

6. Badan Pemberdayaan

Masyarakat dan Ketahanan Pangan (BPMKP)

Biaya operasional Bantuan Masyarakat Langsung, pendampingan pola padat karya, pendampingan Beras Miskin (Raskin), Beras Miskin Daerah (Raskinda), sosialisasi/penyuluhan Warung teknologi, pendataan Teknologi Tepat Guna, peningkatan pengetahuan kemampuan dan keterampilan wirausaha baru dan pembentukan kelompok pola Gramin Bank, bimbingan Usaha Mitra Binaan, penyuluhan pemberdayaan masyarakat, dan ketahanan pangan.

7. Dinas Kebersihan Gerobak sampah dan tong sampah.

8. Dinas Tata Kota Pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU)

9. Badan Lingkungan Hidup

(BLH)

Bantuan bibit tanaman, pembinaan kelompok tani tentang penanaman dan upaya pelestariannya, dan drum sampah.

10. Dinas Pendidikan (Dindik) Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), program kesetaraan

paket B (setara SMP) dan paket C (setara SMA), program keaksaraan fungsional, dan program keterampilan.

11. Dinas Kesehatan (Dinkes) Pembinaan Kesehatan ibu dan Anak (KIA) / KB di Polindes,

Posyandu, dan Poskesdes, bantuan material stimulan jamban keluarga, kelurahan siaga aktif, penyuluhan kesehatan, survey rumah tangga ber-PHBS, dan penjaringan kesehatan anak SD,SMP, dan SMA.

12. Kementerian Agama Penilaian keluarga sakinah teladan tingkat Kota, pembinaan calon

pengantin, dan pelatihan memandikan jenazah.

(21)

Program terpadu P2WKSS di Kota Cilegon mulai berlangsung pada tahun 2009

dengan di tetapkannya Keputusan Walikota Nomor 147.14/Kep.350-org/2009 mengenai

Penetapan Lokasi Kelurahan Binaan Untuk Pelaksanaan Program Terpadu Peningkatan

Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) Di Kota Cilegon Tahun

2009-2013, dengan kriteria sebagai berikut :

a. Sasaran program terpadu P2WKSS adalah perempuan dengan tingkat

kesejahteraan tergolong rendah atau yang masuk kategori keluarga miskin,

keluarga pra sejahtera yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi

kebutuhan dasar secara minimal seperti kebutuhan pangan, sandang dan

papan serta pendidikan dan kesehatan. Kategori lainnya yaitu keluarga

sejahtera tahap 1 yang merupakan keluarga yang telah dapat memenuhi

kebutuhan dasar serta kebutuhan sosial psikologis seperti kebutuhan

pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan

lingkungan tempat tinggal dan transportasi. Kategori-kategori tersebut harus

berdasarkan data yang dikeluarkan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik

(BPS).

b. Jangkauan program terpadu P2WKSS meliputi semua Desa/Kelurahan

dengan prioritas rawan sosial ekonomi, kesehatan dan pendidikan.

c. Penetapan Desa/Kelurahan yang akan dijadikan sasaran lokasi program ini

ditetapkan oleh Bupati atau Walikota setampat berdasarkan atas

pertimbangan prioritas dan berdasarkan atas asas kemandirian dan

(22)

Penetapan Desa/daerah binaan program terpadu P2WKSS dilaksanakan setiap 5

tahun sekali dengan mengacu pada hasil survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota

Cilegon, yang dibahas barsama oleh pihak dari BPS, BAPPEDA (Badan Perencanaan

dan Pembangunan Daerah), dan BKBPP (Badan Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan) sebagai pihak yang penyelenggara program. Pembahasan

tersebut diketuai oleh Walikota/Wakil Walikota Cilegon. Adapun lokasi yang menjadi

daerah binaan program terpadu P2WKSS di Kota Cilegon yaitu pada tabel sebagai

berikut :

Tabel 1.2

Lokasi P2WKSS tahun 2009-2013

Tahun Kecamatan Kelurahan

2009 Cilegon 1. Ketileng 2. Bagendung

2010 Ciwandan 1. Gunung Sugih 2. Tegal Ratu

2011 Pulomerak 1. Tamansari 2. Mekarsari

2012 Jombang 1. Jombang Wetan 2. Masigit

2013 Cibeber 1. Cikerai 2. Bulakan Sumber : Keputusan Walikota Nomor 147.14/Kep.350-org/2009

Berdasakan tabel 1.2 diatas dapat diketahui bahwa di tahun pertama yaitu tahun

2009, program P2WKSS diberlakukan pada Kecamatan Cilegon yaitu tepatnya di

Kelurahan Ketileng dan Bagendung. Tahun kedua yaitu 2010 di Kecamatan Ciwandan

Kelurahan Guunung Sugih dan Tegal Ratu. Tahun ketiga di Kecamatan Pulomerak di

Kelurahan Tamansari dan Mekarsari. Dan tahun keempat, P2WKSS ini dilakukan di

(23)

tahun kelima, Kecamatan yang berhak mendapatkan program terpadu P2WKSS adalah

Kecamatan Cibeber, tepatnya yaitu di Kelurahan Bulakan dan Kelurahan Cikerai.

Karena Kelurahan Bulakan dan Cikerai termasuk kedalam kategori Daerah rawan Sosial

Ekonomi, Pendidikan, dan Kesehatan.

