IMPLEMENTASI PROGRAM TERPADU PENINGKATAN
PERANAN WANITA MENUJU KELUARGA SEHAT DAN
SEJAHTERA (P2WKSS) DI KELURAHAN CIKERAI
KECAMATAN CIBEBER KOTA CILEGON
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian Sarjana Strata-1 Konsentrasi Menajemen Publik pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh : AMOH HAMROH
6661090173
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG
ABSTRAK
Amoh Hamroh. 6661090173. 2013. Implementasi Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) di Kelurahan Cikerai Kecamatan Cibeber Kota Cilegon. Program StudiIlmuAdministrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I : Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si. Dosen Pembimbing II : Rahmawati, S.Sos., M.Si.
Kata Kunci: ImplementasiKebijakan, Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera
ABSTRACT
Amoh Hamroh. 6661090173. 2013.Implementation of The Increased of Women Role for Properous and Healthy Family Programin Cikerai, Cibeber Subdistrict Cilegon. Departement of Public Administration. Faculty of Social and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. 1st advisor : Dr. Agus Sjafari, S.Sos.,M.Si. 2ndadvisor : Rahmawati, S.Sos., M.Si.
Keywords: Implementation, The Increased of Women Role for Properous and Healthy Family Programin Cikerai, Cibeber Subdistrict Cilegon
Bismillahirrahmanirrahim...
Dari semua yang telah kau tetapkan dalam takdir-Mu
Rencana indah yang kau telah siapkan bagi masa depanku penuh harapan
Harapan kesuksesan terpangku di pundak
Sebagai janji kepada mereka....
Bapak dan Ibu
Kini ku persembahkan skripsi ini
Sebagai ungkapan syukur dan terima kasihku
Untuk semua orang yang ku sayangi
Untuk dosen yang telah berjasa
Untuk Bapak dan Ibu tercinta
Utnuk Kakak dan Adik tersayang
Untuk sahabat terindahku
Terima kasih ku tiada akhir...
Semangatku hanya karena kalian
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini yang berjudul
“Implementasi Program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat
dan Sejahtera (P2WKSS) Di Kelurahan Cikerai Kecamatan Cibeber Kota Cilegon
”.
Adapun skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi syarat untuk bisa melakukan
penelitian lapangan yang kemudian akan menjadi skripsi yang merupakan persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara.
Dalam penyusunan skripsi ini Peneliti melibatkan banyak pihak yang senantiasa
memberikan bantuan, baik berupa pengajaran, bimbingan, dukungan moral dan materil,
maupun keterangan-keterangan yang sangat berguna hingga tersusunnya skripsi ini.
Untuk itu, dengan rasa hormat Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat., M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, juga selaku Dosen Akademik serta
PembimbingI, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk melakukan sesi
bimbingan baik bimbingan akademik maupun bimbingan mengenai skripsi ini.
membantu Peneliti dalam menghadapi masalah-masalah terkait penyusunan
skripsi ini.
3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan I Bidang Akademik FISIP
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Mia Dwianna W, M.Ikom., Wakil Dekan II Bidang Keuangan danUmum FISIP
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Ismanto, S.Sos., MM., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FISIP
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Rina Yulianti, S.IP., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara
FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Anis Fuad, S.Sos., M.Si., Sekertaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara
FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing II, terima kasih telah meluangkan
waktunya untuk melakukan sesi bimbingan dan memberikan masukan serta
arahannya yang sangat membantu Peneliti dalam menghadapi masalah-masalah
terkait penyusunan skripsi ini.
9. Ipah Ema Jumiati, M.Si., selaku Dosen Penguji Seminar dan Sidang Skripsi
yang telah menguji serta membimbing penyusunan skripsi sehingga peneliti
dapat dengan mudah menyusun skripsi ini dengan baik.
10.Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si., selaku penguji sidang skripsi yang telah menguji
11.Kepada seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang tidak
dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah dan pernah memberikan
bekal-bekal ilmiah kepada peneliti selama proses belajar mengajar.
12.Dra. Hj. Uum Umayah, MM. MH., Kepala Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kota Cilegon, Bapak Gayatra Lubay, SE
selaku Kepala Bidang Kesetaraan dan Keadilan Gender, Ibu Evawarni selaku
Kepala Sub Bidang Bina Lembaga Organisasi Perempuan (BLOP), beserta
jajarannya yang telah memberikan kemudahan dalam pengumpulan data terkait
penelitian ini.
13.Kepada Kecamatan Cibeber baik Ibu Dra. Lina Komalasari, Kepala Kecamatan
atau Ibu Camat, Ibu Sukamsatun, SE. MM., Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial
beserta jajarannya yang telah mempermudah peneliti dalam memperoleh data
yang berkaitan dengan Kecamatan Cibeber.
14.Kepada Kelurahan Cikerai baik Bapak Astari, SE., Lurah atau Kepala Kelurahan
Cikerai beserta Istri dan jajarannya yang bersedia telah membantu memberikan
kemudahan untuk mencari data dan informasi yang dibutuhkan.
15.Kepada Ayahanda Roji Sujai Anwar, Ibunda Jahroh, Kakak Uum Umaroh, serta
adik tersayang Muhammad Bhactiar yang tidak pernah lelah untuk terus
memberikan cinta dan keceriaan serta senantiasa memberikan semangat dan doa
yang begitu tulus.
16.Sahabat tercinta Ari Setiawan, Wiwin Widiyanti, Samsul, Icha, Puput, Heri,
disebutkan satu per satu yang dengan senang hati memberikan semangat serta
dukungan kepada Peneliti sehingga Peneliti termotivasi untuk mengerjakan
skripsiini dengan baik dan tidak malas-malasan.
17.Teman-teman kelas A Reguler 2009 yang biasa kita sebut dengan “PEDES JUDES”, terima kasih untuk kalian yang selalu memberikan motivasi serta
keceriaan selama peneliti berkuliah di Kampus ini.
18.Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Administrasi Negara angkatan
2009, yang dengan tulus dan senang hati memberikan semangat serta dukungan
kepada Peneliti dalam mengerjakan skripsi ini.
19.Kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu, terima kasih
telah bersedia membantu dan memberikan informasi dalam penyusunan skripsi
ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,
dikarenakan keterbatasan ilmu Peneliti. Oleh karena itu, Peneliti dengan rendah hati
memohon maaf atas kekurangan dan kelemahan yang terdapat dalam skripsi ini, Peneliti
berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penelitian ini.
Serang, Oktober2013
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS ... LEMBAR PESETUJUAN ...
ABSTRAK ... LEMBAR PERSEMBAHAN ...
