• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prasyarat Merealisasikan Potensi PAD Sektor Pertanian A Sub Sektor Pangan dan Hortikultura

Dalam dokumen BAB IV Retribusi bab iv retribusi (Halaman 91-104)

Penjualan Cempe Kambing/Domba

(%) Potensi/tahun

4.3.2. Prasyarat Merealisasikan Potensi PAD Sektor Pertanian A Sub Sektor Pangan dan Hortikultura

Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki beberaa balai sebagai penyumbang penerimaan PAD. Balai-balai tersebut mencakup: Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman pangan dan Holtikultura(BPPTPH), Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP), Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP), serta Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP). Balai-balai tersebut memiliki spesifikasi TUPOKSI yang berbeda-beda. BPPTPH sebagai produsen benih, BPSBP sebagai otoritas sertifikasi benih, BPSDMP sebagai pusat pelatihan baik petani, mantra tani, penyuluh maupun

264 pihak terkait lainnya serta BPTP yang memproduksi agensia hayati yang diedarkan ke petani. Masing-masing balai memiliki potensi yang termasuk di dalamya tercakup masalah yang menghambat pemasukan PAD. Salah satu produk yang memegang peran penting dan strategis yang dihasilkan oleh balai adalah benih pertanian.

Dalam pembangunan pertanian, sebagaimana dinyatakan Subejo (2013), benih merupakan kebutuhan dasar yang akan menentukan keberhasilan pembangunan pertanian. Dalam konteks internasional dan nasional, kebutuhan benih berbagai komoditas pertanian meningkat sangat pesat dari waktu ke waktu, namun di sisi yang lain kemampuan produsen benih masih sangat terbatas sehingga dominasi korporasi multinasional dalam penyediaan dan monopoli benih pertanian sangat terasa. Peran pemerintah daerah melalui SKPD teknis yang memiliki sumber daya cukup untuk menghasilkan benih sangat strategis dan akan memainkan peran penting pada masa-masa mendatang.

Potensi pengembangan benih pertanian di DIY masih sangat terbuka, sebagaimana dilaporkan oleh Setyono dan Hanafi (2012) kebutuhan benih padi di DIY tercatat 3.514 ton namun produksi benih di wilayah DIY hanya sebesar 1.451 ton (baru mampu memenuhi 41,29% kebutuhan benih). Total luas penangkaaran benih yang ada di wilayah DIY baru mencapai luasan 1.086 ha.

Lebih lanjut, Setyono dan Hanafi (2012) melaporkan bahwa jumlah penangkar benih tanaman pangan di DIY sebanyak 85 produsen dengan status 70% aktif dan 30% tidak aktif. Pengembangan industri benih masih sangat prospektif dimana kebutuhan benih semakin meningkat dan juga kebutuhan di daerah sekitar DIY. Kebutuhan benih yang paling besar adalah benih untuk kelas Benih Sebar (BR) untuk padi, jagung maupun kedele. Tabel berikut menunjukkan kemapuan produksi dan kebutuhan benih untuk tiga komoditas pangan utama di wilayah DIY:

Tabel 4.41.

Produksi dan Kebutuhan benih Benih Sebar (BR) untuk 3 Komoditas Pangan di DIY Komoditas Pangan Kebutuhan (ton) Produksi (ton) % Pemenuhan

Padi 3514 317,7 9,04

Jagung 2.105 1,7 0,08

265 Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman pangan dan Holtikultura(BPPTPH) memiliki beberapa lokasi kebun produksi benih yang terbagi dalam kebun benih padi, kebun benih hortikultura serta kebun benih palawija. Kebun benih padi berada di Wijilan (Nanggulan, Kulon Progo), Gesikan (Pandak, Bantul) serta Kadisono (Berbah, Sleman). Kebun benih hortikultura berada di Tambak (Wates, Kulon Progo), Wonocatur (Banguntapan, Bantul) dan Ngipiksari (Pakem, Sleman). Kebun benih palawija berada di Kabupaten Gunungkidul masing- masing berada di Kedungpoh dan Gading. Permasalahan yang ada di BPPTPH produsen benih padi antara lain :

