• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.3 Temuan Lapangan

4.3.3 Dimensi Outputs

Outputs merupakan hasil dari sebuah pelaksanaan kebijakan, apakah

pelaksanaan kebijakan tersebut menghasilkan keluaran/produk yang sesuai dengan tujuan kebijakan yang telah di tetapkan. Ada beberapa aspek dalam dimensi outputs yaitu kesesuaian pelaksana dengan tujuan kebijakan artinya data yang dihimpun berdasarkan prioritas arau keinginan semata, ketepatan sasaran yang dituju meliputi tolak ukur dalam musrenbang, sasaran yang tertangani adalah

dalam bentuk pasrtisipasi masyarakat dalam musrenbang, dan pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.

a. Kesesuaian pelaksana dengan Tujuan Kebijakan

Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan pembangunan di Kota Cilegon merupakan tahapan perumusan pembangunan tahunan yang dijadikan dasar proses perencanaan pembangunan melaui musyawarah untuk menentukan skala prioritas sesuai dengan kondisi potensi serta pokok masalah yang ada dilingkungannya. Data – data atau usulan harus berdasarkan skala prioritas bukan hanya keinginan semata sesuai dengan tujuan dari musrenbang. hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh I1-7 sebagai berikut :

“Sudah jelas atas prioritas, jika keinginan masyarakat sudah pasti inginnya masyarakat banyak sekali. Kami prioritaskan yang penting saja. Oleh sebab itu mengapa banyak usulan yang belum terealisasikan...” (wawancara dilakukan Pada hari kamis, 7 september 2017 pukul 14.30 WIB di Kantor kelurahan bendungan). Hasil pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa data – data yang masuk harus berdasarkan prioritas, hal yang sama juga di sampaikan oleh

I1-10sebagai berikut :

“Jelas dari prioritas ya namun usulan semua warga juga kami tampung. Dari pihak kelurahan sudah menganggap program ini sebagai prioritas tapi belum tentu untuk kecamatan itu sebagai prioritas maka di tingkat kecamatan disaring lagi dari semua kelurahan untuk dijadikan prioritas di tingkat kota. Nah dari kota juga disaring mana yang lebih prioritas dan ketersediaan anggaran.

“ (wawancara dilakukan Pada hari jumat, 28 juli 2017 pukul 11.30 WIB di Kantor kelurahan kepuh).

Berdasarkan pernyataan diatas, sebenarnya tahap awal data – data dari masyarakat itu dari keinginan masyarakat. Semua data yang dihimpun sebelum masuk kelurahan itu keinginan masyarakat. Sampai saat ini keinginan Seperti pernyataan I1-19sebagai berikut :

“Kalau untuk data itu sesuai kebutuhan masyarakat. Tapi kita kembali kepada skala prioritas. Oleh sebab itu mengapa banyak usulan yang belum terealisasikan. Masyarakat hanya menginginkan bukan apa yang dibutuhkan. Kami harus teliti agar program bukan

hanya bagi keutungan pribadi atau golongan saja.” (wawancara dilakukan Pada hari senin, 11 september 2017 pukul 15.35 WIB di Kantor kelurahan kebondalem).

Seperti pernyataan diatas bahwa Dalam menentukan skala prioritas kebutuhan pembangunan di masyarakat, penyaringan aspirasi diawali dari masyarakat kelurahan dalam forum Musbangkel kemudian akan ditindaklanjuti dengan kegiatan Musrenbang di tingkat kecamatan. Hasil Musrenbang kecamatan akan disampaikan ke Dinas terkait untuk diadakan evaluasi tentang kelayakan teknis dan dibahas/ditetapkan dalam Musrenbang kota sebagai rencana definitif. Seperti pernyataan pernyataan

I1-13sebagai berikut :

“Jika dilihat data yang sudah – sudah sebenarnya data itu banyak yang keinginan masyarakat namun kita tetep kembali lagi bahwa skala prioritas diambil bukan karna keinginan masyarakat melainkan kebutuhan yang ada di wilayah itu. (wawancara dilakukan Pada hari senin, 28 september 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor kelurahan grogol).