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1LatarBelakangMasalah ... 1
1.2IdentifikasiMasalah ... 16
1.3Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1. Pembatasan Masalah ... 16
1.3.2. RumusanMasalah ... 16
1.3.3. Maksud dan TujuanPenelitian ... 17
1.4.Kegunaan Penelitian ... 17
BAB II DESKRIPSI TEORI 2.1Deskripsi Teori
2.1.1. Implementasi Kebijakan ... 21
2.1.2. Model Implementasi Kebijakan ... 27
2.1.3.Kebijakan Publik ... 34
2.1.4.Pemberdayaan Perempuan ... 35
2.1.5.Konsep P2WKSS ... 39
2.2Kerangka Berfikir ... 40
2.3 Asumsi Dasar ... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1MetodePenelitian ... 44
3.2InstrumenPenelitian ... 45
3.3TeknikPengumpulanData... 46
3.4Informan Penelitian... 47
3.5TeknikAnalisis Data ... 50
3.6Uji Keabsahan Data ... 53
3.7Lokasi dan Waktu Penelitian ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kelurahan Cikerai ... 56
4.1.2 Definisi Program Terpadu P2WKSS ... 62
4.2.2 Informan Penelitian... 67
4.3Deskripsi Hasil Penelitian 4.3.1 Implementasi Program Terpadu P2WKSS di Kelurahan Cikerai Kecamatan Cibeber Kota Cilegon ... 69
4.3.1.1 Organisasi ... 70
4.3.1.2 Interpretasi... 114
4.3.1.3 Penerapan ... 131
4.4 Pembahasan 4.4.1 Analisis Peneliti Tentang Hasil Penelitian ... 163
4.4.1.1 Organisasi ... 164
4.4.1.2 Interpretasi... 165
4.4.1.3 Penerapan ... 167
BAB V KESIMPULAN 5.1Kesimpulan ... 172
5.2Saran ... 174
DAFTAR PUSTAKA ... v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1Daftar Instansi yang terkait dan kegiatan dalam program terpadu P2WKSS di
Kota Cilegon ... 4
Tabel 1.2Lokasi P2WKSS tahun 2009-2013 ... 6
Tabel 1.3 Keadaan Keluarga Masyarakat Kelurahan Cikerai ... 7
Tabel 1.4 Jumlah RTS Kecamatan Cibeber tahun 2011-2012 ... 9
Tabel 1.5Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Tingat Pendidikan ... 10
Tabel 1.6 Jenis pekerjaan penduduk Kecamatan Cibeber ... 12
Tabel 3.1InformanPenelitian ... 48
Tabel 3.2Jadwal Penelitian ... 54
Tabel 4.1 Jumlah Pegawai Kelurahan Cikerai Menurut Jabatan ... 57
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Cikerai Tahun 2012 ... 60
Tabel 4.3 InformanPenelitian ... 67
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Turunan dari Kebijakan Publik ... 25
Gambar 2.2 Tahapan kebijakan publik ... 26
Gambar 2.3 Model Implementasi Donald Van Meter dan Van Horn ... 28
Gambar 2.4 Model Direct and Indirect of Implementation (Edward III) ... 29
Gambar 2.5 Model Implementasi Grindle ... 33
Gambar 2.6 Kerangka pikir pemberdayaan perempuan ... 37
Gambar2.7 Kerangka Berfikir ... 42
Gambar 3.1Proses Analisis Data ... 50
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangProgram terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan
Sejahtera (P2WKSS) adalah program yang ditujukan bagi peningkatan sumber daya
manusia khusus pada perempuan untuk dapat lebih berperanan dan lebih memiliki
kapabilitas terutama dalam mewujudkan keluarga sehat sejahtera. Program ini
merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia dan sumber
daya alam serta lingkungan untuk mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat
sejahtera dan bahagia untuk pembangunan masyarakat desa dan/atau kelurahan, dengan
perempuan sebagai penggeraknya. Sejak mulai dicanangkannya pada tahun 1979,
program ini tercantum dalam program kerja di Departemen/LPND, di berbagai
departemen dan lembaga non-departemen yang menangani program Peningkatan
PerananWanita (P2W) dalam pembangunan sesuai dengan bidang tugas dan fungsi
masing-masing, serta peranan aktif dari gerakan PKK dengan partisipasi berbagai
potensi swasta dan LSM lainnya.
Dalam pelaksanaannya, P2WKSS sempat tidak berjalan dengan
diberlakukannya Peraturan Pemerintah nomor 25/2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Provinsi sebagai Daerah Otonom yang mengakibatkan masalah kelembagaan dan
jaringan di Daerah yaitu dimana yang dulu program tersebut diselenggarakan oleh
pemerintah pusat berubah menjadi diselenggarakan oleh pemerintah daerah, khususnya
pada program P2WKSS, program tersebut masih tetap dilaksanakan di beberapa
wilayah termasuk di Provinsi Banten.
Adapun yang menjadi landasan yuridis dari program terpadu P2WKSS di
Provinsi Banten adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 Pasal 28, Pasal 33 Ayat (1) dan Ayat (4)
2. Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Kekeluargaan Sejahtera (Lembar Negara RI Tahun 1992 No. 35, Tambahan Lembaran Negara RI No. 3475)
3. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
4. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahuun 2002 tentang Perlindungan Anak 5. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
6. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pengahapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
7. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara No. 4437)
8. Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
9. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Convenant On Economic, Social and Curtural Rights
10.Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Convenant On Civil and Political Rights
11.Peraturan Pemerintah RI Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara RI Tahun 2000 No. 54 Tambahan Lembaran Negara No. 3952)
12.Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009
13.Peraturan Presiden RI Nomor 13 Tahun 2009 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan ; (Revisi atas PerPres Nomor 54 Tahun 2005) 14.Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender Dalam Pembangunan Nasional
15.Instruksi Presiden RI Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun
17. Keputusan Gubernur Banten Nomor : 463/KEP. 181-HUK/2007 tentang : Penetapan Lokasi Desa/Kelurahan Binaan Pelaksanaan Program Terpadu P2WKSS di Provinsi Banten Tahun 2007-2011.
( Sumber : Petunjuk Teknis P2WKSS Kota Cilegon Tahun 2013 )
Di Provinsi Banten, program ini mulai digulirkan sejak tahun 2001 dengan
ruang lingkup Desa/Kelurahan yang termasuk kategori daerah rawan sosial ekonomi,
pendidikan, kesehatan atau kondisi lainnya berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh
Gubernur sebagai penanggung jawab program tersebut pada tingkat Provinsi.
Sedangkan dalam wilayah Kota/Kabupaten, yang menjadi penanggung jawab program
adalah Walikota/Bupati. Salah satu wilayah yang melaksanakan program terpadu
P2WKSS di Provinsi Banten yaitu Kota Cilegon.
Untuk pelaksanaannya di Kota Cilegon, program terpadu P2WKSS ini
dilakukan oleh Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP)
yang bekerjasama dengan berbagai instansi lainnyayaitu Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil (DKCS), Dinas Tenaga Kerja (Disnaker), Dinas Pertanian dan Kelautan
(Disperla), Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Ketahanan Pangan (BMKP), Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Tata Kota,
Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pendidikan, Kementerian Agama, dan Pembinaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota. Program kegiatan dari instansi-instansi tersebut
Tabel 1.1
Daftar Instansi yang terkait dan kegiatan dalam program terpadu P2WKSS di Kota Cilegon
Instansi Kegiatan
1. Badan Keluarga Berencana
dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP)
Pelatihan jasa boga, pelatihan menjahit, pelatihan perawatan tubuh, pelatihan etnik, contoh rumah sehat, kebun contoh, bantuan peralatan rumah tangga, bantuan pot, penyuluhaan Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Lansia, Bina Keluagra Remaja, pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan promosi KB, pembinaan posyandu, pembinaan Gerakan Sayang Ibu (GSI), pembentukan Pusat Pelayanan dan Perlindungan Keluarga Cilegon (P3KC), dan pembinaan tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
2. Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil (DKCS)
Sosialisasi pencatatan kelahiran dan pendaftaran penduduk, dan pelayanan sidang kolektif penetapan pengadilan negeri bagi kelahiran di atas 1 tahun.
3. Dinas Tenaga Kerja
(Disnaker)
Pelatihan menjahit, usaha mandiri, dan padat karya infrastuktur.
4. Dinas Pertanian dan Kelautan
(Disperla)
Pengembangan dan pemanfaatan pekarangan, pengembangan dan pengelolaan Bina Usaha Peternakan.
5. Dinas Sosial (Dinsos) Kelompok Usaha Bersama, Wanita Rawan Sosial Ekonomi, rumah
tidak layak huni, Kelompok Usaha Bersama Fakir Miskin.
6. Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Ketahanan Pangan (BPMKP)
Biaya operasional Bantuan Masyarakat Langsung, pendampingan pola padat karya, pendampingan Beras Miskin (Raskin), Beras Miskin Daerah (Raskinda), sosialisasi/penyuluhan Warung teknologi, pendataan Teknologi Tepat Guna, peningkatan pengetahuan kemampuan dan keterampilan wirausaha baru dan pembentukan kelompok pola Gramin Bank, bimbingan Usaha Mitra Binaan, penyuluhan pemberdayaan masyarakat, dan ketahanan pangan.
7. Dinas Kebersihan Gerobak sampah dan tong sampah.
8. Dinas Tata Kota Pemasangan Penerangan Jalan Umum (PJU)
9. Badan Lingkungan Hidup
(BLH)
Bantuan bibit tanaman, pembinaan kelompok tani tentang penanaman dan upaya pelestariannya, dan drum sampah.
10. Dinas Pendidikan (Dindik) Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), program kesetaraan
paket B (setara SMP) dan paket C (setara SMA), program keaksaraan fungsional, dan program keterampilan.
11. Dinas Kesehatan (Dinkes) Pembinaan Kesehatan ibu dan Anak (KIA) / KB di Polindes,
Posyandu, dan Poskesdes, bantuan material stimulan jamban keluarga, kelurahan siaga aktif, penyuluhan kesehatan, survey rumah tangga ber-PHBS, dan penjaringan kesehatan anak SD,SMP, dan SMA.
12. Kementerian Agama Penilaian keluarga sakinah teladan tingkat Kota, pembinaan calon
pengantin, dan pelatihan memandikan jenazah.
Program terpadu P2WKSS di Kota Cilegon mulai berlangsung pada tahun 2009
dengan di tetapkannya Keputusan Walikota Nomor 147.14/Kep.350-org/2009 mengenai
Penetapan Lokasi Kelurahan Binaan Untuk Pelaksanaan Program Terpadu Peningkatan
Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) Di Kota Cilegon Tahun
2009-2013, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Sasaran program terpadu P2WKSS adalah perempuan dengan tingkat
kesejahteraan tergolong rendah atau yang masuk kategori keluarga miskin,
keluarga pra sejahtera yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal seperti kebutuhan pangan, sandang dan
papan serta pendidikan dan kesehatan. Kategori lainnya yaitu keluarga
sejahtera tahap 1 yang merupakan keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar serta kebutuhan sosial psikologis seperti kebutuhan
pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan
lingkungan tempat tinggal dan transportasi. Kategori-kategori tersebut harus
berdasarkan data yang dikeluarkan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik
(BPS).
b. Jangkauan program terpadu P2WKSS meliputi semua Desa/Kelurahan
dengan prioritas rawan sosial ekonomi, kesehatan dan pendidikan.
c. Penetapan Desa/Kelurahan yang akan dijadikan sasaran lokasi program ini
ditetapkan oleh Bupati atau Walikota setampat berdasarkan atas
pertimbangan prioritas dan berdasarkan atas asas kemandirian dan
Penetapan Desa/daerah binaan program terpadu P2WKSS dilaksanakan setiap 5
tahun sekali dengan mengacu pada hasil survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Cilegon, yang dibahas barsama oleh pihak dari BPS, BAPPEDA (Badan Perencanaan
dan Pembangunan Daerah), dan BKBPP (Badan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Perempuan) sebagai pihak yang penyelenggara program. Pembahasan
tersebut diketuai oleh Walikota/Wakil Walikota Cilegon. Adapun lokasi yang menjadi
daerah binaan program terpadu P2WKSS di Kota Cilegon yaitu pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 1.2
Lokasi P2WKSS tahun 2009-2013
Tahun Kecamatan Kelurahan
2009 Cilegon 1. Ketileng 2. Bagendung
2010 Ciwandan 1. Gunung Sugih 2. Tegal Ratu
2011 Pulomerak 1. Tamansari 2. Mekarsari
2012 Jombang 1. Jombang Wetan 2. Masigit
2013 Cibeber 1. Cikerai 2. Bulakan Sumber : Keputusan Walikota Nomor 147.14/Kep.350-org/2009
Berdasakan tabel 1.2 diatas dapat diketahui bahwa di tahun pertama yaitu tahun
2009, program P2WKSS diberlakukan pada Kecamatan Cilegon yaitu tepatnya di
Kelurahan Ketileng dan Bagendung. Tahun kedua yaitu 2010 di Kecamatan Ciwandan
Kelurahan Guunung Sugih dan Tegal Ratu. Tahun ketiga di Kecamatan Pulomerak di
Kelurahan Tamansari dan Mekarsari. Dan tahun keempat, P2WKSS ini dilakukan di
tahun kelima, Kecamatan yang berhak mendapatkan program terpadu P2WKSS adalah
Kecamatan Cibeber, tepatnya yaitu di Kelurahan Bulakan dan Kelurahan Cikerai.
Karena Kelurahan Bulakan dan Cikerai termasuk kedalam kategori Daerah rawan Sosial
Ekonomi, Pendidikan, dan Kesehatan.
Adapun yang menjadi ukuran standar kemiskinan untuk program terpadu
P2WKSS di Kelurahan Cikerai yaitu berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh
BKBPP. Kategori keluarga miskin di Kelurahan Cikerai berdasarkan standar BKBPP
tersebut yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.3
Kategori Keluarga Miskin di Keluarahan Cikerai Berdasarkan Standar BKBPP
Keterangan Keluarga Pra Sejahtera Keluarga Sejahtera Tahap I
Jumlah kepala keluarga yang di data 135 220
Jumlah kelapa keluarga menurut jenis kelamin :
Jumlah kepala keluarga menurut status pekerjaan :
Jumlah kepala keluarga menurut status pendidikan :
Jumlah keluarga yang mendapatkan kredit/bantuan modal :
Jumlah yang keluarganya paling kurang
sekali seminggu seluruh anggota
keluarga makan daging/ikan/ Telur
0 26
Jumlah yang seluruh anggota keluarga
umur 10-60 tahun bisa baca tulisan latin 0 32
Dari tabel1.3 tersebut dapat di ketahui bahwa jumlah KK yang masuk pada
ketegori Keluarga Sejahtera Tahap I lebih banyak di banding dengan Keluarga Pra
Sejahtera. Kepala Keluarga dengan jenis kelamin perempuan lebih sedikit dibanding
dengan laki-laki yaitu pada Keluarga Pra Sejahtera laki-laki berjumlah 108 KK dan
perempuan 27 KK, sedangkan Keluarga Sejahtera Tahap I laki-lakinya berjumlah 175
KK dan perempuan 45 KK. Walaupun dari kedua kategori tersebut lebih banyak yang
tamatan SD-SLTP, sebagian besar Kepala Keluarga baik dari Keluarga Pra Sejahtera
maupun Keluarga Sejahtera Tahap I memiliki pekerjaan.
Pemerintah mengadakan program pinjaman bergulir, namun pada Keluarga Pra
Sejahtera dan Keluarga Sejahtera Tahap I ini masih banyak yang tidak mendapatkan
bantuan modal untuk usaha keluarga. Selain itu tabel 4.3 juga menjelaskan bahwa tidak
ada keluarga yang setidaknya paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga
makan daging/ikan/telur dan seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun yang bisa baca
tulis pada Keluarga Pra Sejahtera. Lain hal pada Keluarga Sejahtera Tahap I yang
walaupun tidak banyak namun masih ada keluarga yang setidaknya paling kurang sekali
seminggu seluruh anggota keluarga makan daging/ikan/telur dan seluruh anggota
keluarga umur 10-60 tahun yang bisa baca tulis.