Adapun yang menjadi ukuran standar kemiskinan untuk program terpadu

P2WKSS di Kelurahan Cikerai yaitu berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh

BKBPP. Kategori keluarga miskin di Kelurahan Cikerai berdasarkan standar BKBPP

tersebut yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.3

Kategori Keluarga Miskin di Keluarahan Cikerai Berdasarkan Standar BKBPP

Keterangan Keluarga Pra Sejahtera Keluarga Sejahtera Tahap I

Jumlah kepala keluarga yang di data 135 220

Jumlah kelapa keluarga menurut jenis kelamin :

Jumlah kepala keluarga menurut status pekerjaan :

Jumlah kepala keluarga menurut status pendidikan :

Jumlah keluarga yang mendapatkan kredit/bantuan modal :

Jumlah yang keluarganya paling kurang

sekali seminggu seluruh anggota

keluarga makan daging/ikan/ Telur

0 26

Jumlah yang seluruh anggota keluarga

umur 10-60 tahun bisa baca tulisan latin 0 32

(24)

Dari tabel1.3 tersebut dapat di ketahui bahwa jumlah KK yang masuk pada

ketegori Keluarga Sejahtera Tahap I lebih banyak di banding dengan Keluarga Pra

Sejahtera. Kepala Keluarga dengan jenis kelamin perempuan lebih sedikit dibanding

dengan laki-laki yaitu pada Keluarga Pra Sejahtera laki-laki berjumlah 108 KK dan

perempuan 27 KK, sedangkan Keluarga Sejahtera Tahap I laki-lakinya berjumlah 175

KK dan perempuan 45 KK. Walaupun dari kedua kategori tersebut lebih banyak yang

tamatan SD-SLTP, sebagian besar Kepala Keluarga baik dari Keluarga Pra Sejahtera

maupun Keluarga Sejahtera Tahap I memiliki pekerjaan.

Pemerintah mengadakan program pinjaman bergulir, namun pada Keluarga Pra

Sejahtera dan Keluarga Sejahtera Tahap I ini masih banyak yang tidak mendapatkan

bantuan modal untuk usaha keluarga. Selain itu tabel 4.3 juga menjelaskan bahwa tidak

ada keluarga yang setidaknya paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga

makan daging/ikan/telur dan seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun yang bisa baca

tulis pada Keluarga Pra Sejahtera. Lain hal pada Keluarga Sejahtera Tahap I yang

walaupun tidak banyak namun masih ada keluarga yang setidaknya paling kurang sekali

seminggu seluruh anggota keluarga makan daging/ikan/telur dan seluruh anggota

keluarga umur 10-60 tahun yang bisa baca tulis.

Selain itu, terdapat permasalahan lain yang terjadi di daerah binaan program

(25)

Pertama, yaitu rendahnya kondisi sosial masyarakat Kelurahan Cikerai. Seperti masih tingginya kemiskinan di Kelurahan Cikerai, yang dapat di lihat pada tabel 1.3

berikut :

Tabel 1.4

Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS)

Kelurahan Jumlah RTS Persentase

%

2011 2012

1. Bulakan 273 279 0,01 (naik)

2. Cibeber 178 168 0,03 (naik)

3. Cikerai 321 314 0,01 (naik)

4. Kalitimbang 249 266 0,03 (naik)

5. Karang Asem 344 581 0,26 (naik)

6. Kedaleman 311 263 0,08 (turun)

Jumlah 1676 1871

Sumber : Plt. Kasie Kesejahteraan Sosial Kecamatan Cibeber 2012

Dari tabel 1.4 diatas, dapat diketahui bahwa Rumah Tangga Sasaran (RTS) di

Kecamatan Cibeber mengalami kenaikan dari 1.676 RTS menjadi 1.871 RTS. Di tahun

2012, Kelurahan yang memiliki jumah RTS terbanyak yaitu Karang Asem dengan 581

RTS naik 0,26 % dari 344 RTS. Kemudian Cikerai dengan 314 RTS naik 0,01 % dari

jumlah 321 RTS, Bulakan 279 RTS naik 0,01 % dari 273 RTS, Kalitimbang 266 RTS

naik 0,03 % dari jumlah 249 RTS, Kedaleman 263 RTS yang mengalami penurunan

dari jumlah 311 RTS, dan Kelurahan Cibeber dengan 168 RTS naik 0,03 % dari 178

RTS. Kelurahan Cikerai menjadi Kelurahan kedua yang memiliki Rumah Tangga

Sasaran (RTS) tinggi di Kecamatan Cibeber setelah Kelurahan Karang Asem. Hal

tersebut dapat terjadi karena pendidikan masyarakat/penduduk Kelurahan Cikerai masih

rendah. Adapun data yang menunjukan rendahnya pendidikan di Kelurahan Cikerai

(26)

Tabel 1.5

Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah / Jiwa Persentase (%)

1. TK 99 0,15 2. SD / MA 132 0,20 3. SLTP / MTS 105 0,16 4. SLTA / MA 67 0,10 5. Diploma / S1 24 0,4 6. Tidak Lulus SD 225 0,35

JUMLAH 652 100 %

Sumber : Kelurahan Cikerai 2012

Dari tabel 1.5tersebut,diketahui bahwa pendidikan yang paling banyak di

tempuh masyarakat Kelurahan Cikerai adalah SD, SLTP, dan SLTA. Karena di Kota

Cilegon telah memberlakukan penggratisan Sekolah dari SD hingga SMA/SLTA.

Sehingga masyarakat akan lebih mudah untuk menerima pendidikan. Namun dalam

kenyataannya dari jumlah tersebut, tidak sebanding dengan jumlah penduduk Kelurahan

Cikerai yaitu sebanyak 2.907 jiwa. Dan seperti yang ditujukan pada tabel, ternyata

masih banyak yang tidak lulus SD. Oleh karena itu di Kelurahan Cikerai masih ada

yang buta huruf atau sama sekali tidak bisa membaca bahkan menulis. Hal itu

dibuktikan pada saat sosialisasi mengenai P2WKSS yang dilaksanakan pada tanggal 5

Maret 2013 di Kantor Kelurahan Cikerai, lebih dari 15 peserta KK (Kepala Keluarga)

Binaan tidak bisa menuliskan namanya sendiri sehingga diwakilkan oleh teman dan

petugas sosialisasi dari P2WKSS.

Rendahnya tingkat pendidikan juga menyebabkan rendahnya kesadaran

masyarakat Kelurahan Cikerai dalam menjaga kesehatan, baik itu kesehatan

(27)

lingkungan Kelurahan Cikerai masih membuang sampah secara sembarangan. Sehingga

sampah-sampah banyak yang berserakan. Di Cikerai juga dalam pendirian rumah

penduduk, kurang memperhatikan masalah saluran pembuangan bekas air kotoran

rumah tangga (selokan). Sehingga di Cikerai masih banyak rumah yang saluran

pembuangannya tidak mengalir sehingga terjadi pengendapan yang mengakibatkan

lingkungan menjadi bau dan kotor.

