• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM 1 Potensi Penerimaan Balai Metrolog

Dalam dokumen BAB IV Retribusi bab iv retribusi (Halaman 114-119)

Penjualan Cempe Kambing/Domba

(%) Potensi/tahun

B. Sektor Peternakan

4.6. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM 1 Potensi Penerimaan Balai Metrolog

Analisis pada objek penerimaan (tera dan tera ulang) dilakukan dengan tujuan melakuka pemetaan pendapatan (paling realistis) untuk masa yang akan datang. Dasar pertimbangannya adalah standard deviasi (tingkat penyimpangan) dan tingkat potensi penerimaan yang dimiliki pada setiap UTTP tera dan tera ulang. Artinya adalah memberikan gambaran bahwa potensi retribusi Metrologi (tera dan tera ulang) di DIY adalah masih sangat tinggi jumlahnya. Hasil analisis ini, dapat dijadikan masukan dan rujukan penelitian lanjutan, sekaligus sebagai bahan acuan bagi Balai Metrologi Yogyakarta, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM DIY, dan SKPD-SKPD terkait didalam merencanakan pengelolaan potensi pada UTTP tera dan tera ulang yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data di bawah ini adalah data lapangan, berupa daftar penerimaan UTTP dalam unit pada tera dan tera ulang yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (berdasarkan data yang ada di Balai Metrologi Yogyakarta).

Tabel 4.43.

Jumlah Tera di Balai Metrologi Yogyakarta, 2009-2014 (Buah atau Unit UTTP)

No Tahun Historis Realisasi Historis Realisasi

Tera /Tahun Tera /Bulan

1 2009 53.909 4.492 2 2010 71.402 5.950 3 2011 99.003 8.250 4 2012 72.977 6.081 5 2013 75.115 6.260 6 2014 60.145 5.012

Keterangan: *) sampai tahun 2014

287

Tabel 4.44.

Jumlah Tera Ulang di Balai Metrologi Yogyakarta, 2009-2014 (buah atau unit UTTP)

No Tahun Historis Realisasi Historis Realisasi

Tera Ulang /Tahun Tera Ulang /Bulan

1 2009 92.600 7.717 2 2010 130.851 10.904 3 2011 116.536 9.711 4 2012 146.017 12.168 5 2013 129.396 10.783 6 2014 177.671 14.806

Keterangan: *) sampai tahun 2014

Sumber: Balai Metrologi Yogyakarta, 2014 (diolah)

Secara deskriptif hasil performa Balai Metrologi Yogyakarta, yaitu: a). Mendapatkan penerimaan retribusi sebesar Rp. 181.196.900 (tahun 2014) lebih tinggi dari Rp 165.998.900 pada laporan penerimaan sebelumnya (tahun 2013). Pola penerimaan menaik ini secara rata- rata naik (up), antara kisaran persentase 9,92% per-tahunnya. Walaupun juga mengalami penurunan (dari data terlampir), bahwa penerimaan retribusi Balai Metrologi Yogyakarta turun

(down) semenjak tahun 2012 (Rp. 191.311.300). Penurunan penerimaan dari tahun 2012 ke 2013 mencapai -15,25% (minus lima belas pesen).

Tabel 4.45.

Penerimaan Retribusi di Balai Metrologi Yogyakarta, 2009-2014 (rupiah)

No Tahun Realisasi Penerimaan Retribusi Realisasi Penerimaan Retribusi /Tahun /Bulan 1 2009 Rp 101.209.250 Rp 8.434.104 2 2010 Rp 116.678.300 Rp 9.723.192 3 2011 Rp 136.810.700 Rp 11.400.892 4 2012 Rp 191.311.300 Rp 15.942.608 5 2013 Rp 165.998.900 Rp 13.833.242 6 2014 Rp 181.196.900 Rp 15.099.742

Keterangan: *) sampai tahun 2014

Sumber: Balai Metrologi Yogyakarta, 2014 (diolah)

Hasil analisis terhadap potensi tera dan tera ulang (dalam unit UTTP) untuk forecasting

288

Tabel 4.46.