Selain itu, terdapat permasalahan lain yang terjadi di daerah binaan program
Pertama, yaitu rendahnya kondisi sosial masyarakat Kelurahan Cikerai. Seperti masih tingginya kemiskinan di Kelurahan Cikerai, yang dapat di lihat pada tabel 1.3
berikut :
Tabel 1.4
Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS)
Kelurahan Jumlah RTS Persentase
%
2011 2012
1. Bulakan 273 279 0,01 (naik)
2. Cibeber 178 168 0,03 (naik)
3. Cikerai 321 314 0,01 (naik)
4. Kalitimbang 249 266 0,03 (naik)
5. Karang Asem 344 581 0,26 (naik)
6. Kedaleman 311 263 0,08 (turun)
Jumlah 1676 1871
Sumber : Plt. Kasie Kesejahteraan Sosial Kecamatan Cibeber 2012
Dari tabel 1.4 diatas, dapat diketahui bahwa Rumah Tangga Sasaran (RTS) di
Kecamatan Cibeber mengalami kenaikan dari 1.676 RTS menjadi 1.871 RTS. Di tahun
2012, Kelurahan yang memiliki jumah RTS terbanyak yaitu Karang Asem dengan 581
RTS naik 0,26 % dari 344 RTS. Kemudian Cikerai dengan 314 RTS naik 0,01 % dari
jumlah 321 RTS, Bulakan 279 RTS naik 0,01 % dari 273 RTS, Kalitimbang 266 RTS
naik 0,03 % dari jumlah 249 RTS, Kedaleman 263 RTS yang mengalami penurunan
dari jumlah 311 RTS, dan Kelurahan Cibeber dengan 168 RTS naik 0,03 % dari 178
RTS. Kelurahan Cikerai menjadi Kelurahan kedua yang memiliki Rumah Tangga
Sasaran (RTS) tinggi di Kecamatan Cibeber setelah Kelurahan Karang Asem. Hal
tersebut dapat terjadi karena pendidikan masyarakat/penduduk Kelurahan Cikerai masih
rendah. Adapun data yang menunjukan rendahnya pendidikan di Kelurahan Cikerai
Tabel 1.5
Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah / Jiwa Persentase (%)
1. TK 99 0,15 2. SD / MA 132 0,20 3. SLTP / MTS 105 0,16 4. SLTA / MA 67 0,10 5. Diploma / S1 24 0,4 6. Tidak Lulus SD 225 0,35
JUMLAH 652 100 %
Sumber : Kelurahan Cikerai 2012
Dari tabel 1.5tersebut,diketahui bahwa pendidikan yang paling banyak di
tempuh masyarakat Kelurahan Cikerai adalah SD, SLTP, dan SLTA. Karena di Kota
Cilegon telah memberlakukan penggratisan Sekolah dari SD hingga SMA/SLTA.
Sehingga masyarakat akan lebih mudah untuk menerima pendidikan. Namun dalam
kenyataannya dari jumlah tersebut, tidak sebanding dengan jumlah penduduk Kelurahan
Cikerai yaitu sebanyak 2.907 jiwa. Dan seperti yang ditujukan pada tabel, ternyata
masih banyak yang tidak lulus SD. Oleh karena itu di Kelurahan Cikerai masih ada
yang buta huruf atau sama sekali tidak bisa membaca bahkan menulis. Hal itu
dibuktikan pada saat sosialisasi mengenai P2WKSS yang dilaksanakan pada tanggal 5
Maret 2013 di Kantor Kelurahan Cikerai, lebih dari 15 peserta KK (Kepala Keluarga)
Binaan tidak bisa menuliskan namanya sendiri sehingga diwakilkan oleh teman dan
petugas sosialisasi dari P2WKSS.
Rendahnya tingkat pendidikan juga menyebabkan rendahnya kesadaran
masyarakat Kelurahan Cikerai dalam menjaga kesehatan, baik itu kesehatan
lingkungan Kelurahan Cikerai masih membuang sampah secara sembarangan. Sehingga
sampah-sampah banyak yang berserakan. Di Cikerai juga dalam pendirian rumah
penduduk, kurang memperhatikan masalah saluran pembuangan bekas air kotoran
rumah tangga (selokan). Sehingga di Cikerai masih banyak rumah yang saluran
pembuangannya tidak mengalir sehingga terjadi pengendapan yang mengakibatkan
lingkungan menjadi bau dan kotor.
Kedua, yaitu kondisi ekonomi Kelurahan Cikerai yang masih rendah. Karena dengan jenis pekerjaan masyarakat Kelurahan Cikerai yang mayoritas adalah Buruh dan
Petani. Masyarakat Cikerai merasa tidak mampu untuk menghidupi keluarganya secara
layak dan memenuhi gizi keluarga dengan seimbang. Yaitu dengan makan ayam, sayur,
ikan misalnya. Sehingga masyarakat Cikerai tidak benar-benar memikirkan arti penting
dari gizi. Padahal daerah Kelurahan Cikerai adalah daerah yang masih banyak memiliki
lahan ladang/tegalan yang cukup luas yaitu seluas 290 Ha, lahan persawahan seluas 13
Ha, serta padang rumput seluas 5,30 Ha. Apabila masyarakat lebih bisa
memanfaatkannya, maka kehidupan dari masyarakat Kelurahan Cikerai akan lebih
sejahtera. Untuk mengetahui jenis pekerjaan dari penduduk Kelurahan Cikerai, dapat di
Tabel 1.6
Jenis pekerjaan penduduk Kecamatan Cibeber
Kelurahan Jenis Pekerjaan Sumber : Cibeber Dalam Angka 2010 (BPS Kota Cilegon)
Berdasarkan tabel 1.7 diatas dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan yang paling
banyak yaitu jasa lainnya seperti diantaranya tukang ojek, gali kubur, penambang pasir
dan kuli bangunan yaitu sebanyak 455 Jiwa. Sedangkan terbanyak kedua yaitu jenis
pekerjaan di bidang pertanian dengan jumlah 200 Jiwa dan terbanyak ketiga yaitu
bidang perdagangan dengan jumlah 29 Jiwa. Hal itu dikarenakan wilayah Kelurahan
Cikerai juga terdapat lokasi kuburan Cina dan penambangan pasir.
Ketiga, yaitu kurangnya pengembangan potensi perempuan di Kelurahan Cikerai. Karena sebenarnya kaum perempuan memiliki sejumlah potensi yang baik,
salah satunya seperti memanfaatkan hasil kebun untuk di olah dan jual. Apabila dikelola
secara benar maka potensi tersebut akan memberikan manfaat yang sangat besar, baik
untuk keluarga maupun lingkungannya. Perempuan juga dapat menjadi pelaku
pembangunan ekonomi dalam menggerakkan masyarakat untuk memerangi kemiskinan.
Namun dalam kenyataannya perempuan di Kelurahan Cikerai masih banyak yang tidak
memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga biasa, bahkan banyak yang menjadi
buruh tani di perkebunan orang lain. Hal itu yang menjadi pokok persoalan yang
dihadapai kaum perempuan berkaitan dengan kualitas dan mutu sumber daya manusia
yang masih rendah. Oleh karenanya, yang menjadi akar permasalahan kemiskinan yaitu
masalah pada ketertinggalan kaum perempuan dalam mengakses, berpartisipasi serta
memanfaatkan hasil-hasil pembangunan. Untuk itu, pemberdayaan perempuan
khususnya di bidang sosial dan ekonomi menjadi hal prioritas yang dapat dilakukan
untuk mencapai kesejahteraan khususnya dalam keluarga. Dengan pemberdayaan
tersebut diharapkan akan menjadi suatu daya dukung bagi perempuan untuk
mengembangkan diri dan kaum perempuan itu sendiri.