Kedua, yaitu kondisi ekonomi Kelurahan Cikerai yang masih rendah. Karena dengan jenis pekerjaan masyarakat Kelurahan Cikerai yang mayoritas adalah Buruh dan

Petani. Masyarakat Cikerai merasa tidak mampu untuk menghidupi keluarganya secara

layak dan memenuhi gizi keluarga dengan seimbang. Yaitu dengan makan ayam, sayur,

ikan misalnya. Sehingga masyarakat Cikerai tidak benar-benar memikirkan arti penting

dari gizi. Padahal daerah Kelurahan Cikerai adalah daerah yang masih banyak memiliki

lahan ladang/tegalan yang cukup luas yaitu seluas 290 Ha, lahan persawahan seluas 13

Ha, serta padang rumput seluas 5,30 Ha. Apabila masyarakat lebih bisa

memanfaatkannya, maka kehidupan dari masyarakat Kelurahan Cikerai akan lebih

sejahtera. Untuk mengetahui jenis pekerjaan dari penduduk Kelurahan Cikerai, dapat di

(28)

Tabel 1.6

Jenis pekerjaan penduduk Kecamatan Cibeber

Kelurahan Jenis Pekerjaan Sumber : Cibeber Dalam Angka 2010 (BPS Kota Cilegon)

Berdasarkan tabel 1.7 diatas dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan yang paling

banyak yaitu jasa lainnya seperti diantaranya tukang ojek, gali kubur, penambang pasir

dan kuli bangunan yaitu sebanyak 455 Jiwa. Sedangkan terbanyak kedua yaitu jenis

pekerjaan di bidang pertanian dengan jumlah 200 Jiwa dan terbanyak ketiga yaitu

bidang perdagangan dengan jumlah 29 Jiwa. Hal itu dikarenakan wilayah Kelurahan

Cikerai juga terdapat lokasi kuburan Cina dan penambangan pasir.

Ketiga, yaitu kurangnya pengembangan potensi perempuan di Kelurahan Cikerai. Karena sebenarnya kaum perempuan memiliki sejumlah potensi yang baik,

salah satunya seperti memanfaatkan hasil kebun untuk di olah dan jual. Apabila dikelola

secara benar maka potensi tersebut akan memberikan manfaat yang sangat besar, baik

untuk keluarga maupun lingkungannya. Perempuan juga dapat menjadi pelaku

pembangunan ekonomi dalam menggerakkan masyarakat untuk memerangi kemiskinan.

Namun dalam kenyataannya perempuan di Kelurahan Cikerai masih banyak yang tidak

(29)

memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga biasa, bahkan banyak yang menjadi

buruh tani di perkebunan orang lain. Hal itu yang menjadi pokok persoalan yang

dihadapai kaum perempuan berkaitan dengan kualitas dan mutu sumber daya manusia

yang masih rendah. Oleh karenanya, yang menjadi akar permasalahan kemiskinan yaitu

masalah pada ketertinggalan kaum perempuan dalam mengakses, berpartisipasi serta

memanfaatkan hasil-hasil pembangunan. Untuk itu, pemberdayaan perempuan

khususnya di bidang sosial dan ekonomi menjadi hal prioritas yang dapat dilakukan

untuk mencapai kesejahteraan khususnya dalam keluarga. Dengan pemberdayaan

tersebut diharapkan akan menjadi suatu daya dukung bagi perempuan untuk

mengembangkan diri dan kaum perempuan itu sendiri.

Keempat, kurangnya tanggung jawab dari pelaksana program P2WKSS di Kelurahan Cikerai. Hal itu dapat dibuktikan dari adanya pegawai UPTD BKBPP yang

seharusnya setiap ada kegiatan melakukan pengawasan rutin, namun pada kenyataannya

dalam satu minggu pihak UPTD BKBPP mengawasi kegiatan hanya 2-3 kali, bahkan

sempat lebih dari seminggu pihak UPTD BKBPP tidak melakukan pengawasan dengan

alasan di UPTD sedang ada kegiatan lainnya. Padahal seharusnya walaupun ada

kegiatan setidaknya ada satu orang yang mewakili untuk menghadiri kegiatan P2WKSS

karena memang sudah menjadi tanggung jawab dari pihak UPTD BKBPP sebagai

pengawas program untuk hadir setiap kali ada pembinaan dan pelatihan. Selain itu,

kurangnya tanggung jawab juga terjadi pada Ketua Sub Bagian Bina Lembaga dan

Organisasi Perempuan (BLOP) selaku ketua pelaksana. Selama ada kegiatan pelatihan,

(30)

ada proses pemantauan yang dilakukan oleh Ketua Pelaksana, sehingga kegiatan dapat

berjalan sebagaimana mestinya.

Kelima, banyaknya kegiatan P2WKSS di Kelurahan Cikerai yang tidak sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan. Diantaranya yaitu peserta pelatihan yang ditujukan

untuk masyarakat miskin, namun dalam pelaksanaanya banyak peserta yang mengikuti

kegiatan pelatihan adalah masyarakat yang mampu secara materil. Hal itu terlihat

dengan adanya peserta yang membawa Handphone, motor bahkan ada yang memakai perhiasan dan ada juga peserta yang mengikuti pelatihan tata rias tapi peserta tersebut

sedang melakukan perawatan wajah di Salon kecantikan. Namun, pihak pelaksana tidak

melakukan tindakan untuk supaya program P2WKKS menjadi tepat sasaran yaitu pada

masyarakat miskin. Hal tersebut dikarenakan pihak BKBPP lebih mementingkan

program berjalan dengan lancar tanpa memikirkan apakah program sesuai target atau

tidak. Selain itu peserta yang seharusnya dalam setiap pelatihan di isi dengan 25 orang

dengan orang yang berbeda. Namun kenyataan dilapangan, peserta yang datang tidak

sesuai prosedur tersebut yaitu hanya 15-20 peserta dan di kegiatan pelatihan yang satu

dengan yang lainnya yang mengikuti adalah orang yang sama. Kelengkapan peserta

terjadi ketika pelatihan tata rias saja. Selain itu juga, banyak peserta yang tidak

tercantum dalam KK (Kepala Keluarga) Binaan.