Estimasi Jumlah Tera (unit) di Balai Metrologi Yogyakarta, 2015-2018

No Tahun Forecast Target Forecast Target

Tera /Tahun Tera /Bulan

1 2015 76,913 6,409

2 2016 98,355 8,196

3 2017 111,141 9,262

4 2018 125,590 10,466

Tabel 4.47.

Estimasi Jumlah Tera Ulang (unit) di Balai Metrologi Yogyakarta, 2015-2018

No Tahun Forecast Target Forecast Target

Tera Ulang /Tahun Tera Ulang /Tahun

1 2015 229,609 19,134

2 2016 296,729 24,727

3 2017 335,304 27,942

4 2018 378,893 31,574

Hasil analisis menunjukkan, bahwasannya potensi retribusi PAD untuk Balai Metrologi Yogyakarta masihlah sangat tinggi, bahkan masih jauh jaraknya terhadap total potensi yang ada (artinya: potensi jumlah UTTP sangat positif). Dasar analisis diatas adalah mempertimbangkan data kuantitatif pada proyeksi potensi UTTP di lapangan yang ada, data historis penerimaan tera dan tera ulang (didalam unit UTTP) per-6 tahunan terakhir, jumlah UTTP baru dan lama untuk ditera dan tera ulangkan, serta pertimbangan analisis penyimpangan

(standard deviation), hasil analisis berdasarkan pertimbangan deviasi diatas 2 (dua).

Proyeksi target penerimaan retribusi pada Balai Metrologi Yogyakarta, tahun 2015- 2018, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.48.

Estimasi Target Penerimaan Retribusi di Balai Metrologi Yogyakarta, 2015-2018

No Tahun Forecast Target Forecast Target

Penerimaan /Bulan Penerimaan /Bulan

1 2015 Rp 232,816,118 Rp 19,401,343 2 2016 Rp 299,140,576 Rp 24,928,381 3 2017 Rp 338,028,850 Rp 28,169,071 4 2018 Rp 381,972,601 Rp 31,831,050 Hasil forecasting ini muncul dari perhitungan total potensi UTTP pada tera dan tera ulang, dikalikan dengan tarif UTTP masing-masing, sehingga mengeluarkan angka rupiah

289 sebagaimana diatas. Angka tersebut diatas adalah sangat realistis dan dapat dipergunakan sebagai acuan dasar target. Berikut kesimpulan analisis dan target realisasi penerimaan retribusi 2015-2018.

Tabel 4.49.

Target Penerimaan Retribusi di Balai Metrologi Yogyakarta, 2015-2018 (Rp)

Keterangan: 1=2015, 2=2016, 3=2017, 4=2018

Tabel 4.50.

Target Tera, Tera Ulang dan Penerimaan Retribusi di Balai Metrologi Yogyakarta, 2015-2018

No Tahun Forecast

Tera (unit)

Forecast Tera Ulang

(unit)

Forecast Target Retribusi (rupiah) 1 2015 53,909 92,600 Rp 232,816,118 2 2016 71,402 130,851 Rp 299,140,576 3 2017 99,003 116,536 Rp 338,028,850 4 2018 72,977 146,017 Rp 381,972,601 1 2 3 4

Target Retribusi (dalam

rupiah) Rp232,816,118 Rp299,140,576 Rp338,028,850 Rp381,972,601 Rp- Rp50,000,000 Rp100,000,000 Rp150,000,000 Rp200,000,000 Rp250,000,000 Rp300,000,000 Rp350,000,000 Rp400,000,000 Rp450,000,000

290

4.6.2. Prasyarat Merealisasikan Potensi PAD A. Balai Metrologi Yogyakarta

Salah satu poin yang diperhatikan saat kajian lapangan, adalah: UPT Metrologi, adalah basis pelayanan dan perlindungan konsumen. Tarif, tidak serta merta mampu menghasilkan penerimaan, karena fenomena lapangannya, adalah banyak potensi retribusi tera/tera ulang yang jaraknya jauh sehingga tidak terlayani. Fokus yang terakhir, adalah Metrologi merupakan fungsi public service, bukan profit references.