Keempat, kurangnya tanggung jawab dari pelaksana program P2WKSS di Kelurahan Cikerai. Hal itu dapat dibuktikan dari adanya pegawai UPTD BKBPP yang
seharusnya setiap ada kegiatan melakukan pengawasan rutin, namun pada kenyataannya
dalam satu minggu pihak UPTD BKBPP mengawasi kegiatan hanya 2-3 kali, bahkan
sempat lebih dari seminggu pihak UPTD BKBPP tidak melakukan pengawasan dengan
alasan di UPTD sedang ada kegiatan lainnya. Padahal seharusnya walaupun ada
kegiatan setidaknya ada satu orang yang mewakili untuk menghadiri kegiatan P2WKSS
karena memang sudah menjadi tanggung jawab dari pihak UPTD BKBPP sebagai
pengawas program untuk hadir setiap kali ada pembinaan dan pelatihan. Selain itu,
kurangnya tanggung jawab juga terjadi pada Ketua Sub Bagian Bina Lembaga dan
Organisasi Perempuan (BLOP) selaku ketua pelaksana. Selama ada kegiatan pelatihan,
ada proses pemantauan yang dilakukan oleh Ketua Pelaksana, sehingga kegiatan dapat
berjalan sebagaimana mestinya.
Kelima, banyaknya kegiatan P2WKSS di Kelurahan Cikerai yang tidak sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan. Diantaranya yaitu peserta pelatihan yang ditujukan
untuk masyarakat miskin, namun dalam pelaksanaanya banyak peserta yang mengikuti
kegiatan pelatihan adalah masyarakat yang mampu secara materil. Hal itu terlihat
dengan adanya peserta yang membawa Handphone, motor bahkan ada yang memakai perhiasan dan ada juga peserta yang mengikuti pelatihan tata rias tapi peserta tersebut
sedang melakukan perawatan wajah di Salon kecantikan. Namun, pihak pelaksana tidak
melakukan tindakan untuk supaya program P2WKKS menjadi tepat sasaran yaitu pada
masyarakat miskin. Hal tersebut dikarenakan pihak BKBPP lebih mementingkan
program berjalan dengan lancar tanpa memikirkan apakah program sesuai target atau
tidak. Selain itu peserta yang seharusnya dalam setiap pelatihan di isi dengan 25 orang
dengan orang yang berbeda. Namun kenyataan dilapangan, peserta yang datang tidak
sesuai prosedur tersebut yaitu hanya 15-20 peserta dan di kegiatan pelatihan yang satu
dengan yang lainnya yang mengikuti adalah orang yang sama. Kelengkapan peserta
terjadi ketika pelatihan tata rias saja. Selain itu juga, banyak peserta yang tidak
tercantum dalam KK (Kepala Keluarga) Binaan.
Kemudian ditemukan pula ketidaksesuaian pelaksanaan dengan petunjuk teknis
P2WKSS juga terjadi pada penjadwalan kegiatan. Hal tersebut dapat di lihat dari
kegiatan sosialisasi yang seharusnya dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2013 namun
oleh Kepala Badan BKBPP terjadi salah pengucapan tanggal pelaksanaan sosialisasi
tersebut. Kegiatan keterampilan yang seharusnya 22 Mei 2013, namun kegiatan tersebut
sudah dilakukan pada tanggal 15 April 2013-19 April 2013. Seharusnya juga pelatihan
tersebut dilaksanakan sebanyak 10 hari namun kenyataannya dilaksanakan hanya 5 hari.
Hal itu terjadi karena perencanaan program P2WKSS yang tidak matang. Berbagai
kendala terjadi saat kegiatan dilaksanakan. Seperti dana yang seharusnya sebelum
kegiatan sudah ada, tapi kenyataannya hingga kegiatan selesai, dana belum tersedia.
Sehingga para tutor dari keterampilan mengeluhkan pembayaran honor yang terlambat.
Begitu juga pada pelatihan yang lainnya seperti pelatihan tata boga dan tata rias. Hal
yang membuat para tutor kecewa adalah dana yang diperlukan untuk pelatihan tersebut
menggunakan dana pribadi dari tutor yang bersangkutan. Dengan keterlambatan dana
karena perencanaan yang tidak matang, hal itu juga mengakibatkan kegiatan lainnya
menjadi terkendala. Salah satu staf BKBPP menegaskan bahwa memang terjadi
perencanaan yang tidak matang dan pelaksanaan yang tidak teratur. Jadi dalam
pengajuan dana untuk kegiatan dilakukan dalam kurung waktu yang berdekatan dengan
waktu kegiatan dilaksanakan sehingga pencairan dana bisa memakan waktu setelah
kegiatan dilakukan. Dan proses pengajuan dana juga tidak dilakukan secara serentak
untuk semua kegiatan, namun satu per satu kegiatan sehingga semuanya menjadi
terkendala.
Dengan adanya pemaparan masalah yang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
I.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Rendahnya kondisi sosial masyarakat Kelurahan Cikerai
2. Rendahnya kondisi ekonomi Kelurahan Cikerai.
3. Kurangnya pengembangan potensi perempuan di Kelurahan Cikerai.
4. Kurangnya tanggung jawab dari pelaksana program P2WKSS di Kelurahan
Cikerai.
5. Banyaknya kegiatan P2WKSS di Kelurahan Cikerai yang tidak sesuai dengan
petunjuk teknis pelaksanaan.
I.3. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
I.3.1. Pembatasan Masalah
Dalam pembatasan masalah dalam penelitian ini maka peneliti akan membatasi
tentang “Implementasi Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS)”.
I.3.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimanakah implementasi program P2WKSS di Kelurahan Cikerai
I.4. Maksud Dan Tujuan Penelitian
Setiap penelitian apa pun tentu akan memiliki suatu tujuan dari penelitian
tersebut. Hal ini sangat perlu untuk bisa menjadikan acuan bagi setiap kegiatan
penelitian yang akan dilakukan. Karena tujuan merupakan tolak ukur dan menjadi
targetan dari kegiatan penelitian tersebut. Tanpa itu semua maka apa yang akan
dilakukan akan menjadi sia-sia. Maksud dan tujuan penelitian tersebut antara lain yaitu :
Untuk mengetahui bagaimana implementasi dari program P2WKSS di
Kelurahan Cikerai Kota Cilegon.
I.5. Kegunaan Penelitian I.5.1. Secara Teoritis
a. Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan sehingga
memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu administrasi negara
khususnya.
b. Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan teori yang sudah ada.
c. Untuk memberikan pengaruh yang positif bagi peneliti dan bagi siapa saja yang
menbaca dan mencoba memahami isi penelitian ini.
d. Mengembangkan kemampuan dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperolah
peneliti selama mengikuti program pendidikan di program studi Administrasi
I.5.2. Secara Praktis.
a. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat memberikan masukan sebagai bahan kajian
dalam implementasi program terpau P2WKSS di Kelurahan Cikerai Kecamatan
Cibeber Kota Cilegon
b. Bagi Instansi, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk program
terpadu P2WKSS di tahun-tahun selanjutnya.