Kemudian ditemukan pula ketidaksesuaian pelaksanaan dengan petunjuk teknis

P2WKSS juga terjadi pada penjadwalan kegiatan. Hal tersebut dapat di lihat dari

kegiatan sosialisasi yang seharusnya dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2013 namun

(31)

oleh Kepala Badan BKBPP terjadi salah pengucapan tanggal pelaksanaan sosialisasi

tersebut. Kegiatan keterampilan yang seharusnya 22 Mei 2013, namun kegiatan tersebut

sudah dilakukan pada tanggal 15 April 2013-19 April 2013. Seharusnya juga pelatihan

tersebut dilaksanakan sebanyak 10 hari namun kenyataannya dilaksanakan hanya 5 hari.

Hal itu terjadi karena perencanaan program P2WKSS yang tidak matang. Berbagai

kendala terjadi saat kegiatan dilaksanakan. Seperti dana yang seharusnya sebelum

kegiatan sudah ada, tapi kenyataannya hingga kegiatan selesai, dana belum tersedia.

Sehingga para tutor dari keterampilan mengeluhkan pembayaran honor yang terlambat.

Begitu juga pada pelatihan yang lainnya seperti pelatihan tata boga dan tata rias. Hal

yang membuat para tutor kecewa adalah dana yang diperlukan untuk pelatihan tersebut

menggunakan dana pribadi dari tutor yang bersangkutan. Dengan keterlambatan dana

karena perencanaan yang tidak matang, hal itu juga mengakibatkan kegiatan lainnya

menjadi terkendala. Salah satu staf BKBPP menegaskan bahwa memang terjadi

perencanaan yang tidak matang dan pelaksanaan yang tidak teratur. Jadi dalam

pengajuan dana untuk kegiatan dilakukan dalam kurung waktu yang berdekatan dengan

waktu kegiatan dilaksanakan sehingga pencairan dana bisa memakan waktu setelah

kegiatan dilakukan. Dan proses pengajuan dana juga tidak dilakukan secara serentak

untuk semua kegiatan, namun satu per satu kegiatan sehingga semuanya menjadi

terkendala.

Dengan adanya pemaparan masalah yang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

(32)

I.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Rendahnya kondisi sosial masyarakat Kelurahan Cikerai

2. Rendahnya kondisi ekonomi Kelurahan Cikerai.

3. Kurangnya pengembangan potensi perempuan di Kelurahan Cikerai.

4. Kurangnya tanggung jawab dari pelaksana program P2WKSS di Kelurahan

Cikerai.

5. Banyaknya kegiatan P2WKSS di Kelurahan Cikerai yang tidak sesuai dengan

petunjuk teknis pelaksanaan.

I.3. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

I.3.1. Pembatasan Masalah

Dalam pembatasan masalah dalam penelitian ini maka peneliti akan membatasi

tentang “Implementasi Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS)”.

I.3.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah implementasi program P2WKSS di Kelurahan Cikerai

(33)

I.4. Maksud Dan Tujuan Penelitian

Setiap penelitian apa pun tentu akan memiliki suatu tujuan dari penelitian

tersebut. Hal ini sangat perlu untuk bisa menjadikan acuan bagi setiap kegiatan

penelitian yang akan dilakukan. Karena tujuan merupakan tolak ukur dan menjadi

targetan dari kegiatan penelitian tersebut. Tanpa itu semua maka apa yang akan

dilakukan akan menjadi sia-sia. Maksud dan tujuan penelitian tersebut antara lain yaitu :

Untuk mengetahui bagaimana implementasi dari program P2WKSS di

Kelurahan Cikerai Kota Cilegon.

I.5. Kegunaan Penelitian I.5.1. Secara Teoritis

a. Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan sehingga

memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu administrasi negara

khususnya.

b. Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan teori yang sudah ada.

c. Untuk memberikan pengaruh yang positif bagi peneliti dan bagi siapa saja yang

menbaca dan mencoba memahami isi penelitian ini.

d. Mengembangkan kemampuan dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperolah

peneliti selama mengikuti program pendidikan di program studi Administrasi

(34)

I.5.2. Secara Praktis.

a. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat memberikan masukan sebagai bahan kajian

dalam implementasi program terpau P2WKSS di Kelurahan Cikerai Kecamatan

Cibeber Kota Cilegon

b. Bagi Instansi, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk program

terpadu P2WKSS di tahun-tahun selanjutnya.

c. Bagi Masyarakat, penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan informasi

tambahan bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

1.6. Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang yang menerangkan ruang lingkup dan kedudukan

masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif, dari lingkup yang paling umum

sehingga menukik kemasalah yang paling spesifik. Selanjutnya adalah identifikasi

masalah, dalam halini identifikasi masalah mendeteksi aspek permasalahan yang

muncul dan berkaitan dari tema/topik/judul penelitian atau dengan masalah. Pembatasan

masalah dan perumusan masalah dari hasil identifikasi tersebut ditetapkan masalah yang

paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian. maksud tujuan penelitian, dalam

hal ini mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakan

penelitian. Kemudian terdapat juga kegunaan penelitian yang menjelaskan manfaat

teoritis dan praktis dari penelitian yang akan diteliti dan yang terakhir yaitu sistematika

(35)

BAB II DESKRIPSI TEORI

Terdapat deskripsi teori dan kerangka berfikir. Deskripsi teori mengkaji tentang

berbagai teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel berfikir sedangkan

kerangka berfikir menceritakan alur pikiran peneliti dalam penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Terdiri dari metode penelitian menjelaskan tentang penggunaan metode yang

digunakan. Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat

penggumpulan data. Populasi dan sampel penelitian menjelaskan tentang wilayah

generalisasi dan teknik pengambilan sampel dan generalisasinya. Teknik pengolahan

dan analisa datang menjelaskan tentang teknik analisa beserta rasionalisasinya. Terakhir

tentang tempat dan waktu, menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian tersebut.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara

jelas. Struktur organisasi dari populasi dan sampel yang telah ditentukan. Kemudian

terdapat derskripsi data yang menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dioleh dari

data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan. Kemudian

melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap persoalan dan pada akhir pembahasan

peneliti dapat mengemukakan berbagai keterbatasan yang mungkin terdapat dalam

pelaksanaan penelitian.terutama sekali untuk penelitian eksperimen dan keterbatasan ini

dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut dalam bidang yang

(36)