 Kebun Benih Wijilan

o Kesuburan tanah mulai menurun

o Kekurangan tenaga kerja untuk mengerjakan lahan o Tenaga kerja didatangkan dari luar Kecamatan o Gudang benih masih belum standar

o Belum ada analisis pasar untuk menentukan tren benih padi yang digunakan oleh petani

 Kebun Benih Gesikan

o Kesulitan pengairan karena harus menaikkan air dari sungai  Kebun Benih Kadisono

o Kondisi lahan yang miring membuat beberapa bagian lahan kurang produktif o Kekurangan tenaga kerja untuk mengerjakan lahan

o Kondisi lahan yang berpasir sehingga membutuhkan asupan hara yang tinggi karena kandungan hara lebih mudah terlimpas karena jenis tanah yang berpasir

Secara umum permasalahan yang dihadapi BPPTPH unit Kebun Benih Padi adalah kondisi lahan yang kesuburannya mulai menurun serta terbatas dalam kapasitas mengikat hara karena jenis lahannya. Selain itu juga ada kondisi lahan yang miring sehingga lahan tidak produktif. Masalah pengairan selain harus berbagi dengan petani lain, juga ada masalah untuk menaikkan air dari sungai karena posisi lahan yang berada lebih tinggi dibanding sungai (sumber air). Secara keseluruhan kebutuhan untuk tenaga kerja masih tinggi dan harus mendatangkan tenaga kerja dari luar bahkan harus mendatangkan dari luar Kecamatan. Kondisi sarana berupa gudang penyimpanan juga ada yang masih belum standar serta perlu memiliki analisis mengenai trend penggunaan benih oleh petani sehingga mampu menyesuaikan produksi.

266 BPPTPH unit Kebun Benih Hortikultura yang terdiri dari Kebun Benih Tambak, Kebun Benih Wonocatur serta Kebun Benih Ngipiksari memproduksi benih jambu Dalhari, durian, manggis, pisang, tanaman hias (anggrek) serta sayur (tomat dan cabai). Permasalahan yang ada di Kebun Benih Hortikultura antara lain :

 Kebun Benih Tambak

o Kekurangan SDM untuk perawatan kebun

o Keamanan masih kurang karena belum keseluruhan kebun terpagari serta ada beberapa bagian kebun yang berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk

o Ketersediaan air terbatas karena harus berbagi dengan lahan petani o Tidak adanya bagian pemasaran sehingga kurang promosi

o Pohon induk berumur tua

o Kekurangan stok karena kesiapan benih cangkok yang memerlukan waktu untuk siap tanam

 Kebun Benih Wonocatur

o Kekurangan SDM untuk operasional kebun o Kurangnya penguasaan teknik kultur jaringan

o Membutuhkan waktu lama untuk memproduksi benih pisang o Ancaman penyakit yang menyerang benih pisang

o Bahan produksi kultur jaringan mahal dan terbatas

 Kebun Benih Ngipiksari

o Kondisi lahan yang berbatu dan berpasir karena berada di kawasan Gunung Merapi

o Kekurangan air karena sumber air terbatas setelah erupsi Gunung Merapi o Sarana produksi sudah tua dan kesulitan mencari suku cadang

o Tidak adanya tenaga pemasaran sehingga kurang promosi

Secara umum permasalahan yang ada di Unit Kebun Benih Hortikultura adalah kekurangan SDM untuk operasional kebun, selain itu juga kompetensi yang dimiliki SDM masih kurang terkait produksi benih dengan teknik perbanyakan vegetatif yang memang membutuhkan keahlian khusus. Tidak adanya tenaga pemasaran membuat produksi Kebun Benih Hortikultura kurang tersebar karena peminatnya berbeda dengan benih padi maupun palawija. Kebutuhan air Kebun Benih Hortikultura cukup tinggi karena benih yang diproduksi

267 merupakan tanaman tahunan yang membutuhkan air cukup banyak dan kebun terbatas sumber airnya, baik yang digunakan bersama maupun kesulitan dengan sumber air yang kecil. Ketersediaan benih hortikultura yang dikembangkan dengan teknik perbanyakan vegetatif sulit untuk selalu tersedia karena produksinya membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi benih siap tanam dengan resiko kematian yang tinggi. Sarana produksi juga turut andil dalam permasalahan karena langsung berimbas pada produksi benih.

