• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kota Batu sebagai Setting Penelitian

D. Dinamika Sosial-Keagamaan

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sering disebut seba-gai bangsa paling majemuk di dunia. Di negara dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa ini, berdiam tidak kurang dari 300 etnis dengan identitas kulturalnya masing-masing, lebih dari 250 bahasa dipakai, beraneka adat istiadat serta beragam agama dianut. Kendati demikian kehidupan berjalan apa adanya selama bertahun-tahun. Masyarakat dengan suku berbeda dapat hidup rukun dengan suku lain yang berbeda adat, bahasa, agama dan kepercayaan. Gesekan dan konflik memang kerap terjadi karena hal itu bagian dari dinamika masyarakat, namun semua gesekan yang ada masih dalam tahap terkendali. Keadaan berubah ketika masyarakat tidak mampu menyikapi dan mengelola segala perbedaan dan konflik yang ada menjadi “energi sosial” bagi pemenuhan kepentingan bersama.25

Kerukunan hidup beragama merupakan ciri dari potensi integrasi yang terdapat dari adanya kehidupan berbagai aga-ma. Mewujudkan kerukunan hidup beragama atau potensi integrasi ini di kota Batu, perlu diperhatikan adanya faktor penghambat dan penunjang. Beberapa faktor penghambat ke-rukunan hidup beragama di kota Batu, antara lain: warisan politik imperialis, fanatisme dangkal, sikap sentimen, cara-cara agresif dalam penyebaran agama, pengaburan nilai-nilai ajaran agama antara satu agama dengan yang lain, maupun ketidak-matangan dan ketertutupan penganut agama itu sendiri.

Beberapa faktor pendukung dalam upaya kerukunan hidup beragama di kota Batu, yaitu adanya nilai

25 Suprapto, Pluralitas, Konflik dan Kearifan Dakwah, Makalah, IAIN Sunan Ampel Surabaya.

royong, saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya, kerjasama di kalangan intern maupun antar umat beragama, kematangan, keterbukaan sikap para penganut agama. Kehidupan beragama di kota Batu ter-cermin dengan diakuinya eksistensi lima agama besar,26 yaitu, Islam, Kristen, Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha, sebagai-mana yang tercermin dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 35 Tahun 1980 tentang Wadah Musyawarah Antar Umat Ber-agama. Meskipun, dalam kenyataan terdapat agama lainnya, seperti Konghucu dengan majlisnya yang bernama Matakin. Kelima agama dan yang lainnya itu merupakan potensi dan ke-kayaan utama bagi pembinaan mental dan spiritual bangsa. Sebab, tiap agama dalam ajarannya mewajibkan umatnya un-tuk mencintai sesamanya dan hidup rukun.

Kerukunan hidup beragama masyarakat kota Batu yang dicita-citakan untuk masa-masa mendatang bukan sekadar kerukunan semu, melainkan kerukunan yang mantap, keru-kunan yang otentik, positif, kerukeru-kunan melalui pendekatan komunikasi teologis yang saling pengertian. Aspek kerukunan merupakan nilai yang dapat ditemukan dalam ajaran setiap agama maupun dalam aktivitas sosialnya. Kerukunan merupa-kan nilai yang universal. Hal ini artinya bahwa semua manusia pada dasarnya berkepentingan untuk merealisasikannya. Di antara usaha-usaha untuk mewujudkan kerukunan hidup umat beragama itu adalah melalui dialog antar agama. Melalui

26 Di dalam data Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batu Tahun 2010 agama Konghucu tidak tercantum, meskipun kenyataan agama ini ada, hal ini akui oleh Staf Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kota Batu. Dalam hal pendataan seperti ini, pemerintahan daerah sudah tidak akomodatif atau diskriminatif terhadap satu agama dengan alasan apa pun.

mahaman tentang pluralisme yang benar dengan diikuti upaya mewujudkan kehidupan yang damai seperti inilah akan ter-cipta toleransi antarumat beragama di kota Batu.27

Karena itu berangkat dari pokok-pokok pikiran tersebut, agaknya. dialog/musyawarah para tokoh agama lebih efektif apabila ditindaklanjuti dengan dibentuknya suatu Forum Ko-munikasi Umat Beragama (FKUB) dan forum–forum lain yang memiliki concern yang sama. Sebab, dengan terbentuknya forum-forum tersebut, dapat bersama-sama mencari solusi alternatif dalam manangani permasalahan yang menyangkut relasi antarumat beragama yang terjadi. Munculnya agamawan muda yang merupakan calon pemipin bangsa masa depan, akan tercipta suatu keteladanan yang kemudian akan diikuti oleh semua lapisan jama’ahnya di lingkungan masyarakat. Jika semua pihak dalam suatu forum dan dalam suatu dialog ber-bekal sikap gentle agreement untuk mencari titik temu dan bu-kan mencari-cari perbedaan, maka membentuk sikap saling menangani untuk kebersamaan. Mereka membentuk kebersa-maan dalam bentuk “dialog kita” bukan perdebatan antara “aku” dan “kamu” untuk mencari kalah menang, tetapi untuk menyelesaikan masalah bersama.28

Harapan ini hanya dapat diwujudkan dalam kerangka masyarakat yang secara terus menerus menghargai pluralisme agama dan keragaman budaya baik sistem kepercayaan, prin-sip etika, nilai-nilai sosial dan aspirasi politiknya. Dalam ke-rangka pemikiran di atas, maka dialog interkultural dan antar-agama yang hakiki akan dapat diwujudkan. Bahkan, dialog konstruktif ini tidak dapat dilakukan tanpa didukung oleh

27 kasus%20kerukunan%202419-kerukunan-beragama-itu-wajib.html, diakses 9 Maret 2011.

prinsip dan semangat saling menerima dan menghargai, antara yang satu dengan yang lain.