BAB V PENUTUP

Dalam penutup ini memuat penjelasan mengenai simpulan yaitu menyimpulkan

hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan mudah dipahami dan saran

yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik

(37)

BAB II

DESKRIPSI TEORI

2.1. Deskripsi Teori

Pada kerangka teori ini dimaksudkan untuk memberikan jawaban atas

pertanyaan dalam rumusan masalah sebelumnya. Dan untuk menjawab rumusan

masalah tersebut perlu membedah kembali tentang beberapa konsep seperti

Implementasi Kebijakan Publik, Model Implementasi Kebijakan Publik, Pemberdayaan

Perempuan, Kebijakan Pemberdayaan Perempuan dan Kajian P2WKSS itu sendiri.

2.1.1. Implementasi Kebijakan

Hakekat dari implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang terencana dan

bertahap yang di lakukan oleh instansi pelaksana dengan di dasarkan pada kebijakan

yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang.Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam

(Wahab, 2005:65) menjelaskan bahwa :

“ Implementasi adalah memahami yang senyatanya terjadi sesudah suatu program itu dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman kebijakan, yang mencakup baik usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat”.

Menurut Riant Nugroho, implementasi pada prinsipnya adalah cara yang

dilakukan agar dapat mencapai tujuan yang dinginkan (Nugroho, 2003:158).

Implementasi merupakan prinsip dalam sebuah tindakan atau cara yang dilakukan oleh

individu atau kelompok orang untuk pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.

(38)

“Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan” (Meter dan Vanhorn, 1975:447).

Jadi, implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan

kebijakan. Pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu

apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi

masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan

masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

Selanjutnya, studi implementasi menurut Jenkins dalam (Parsons, 2006:463)

adalah studi perubahan. Bagaimana perubahan terjadi, sebagaimana memungkinkan

perubahan bisa dimunculkan. Juga merupakan studi tentang mikro struktur dari

kehidupan politik, bagaimana organisasi diluar dan didalam sistem politik menjalankan

urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain, apa motivasi mereka bertindak seperti

tiu dan apa motivasi lain yang membuat mereka berrtindak secara berbeda.

Sedangakan menurut Pressman dan Wildavsky dalam (Parsons, 2006:468)

mangungkapkan implementasi adalah menjadikan orang melakukan apa-apa yang

diperintahkan dan mengontrol urutan tahap dalam sebuah sistem, dan implementasi

adalah soal pengembangan sebuah program control yang meminimalkan konflik dan

deviasi dari tujuan yang ditetapkan oleh hipotesis kebijakan. Dan menurut teori Cheema

(39)

pemerintah yang bersifat desentralisasi, ada empat kelompok variabel yang dapat

mempengaruhi kinerja dan dampak suatu program, yakni :

a. Kondisi lingkungan

b. Hubungan antar organisasi

c. Sumberdaya organisasi untuk implementasi program

d. Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana

Charles O‟Jones (Harahap, 2004:15) mengemukakan bahwa implementasi

adalah suatu proses interaktif antara suatu perangkat tujuan dengan tindakan atau

bersifat interaktif dengan kegiatan-kegiatan kebijaksanaan yang mendahuluinya, dengan

kata lain implementasi merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan

sebuah program dengan pilar-pilar organisasi, interpretasi dan pelaksanaan.

Menurut Jones (1994:296),tiga pilar penilaian dari implementasi suatu program

yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Organisasi, setiap organisasi harus memiliki struktur organisasi, adanya sumber

daya manusia yang berkualitas sebagai tenaga pelaksana dan perlengkapan atau

alat-alat kerja serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas.

b. Interpretasi, maka mereka yang bertanggungjawab dapat melaksanakan tugasnya

sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dilihat apakah

pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis

yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.

c. Penerapan, peraturan/kebijakan berupa petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis

(40)

dilengkapi dengan adanya prosedur kerja yang jelas, program kerja serta jadwal

kegiatan disiplin.

Pengertian implementasi kebijakan publik merupakan study kajian mengenai

pelaksanaan dari suatu kebijakan pemerintah. Setelah suatu kebijakan dirumuskan dan

disetujui, langkah berikutnya adalah bagaimana agar kebijakan tersebut dapat tercapai

tujuannya. Untuk pengertian implementasi kebijakan, banyak akar pakar yang

mendeskripsikan implementasi kebijakan diantaranya yaitu Nugroho (2003:162) yang

berpendapat mengenai imlementasi kebijakan adalah pelaksanaan atau implementasi

kebijakan di dalam konteks manajemen berada di dalam kerangka organizing-lesding-controling. Jadi, ketika kebijakan sudah dibuat, maka tugas selanjutnya adalah mengorganisasikan, melaksanakan kepemimpinan untuk memimpin pelaksanaan, dan

melakukan pengendalian pelaksanaan tersebut.

Budi Winarno dalam bukunya yang berjudul Teori dan Proses Kebijakan Publik menjelaskan pengertian implementasi kebijakan, sebagai berikut :

“Implementasi kebijakan merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan” (Winarno, 2005:101).

Berdasarkan pendapat Winarno tersebut, implementasi kebijakan dipandang

dalam pengertian yang luas, merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat

dipahami sebagai proses keluaran (output) maupun hasil, yang melibatkan aktor, organisasi prosedur dan teknik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pendapat Budi

(41)

yang berjudul Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Ia mengemukakan bahwa :

“Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut” (Dwidjowijoto, 2004:158).