Kebun Benih Palawija kesemuanya berada di Kabupaten Gunungkidul. Masalah spesifik yang dihadapi masing-masing lokasi di Gading dan Kedungpoh antara lain :

 Kebun Benih Gading

o Kualifikasi SDM kurang

o Tidak ada bagian pemasaran sehingga promosi kurang o Varietas yang dihasilkan masih monoton

o Belum ada fasilitas demplot untuk mengenalkan varietas baru o Rawan pencurian

 Kebun Benih Kedungpoh

o Luas kebun hanya 1,5 Ha o Lahan berbentuk teras-teras o Kekurangan pasokan air

o Kekurangan SDM untuk operasional o Lantai jemur tidak bisa digunakan

Secara umum permasalahan di Kebun Benih Palawija adalah masalah air, daerah Gunungkidul merupakan daerah yang sulit air, di Gading sudah menggunakan sumur bor, namun di Kedungpoh masih memanfaatkan curah hujan. Lahan yang sempit membuat produksi terbatas. Produksi benih yang monoton karena belum ada demplot untuk mengenalkan varietas baru. Kawasan kebun yang luas membuat kebun rawan pencurian. Selain itu SDM yang dimiliki masih belum cukup untuk operasional kebun. Sarana dan prasarana perlu ada yang diperbaiki sehingga dapat mengoptimalkan produksi benih.

Secara ringkas, dengan mendasarkan pada permasalahan-permasalahan yang ada di kebun benih milik BPPTPH baik padi, hortikultura maupun palawija dapat disarikan sebagai berikut:

 Kondisi SDM yang ada masih kurang memadai dalam jumlah maupun kualifikasi, sementara kondisi saat ini cukup banyak pegawai atau petugas kebun yang menjelang

268 masa pensiun, hal ini sangat berpengaruh terhadap kelancaran dan optimalisasi pengelolaan potensi aset yang berdampak pada kapasitas produksi

 Masalah teknik fisik atau teknis produksi seperti: (2.a) banyaknya pohon produksi yang sudah berumur tua sehingga tingkat produktivitas menurun dan kualitas hasil tidak bisa optimal, (2.b) kesuburan tanah yang rendah karena jenis lahan yang berpasir serta kesuburan yang mulai menurun karena produksi benih , (2.c) mesin dan peralatan kebun yang kurang memenuhi syarat baik karena jumlah yang terbatas, (2.d) fasilitas gudang dan lantai jemur yang rusak dan sudah tidak layak masih banyak ditemui di kebun-kebun

 Masalah sosial yang berupa masalah tentang tenaga kerja yang susah dicari karena harus berkompetisi dangan sektor lain serta masalah keamanan kebun karena kasus pencurian.

 Masalah pemasaran, tidak ada SDM yang khusus menangani pemasaran sehingga benih yang dihasilkan kurang promosi.

 Permasalahan terkait dengan pemenuhan target PAD yang berbasis bulanan sangat menyulitkan bagi kebun dalam realisasi karena sektor perbenihan memiliki sistim produksi dan pemanenan hasil dalam musiman, sangat sedikit yang hasilnya bisa diperoleh dalam bulanan, selain itu juga harus ada mekanisme sertifikasi yang memperlama proses pelepasan benih ke pasar.

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP) memiliki tugas untuk melakukan sertifikasi terhadap benih yang dilepas ke pasar (petani) baik benih tanaman pangan (padi dan palawija) maupun hortikultura. Balai ini berlokasi di kompleks Dinas Pertanian DIY dengan fasilitas laboratorium uji benih. Permasalahan yang ada di BPSBP antara lain :

 Tarif yang dibebankan untuk sertifikasi benih masih rendah sehingga pendapatan masih rendah

 Tidak ada pembebanan biaya untuk proses sertifikasi yang tidak lolos sampai akhir  Kekurangan tenaga lapangan untuk proses sertifikasi benih