pernyataan diatas untuk mencapai keberhasilan dalam pembangunan yang selaras seimbang dan sesuai dengan kondisi kebutuhan masyarakat maka seharusnya data – data harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, apalagi hanya menguntungkan golongan atau

individu itu sendiri. dari pihak kelurahan harus menegaskan bahwa semua usulan atau data yang telah diajukan dikelurahan tidak semua akan terlaksana di tahun ini. Disamping itu, kegiatan ini dilaksanakan untuk membangun kesadaran masyarakat untuk berkontribusi dalam perbaikan terhadap kondisi pembangunan di wilayahnya, bahwa masyarakat mampu memberikan solusi dan perbaikan terhadap kondisi pembangunan yang dapat yang dimulai dari diri sendiri.

b. Tolak ukur dalam pelaksanaan Musrenbang

Tolak ukur dalam pelaksanaan musrenbnag disini aspek penting dalam pelaksanaan Musrenbang, apa saja yang menjadi tolak ukur dalam sebuah pelaksanaan agar berjalan sesuai dengan perencanaan. Di dalam pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kota Cilegon dibutuhkan banyak indikator keberhasilan didalamnya, apa saja yang membuat pelaksnaan ini berhasil. Biasanya, dalam musrenbang dibutuhkan partisipasi masyarakat karena sejatinya musrenbang dibuat untuk menyuarakan suara dari masyarakat yang ada di lingkungan itu sendiri. Seperti pernyataan yang disampaikan oleh I1-7 sebagai berikut :

“Partispasi sangat penting. Jika pemerintah saja yang bertanggung jawab atau bekerja dalam pembangunan itu sendiri tanpa adanya dorongan atau partisipasi dari masyarakat akan sulit menghasilkan keberhasilan musrenbang...” (wawancara dilakukan

wawancara dilakukan Pada hari kamis, 7 september 2017 pukul 14.30 WIB di Kantor kelurahan bendungan).

Hal senada disampaikan oleh I1-12 sebagai berikut :

“Tolak ukur musrenbang banyak faktornya. Kalau dilihat dari sisi

keterwakilan masyarakat itu pun sangat penentu keberhasilan musrenbang sendiri. Namun, itu semua tidak terlepas dari

ketersediaan anggaran yang ada. Semuanya harus seimbang agar tidak berat sebelah. Kalau disini masyarakatnya harus disuruh duu biar pada mau, kadang sibuk dengan pekerjaanya sehingga lupa kalu ada acara” (wawancara dilakukan wawancara dilakukan Pada hari Senin, 28 agustus 2017 pukul 09.30 WIB di Kantor kelurahan rawaarum).

Pernyataan di atas dijelaskan bahwa banyak faktor yang menentukan keberhasilan dalam musrenbang, seperti partisipasi dari masyarakatnya dan anggaran yang tersedia. Partisipasi masyarakat dinilai sangat penting dalam hal ini, karena musrenbang merupakan wahana publik yang dibuat masyarakat dalam menyuarakan aspirasi aspirasinya. Perasaan menjadi bagian dari masyarakat ataupun perasaan menjadi bagian terhadap pelaksanaan program, dalam hal Musrenbang juga diperlukan selain kemampuan yang dimiliki. Kemampuan yang dimiliki juga harus diikuti dengan perasaan bahwa mereka terlibat karena memiliki perasaan menjadi bagian dalam kemasyarakatan. Merasa menjadi bagian dari musrenbang dapat dilihat bagaimana mereka yang memutuskan untuk terlibat menganggap penting pembangunan dan apa yang melatar belakangi mereka untuk terlibat. Sehingga dapat terlihat apa yang sebenarnya masyarakat harapkan dalam keterlibatan di musrenbang ini.. Selain aspirasi masyarakat juga ketersediaan anggaran menjadi hal yang utama dalam proses pembangunan. Partisipasi di Kota Cilegon dalam mengikuti musrenbang bisa dikatan belum maksimal dilihat dari pengetahuan masyarakat tentang musrenbang masih dianggap minim dikarenakan sosialisasi yang tidak merata dan belum banyak yang paham mengenai skala prioritas dalam pembangunan dan jenuh terhadap program

yang tidak direalisasikan karena selalu masuk daftar untuk diajukan tahun berikutnya. Selain dari dua faktor yang diatas ada pernyataan lain seperti pernyataan oleh I1-1 sebagai berikut :

“Kalau dilingkup kita dilihat dari stakeholder yang hadir dan

diundang bisa ngasih masukan sesuai dengan visi misi pemerintah, jadi tiaptahun beda beda untuk musrenbang untuk tahun ini penekanannya lebih ke infrastruktur . selain itu keberhasilan program menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan dari pada

musrenbang.”( wawancara dilakukan Pada hari rabu, 25 september 2017 pukul 11.30 WIB di Kantor Bappeda kota cilegon).