Implementasi kebijakan menurut pendapat di atas, tidak lain berkaitan dengan

cara agar kebijakan dapat mencapai tujuan. Diimplementasikan melalui bentuk

program-program serta melalui derivate. Derivate atau turunan dari kebijakan publik

yang dimaksud yaitu melalui proyek intervensi dan kegiatan intervensi. Secara umum

dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1

Turunan dari Kebijakan Publik

( Sumber :Dwidjowijoto (2004:159) ) Kebijakan Publik

Kebijakan Publik Penjelas

Publik/Masyarakat/Beneficiaries Kegiatan Intervensi

(42)

Kebijakan Publik yang diambil oleh organisasi swasta maupun instansi

pemerintah haruslah mewakili suara-suara dari publiknya itu sendiri, walupun apad

kenyataannya begitu banyak keinginan-keinginan yang harus dilaksanakan. Untuk itu

diperlukan beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelum mengambil sebuah

kebijakan dari Nugroho (2003 :73), mengatakan bahwa terdapat beberapa tahapan dari

kebijakan publik yaitu :

1. Terdapat isu atau masalah publik, apabila masalahnya bersifat strategi yakni bersifat mendasar, menyangkut banyak orang atau bahkan keselamatan bersama, (biasanya) berjangka panjang, tidak bisa diselesaikan oleh orang seorang dan memang harus diseselaikan. Isu ini dinagkat sebagai agenda politik untuk diselesaikan.

2. Isu ini kemudian menggerakan pemerinth untuk merumuskan Kebijakan Publik dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut. Rumusan masalah ini akan menjadi hukum bagi seluruh warga negaranya termasuk pemimpin negaranya juga.

3. Setelah dirumuskan kemudian Kebijakan Publik ini dilaksanakan baik oleh pemerintah, warga maupun pemerintah bersama-sama dengan warga.

(43)

4. Namun didalam proses perumusan, pelaksanakan dan pasca pelaksanaan diperlukan tindakan evaluasi sebagai sebuah siklus baru sebagai penilaian apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan dengan baik dan benar kemudian di implementasikan dengan baik dan benar pula.

5. Implementasi kebijakan bermuara kepada output yang dapat berupa kebijakan itu sendiri maupun manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh warga.

6. Dalam jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan outcome dalam bentuk dampak kebijakan yang diharkan semakin meningkatkan tujuan yang hendak dicapai dengan kebijakan tersebut.

Selanjutnya menurut Mazmanian dan Sabatier dalam (Wahab, 2005:65)

pengertian implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan antara

pembentukan kebijakan dan konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang

dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah

maka kebjakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu di

implementasikan dengan sangat baik. Sedangkan menurut Meter dan Horn dalam

(Agustino, 2006:153) yang mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai

tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat tau

kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang

telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.

2.1.2. Model Implementasi Kebijakan

Menurut Dwidjowijoto (2003:165), pada prinsipnya terdapat pemilahan jenis

teknik atau model implementasi kebijakan. Pemilahan pertama adalah implementasi

kebijakan yang berpola “dari atas ke bawah” (top-bottomer) versus dari “bawah ke atas”

(44)

Model implementasi yang paling klasik, yakni model implementasi yang

diperkenalkan oleh Donald Van Meter dengan Carl Van Horn (1975). Model ini

mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linear dari kebijakan

publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Beberapa variabel yang dimasukan

sebagai variabel yang mempengaruhi kebiajakn publik adalah variabel :

1. Aktivitas implementasi dan komunikasi antarorganisasi

2. Karakteristik dari agen pelaksana/implementor

3. Kondisi ekonomi, sosial dan politik

4. Kecenderungan (disposition) dari pelaksana/implementor.

Gambar 2.3

Model Implementasi Donald Van Meter dengan Carl Van Horn

( Sumber : Dwidjowijoto (2003:168) )

(45)

Sedangkan model implementasi yang dikembangkan oleh George C. Edward III

disebut dengan Direct and Impact on Implementation dalam buku Budi Winarno

(2007:144), ada empat variable yang sangat menentukan keberhasilan implementasi,

yaitu :

1. Komunikasi 2. Sumberdaya 3. Disposisi, dan 4. Struktur Birokrasi

Gambar 2.4

Model Direct and Indirect of Implementation ( Sumber : Winarno (2007:144) )

Proses ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi dari suatu kebijakan

yang pada dasarnya dilakukan untuk meraih kinerja implentasi kebijakan publik yang

tinggi, yang berlangsung dala hubungan berbagai variabel. Model ini mengumpamakan

implementasi kebijakan berjalan secara linier dari komunikasi, sumber daya politik

yang tersediadan pelaksanaan implementasi kebijakan. Komunikasi

Sumber Daya

Disposisi

Implementasi

(46)

Pertama, yang mempengaruhi keberhasilan implementasi dari suatu kebijakan, adalah komunikasi. Menurut Edward III komunikasi sangat menentukan keberhasilan

pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang akan terjadi

apabila para pembuat keputusan (decision maker) sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan baru dapat berjalan

manakala komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan

peraturan implementasi harus ditransmisikan (atau dikomunikasikan) kepada bagian

personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus tepat,

akurat dan konsisten. Komunikasi (atau pentransmisian informasi) diperlukan agar para

pembuat keputusan dan para implementor semakin konsisten dalam melaksanakan

setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat.

Kedua, menurut Edward III yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan adalah sumber daya. Sumber daya merupakan hal penting lainnya

dalam mengimplementasikan kebijakan dengan baik. Indikator-indikator yang

digunakan untuk melihat sejauhmana sumberdaya dapat berjalan dengan baik dan rapi,

yaitu staf, informasi, wewenang dan fasilitas.

Ketiga, variabel yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu kebijakan adalah disposisi. Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting

ketiga dalam pendekatan mengenai implementasi suatu kebijakan. Jika implementasi

suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya harus

(47)

mekaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak menjadi bias. Hal-hal penting yang

perlu dicermati pada variabel disposisi adalah pengangkatan birokrat dan insentif.

Keempat, menurut Edward III yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan adalah struktur birokrasi. Walaupun sumber-sumber untuk

melaksanakan suatu kebijakan tersedia, atau para pelaksana kebijakan mengetahui apa

yang harusnya dilakukan dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu

kebijakan, tetapi kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi

masih tetap ada karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi. Kebijakan yang

begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur birokrasi

tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebabkan

sumber-sumbernya.