c. Bagi Masyarakat, penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan informasi
tambahan bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
1.6. Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang yang menerangkan ruang lingkup dan kedudukan
masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif, dari lingkup yang paling umum
sehingga menukik kemasalah yang paling spesifik. Selanjutnya adalah identifikasi
masalah, dalam halini identifikasi masalah mendeteksi aspek permasalahan yang
muncul dan berkaitan dari tema/topik/judul penelitian atau dengan masalah. Pembatasan
masalah dan perumusan masalah dari hasil identifikasi tersebut ditetapkan masalah yang
paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian. maksud tujuan penelitian, dalam
hal ini mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakan
penelitian. Kemudian terdapat juga kegunaan penelitian yang menjelaskan manfaat
teoritis dan praktis dari penelitian yang akan diteliti dan yang terakhir yaitu sistematika
BAB II DESKRIPSI TEORI
Terdapat deskripsi teori dan kerangka berfikir. Deskripsi teori mengkaji tentang
berbagai teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel berfikir sedangkan
kerangka berfikir menceritakan alur pikiran peneliti dalam penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Terdiri dari metode penelitian menjelaskan tentang penggunaan metode yang
digunakan. Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat
penggumpulan data. Populasi dan sampel penelitian menjelaskan tentang wilayah
generalisasi dan teknik pengambilan sampel dan generalisasinya. Teknik pengolahan
dan analisa datang menjelaskan tentang teknik analisa beserta rasionalisasinya. Terakhir
tentang tempat dan waktu, menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian tersebut.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara
jelas. Struktur organisasi dari populasi dan sampel yang telah ditentukan. Kemudian
terdapat derskripsi data yang menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dioleh dari
data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan. Kemudian
melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap persoalan dan pada akhir pembahasan
peneliti dapat mengemukakan berbagai keterbatasan yang mungkin terdapat dalam
pelaksanaan penelitian.terutama sekali untuk penelitian eksperimen dan keterbatasan ini
dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut dalam bidang yang
BAB V PENUTUP
Dalam penutup ini memuat penjelasan mengenai simpulan yaitu menyimpulkan
hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan mudah dipahami dan saran
yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik
BAB II
DESKRIPSI TEORI
2.1. Deskripsi Teori
Pada kerangka teori ini dimaksudkan untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan dalam rumusan masalah sebelumnya. Dan untuk menjawab rumusan
masalah tersebut perlu membedah kembali tentang beberapa konsep seperti
Implementasi Kebijakan Publik, Model Implementasi Kebijakan Publik, Pemberdayaan
Perempuan, Kebijakan Pemberdayaan Perempuan dan Kajian P2WKSS itu sendiri.
2.1.1. Implementasi Kebijakan
Hakekat dari implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang terencana dan
bertahap yang di lakukan oleh instansi pelaksana dengan di dasarkan pada kebijakan
yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang.Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam
(Wahab, 2005:65) menjelaskan bahwa :
“ Implementasi adalah memahami yang senyatanya terjadi sesudah suatu program itu dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman kebijakan, yang mencakup baik usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat”.
Menurut Riant Nugroho, implementasi pada prinsipnya adalah cara yang
dilakukan agar dapat mencapai tujuan yang dinginkan (Nugroho, 2003:158).
Implementasi merupakan prinsip dalam sebuah tindakan atau cara yang dilakukan oleh
individu atau kelompok orang untuk pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
“Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan” (Meter dan Vanhorn, 1975:447).
Jadi, implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan
kebijakan. Pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu
apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi
masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan
masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.
Selanjutnya, studi implementasi menurut Jenkins dalam (Parsons, 2006:463)
adalah studi perubahan. Bagaimana perubahan terjadi, sebagaimana memungkinkan
perubahan bisa dimunculkan. Juga merupakan studi tentang mikro struktur dari
kehidupan politik, bagaimana organisasi diluar dan didalam sistem politik menjalankan
urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain, apa motivasi mereka bertindak seperti
tiu dan apa motivasi lain yang membuat mereka berrtindak secara berbeda.
Sedangakan menurut Pressman dan Wildavsky dalam (Parsons, 2006:468)
mangungkapkan implementasi adalah menjadikan orang melakukan apa-apa yang
diperintahkan dan mengontrol urutan tahap dalam sebuah sistem, dan implementasi
adalah soal pengembangan sebuah program control yang meminimalkan konflik dan
deviasi dari tujuan yang ditetapkan oleh hipotesis kebijakan. Dan menurut teori Cheema
pemerintah yang bersifat desentralisasi, ada empat kelompok variabel yang dapat
mempengaruhi kinerja dan dampak suatu program, yakni :
a. Kondisi lingkungan
b. Hubungan antar organisasi
c. Sumberdaya organisasi untuk implementasi program
d. Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana
Charles O‟Jones (Harahap, 2004:15) mengemukakan bahwa implementasi
adalah suatu proses interaktif antara suatu perangkat tujuan dengan tindakan atau
bersifat interaktif dengan kegiatan-kegiatan kebijaksanaan yang mendahuluinya, dengan
kata lain implementasi merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan
sebuah program dengan pilar-pilar organisasi, interpretasi dan pelaksanaan.
Menurut Jones (1994:296),tiga pilar penilaian dari implementasi suatu program
yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Organisasi, setiap organisasi harus memiliki struktur organisasi, adanya sumber
daya manusia yang berkualitas sebagai tenaga pelaksana dan perlengkapan atau
alat-alat kerja serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas.
b. Interpretasi, maka mereka yang bertanggungjawab dapat melaksanakan tugasnya
sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dilihat apakah
pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis
yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
c. Penerapan, peraturan/kebijakan berupa petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis
dilengkapi dengan adanya prosedur kerja yang jelas, program kerja serta jadwal
kegiatan disiplin.
Pengertian implementasi kebijakan publik merupakan study kajian mengenai
pelaksanaan dari suatu kebijakan pemerintah. Setelah suatu kebijakan dirumuskan dan
disetujui, langkah berikutnya adalah bagaimana agar kebijakan tersebut dapat tercapai
tujuannya. Untuk pengertian implementasi kebijakan, banyak akar pakar yang
mendeskripsikan implementasi kebijakan diantaranya yaitu Nugroho (2003:162) yang
berpendapat mengenai imlementasi kebijakan adalah pelaksanaan atau implementasi
kebijakan di dalam konteks manajemen berada di dalam kerangka organizing-lesding-controling. Jadi, ketika kebijakan sudah dibuat, maka tugas selanjutnya adalah mengorganisasikan, melaksanakan kepemimpinan untuk memimpin pelaksanaan, dan
melakukan pengendalian pelaksanaan tersebut.
Budi Winarno dalam bukunya yang berjudul Teori dan Proses Kebijakan Publik menjelaskan pengertian implementasi kebijakan, sebagai berikut :
“Implementasi kebijakan merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan” (Winarno, 2005:101).
Berdasarkan pendapat Winarno tersebut, implementasi kebijakan dipandang
dalam pengertian yang luas, merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat
dipahami sebagai proses keluaran (output) maupun hasil, yang melibatkan aktor, organisasi prosedur dan teknik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pendapat Budi
yang berjudul Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Ia mengemukakan bahwa :
“Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut” (Dwidjowijoto, 2004:158).
Implementasi kebijakan menurut pendapat di atas, tidak lain berkaitan dengan
cara agar kebijakan dapat mencapai tujuan. Diimplementasikan melalui bentuk
program-program serta melalui derivate. Derivate atau turunan dari kebijakan publik
yang dimaksud yaitu melalui proyek intervensi dan kegiatan intervensi. Secara umum
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Turunan dari Kebijakan Publik
( Sumber :Dwidjowijoto (2004:159) ) Kebijakan Publik
Kebijakan Publik Penjelas
Publik/Masyarakat/Beneficiaries Kegiatan Intervensi
Kebijakan Publik yang diambil oleh organisasi swasta maupun instansi
pemerintah haruslah mewakili suara-suara dari publiknya itu sendiri, walupun apad
kenyataannya begitu banyak keinginan-keinginan yang harus dilaksanakan. Untuk itu
diperlukan beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelum mengambil sebuah
kebijakan dari Nugroho (2003 :73), mengatakan bahwa terdapat beberapa tahapan dari
kebijakan publik yaitu :
1. Terdapat isu atau masalah publik, apabila masalahnya bersifat strategi yakni bersifat mendasar, menyangkut banyak orang atau bahkan keselamatan bersama, (biasanya) berjangka panjang, tidak bisa diselesaikan oleh orang seorang dan memang harus diseselaikan. Isu ini dinagkat sebagai agenda politik untuk diselesaikan.
2. Isu ini kemudian menggerakan pemerinth untuk merumuskan Kebijakan Publik dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut. Rumusan masalah ini akan menjadi hukum bagi seluruh warga negaranya termasuk pemimpin negaranya juga.