Dari pernyataan diatas dijelaskan keterwakilan undangan yang hadir juga salah satu sebagai tolak ukur dalam musrenbang, semakin banyak undangan yang hadir akan semakin bagus partisipasi dan semakin banyak ide – ide yang dikembangkan untuk pembangunan kota cilegon. Pada kenyataan seperti peneliti pernah paparkan bahwa ada stakeholder di Kecamatan Ciwandan yang hadir dalam musrenbang hanya absen belaka. Pelaksanaan Musrenbang di Kota Cilegon berupaya untuk meningkatkan peran masyarakat dalam melibatkan diri serta meningkatkan kualitas hidup dan pembangunan masyarakat di wilayahnya masing - masing. Masyarakat dituntut dapat ikut berpartisipasi karena permasalahan dirasakan masyarakat secara bersama. Keberhasilan program juga sangat menentukan keberhasilan dari musrenbang. hal ini juga disampaikan oleh

I1-2 sebagai berikut :

“Kalau dari sisi output itu terealisasinya pembangunan. kalau dari sisi masyarakatnya berarti ada satu keberhasilan masyarakatnya dalam membangun wilayahnya sendiri, dia bisa mengoptimalkan sdm sendiri dan bisa menentukan prioritas wilayahnya yang akan dibangun. Biasanya masalahnya itu usulan lama itu banyak yang

diusulakan kembali.” (wawancara dilakukan Pada hari Senin, 25 september 2017 pukul 09.00 WIB di Kantor Bappeda kota cilegon).

Keberhasilan suatu program atau terealisasinya pembangunan juga menjadi faktor penting dalam musrenbang. keberhasilan program menjadi acuan untuk pembangunan ditahun berikutnya.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa ada banyak tolak ukur yang peneliti simpulkan dari wawancara diatas seperti partisipasi masyarakat, ketersediaan anggaran, keterwakilan pemangku kepentingan, dan terealisasinya pembangunan yang direncanakan. Semua faktor diatas sangat berkaitan satu dengan yang lainnya.

c. Sasaran yang terangani

Sasaran yang tertangani artinya partisipasi masyarakat dalam Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan hal yang berkaitan dengan tolak ukur dalam Musrenbang. kesiapan masyarakat untuk berpartisipasi seringkali bergantung pada apakah mereka didekati atau tidak dan bagaimana mereka didekati.barbagai pilihan untuk keterlibatan partisipasi adalah penting karena beberapa orang lebih nyaman dengan beberapa bentuk keterlibatan seperti rapat umum dan musyawarah. Beberapa orang berpartisipasi untuk berbicara mengenai pengalaman dari masyarakatnya atau lingkungannnya sementara yang lain ingin terlibat berdasarkan pengetahuan mereka tentang layanan tertentu sebagi pengguna. Partisipasi dapat dimobilisasi dengan menggunakan insentif (misal honorarium), melalui pembentukan rasa kewajiban atau dengan menawarkan

bargaining/pertukaran. untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam

musrenbang, peneliti melakukan wawancaa bersama I1-9sebagai berikut :

“Partisipasi dari masyarakat sendiri cukup bagus untuk ditingkat

kelurahan namun ada saja yang malas malasan untuk datang alasannya karna usulan terdahulu tidak terealisasikan. Ada

masyarakat yang mengerti kondisi ada juga yang tidak mengerti.”(

wawancara dilakukan Pada hari Senin, 17 juli 2017 pukul 10.30 WIB di Kantor kelurahan samang raya).