Implementasi yang dikemukan oleh George C. Edward III (2007:174) adalah

salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan

konsekuensi-konsekuensi kebijakan masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak

tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan,

maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu

diimplementasikan dengan sangat baik. Suatu kebijakan yang telah direncanakan

dengan sangat baik, mungkin juga akan mengalami kegagalan, jika kebijakan tersebut

kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kabijakan.

Model implementasi lainnya yaitu model dari Merilee S. Grindle (1980) yang

(48)

Keberhasilannya ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut. Isi kebijakan tersebut mencakup :

1. Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan 2. Jenis manfaat yang akan dihasilakn

3. Derajat perubahan yang diinginkan 4. Kedudukan pembuat kebijakan 5. (siapa) pelaksana program 6. Sumber daya yang dikerahkan

Sementara itu, konteks implementasinya adalah :

1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat 2. Karakteristik lembaga dan penguasa

3. Kepatuhan dan daya tanggap.

(49)

Gambar 2.5

Model Implementasi Grindle

( Sumber : Dwidjowijoto (2003:176) )

Isi Kebijakan :

1. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan

(50)

2.1.3.Kebijakan Publik

Kebijakan pulik adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk memenuhi

kepentingan publik. Studi mengenai pembuatan kebijakan publik merupakan studi yang

paling dalam di dalam studi administrasi negara.Menurut Eyestone dalam (Agustino,

2006:40) menjelaskan kebijakan publik adalah hubungan antara unit pemerintah dengan

lingkungannya. Sedangkan menurut Fredrich dalam (Agustino, 2006:41) menjelaskan

bahwa :

“Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang yang dimaksud atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu”.

Seperti halnya Fredrich, Anderson dalam (Agustino, 2006:41) menjelaskan juga

bahwa kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau

tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang actor atau sekelompok actor

yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan. Islamy

(1998:8) juga mendefinisikan kebijakan publik sebagai serangkaian tindakan atau

kegiatan yang mempunyai tujuan tertentu. ia menyatakan bahwa kebijakan publik

merupakan serangkaian tindakan yang dipilih dan di alokasikan secara sah oleh

pemerintah atau negara kepada seluruh anggota masyarakat yang mempunyai tujuan

tertentu demi kepentingan publik.

Dari beberapa pengetian tersebut, Nugroho (2006:23) menarik sebuah

pemahaman mengenai kebijakan publik yaitu pertama, kebijakan publik adalah kegiatan

(51)

publikadalah segala sesuatu yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah.

Kedua, kebijakan publik adalah kebijakan yang mengatur kehidupan bersama atau

kehidupan publik, bukan kehidupan orang atau seseorang atau golongan. Kebijakan

publik mengatur semua yang ada di domain lembaga admin publik. Ketiga, dikatakan

sebagai kebijakan publik jika manfaat yang diperoleh masyarakat yang bukan pengguna

lansung dari produk yang dihasilkan jauh lebih banyak atau lebih besar dari

penggunanya langsung. Konsep ini disebut externality atau eksternalitas.

Solichin Abdul Wahab dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara mengutip pendapat Friedrich mengartikan kebijakan :

“Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan” (Friedrich dalam Wahab, 2005:3).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik

merupakan serangkaian instruksi dari para pembuat keputusan kepada pelaksana

kebijakan yang mengupayakan baik tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan

tersebut.

2.1.4.Pemberdayaan Perempuan

Secara sederhana, perempuan adalah manusia yang memiliki alat reproduksi seperti rahim, dan saluran-saluran untuk melahirkan, memiliki vagina, mempunyai alat

(52)

Menurut Vitayala (2010:91), secara tradisi perempuan diposisikan untuk

melakukan peran tiga I yaitu sebagai Istri, Ibu rumah tangga, dan Ibu keluarga.

Penjelasannya yaitu sebagai berikut :

1. Sebagai seorang istri, perempuan melaksanakan peran reproduksi yaitu mengandung dan melahirkan anak bagi suami maupun negara (penerus generasi bangsa). Dalam GBHN dan Repelita, peran penerus generasi bangsa diletakan pada pundak wanita karena memang wanitalah yang dapat mengandung dan melahirkan anak.

2. Sebagai seorang ibu rumah tangga, perempuan berkewajiban mengurus rumah tangg. Tugas ini mencakup penyediaan makanan utnuk anggota keluarga, mengurus dan menata rumah, dan sebagainya yang terkait dengan upaya menumbuhkan kenyamanan dan keasrian rumah tangga. Karena itu sampai saat ini, masih ada persepsi yang mengakar kuat di masyarakat bahwa tugas rumah tangga adalah tugas seorang perempuan dan bukan tugas bersama (lelaki dan perempuan), apalagi dinyatakan sebagai tugas lelaki. 3. Sebagai seorang ibu keluarga, perempuan bertugas mengasuh dan mendidik

anak. Karena itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan anak menjadi tanggung jawab perempuan (ibu).

Menurut Musdah dalam bukunya yang berjudul “Menuju Kemandirian Politik Perempuan” (2008:30) menyatakan :

“Atas nama agama, perempuan dipandang makhluk kotor sehingga harus dienyahkan dari rumah ibadah ketika menstruasi. Atas dasar agama, perempuan dipojokan sebagai makhluk domestik, hanya berkutat seputas sumur, kasur, dan dapur. Atas nama agama, perempuan dijauhkan dari peluang mendapatkan pendidikan tinggi, meniti karir dan beraktivitas secara profesional di ruang publik. Atas nama agama, perempuan harus menjadi istri yang taat pada suami dengan memuaskan birahi mereka kapan saja dibutuhkan, perempuan harus menjadi ibu yang sabar merawat anak-anaknya, dan perempuan harus selalu menjaga nama baik diri dan keluarganya. Atas nama agama, perempuan selalu diposisikan sebagai objek hukum dan seluruh peraturan perundangan-undangan, khususnya berkaitan dengan hukum keluarga. Atas nama agama, perempuan dinistakan sebagai objek seksual yang harus setuju dipoligami sebagai jaminan masuk sorga”.

Dari pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa perempuan adalah

(53)

masih dianggap lemah dan diremehkan. Sehingga dalam pembangunan perempuan

selalu menjadi objek dan bukan menjadi subjek dari suatu pembangunan. Oleh

karenanya, dibutuhkan suatu pemberdayaan khusus untuk perempuan.

