BAB II. LANDASAN TEORI
D. Dinamika Hubungan Antara Culture Shock dan Prestasi Akademik
Pada saat seseorang berada dalam suatu lingkungan budaya yang baru,
orang tersebut akan mengalami culture shock karena merasa tidak nyaman dan
mengalami perasaan disorientasi. Hal tersebut didukung karena seseorang
tidak dapat mengenali petunjuk-petunjuk yang ada (Martin & Nakayama,
2004). Dimana, petunjuk-petunjuk tersebut berkaitan dengan seribu satu cara
yang dimiliki oleh seseorang untuk mengendalikan dirinya dalam hidup
Mahasiswa asal Papua yang mengalami culture shock dapat
mempengaruhi proses belajar yang sedang dijalani. Keadaan tersebut
berdampak pada kemampuan mahasiswa untuk memperoleh prestasi
akademik yang diharapkan. Prestasi akademik yang dimiliki oleh mahasiswa
yang mengalami culture shock tersebut dipengaruhi oleh beberapa aspek.
Aspek yang pertama adalah ketegangan sebagai usaha untuk memenuhi
kebutuhan adaptasi psikologis. Menurut Kroeber & Kluckhohn (dalam Berry,
Poortinga, Segall & Dasen, 1999), budaya mempengaruhi kondisi psikologis
seseorang, seperti proses menyesuaikan diri, memecahkan masalah, proses
belajar dan kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki. Seseorang yang mengalami
gejala culture shock akan mengalami masalah dengan prestasi akademiknya,
bila tidak mampu untuk mengatasi masalah tersebut. Selain itu, ketegangan
yang dialami dapat mengganggu strategi belajar yang telah dimiliki oleh orang
tersebut untuk mendapatkan prestasi yang bagus (Lawson dalam Syah, 2002).
Aspek yang selanjutnya yang mempengaruhi prestasi akademik adalah
merasa kehilangan dan adanya kekurangan perhatian yang didapat dari
teman-teman, status, profesi dan hak milik. Ketika seseorang menyadari dirinya
berada dalam lingkungan yang berbeda, orang itu akan mulai merasa cemas
dan tidak berdaya (Church dalam Heine, 2008). Perasaan yang muncul karena
mulai hidup terpisah dan merasa kehilangan dukungan, terutama dari
Tidak hanya itu, perasaan bahwa teman barunya tidak menunjukkan
perasaan yang peduli kepada dirinya juga menambah perasaan kehilangan
(Pujiriani & Rianty, 2010). Selain itu, interaksi orang tersebut dengan
orang-orang baru di lingkungan yang baru, menyebabkan orang-orang tersebut memiliki
status yang baru sebagai hasilnya (Santrock, 2002). Keadaan-keadaan tersebut
dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bisa mendapatkan prestasi
yang diinginkan. Dimana, dalam kehidupan belajar di lingkungan sekolah atau
kampus, kemampuan untuk bisa bekerja sama dengan orang lain
mempengaruhi pencapaian prestasi yang dimiliki (Chen, Irvine & York, Shade
& New, Thomas dalam Ward, Bochner & Furnham, 2001).
Adanya perubahan status yang dimiliki, juga mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk berprestasi. Sebab seseorang yang memiliki
status yang kurang baik, akan mengganggunya dalam beradaptasi dengan
lingkungannya (Ward, Bochner & Furnham, 2001). Dan bagi mahasiswa ini
akan berpengaruh pada kemampuannya dalam mengerjakan tugas
akademiknya. Hal ini berkaitan dengan kemampuannya dalam beradaptasi
dengan lingkungan sekolah atau kampus (Lese & Robbins dalam Ward,
Bochner & Furnham, 2001)
Selain itu, aspek lainnya adalah perasaan ditolak dan, atau dibuang
oleh anggota-anggota kebudayaan yang baru. Menurut Porter & Samovar
(dalam Mulyana & Rakhmat, 2009), kemampuan seseorang untuk
memahami dan menerima keberadaan orang lain. Apalagi pada saat seseorang
berada dalam lingkungan budaya yang baru. Apabila hal tersebut tidak dapat
berjalan dengan baik, maka akan muncul perasan tidak diterima. Sebab
muncul kesalahpahaman dalam menanggapi hal-hal yang dilakukan oleh
orang lain (Noesjirwan (dalam Zainnu‟ddin, 1986) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Hal ini berdampak pada kemampuan seseorang dalam
mencapai prestasi akademik yang baik. Sebab seseorang membutuhkan orang
lain untuk bisa memberikan dorongan dan motivasi untuk belajar (Syah,
2002).
Aspek culture shock lainnya yang mempengaruhi prestasi akademik
adalah kebingungan dalam peran, harapan peran, nilai-nilai, rasa dan identitas
diri. Pada saat seseorang berpindah ke lingkungan budaya yang baru, orang
tersebut akan mengalami pengalaman yang baru dalam hidupnya sehari-hari.