 Sebagian besar SDM memasuki masa pensiun

 Fasilitas operasional lapangan tidak memadai, kendaraan operasional tersedia namun tidak ada biaya untuk operasional

269 Secara umum, permasalahan yang ada di BPSBP adalah kekurangan tenaga lapangan untuk melakukan sertifikasi karena sebagian besar sudah memasuki masa pensiun. Tarif yang dibebankan untuk sertifikasi juga rendah sehingga pemasukan rendah. Pada proses sertifikasi, produsen benih hanya dibebankan untuk membayar biaya sertifikasi hanya ketika lolos sertifikasi, apabila terhenti pada salah satu fase pemeriksaan maka tidak ada pembebanan biaya sertifikasi, hal ini menyebabkan pemasukan yang rendah. Fasilitas operasional yang berupa mobil tersedia untuk melakukan kegiatan lapangan namun tidak ada biaya operasional sehingga terkendala untuk melakukan pemeriksaan lapangan oleh petugas. Anggaran untuk melakukan sertifikasi masih kurang karena luasan yang harus disertifikasi lebih besar daripada yang target yang ditentukan.

Secara ringkas, dengan mendasarkan pada permasalahan-permasalahan yang ada di BPSBP dapat disarikan sebagai berikut:

 Kondisi SDM yang ada masih kurang memadai dalam jumlah, sementara kondisi saat ini cukup banyak petugas lapangan yang menjelang masa pensiun, hal ini sangat berpengaruh terhadap kelancaran pemeriksaa lapangan terkait sertifikasi benih.  Masalah teknis seperti operasional pemeriksaan lapangan menjadikan kelancaraan

pemeriksaan lapangan untuk sertifikasi kurang, kendaraan operasional yang tersedia tidak memiliki biaya operasional untuk digunakan pemeriksaan lapangan

 Permasalahan terkait dengan pemenuhan target PAD adalah masalah tarif yang rendah membuat pemasukan BPSBP rendah, selain itu untuk pemeriksaan lapangan tidak ada pembebanan biaya pemeriksaan.

Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP) merupakan UPTD milik Dinas Pertanian DIY yang menyelenggarakan pelatihan untuk Petani, Mantri Tani, Penyuluh Pertanian maupun pihak terkait untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia. Sebagai penyelenggara pelatihan, BPSDMP memiliki fasilitas gedung untuk pelatihan. Beberapa masalah yang ada di BPSDMP antara lain :

 Lokasi cukup jauh dari jalan utama dan pusat kota  Tidak memiliki lahan untuk pelatihan

 Sumber air terbatas

 Belum semua ruangan berfasilitas AC  Kekurangan daya listrik

 Gedung belum terpasang tralis sehingga rawan pencurian

270  Kekurangan SDM untuk jabatan fungsional

Secara umum, permasalahan yang dihadapi BPSDMP sebagai lembaga pelatihan SDM adalah tidak memiliki fasilitas lahan yang sebenarnya sangat dibutuhkan untuk pelatihan baik di bidang pertanian, peternakan, perikanan maupun perkebunan. Sarana dan prasarana yang sangat penting bagi kelancaran pelatihan masih kurang, fasilitas komputer dan sepeda motor sudah tua, fasilitas AC belum terpasang di semua ruangan, serta sumber air yang terbatas sehingga pasokan air terbatas karena hanya tersedia air sawah yang tidak layak digunakan. Kekurangan SDM untuk jabatan fungsional hanya kurag 4 – 6 orang.

Secara ringkas, dengan mendasarkan pada permasalahan-permasalahan yang ada di BPSDMP dapat disarikan sebagai berikut:

 Kondisi SDM yang ada kurang untuk jabatan fungsional.

 Masalah teknis khususnya bidang sarana dan prasarana menjadi masalah utama karena fasilitas yang tersedia menjadi modal utama untuk melaksanakan pelatihan, banyak fasilitas yang dirasa kurang memadai dan perlu penambahan fasilitas untuk menunjang pelaksanaan pelatihan.

 Permasalahan terkait dengan pemenuhan target PAD adalah letak lokasi BPSDMP yang jauh dari jalan utama serta pusat kota sehingga agak susah dijangkau dan kurang dikenal masyarakat luas padahal memiliki potensi sebagai tempat pelatihan yang representatif.

Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP) merupakan UPTD yang bertugas untuk memproduksi agensia hayati untuk petani. Masalah yang dihadapi adalah harga jual agensia hayati di bawah harga pokok produksi serta masalah organisasi yang tidak memiliki wewenang untuk mengatur ke dalam karena berada di bawah seksi sehingga tidak mampu untuk mengembangkan diri sesuai dengan kondisi. BPTP hanya dibebankan PAD untuk memproduksi agensia hayati yang dijual ke petani. Penggunaannya sebenarnya harus dilakukan pendampingan intensif oleh petugas. Pembelian agensia hayati juga hanya mampu dilakukan dengan membawa surat rekomendasi dari POPT. BPTP memiliki Laboratorium Uji Residu Pestisida yang akan mampu menjadi potensi PAD karena nantinya akan menjadi salah satu penentu dalam Uji Mutu Hasil Pertanian, namun sampai saat ini belum ada SDM yang berkompeten untuk mengoperasikan laboratorium tersebut sehingga pemasukan masih terbatas pada pembuatan agensia hayati.

271 Secara ringkas, dengan mendasarkan pada permasalahan-permasalahan yang ada di BPTP dapat disarikan sebagai berikut:

 Harga jual agensia hayati masih berada di bawah harga pokok produksi sehingga pemasukan masih terbatas, sedangkan untuk pemasaran juga masih terbatas karena agensia hayati tidak bisa dijual bebas.

 Masalah SDM masih membutuhkan SDM yang berkompeten untuk mengoperasikan Laboratorium Uji Residu Pestisida yang nantinya mampu menjadi pemasukan melalui BPTP.

 Permasalahan terkait dengan pemenuhan target PAD adalah harga jual agensia hayati masih di bawah harga pokok produksi dan penjualan yang tidak bisa dijual bebas.

Mendasarkan pada permasalahan-permasalahan yang ada, beberapa strategi solutif yang dapat ditempuh oleh Dinas Pertanian DIY untuk meningkatkan potensi dan mengoptimalkan penerimaan PAD-nya antara lain sebagai berikut:

 Kondisi SDM yang ada masih kurang memadai dalam jumlah maupun kualifikasi, sementara kondisi saat ini cukup banyak pegawai atau petugas kebun yang menjelang masa pensiun, hal ini sangat berpengaruh terhadap kelancaran dan optimalisasi pengelolaan potensi aset yang berdampak pada kapasitas produksi

 Masalah teknik fisik atau teknis produksi seperti: (2.a) banyaknya pohon produksi yang sudah berumur tua sehingga tingkat produktivitas menurun dan kualitas hasil tidak bisa optimal, (2.b) kesuburan tanah yang rendah karena jenis lahan yang berpasir serta kesuburan yang mulai menurun karena produksi benih , (2.c) mesin dan peralatan kebun yang kurang memenuhi syarat baik karena jumlah yang terbatas, (2.d) fasilitas gudang dan lantai jemur yang rusak dan sudah tidak layak masih banyak ditemui di kebun-kebun

 Masalah sosial yang berupa masalah tentang tenaga kerja yang susah dicari karena harus berkompetisi dangan sektor lain serta masalah keamanan kebun karena kasus pencurian.

 Masalah pemasaran, tidak ada SDM yang khusus menangani pemasaran sehingga benih yang dihasilkan kurang promosi.

 Permasalahan terkait dengan pemenuhan target PAD yang berbasis bulanan sangat menyulitkan bagi kebun dalam realisasi karena sektor perbenihan memiliki sistim produksi dan pemanenan hasil dalam musiman, sangat sedikit yang hasilnya bisa

272 diperoleh dalam bulanan, selain itu juga harus ada mekanisme sertifikasi yang memperlama proses pelepasan benih ke pasar.