Menurut Vitayala (2010:125), pemberdayaan perempuan adalah :

“Upaya memperbaiki ststus dan peran perempuan dalam pembangunan bangsa, sama halnya dengan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan”. Kerangka pikir pemberdayaan perempuan menuju kesadaran, peningkatan dalam

kaitannya dengan kegiatan untuk menghasilakan pendapatan (IGA: Icome Generating Activities) dan suasana lingkungan. Kerangka pikir pemberdayaan perempuan tersebut yaitu : ( Sumber : Vitayala, (2010:126) )

Pemberdayaan perempuan diindikasikan oleh situasi ketika sebagian besar

perempuan akan mampu menikmati “kebebasan memlilih” untuk mandiri dan

(54)

ranah domestik atau publik, memperoleh kesempatan dan kekuasaan. Kombinasi dari

komponen-komponen ini merupakan instrumen yang esensial untuk mengarusutamakan

gender dalam kegiatan pembanguan.

Dalam buku “Pemberdayaan Perempuan Dari Masa Ke Masa” (Vitayala,

2010:134-135), menyebutkan aplikasi peran perempuan dalam pembangunan yang

dikenal dengan istilah pendekatan Wanita dalam Pembangunan (WDP atau WID,

Women in Development) dimulai pada tahun-tahun berikut :

1. Tahun 1978 ; Pelita III (Repelita III) : (a) GBHN 1978 memasukan suatu Bab tentang Peran Perempuan, dan (b) pemerintah Indonesia menunjuk Menteri Muda untuk urusan Peranan Perempuan (UPW) sebagai anggota Kabinet.

2. Tahun 1983-1988 (Pelita IV-Pelita V) ; (a) pemerintah melembagakan komitmen peningkatan peran perempuan dengan menunjuk Meneg UPW, (b) mandat yang diberikan ke UPW adalah memformulasi dan merencanakan kebijakan, koordinasi dan advokasi programs dan kegiatan untuk meningkatkan partisipasu perempuan dalam pembangunan nasional, dan (c) implementasinya ditugaskan kepada kementerian terkait.

3. Tahun 1984 : Pemerintah meratifikasi The Convention to Eliminate Discrimination Against Women (CEDAW) with the passage of Law No. 7 Tahun 1984.

4. Tahun 1993 (Pelita V) : Presiden mengukuhkan fungsi dan tanggung jawab Kantor Menneg UPW sebgai Kementeriaan koordinasi.

5. Tahun 1995 : Pemerintah memasukkan The Beijing Platform for Action, dan dengan itu, secara official telah memasukan prinsip-prinsip kesataraan gender. 6. Tahun 1999 : (a) DPR untuk pertama kalinya, mengidentifikasi kesetaraan dan

keadilan gender (KKG) sebagai kebijakan pembangunan nasional dalam GBHN, (b) Presiden (yang baru dipilih ; Gur Dur) mengukuhkan komitmennya untuk tujuan PUG dengan mekonstruksikan Kantor Menneg UPW sebagai Kantor Menneg untuk Pemberdayaan Perempuan (Menneg PP), dan )c) nama baru dari Kementerian Perempuan mengidentifikasi komitmen pemerintah kepada tujuan kesetaraan dan keadilan gender.

Menurut Vitayala (2010:135) menyebutkan bahwa :

(55)

Pedoman kebijakan yang diarahkan pada pemberdayaan perempuan, dengan

maksud : (1) memperbaiki status dan peran perempuan dalam pembangunan bangsa

melalui kebijakan nasional yang dilakukan oleh suatu institusi yang mampu untuk

mencapai KKG, dan (2) memperbaiki kualitas peran dan kemandirian organisasi

perempuan seraya mempertahankan kesatuan nilai-nilai sejarah perjuangan perempuan

dalam rangka untuk melanjutkan upaya pemberdayaan perempuan, keluarga, dan

kesejahteraan sosial.

2.1.5. Konsep Program terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga

Sehat dan Sejahtera (P2WKSS)

Program terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera

(P2WKSS) merupakan program yang ditujukan bagi peningkatan sumber daya manusia

perempuan untuk dapat lebih berperan dan lebih memiliki kapabilitas terutama dalam

mewujudkan keluarga sehat sejahtera. Persepektif program ini menempatkan wanita

sebagai sumber daya yang memiliki potensi untuk dapat bekerja sama dalam

pembangunan sebagai pelaku (subjek) pembangunan dan bukan hanya sebagai sasaran

(objek) pembangunan itu sendiri.

2.1.5.1. Strategi P2WKSS

Pendekatan strategi dalam pelaksanaan program terpadu P2WKSS ini adalah

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.3
Tabel 1.4 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS)
Tabel 1.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Hasil Evaluasi Ke-2 terhadap Dokumen Penawaran dan Evaluasi Ke-2 terhadap persyaratan kualifikasi yang telah saudara sampaikan untuk Pekerjaan

Rasionalisasi yang umum dilakukan oleh pria dengan mencari pasangan lebih muda adalah karena pihak wanita tidak lagi tertarik pada seks setelah menopause, hal ini semakin diperparah

Function euler2a computes an ODE solution by the fixed step modified Euler method for a series of points along the solution by repeatedly calling function sseuler for a single

Berdasarkan hasil pengujian aktivitas sediaan serum ekstrak kopi hijau (Coffea canephora var. Robusta) dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak kopi hijau

Apa yang dipandang penting oleh Barat dipandang penting juga oleh kita.” Mulai tertantang jugakah kalangan media massa Islam untuk melakukan upaya yang serius membentuk wacana

Dan pada ciprofloksasin selain terlihat perbedaan yang nyata pada semuanya juga menunjukan aktivitas yang paling besar.Untuk kontrol positif pada bakteri S aureus

( inherent) dan menjadi bagian dari suatu zat, sistem, kondisi, atau peralatan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bahaya adalah sumber terjadinya kecelakaan. atau insiden baik

Nilai massa jenis bahan bakar minyak yang dihasilkan erat kaitannya dengan temperatur reaktor pada saat proses pembuatan BBM dari sampah plastik. Semakin tinggi