3. Setelah dirumuskan kemudian Kebijakan Publik ini dilaksanakan baik oleh pemerintah, warga maupun pemerintah bersama-sama dengan warga.
4. Namun didalam proses perumusan, pelaksanakan dan pasca pelaksanaan diperlukan tindakan evaluasi sebagai sebuah siklus baru sebagai penilaian apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan dengan baik dan benar kemudian di implementasikan dengan baik dan benar pula.
5. Implementasi kebijakan bermuara kepada output yang dapat berupa kebijakan itu sendiri maupun manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh warga.
6. Dalam jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan outcome dalam bentuk dampak kebijakan yang diharkan semakin meningkatkan tujuan yang hendak dicapai dengan kebijakan tersebut.
Selanjutnya menurut Mazmanian dan Sabatier dalam (Wahab, 2005:65)
pengertian implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan antara
pembentukan kebijakan dan konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang
dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah
maka kebjakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu di
implementasikan dengan sangat baik. Sedangkan menurut Meter dan Horn dalam
(Agustino, 2006:153) yang mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai
tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat tau
kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang
telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan.
2.1.2. Model Implementasi Kebijakan
Menurut Dwidjowijoto (2003:165), pada prinsipnya terdapat pemilahan jenis
teknik atau model implementasi kebijakan. Pemilahan pertama adalah implementasi
kebijakan yang berpola “dari atas ke bawah” (top-bottomer) versus dari “bawah ke atas”
Model implementasi yang paling klasik, yakni model implementasi yang
diperkenalkan oleh Donald Van Meter dengan Carl Van Horn (1975). Model ini
mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linear dari kebijakan
publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Beberapa variabel yang dimasukan
sebagai variabel yang mempengaruhi kebiajakn publik adalah variabel :
1. Aktivitas implementasi dan komunikasi antarorganisasi
2. Karakteristik dari agen pelaksana/implementor
3. Kondisi ekonomi, sosial dan politik
4. Kecenderungan (disposition) dari pelaksana/implementor.
Gambar 2.3
Model Implementasi Donald Van Meter dengan Carl Van Horn
( Sumber : Dwidjowijoto (2003:168) )
Sedangkan model implementasi yang dikembangkan oleh George C. Edward III
disebut dengan Direct and Impact on Implementation dalam buku Budi Winarno
(2007:144), ada empat variable yang sangat menentukan keberhasilan implementasi,
yaitu :
1. Komunikasi 2. Sumberdaya 3. Disposisi, dan 4. Struktur Birokrasi
Gambar 2.4
Model Direct and Indirect of Implementation ( Sumber : Winarno (2007:144) )
Proses ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi dari suatu kebijakan
yang pada dasarnya dilakukan untuk meraih kinerja implentasi kebijakan publik yang
tinggi, yang berlangsung dala hubungan berbagai variabel. Model ini mengumpamakan
implementasi kebijakan berjalan secara linier dari komunikasi, sumber daya politik
yang tersediadan pelaksanaan implementasi kebijakan. Komunikasi
Sumber Daya
Disposisi
Implementasi
Pertama, yang mempengaruhi keberhasilan implementasi dari suatu kebijakan, adalah komunikasi. Menurut Edward III komunikasi sangat menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang akan terjadi
apabila para pembuat keputusan (decision maker) sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan baru dapat berjalan
manakala komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan
peraturan implementasi harus ditransmisikan (atau dikomunikasikan) kepada bagian
personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus tepat,
akurat dan konsisten. Komunikasi (atau pentransmisian informasi) diperlukan agar para
pembuat keputusan dan para implementor semakin konsisten dalam melaksanakan
setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat.
Kedua, menurut Edward III yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan adalah sumber daya. Sumber daya merupakan hal penting lainnya
dalam mengimplementasikan kebijakan dengan baik. Indikator-indikator yang
digunakan untuk melihat sejauhmana sumberdaya dapat berjalan dengan baik dan rapi,
yaitu staf, informasi, wewenang dan fasilitas.
Ketiga, variabel yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu kebijakan adalah disposisi. Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting
ketiga dalam pendekatan mengenai implementasi suatu kebijakan. Jika implementasi
suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya harus
mekaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak menjadi bias. Hal-hal penting yang
perlu dicermati pada variabel disposisi adalah pengangkatan birokrat dan insentif.
Keempat, menurut Edward III yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan adalah struktur birokrasi. Walaupun sumber-sumber untuk
melaksanakan suatu kebijakan tersedia, atau para pelaksana kebijakan mengetahui apa
yang harusnya dilakukan dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu
kebijakan, tetapi kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi
masih tetap ada karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi. Kebijakan yang
begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur birokrasi
tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebabkan
sumber-sumbernya.
Implementasi yang dikemukan oleh George C. Edward III (2007:174) adalah
salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan
konsekuensi-konsekuensi kebijakan masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak
tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan,
maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu
diimplementasikan dengan sangat baik. Suatu kebijakan yang telah direncanakan
dengan sangat baik, mungkin juga akan mengalami kegagalan, jika kebijakan tersebut
kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kabijakan.
Model implementasi lainnya yaitu model dari Merilee S. Grindle (1980) yang
Keberhasilannya ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut. Isi kebijakan tersebut mencakup :
1. Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan 2. Jenis manfaat yang akan dihasilakn
3. Derajat perubahan yang diinginkan 4. Kedudukan pembuat kebijakan 5. (siapa) pelaksana program 6. Sumber daya yang dikerahkan
Sementara itu, konteks implementasinya adalah :
1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat 2. Karakteristik lembaga dan penguasa
3. Kepatuhan dan daya tanggap.
Gambar 2.5
Model Implementasi Grindle
( Sumber : Dwidjowijoto (2003:176) )
Isi Kebijakan :
1. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan
2.1.3.Kebijakan Publik
Kebijakan pulik adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk memenuhi
kepentingan publik. Studi mengenai pembuatan kebijakan publik merupakan studi yang
paling dalam di dalam studi administrasi negara.Menurut Eyestone dalam (Agustino,
2006:40) menjelaskan kebijakan publik adalah hubungan antara unit pemerintah dengan
lingkungannya. Sedangkan menurut Fredrich dalam (Agustino, 2006:41) menjelaskan
bahwa :
“Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang yang dimaksud atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu”.
Seperti halnya Fredrich, Anderson dalam (Agustino, 2006:41) menjelaskan juga
bahwa kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau
tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang actor atau sekelompok actor
yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan. Islamy
(1998:8) juga mendefinisikan kebijakan publik sebagai serangkaian tindakan atau
kegiatan yang mempunyai tujuan tertentu. ia menyatakan bahwa kebijakan publik
merupakan serangkaian tindakan yang dipilih dan di alokasikan secara sah oleh
pemerintah atau negara kepada seluruh anggota masyarakat yang mempunyai tujuan
tertentu demi kepentingan publik.
Dari beberapa pengetian tersebut, Nugroho (2006:23) menarik sebuah
pemahaman mengenai kebijakan publik yaitu pertama, kebijakan publik adalah kegiatan
publikadalah segala sesuatu yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah.
Kedua, kebijakan publik adalah kebijakan yang mengatur kehidupan bersama atau
kehidupan publik, bukan kehidupan orang atau seseorang atau golongan. Kebijakan
publik mengatur semua yang ada di domain lembaga admin publik. Ketiga, dikatakan
sebagai kebijakan publik jika manfaat yang diperoleh masyarakat yang bukan pengguna
lansung dari produk yang dihasilkan jauh lebih banyak atau lebih besar dari
penggunanya langsung. Konsep ini disebut externality atau eksternalitas.