Perubahan tersebut mulai mengganggu peran dan harapan peran yang dimiliki
oleh orang tersebut. Tidak hanya itu, orang tersebut juga mengalami
perbedaan nilai-nilai dalam hidup dan rasa (Mulyana dalam Mulyana &
Rakhmat, 2009). Identitas diri yang dimiliki juga ikut berubah seiring
perubahan pengalaman hidup (Samovar, Porter & McDaniel, 2007). Keadaan
seperti ini pada akhirnya mengganggu kemampuan seseorang dalam mencapai
prestasi akademik yang baik. Sebab kebingungan yang terjadi tersebut,
akademiknya sendiri. Jika orang tersebut mampu memiliki pemikiran yang
positif, hasilnya termasuk prestasi akademiknya juga akan positif.
Selanjutnya prestasi akademik dipengaruhi oleh perasaan terkejut,
cemas bahkan benci dan marah setelah menyadari perbedaan budaya. Menurut
Oberg, pada saat seseorang menyadari dirinya berada dalam lingkungan
budaya yang berbeda dengan dirinya, akan mulai muncul respon-respon
negatif (dalam Smith & Bond, 1993). Respon-respon negatif tersebut dapat
mengganggu pencapaian prestasi akademik yang baik. Sebab respon negatif
yang ada, dapat membuat orang tersebut merasa tidak nyaman untuk belajar
dan membuatnya merasa tidak mendapat dukungan dari orang-orang di
lingkungan barunya tersebut.
Aspek yang terakhir mempengaruhi prestasi akademik adalah perasaan
tidak memiliki kemampuan untuk menanggulangi sesuatu dengan kebudayaan
yang baru. Menurut Noesjirwan, setiap budaya memiliki aturan dan nilai
sendiri dalam bertindak dan mengatasi situasi-situasi yang sulit dan
menegangkan, yang belum tentu cocok jika digunakan di luar lingkungan
budaya tersebut ((dalam Zainnu‟ddin) dalam Mulyana & Rakhmat, 2009). Hal ini juga berpengaruh pada kemampuan seseorang dalam mendapatkan prestasi
akademik yang baik. Sebab orang tersebut akan memasuki lingkungan yang
baru, yaitu universitas dengan persaingan akademik dan stress yang berbeda
tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut, maka prestasi
Cara belajar individu
1. Mengganggu strategi belajar
yang dimiliki.
2. Mempengaruhi kemampuan
untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan belajar yang baru dan
kemampuan bekerja sama
dengan orang lain untuk
membantu belajar.
3. Merasa tidak mendapatkan
dorongan dan motivasi dari orang lain dalam melaksanakan tugas belajarnya.
4. Pengaruhi pola pikir seseorang dalam menilai kemampuan yang
dimiliki untuk bisa belajar
dengan baik.
5. Merasa lingkungan tidak nyaman dan mendukung seseorang untuk bisa belajar dengan baik.
6. Menyulitkan seseorang untuk
menyelesaikan masalah atau
kendala dalam menjalankan
kegiatan belajarnya.
Kondisi individu dengan culture shock
1. Mempengaruhi kondisi psikologis
seseorang, seperti proses
menyesuaikan diri, memecahkan
masalah, proses belajar dan
kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki. 2. Munculnya perasaan cemas dan tidak
berdaya sebab harus hidup sendirian.
Perasaan tersebut kurang dapat
dikendalikan.
3. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain sangat penting. Jika tidak dilakukan dengan baik, maka akan muncul salah paham dan merasa tidak diterima.
4. Perbedaan kebudayaan
mempengaruhi perbedaan pedoman hidup. Tidak hanya itu, berpengaruh juga pada pola pikir, tindakan serta identitas diri yang dimiliki.
5. Menguasai atau mengontrol
respon-respon negatif yang dialami
lingkungan budaya yang baru.
6. Perbedaan budaya menyebabkan
perbedaan dalam cara menyelesaikan masalah.
Aspek-aspek culture shock
1. Ketegangan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan adaptasi psikologis.
2. Merasa kehilangan dan
adanya perampasan perhatian yang didapat dari teman-teman, status, profesi dan hak milik.
3. Merasa ditolak dan atau
dibuang oleh anggota
kebudayaan baru.
4. Bingung dalam peran,
harapan peran, nilai-nilai, rasa dan identitas diri.
5. Terkejut, cemas bahkan
benci dan marah setelah
menyadari perbedaan
kebudayaan.
6. Merasa memiliki
ketidakmampuan untuk
menanggulangi sesuatu
dengan kebudayaan baru.
Prestasi akademik rendah Culture shock tinggi