• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Good governance

MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE MELALUI PELAYANAN PUBLIK Aspek kebijakan public dalam system kehidupan bernegara dan kepemimpinan

1. Dinamika Good governance

Konsep Governance berasal dari bahasa Prancis GOUVERNEN atau GOVERNING dalam bahasa Inggris. Pada waktu ini ada semacam gerakan di beberapa kalangan di Amerika Serikat untuk menggantikan fungsi pemerintahan Government ( pemerintah dengan Governance ). (Siagian: 2003).

Arti Governance suatu Governing board ( Dewan Governance ) dalam suatu organisasi seperti asosiasi atau perhimpunan profesi, misalnya merupakan semacam suatu dewan pembina yang mempunyai fungsi :

1) Sebagai pimpinan umum

2) Sebagai pembina usaha ( undertaking )

3) Sebagai penerbit policy-policy umum ( General Policy Makes ) 4) Sebagai pembuat peraturan-peraturan ( Regulations )

5) Sebagai pengawas terhadap eksekutif yang biasanya dijadikan oleh seorang sekretaris jenderal atau executive secretary.

Berkaitan dengan good goverment ada juga istilah corporate governance yang banyak dikembangkan pelaku bisnis. Salah satu definisi corporate covernance yang dikemukakan oleh forum for corporate governance sebagai berikut separangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban merekan atau dengan kata lain suatu sistem yang mengndalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).

Menurut Cadbury Report mendefinisikan corporate governance sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan oragnisasi. (Thurrock,2002:2). Pada intinya adalah corporate governance merupakan suatu sistem, proses dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan (mistakes) signifikan dalam strategi korporasi. Konsep ini sangat

sejalan dengan konsep good governance yang diaplikasikan dalam kegiatan pemerintahan untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan kuat dengan pelayanan public yang berkualitas.

Good governance mengarah kepada aktualisasi birokrasi yang ideal dan mampu melaksanakan fungsinya sebagai pelayanan publik. Birokrasi adalah pelayan publik yang diadakan demi kemudahan interaksinya dengan kekuasaan. Birokrasi pada hakekatnya terkandung niat untuk menjadi oragnisasi administrasi yang rasional. Hal ini ditandai oleh beberapa etos birokrasi yang mengembangkan budaya baru yaitu efisiensi dan efektifitas. Namun tentunya juga bisa mengecewakan manakala fungsi pelayan berubah menjadi pengabdian terhadap kekuasaan.

Untuk itu dalam meningkatkan citra birokrasi sebagai pelayan publik, maka dikembangkanlah sistem good governance yang dianggap mampu memberikan inspirasi positif bagi birokrat dalam mengembang tugas dan fungsinya. Secara teoritis sebelum administrator menjalankan fungsi utama governance maka dengan sendirinya harus membentuk organisasi dasarnya sesuai dengan konstitusi atau anggaran dasar tertulis badan organisasi dimana dia mendapat tugas.

Organisasi dasar terdiri dari (1) struktur organisasi, (2) sistem informasi organisasional, (3) sistem management (struktur managemen dan mekanisme manajemen), dan (4) sistem operasi dasar (basic operational system).

Administrator di dala menjalankan governance secara teori logika Sekuensial akan melakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Melakukan judegement secara menyeluruh, yakni penilaian, perkiraan dan perhitungan terhadap tugas pokok dan mengukur kekuatan dan kelemahan posisi dan tugas.

2) Melakukan environmental scanning yakni mengukur kondisi keadaan lingkungan bisnis luar serta pengaruhnya terhadap lingkungan organisasi internal.

4) Merumus mission statement bagi organisasi usaha untuk menjadi pedoman dan tujuan bagi pimpinan dan staf dalam menjalankan berbagai upaya, usaha, kegiatan dan manajemen.

5) Memilih segmen pasar yang hendak ditangani atau dilayani. Segmen ini ditetapkan selama masih dipandang profitable, feasible, adviseable atau alasan lain yang menguntungkan.

6) Menetapkan strategi yang akan dikembangkan di dalam mengambil langkah-langkah kedepan.

7) Menentukan filosofi usaha yang akan dipakai sesuai dengan strategi.

8) Mengembangkan sumber daya manusia untuk melaksanakan strategi dan filosofi. 9) Mengembangkan peraturan umum untuk dijadikan pegangan dan pedoman. 10) Menetapkan kebijakan umum.

Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting corporate governance telah mengembangkan seperangkat prinsip-prinsip good corporate governance dan dapat diterapkan secara luwes (fleksibel) sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi di masing-masing bidang. Prinsip-prinsip ini diharapkan menjadi titik rujukan bagi para regulator (pemerintah) dalam membangun framework bagi penerapan coprorate governance. Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip-prinsip ini dapat menjadi guidance atau pedoman dalam mengelaborasi best practices bagi peningkatan nilai (valuation) dan keberlangsungan (sustainability) perusahaan.

Prinsip-prinsip ini mencakup lima bidang utama: hak-hak para pemegang saham dan perlindungannya, peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya, pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi, tanggung jawab dewan direksi terhadap perusahan, pemegang saham, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Atau secara ringkas prinsip-prinsip tersebut dapat dirangkum sebagai perlakuan yang setara, transparansi, akuntabilitas dan responsibilitas.

Prinsip-prinsip tersebut terkait langsung dengan permasalahan yang dihadapi dunia usaha pada umumnya yakni masalah korupsi dan ketidakjujuran, tanggung jawab sosial

dan etika korporasi, tata kelola sektor publik (public sector governance) dan reformasi hukum. Hal ini sangat penting dalam upaya aparatur dalam melksanakan tugas sebagai pelayanan public yang pada akhirnya akan menjadi Good governance sebagai landasan esensial dalam pelayanan public.

Pemerintah memainkan peranan sentral dalam membentuk framework legal, institusional dan regulatori dimana dalam framework ini "governance systems" dikembangkan. Tanpa adanya framework yang mendukung, "governance" tidak dapat berjalan maksimal. Misalnya framework kebijakan yang mencakup hal-hal seperti hak-hak legal para pemegang saham dan kemampuan untuk menuntut pertanggungjawaban ( redress ) bila hak-hak mereka dilanggar. Framework perlindungan terhadap para pemegang saham melalui regulasi dan melalui kewajiban untuk pengungkapan penuh risiko usaha. Dua contoh ini hanya sebagian kecil dari sekian banyak framework yang harus dikembangkan untuk mendukung praktik good corporate governance, ada sejumlah besar faktor lain yang mempengaruhi cara perusahaan dijalankan, dikelola, dan dituntut pertanggungjawabannya, dan banyak dari faktor-faktor ini yang sepenuhnya merupakan bidang para pembuat kebijakan.

Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini, Kantor Kementerian BUMN telah mengeluarkan berbagai keputusan yang mewajibkan BUMN-BUMN menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance, misalnya Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ).

Dalam keputusan ini juga dijabarkan tentang prinsip-prinsip good corporate governance yang sejalan dengan prinsip-prinsip yang dirumuskan oleh OECD sebagai berikut :

1) Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan.

2) Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

3) Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

4) Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi.

5) Kewajaran (Fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.