Solichin Abdul Wahab dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara mengutip pendapat Friedrich mengartikan kebijakan :
“Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan” (Friedrich dalam Wahab, 2005:3).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik
merupakan serangkaian instruksi dari para pembuat keputusan kepada pelaksana
kebijakan yang mengupayakan baik tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan
tersebut.
2.1.4.Pemberdayaan Perempuan
Secara sederhana, perempuan adalah manusia yang memiliki alat reproduksi seperti rahim, dan saluran-saluran untuk melahirkan, memiliki vagina, mempunyai alat
Menurut Vitayala (2010:91), secara tradisi perempuan diposisikan untuk
melakukan peran tiga I yaitu sebagai Istri, Ibu rumah tangga, dan Ibu keluarga.
Penjelasannya yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai seorang istri, perempuan melaksanakan peran reproduksi yaitu mengandung dan melahirkan anak bagi suami maupun negara (penerus generasi bangsa). Dalam GBHN dan Repelita, peran penerus generasi bangsa diletakan pada pundak wanita karena memang wanitalah yang dapat mengandung dan melahirkan anak.
2. Sebagai seorang ibu rumah tangga, perempuan berkewajiban mengurus rumah tangg. Tugas ini mencakup penyediaan makanan utnuk anggota keluarga, mengurus dan menata rumah, dan sebagainya yang terkait dengan upaya menumbuhkan kenyamanan dan keasrian rumah tangga. Karena itu sampai saat ini, masih ada persepsi yang mengakar kuat di masyarakat bahwa tugas rumah tangga adalah tugas seorang perempuan dan bukan tugas bersama (lelaki dan perempuan), apalagi dinyatakan sebagai tugas lelaki. 3. Sebagai seorang ibu keluarga, perempuan bertugas mengasuh dan mendidik
anak. Karena itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan anak menjadi tanggung jawab perempuan (ibu).
Menurut Musdah dalam bukunya yang berjudul “Menuju Kemandirian Politik Perempuan” (2008:30) menyatakan :
“Atas nama agama, perempuan dipandang makhluk kotor sehingga harus dienyahkan dari rumah ibadah ketika menstruasi. Atas dasar agama, perempuan dipojokan sebagai makhluk domestik, hanya berkutat seputas sumur, kasur, dan dapur. Atas nama agama, perempuan dijauhkan dari peluang mendapatkan pendidikan tinggi, meniti karir dan beraktivitas secara profesional di ruang publik. Atas nama agama, perempuan harus menjadi istri yang taat pada suami dengan memuaskan birahi mereka kapan saja dibutuhkan, perempuan harus menjadi ibu yang sabar merawat anak-anaknya, dan perempuan harus selalu menjaga nama baik diri dan keluarganya. Atas nama agama, perempuan selalu diposisikan sebagai objek hukum dan seluruh peraturan perundangan-undangan, khususnya berkaitan dengan hukum keluarga. Atas nama agama, perempuan dinistakan sebagai objek seksual yang harus setuju dipoligami sebagai jaminan masuk sorga”.
Dari pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa perempuan adalah
masih dianggap lemah dan diremehkan. Sehingga dalam pembangunan perempuan
selalu menjadi objek dan bukan menjadi subjek dari suatu pembangunan. Oleh
karenanya, dibutuhkan suatu pemberdayaan khusus untuk perempuan.
Menurut Vitayala (2010:125), pemberdayaan perempuan adalah :
“Upaya memperbaiki ststus dan peran perempuan dalam pembangunan bangsa, sama halnya dengan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan”. Kerangka pikir pemberdayaan perempuan menuju kesadaran, peningkatan dalam
kaitannya dengan kegiatan untuk menghasilakan pendapatan (IGA: Icome Generating Activities) dan suasana lingkungan. Kerangka pikir pemberdayaan perempuan tersebut yaitu : ( Sumber : Vitayala, (2010:126) )
Pemberdayaan perempuan diindikasikan oleh situasi ketika sebagian besar
perempuan akan mampu menikmati “kebebasan memlilih” untuk mandiri dan
ranah domestik atau publik, memperoleh kesempatan dan kekuasaan. Kombinasi dari
komponen-komponen ini merupakan instrumen yang esensial untuk mengarusutamakan
gender dalam kegiatan pembanguan.
Dalam buku “Pemberdayaan Perempuan Dari Masa Ke Masa” (Vitayala,
2010:134-135), menyebutkan aplikasi peran perempuan dalam pembangunan yang
dikenal dengan istilah pendekatan Wanita dalam Pembangunan (WDP atau WID,
Women in Development) dimulai pada tahun-tahun berikut :
1. Tahun 1978 ; Pelita III (Repelita III) : (a) GBHN 1978 memasukan suatu Bab tentang Peran Perempuan, dan (b) pemerintah Indonesia menunjuk Menteri Muda untuk urusan Peranan Perempuan (UPW) sebagai anggota Kabinet.
2. Tahun 1983-1988 (Pelita IV-Pelita V) ; (a) pemerintah melembagakan komitmen peningkatan peran perempuan dengan menunjuk Meneg UPW, (b) mandat yang diberikan ke UPW adalah memformulasi dan merencanakan kebijakan, koordinasi dan advokasi programs dan kegiatan untuk meningkatkan partisipasu perempuan dalam pembangunan nasional, dan (c) implementasinya ditugaskan kepada kementerian terkait.
3. Tahun 1984 : Pemerintah meratifikasi The Convention to Eliminate Discrimination Against Women (CEDAW) with the passage of Law No. 7 Tahun 1984.
4. Tahun 1993 (Pelita V) : Presiden mengukuhkan fungsi dan tanggung jawab Kantor Menneg UPW sebgai Kementeriaan koordinasi.
5. Tahun 1995 : Pemerintah memasukkan The Beijing Platform for Action, dan dengan itu, secara official telah memasukan prinsip-prinsip kesataraan gender. 6. Tahun 1999 : (a) DPR untuk pertama kalinya, mengidentifikasi kesetaraan dan
keadilan gender (KKG) sebagai kebijakan pembangunan nasional dalam GBHN, (b) Presiden (yang baru dipilih ; Gur Dur) mengukuhkan komitmennya untuk tujuan PUG dengan mekonstruksikan Kantor Menneg UPW sebagai Kantor Menneg untuk Pemberdayaan Perempuan (Menneg PP), dan )c) nama baru dari Kementerian Perempuan mengidentifikasi komitmen pemerintah kepada tujuan kesetaraan dan keadilan gender.
Menurut Vitayala (2010:135) menyebutkan bahwa :
Pedoman kebijakan yang diarahkan pada pemberdayaan perempuan, dengan
maksud : (1) memperbaiki status dan peran perempuan dalam pembangunan bangsa
melalui kebijakan nasional yang dilakukan oleh suatu institusi yang mampu untuk
mencapai KKG, dan (2) memperbaiki kualitas peran dan kemandirian organisasi
perempuan seraya mempertahankan kesatuan nilai-nilai sejarah perjuangan perempuan
dalam rangka untuk melanjutkan upaya pemberdayaan perempuan, keluarga, dan
kesejahteraan sosial.
2.1.5. Konsep Program terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga
Sehat dan Sejahtera (P2WKSS)
Program terpadu Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera
(P2WKSS) merupakan program yang ditujukan bagi peningkatan sumber daya manusia
perempuan untuk dapat lebih berperan dan lebih memiliki kapabilitas terutama dalam
mewujudkan keluarga sehat sejahtera. Persepektif program ini menempatkan wanita
sebagai sumber daya yang memiliki potensi untuk dapat bekerja sama dalam
pembangunan sebagai pelaku (subjek) pembangunan dan bukan hanya sebagai sasaran
(objek) pembangunan itu sendiri.
2.1.5.1. Strategi P2WKSS
Pendekatan strategi dalam pelaksanaan program terpadu P2WKSS ini adalah