Hal senada juga dikatakan oleh I1-14sebagai berikut :

“Partisipasi dari masyarakat sendiri cukup bagus untuk ditingkat

kelurahan namun ada saja yang malas malasan untuk datang alasannya karna usulan terdahulu tidak terealisasikan. kadang masyarakat itu menuntut haknya tapi lupa dengan kewajibannya yaitu partisipasi Karakter masyarakat berbeda – beda . bagaiman

kita bisa menyikapi karekter mereka yang berbeda beda.”(

wawancara dilakukan Pada hari Selasa, 18 juli 2017 pukul 10.30 WIB di Kantor kelurahan sukma jaya).

Dari pernyataan diatas untuk partisipasi sudah cukup artinya ada rasa kepedulian masyarakat terhadap pembangunan di lingkungannya. Namun upaya di atas dinilai belum berhasil dikarenakan masyarakat yang partisipasi tidak melakukan lebih lanjut di lingkungan masing – masing artinya seperti hal kecil gotong royong dll. Kurang rasa kepercayaan masyarakat dan belum adanya kesadaran dalam hal pembangunan di lingkungannya. Adanya sebagian masyarakat yang apatis akan pembangunan, contohnya saja seperti tidak hadir dalam musrenbang alasannya pun hampir sama seperti informan lainnya yaitu karena usulan yang sebelumnya tidak direalisasikan. Hal semacam ini sudah sering terjadi dalam musrenbang. seperti yang dikatatakan oleh I1-10 sebagai berikut :

“untuk masyarakat sendiri alasan tidak berpartisipasi karena alasannya selalu “mengapa program yang ini tidak terealisasikan, males karena gitu gitu aja” kami harus bisa menjelaskan kepada

warga bahwa disini ada yang namanya skala prioritas karena memang cilegon ini bukan hanya kepuh saja kelurahannya masih ada 42 kelurahan lagi,...”( wawancara dilakukan Pada hari jumat, 28 juli 2017 pukul 11.30 WIB di Kantor kelurahan kepuh).

Hal senada dikatakan oleh I1-6sebagai berikut :

“Ya bisa dilihat sendiri bagaimana partisipasi masyarakatnya, ada yang semangat ada juga ya tidak namanya berfariasi. Namun saya harap sebagai lurah bahwa untuk ikut bekerja di pelaksanaan muserenbang. Musrenbang itu pembangunan loh, pembangunan untuk dilingkungan masing – masing. Katanya mau bagus lingkungannya ya kalau begitu diganti dengan partisipasinya.”(wawancara di lakukan wawancara dilakukan Pada hari Senin, 4 september 2017 pukul 13.00 WIB di Kantor kelurahan ciwaduk).

Hampir seluruh jawaban dari informan menunjukan bahwa partisipasi masyarakat cukup bagus, tidak rendah tidak juga tinggi, belum maksimal. Namun yang disayangkan bahwa masih ada masyrakat yang belum mengerti tentang skala prioritas. Namun pihak kelurahan hanya memberitahu dan meberi pengertian kepada masyarakat seperti pernyataan oleh I1-12sebagai berikut:

“untuk menanggapi masyarakat yang apatis kita akan meberikan

pengertian bahwa pembangunan ini keuntungan bukan untuk pemerintah saja namun untuk masyarakat itu sendiri. Kalau tidak ada tindakan dari masyarakat itu sendiri, bagaimana pembangunan itu akan maju dan berkembang.”( wawancara dilakukan Pada hari Senin, 28 agustus 2017 pukul 09.30 WIB di Kantor kelurahan rawaarum).

Dilihat dari faktor pendidikan, masyarakat di kota cilegon tingkat pendidikannya masih minim. Jumlah tamatan SD dengan presentase 34,80%. Sedangkan untuk sarana prasarana pendidikan yang tersedia

sebagai berikut. Terdapat 348 sarana pendidikan, diantaranya : Madrasah Aliyah (MA) terdapat 23 unit, Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat 42 unit, Sekolah Menengah Atas (SMA) terdapat 43 unit milik swasta dan Negeri, Perguruan Tinggi terdapat 10 unit, Madrasah Tsanawiyah (MTs) 41 unit, madrasah ibtidaiyah 13 unit dan Sekolah Dasar (SD) terdapat 176 unit. Adapun tingkat pendidikan kota cilegon bisa dilihat di Tabel 4.4. kondisi sosial ekonomi berkaitan erat dengan faktor pendidikan. Jenjang pendidikan memungkinkan sosial ekonomi yang tinggi pula sebaliknya. Masyarakat Kota Cilegon memiliki jenjang jenjang pendidikan yang minim dengan mendominasinya presentase lulusan Sekolah Dasar yakni 34,80 %. Sehingga berdampak pada sosial ekonomi di Kota Cilegon. Partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pemahaman mereka dalam menilai suatu fenomena dimana pemahaman tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Dapat ditarik garis besarnya bahwa dengan pendidikan yang rendah maka partisipasinya pun akan rendah. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, baik kuantitas maupun kualitas SDM nya berkaitan dengan faktor pendidikan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di kota cilegon.

.Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya kepercayaan masyarakat dikarenakan ada rasa dikecualikan atau perasaan tidak diterima sehingga mereka memutuskan untuk tidak berpartisipasi. Perasaan tidak diterima tersebut salah satunya disebabkan oleh keanekaragaman sosial didalam masyarakat. Keanekaragaman perbedaan

baik budaya, agama, suku dan sebagainya terkadang dapat menghalangi seseorang untuk berpartisipasi. Banyak yang beranggapan seseorang yang berada diluar di suatu komunitas atau kelompok yang didominasi oleh orang yang memiliki banyak kesamaan menjadi kendala bagi mereka yang merasa berbeda untuk berpartisipasi. Biasanya orang yang sering berpartisipasi adalah orang yang mempunyai jabatan atau posisi tertentu. Dalam hasil wawancara dan data yang telah diperoleh, hasil temuan mengenai partisipasi dalam pelaksanaan musrenbang di kelurahan Kota Cilegon tidak dipengaruhi oleh keragaman agama dan sosial. Dalam sektor sosial, Pluralisme adalah ciri dari masyarakat kota cilegon. Warga asli Cilegon Sunda Jawa Serang dengan warga pendatang dari berbagai suku di Indonesia seperti Jawa, Sunda, Batak, Minang telah membaur menjadi satu. Setiap permasalahan di kampung, diselesaikan dengan cara musyawarah mufakat yang dipimpin oleh Ketua RT atau RW masing-masing. Beberapa yang dianggap tokoh masyarakat dan agama menjadi narasumber di setiap kegiatan musyawarah. Jadi disini tidak dibedakan. Hal ini disampaikan oleh I1-18 sebagai berikut:

“alhamdulillah kalau masalah perbedaan kaya gitu jarang banget ada masalah. Saling akrab aja kalau di kelurahan kota bumi. Apa lagi disini ada orang asing yang kerja di KS, kan banyak yang ngontrak juga di wilayah sini karena deket dengan pabriknya dan kalaupun ada bukan dari warga saya.”(wawancara dilakukan pada

hari rabu, 13 september 2017 pukul 15.30 WIB di kelurahan kotabumi)

Berdasarkan Pernyataan dari pak tarfriji selaku lurah kotabumi bahwa dalam keanekaragaman budaya dan sosial di kelurahan kotabumi

tidak mepengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan musrenbang berlaku juga untuk kelurahan yang ada di kota cilegon. apalagi di lingkungannya ada Warga Negara Asing (WNA) yang mengontrak dalam urusan pekerjaan, hal ini masyarakat dituntut untuk berbaur dan mencontohkan kepada WNA tersebut. Sehingga keragaman entitas tidak berpengaruh kepada partisipasi masayarakat dalam pelaksanaan Musrenbang.

Berdasarkan beberapa pernyataan diatas bahwa dari pihak BAPPEDA dan kelurahan pun sudah memberi pengetahuan kepada masyarakat bahwa hanya sebagian usulan saja yang terealisasikan yang dianggap penting dan membutuhkan pembangunan segera. Namun masih saja masyarakat yang tidak hadir dengan berbagai alasan. Alasanan yang sering muncul adalah program atau usulan yang terdahulu tidak terealisasikan. Alasan itu hampir ada dalam kelurahan di kota cilegon. Berdasarkan pernyataan diatas bahwa koneksi, rasa kemasyarakatan yang timbul menyebabkan dorongan masyarakat untuk terlibat dalam pelaksanaan musrenbang. namun kiranya bagi yang tidak memiliki hal –

hal di atas maka mereka tidak memiliki dorongan untuk terlibat artinya kurang untuk partisipasi. Rasa kemayarakatan dapat dipupuk dengan cara yang sederahana seperti gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat, kegiatan tersebut untuk memupuk rasa kebersamaan dan rasa kemasyarakatan di lingkungan masing – masing.