Upaya-upaya untuk meningkatkan kerukunan hidup umat beragama di kota Batu itu telah dilakukan dan ditempuh de-ngan berbagai cara, antara lain dede-ngan mengadakan koordinasi dengan pejabat terkait, seperti POLRES, KORAMIL, Wali Kota dan kantor Kemenag (Kementerian Agama) serta mengadakan koordinasi dengan tokoh Lintas Agama, Lurah, Camat dan Pejabat Kota Batu,29 terkait dengan konflik antaragama atau umat beragama yang terjadi.

Selain itu Forum Kerukunan Antarumat Beragama (FKUB) kota Batu juga mengadakan kegiatan reboisasi tiap musim hujan, yang melibatkna semua komponen agama di Kota Batu yang sudah dilakukan tiga kali musim hujan. Di antara tempat-tempat yang telah direboisasi adalah gunung Panderman yang terletak di atas dusun Toyomerto desa Pesanggrahan kecamat-an Batu, Cobkecamat-an Talun yakni sebelah selatkecamat-an dkecamat-an sebelah utara dusun Junggo desa Tulungrejo kecamatan Bumiaji. Semua kegiatan tersebut dilakukan dengan bekerjasama dengan kan-tor Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Kota Batu yang memberikan izin kepada FKUB. Di samping itu, juga pernah dilaksanakan pengobatan massal; pertama, pemeriksaan dan pengobatan dari masing-masing kecamatan di Kota Batu;

kedua, pemeriksaan mata dan pembagian kacamata gratis; ketiga, penggalangan bantuan untuk korban bencana alam.

Selain kegiatan tersebut FKUB juga mengadakan sosialisasi tentang Surat Keputusan Bersama (SKB) dua Menteri yakni Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tentang pendirian

rumah ibadah tanpa prosedur yang jelas dan seminar wawasan kebangsaan yang dihadiri oleh elit agama di Kota Batu.30

Kehidupan beragama yang dinamis tercermin pada ke-rukunan hidup beragama yang mantap, otentik, dan produktif dengan pribadi-pribadi umat beragama yang matang dengan sikap moral otonom, kritis, dan terbuka. Di samping itu, komu-nitas umat beragama di daerah ini juga tidak menutup diri dari dialog, baik itu dialog kehidupan, dialog teologis, dialog perbuatan, maupun dialog pengalaman agamis yang dilakukan secara terbuka dan lapang dada, serta saling menghormati perbedaan masing-masing. Pada tanggal 3 Maret 2011, FKUB yang bekerjasama dengan pemerintah kota Batu telah menga-dakan dialog Komitmen Bersama antara elit dan pemuka-pemuka lintas agama di kota Batu. Acara ini dilaksanakan di Pondok Jatim Park Batu, dengan tema Komitmen Bersama Kota Batu dalam Mewujudkan Batu sebagai Kota Wisata yang Damai. Acara tersebut telah menghasilkan tiga butir kesepakatan bersama yang berisi: pertama, menjunjung tinggi kebersamaan dan kerukunan dalam perbedaan atau menjunjung tinggi per-bedaan antar pemeluk agama atau umat beragama di Kota Batu; kedua, kebersamaan antar pemeluk agama atau umat beragama di Kota Batu ditunjukkan dengan menghargai perbe-daan, dan bukan menjadikan perbedaan sebagai perpecahan, kekerasan, atau kekacauan; ketiga, dibutuhkan semangat keber-samaan dalam menangkal berbagai bentuk ancaman atau gang-guan dari luar kota Batu yang mengancam kerukunan hidup antar umat beragama.

Pada kesempatan lain FKUB bekerjasama dengan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Batu juga telah

kan Dialog Interaktif Pelajar Lintas Agama dengan tema Hargai Perbedaan Wujudkan Kerukunan, Nikmati Kedamaian, yang ber-tempat di hotel Air Panas Songgoriti pada tanggal 5 April 2011. Peserta dari dialog tersebut adalah pelajar MA-MAN/SMA/SMK se-kota Batu.

Dialog tersebut mendatangkan narasumber dari Kantor Kementerian Agama Wilayah Jawa Timur, Fatchul Arief,31 me-ngatakan bahwa upaya untuk pencegahan konflik dapat dila-kukan dengan cara: pertama, pembentukan kader kerukunan umat beragama; kedua, membuka forum-forum pertemuan antar pemuka agama; ketiga, mewaspadai masuknya orang-orang luar yang ditengarai akan melakukan provokasi dan gangguan kerukunan; keempat, adanya kesadaran bersama dan dukungan pemerintah, majelis agama, organisasi masyara-kat keagamaan, pemuka agama dan masyaramasyara-kat; kelima, terse-lenggaranya komunikasi antar pimpinan umat beragama;

ke-enam, mengaktifkan forum kerukunan umat beragama. []

31 Fatchul Arief adalah Kepala Subbag Humas dan Kerukunan Umat Beragama (KUB) pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi Jawa Timur, menyampaikan materi Kebijakan Kementerian Agama

dalam Pembinaan Kerukunan Umat Beragama dalam forum Dialog

Interaktif Pelajar Lintas Agama pada tanggal 5 April 2011 di Wisata Air Panas Songgoriti kecamatan Batu, Kota Batu.

Bab V

Pluralisme dan Pola Keurunan