• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika dan Struktur Kepribadian Alamanda

BAB I PENDAHULUAN

II.2 Dinamika dan Struktur Kepribadian Alamanda

Alamanda merupakan putri pertama Dewi Ayu yang berdarah Jepang yang mewarisi kecantikan ibunya. Wajah cantiknya ini membuatnya mudah untuk menarik hati lelaki. Ia gemar sekali membuat lelaki patah hati. Ia mengatakan mencintai lelaki, tapi lebih mencintai lelaki yang patah hati karena cinta. Perjalanan cintanya yang seperti ini berakhir ketika ia bertemu Kliwon. Pertama mengenal Kliwon, lelaki ini bersikap acuh. Alamanda terus berusaha mendekati Kliwon hingga ia mendapatkan apa yang ia inginkan dan mereka berpacaran.

Suatu hari, Kliwon bersekolah ke Jakarta, Alamanda pun ditinggalkan seorang diri. Saat itu Shodanco muncul. Kejenuhan Alamanda menanti Kliwon memacunya untuk kembali pada sifatnya yang dulu, mempermainkan hati lelaki. Demikianlah kemudian dilakukannya. Namun kali ini ia kalah. Shodanco memperkosanya. Alamanda memutuskan menikahi Shodanco tanpa cinta. Maka berakhirlah cintanya pada Kliwon.

Kehidupan rumah tangganya tidak membuat bahagia. Ia tidak mau tidur dengan suaminya. Shodanco terpaksa memperkosa istrinya sendiri. Alamanda

benar-benar menyerahkan dirinya pada Shodanco untuk membebaskan Kliwon dari kematian. Akhirnya Nurul Aini lahir. Kematian Nurul Aini dan Shodanco cukup membuatnya sedih namun ia tetap tegar.

Alamanda merupakan putri pertama dari pelacur paling cantik dari Halimanda. Hal inilah yang melatarbelakangi gangguan psikisnya, yaitu mempermainkan hati lelaki. Ia suka membuat lelaki jatuh cinta padanya, memberikan harapan-harapan pada mereka lalu mencampakkannya ketika mereka menyatakan cinta.

“Aku menyukai laki-laki,” Kata Alamanda suatu ketika, “tapi aku lebih suka melihat mereka menangis karena cinta.”

(Kurniawan 2004:211).

Alamanda mengikuti idnya karena ia memperoleh kepuasan setelah menyakiti hati laki-laki dan ia mengabaikan superegonya, yaitu rasa bersalah karena perbuatannya tersebut.

Sikap Alamanda yang suka menyakiti hati banyak lelaki ini merupakan sikap volatile yang merupakan pantulan narcisme dari sifatnya.

Ia telah melakukan permainan tersebut berkali-kali, selalu menyenangkan dari satu permainan ke permainan yang lain meskipun akhirnya selalu sama bahwa ia akan menjadi pemenang dan mereka akan menjadi pecundang. Ia akan tertawa lebar sementara kekasih baru menggantikan kekasih lama ( Kurniawan 2004:211 ).

Sikap narcisme muncul pada tokoh perempuan ini. Menurut Freud seperti yang dikutip oleh Kramadibrata, ada kaitan yang erat antara narcisme, pemujaan pada diri, dengan citra ego seseorang. Pelukisan yang selalu baik tentang dirinya merupakan usaha untuk mempertahankan citra egonya (Kramadibrata 2003: 76 ).

Alamanda merupakan sebuah pribadi yang tidak mempedulikan keluarganya. Sikap ini ditunjukkan dalam kutipan berikut:

Kadang-kadang ia baru pulang ke rumah larut malam menjelang pagi. Meskipun kedua adiknya telah menunggu di depan pintu dengan wajah cemas. Ia akan berlalu ke kamarnya tanpa mengatakan apa pun kecuali menyanyikan sepotong lagu cengeng yang sedang populer di masa itu. (Kurniawan, 2004: 209)

Alamanda sering membuat perbandingan antara dia dan ibunya. Ia sering merasa bahwa ia lebih dari ibunya. Secara tidak sadar, melalui ucapannya, ia menempatkan ibunya sebagai saingan. Dalam hal ini sikapnya tidaklah aneh mengingat kepopuleran ibunya sehingga mengganggap ibunya sebagai saingan.