d. Kelompok yang dilibatkan dalam Musrenbang

Pihak yang dilibatkan dalam Musrenbang. pihak yang dilibatkan dalam Musrenbang tentunya sangat menentukan masukan program yang akan diajukan ke tahap selanjutnya. Namun untuk setiap tingkatan Musrenbang kelurahan, kecamatan dan kota stakeholders nya berbeda. Hal ini disampaikan oleh I1-2 sebagai berikut:

“Banyak pihak yang terlibat dalam musrenbang terutama dari

RT/RW wilayah masing masing, tokoh masyarakat, karangtaruna dan organisasi lain yang ada di kelurahan dan kecamatan masing –

masing. Tapi di tingkat kota stakeholdernya sudah berbeda kalau ditingkat kota sudah mengundang DPRD, unsur legislatif dan eksekutif, dan unsur – unsur BUMN, BUMN dan organisasinya pun sudah tingkat kota semuanya terlibat sehingga proses pembangunan bisa menggunakan dana dari perusahaan, atau BUMD dan BUMN itu. (wawancara dilakukan di wawancara dilakukan Pada hari Senin, 25 september 2017 pukul 09.00 WIB di Kantor Bappeda kota cilegon).

Hal senada disampaikan oleh I1-1 sebagai berikut:

“OPD, BUMN, BUMD, LSM, Perguruan Tinggi dan masih banyak

lagi yang terlibat dalam musrenbang kota karena lingkupnya luas.”

( wawancara dilakukan Pada hari rabu, 25 september 2017 pukul 11.30 WIB di Kantor Bappeda kota cilegon).

Untuk Musrenbang tingkat Kota yang dilibatkan sudah semua Stakeholders dalam lingkup kota, semua diwajibkan hadir untuk

membahas tentang pembangunan yang akan datang. Berbeda dengan lingkup kelurahan, seperti pernyataan I1-13 sebagai berikut:

“Dari unsur masyarakat seperti RT/RW dan organisasi tertentu,

Tokoh masyarakat, pemuda. Dari pemerintahnya ada dari kecamatan, Bappeda, dari dinas sosial, kesehatan, PU dan dinas terkait lainnya, termasuk juga ada dari DPR dan para pengusaha

yang ada diwilayah ini.” (wawancara dilakukan Pada hari senin, 28 september 2017 pukul 10.00 WIB di Kantor kelurahan grogol).

Pernyataan diatas sejalan dengan beberapa kelurahan, salah satunya oleh I1-10 sebagai berikut:

“Untuk yang terlibat ada RT/RW,tokoh masyarakat,fasilitator, pemuda, posyandu dan pkk, karang taruna, dan unsur – unsur lain yang terlibat dalam musrenbang. Biasanya juga mengundang

anggota dpr yang ada diwilayah ini.”( wawancara ini dilakukan

wawancara dilakukan Pada hari jumat, 28 juli 2017 pukul 11.30 WIB di Kantor kelurahan kepuh).

Yang telah disampaikan pernyataan diatas bahwa LSM dan organisasi tertentu harus turut hadir dalam pelaksanaan murenbang. Namun, ada satu kelurahan yang LSMnya sudah tidak aktif. Hal ini disampaikan oleh I1-19 sebagai berikut:

“Banyak pihak yang terlibat dalam musrenbang terutama dari

RT/RW wilayah masing masing, tokoh masyarakat, jujur saja ya untuk LSM sendiri di wilayah kebon dalem sudah tidak aktif lagi jadi kita mengandalkan tokoh masyarakat.” (wawancara dilakukan Pada hari senin, 11 september 2017 pukul 15.35 WIB di Kantor kelurahan kebondalem).

Dari pemaparan kegiatan musyawarah pembangunan ini merupakan salah satu wahana yang efektif untuk memaduserasikan perencanaan bottom up dengan perencanaan yang bersifat top down sehingga diharapkan semua stakeholders yang terlibat dalam pelaksanaan semuanya dapat hadir untuk meberikan masukan dan solusi atas permasalahan pembangunan di kota cilegon.

Dokumen terkait