Fakta Metrologi saat ini, adalah jumlah industri yang lebih banyak dibandingkan potensi di masyarakat. Karena faktanya, Metrologi adalah berfungsi sebagai Public Service

sehingga fokus pelayanan kepada masyarakat lebih direkomendasikan dibandingkan hanya mempertimbangkan profit oriented.

Kendala yang ditemukan dalam melaksanakan fungsi kemetrologian saat ini adalah: 1). Spesifikasi SDM yang kurang. Harapannya di tahun 2015, khusus tenaga ‘ahli’ adalah sudah tercukupi; 2). UTTP di DIY adalah 90% ditangani oleh yang terampil; 3). Rasio terampil saat ini (untuk target 2015) adalah: 5 ahli, dan 30 terampil; 4). SDM yang ada saat ini (sekarang) adalah: 2 ahli, dan 16 terampil, sehingga kondisi saat ini membutuhkan: 3 ahli lagi, dan 14 terampil.

Balai Metrologi Yogyakarta adalah Balai Metrologi yang sangat prima dan berkualitas. Dibuktikan dengan dimilikinya penghargaan Metrologi Prime Award dari Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, berupa UPTD Metrologi Legal Terbaik Peringkat 1 se- Indonesia.

Pada aspek potensi; KWH merupakan potensi bagi Balai Metrologi, tapi Balai Metrologi Yogyakarta hingga sekarang tidak bisa apa-apa (no action), karena harus ada pengadaan investasi yang besar untuk Lab-nya. Saat ini Balai Metrologi tidak punya databased

pedagang, by name by address para pedagang di daerah-daerah sumber retribusi.

Strategi, dan hal yang harus diperhatikan dan dicapai adalah mempetakan secara realistis potensi dan kendala-kendala tera dan tera ulang di lapangan secara benar, yaitu dengan cara: a). Pertama, harus dibuatkan sistem pendataan komputerisasi (by name by address),

berupa databased yang sistematis, tidak manual seperti saat ini, sehingga input data menjadi jelas, dan memudahkan saat tenaga terampil turun ke lapangan (ada rekam data pemilik UTTP). Sebagai dasar pertimbangan, kami lampirkan format input dan variabel sistem pendataan didalam lampiran; b). Kedua, harus ada layanan ‘jemput bola’ yang tepat, karena banyak potensi retribusi tera/tera ulang yang jaraknya jauh sehingga tidak terlayani; c). Ketiga,

291 Metrologi jangan hanya fokus kepada konsumen UTTP industri, UTTP di masyarakat juga harus intensif dilayani (walaupun target telah tercapai); d). Keempat, SDM ahli dan terampil harus ditambah, minimal untuk tahun 2015, adalah ada penambahan 3 ahli, dan 14 terampil. Kondisi saat ini adalah 2 ahli, dan 16 terampil; e). Kelima, harus dipikirkan tentang “insentif”

yang harus diberikan kepada tenaga lepas suruhan Kepala Lurah Pasar, yang bertugas mengumpulkan para pedagang pemilik UTTP/timbangan. Karena faktanya, strategi jemput bola yang paling optimal dan efektif saat ini adalah menyuruh tenaga lepas tsb untuk mengumpulkan warga pemilik UTTP, sehingga tim Metrologi saat hadir hanya fokus terhadap pelayanan tera dan tera ulang, tidak usah kerepotan berhari-hari menunggu pemilik UTTP/timbangan yang tidak kunjung datang; f). Keenam, sosialisasi tentang kemetrologian (manfaat) kepada masyarakat, perlu ditingkatkan; g). Ketujuh, perlu adanya kerjasama dengan pihak terkait, perihal fungsi pengawasan; h). Kedelapan, tugas pengawasan di masing-masing daerah harus ditingkatkan, meskipun telah di BKO kan ke daerah; i). Kesembilan, promosi lembaga Balai Metrologi terhadap fungsi dan kegunaan, bahwa: “Tertib ukur mencerminkan budaya jujur”, dan; j). Kesepuluh, Metrologi harus berfungsi sebagai Public Service, jangan saja Profit Oriented.

Dalam dokumen BAB IV Retribusi bab iv retribusi (Halaman 114-119)