“Kini mama lihat apa yang dilakukan perempuan di masa damai” Jawab Alamanda.

“Apa maksudmu, Nak?”

“Di masa damai, Mama telah bikin lelaki itu mengantri dan membayar untuk meniduri mama, dan aku membuat banyak lelaki menangis karena patah hati”.

(Kurniawan, 2004 : 212)

Dari pernyataannya di atas dapat disimpulkan bahwa ia mengalami kompleks oedipus, yaitu bahwa hubungan seorang perempuan (Alamanda) dengan banyak lelaki ditafsirkan sebagai hubungan dengan ayahnya dan usahanya untuk menyaingi orang lain (Dewi Ayu) karena adanya keinginan di bawah sadarnya untuk mengalahkan ibunya. Rasa takut atau ancaman akan kehilangan cinta yang sebenarnya khayal itu datang dari ibunya. Sikapnya ini dapat lebih dipahami mengingat ia sama sekali tak mengenal figur seorang ayah dan dibesarkan oleh ibunya.

Sementara itu, keputusannya untuk menikahi Shodanco tanpa rasa cinta, karena lelaki itu telah menidurinya dilatarbelakangi oleh ketakutannya pada mimpinya. Hal ini dapat dirunut dari teks sebelumnya yang mengatakan bahwa ia tak akan berkhianat dari Kliwon.

… bercerita mengenai Sang Shodancho, tentang kedunguannya, dan berbicara sejujurnya bahwa Sang Shodancho tampaknya tertarik pada dirinya. Ia meyakinkan kekasihnya bahwa ia sama sekali tak tertarik kepada Sang Shodancho, ia masih sama seperti sebelum ini bahwa cintanya hanya untuk kekasihnya seorang dan tak punya keinginan sedikit pun untuk berkhianat (Kurniawan 2004:228-229).

Suatu malam ketika ia baru memulai permainan cintanya dengan Shodanco yang membuat lelaki itu tergila-gila padanya sementara Kliwon di Jakarta ia bermimpi.

Sampai ketika malam ia bermimpi Kliwon mengetahui hal itu dan laki-laki tersebut menjadi marah sehingga berniat untuk membunuhnya, membuat ia terbangun dalam selimut keringat dingin dan napas putus-putus. Ia memaki pada mimpi buruk tersebut dan meyakinkan diri bahwa ia sama sekali tak mengkhianati kekasihnya dan cintanya tak berubah sedikit pun juga.

(Kurniawan, 2004 : 226)

Dalam teorinya, Freud seperti yang dikutip oleh Semiun (2006:113) berpendapat bahwa isi laten dari mimpi lebih penting dari pada isi manifes. Isi laten dari mimpi adalah arti permukaan atau gambaran sadar yang diberikan oleh orang yang bermimpi. Isi manifes pada umumnya mudah diingat oleh orang yang bermimpi, sedangkan isi laten dapat dicapai hanya dengan interpretasi yang teliti mengenai isi manifes.

Hal ini pula yang dialami oleh Alamanda. Isi manifes mimpi Alamanda adalah Kliwon membunuhnya setelah mengetahui perselingkuhannya dengan

Shodanco. Sedangkan isi laten dari mimpi tersebut adalah bahwa karena rasa ketakutan Alamanda kehilangan lelaki yang amat dicintainya dan rasa bersalah karena telah mengkhianati kekasihnya. Namun yang diingat Alamanda hanyalah isi manifes mimpinya tanpa menyadari isi latennya.

Dokumen terkait