 Kondisi SDM yang ada masih kurang memadai dalam jumlah, sementara kondisi saat ini cukup banyak petugas lapangan yang menjelang masa pensiun, hal ini sangat berpengaruh terhadap kelancaran pemeriksaa lapangan terkait sertifikasi benih.  Masalah teknis seperti operasional pemeriksaan lapangan menjadikan kelancaraan

pemeriksaan lapangan untuk sertifikasi kurang, kendaraan operasional yang tersedia tidak memiliki biaya operasional untuk digunakan pemeriksaan lapangan

 Permasalahan terkait dengan pemenuhan target PAD adalah masalah tarif yang rendah membuat pemasukan BPSBP rendah, selain itu untuk pemeriksaan lapangan tidak ada pembebanan biaya pemeriksaan.

 Kondisi SDM yang ada kurang untuk jabatan fungsional.

 Masalah teknis khususnya bidang sarana dan prasarana menjadi masalah utama karena fasilitas yang tersedia menjadi modal utama untuk melaksanakan pelatihan, banyak fasilitas yang dirasa kurang memadai dan perlu penambahan fasilitas untuk menunjang pelaksanaan pelatihan.

 Permasalahan terkait dengan pemenuhan target PAD adalah letak lokasi BPSDMP yang jauh dari jalan utama serta pusat kota sehingga agak susah dijangkau dan kurang dikenal masyarakat luas padahal memiliki potensi sebagai tempat pelatihan yang representatif.

 Harga jual agensia hayati masih berada di bawah harga pokok produksi sehingga pemasukan masih terbatas, sedangkan untuk pemasaran juga masih terbatas karena agensia hayati tidak bisa dijual bebas.

 Masalah SDM masih membutuhkan SDM yang berkompeten untuk mengoperasikan Laboratorium Uji Residu Pestisida yang nantinya mampu menjadi pemasukan melalui BPTP.

 Permasalahan terkait dengan pemenuhan target PAD adalah harga jual agensia hayati masih di bawah harga pokok produksi dan penjualan yang tidak bisa dijual bebas

Untuk memudahkan pemilihan strategi yang tepat dan perencanaan pengammbilan kebijakan dan penetuan program dan kegiatan maka secara lebih ringkas, persoalan-persoalan yang dihadapi terkait dengan potensi sumber daya di masing-masing unit penghasil PAD dan

273 juga strategi solusi untuk peningpatan atau optimalisasi penerimaan PAD di sub sektor tanaman pangan dan hortikultura DIY disajikan dalam matrik sebagai berikut:

Nama Balai

Potensi Dasar PAD

Permasalahan Rekomendasi Solusi

Balai Pengemb angan Perbenih an Tana- man pangan dan Hortikul- tura/ (BPPTPH) •Benih tanaman pangan (padi, jagung, kedele, kc tanah, kc hijau) •Benih sayuran •Benih /bibit buah- buahan (pisang, menggis, durian, jambu, dll) •Benih/bibit tanaman hias

Kesuburan lahan menurun Penambahan pupuk organik (pengadaan atau kombinasi pemeliharaan ternak?)

Kelangkaan tenaga kerja Introduksi mekanisasi (efisiensi tenaga kerja dengan upah lebih tinggi)

Jumlah dan kualifikasi SDM kurang memadai

Usulan pengadaan SDM /rekruitmen Gudang dan lantai jemur belum

standar, media kultur jaringan terbatas dan mahal

Perbaikan gudang dan lantau jemur; kemitraan pengadaan media kultur jaringan

Fasilitas irigasi kurang mamadai Perbaikan sarpras irigasi , pembuatan sumur dan atau pengadaan pompa air

Pohon induk untuk bibit umunya berumur tua

Pengadaan dan pengembangan pohon induk untuk bibit buah-buahan

Pemasaran masih terbatas Pengembangan bagian pemasaran produk, promosi dan pemeran, penualan skala besar dengan menggandeng mitra melalui program CSR-BUMN, penjualan keluar daerah sekitar

Keamanan kebun Pemagaran, kerjasama dgn masy arakat sekitar Harga benih di pasar sudah

cukup tinggi

Penyesuaian tarif /harga benih mendekati harga di pasar (dalam propinsi disubsidi, luar propinsi mendekati harga pasar) dengan model diskrimimnasi tarif

Benih kelas dan varietas tertentu sangat dibutuhkan (permintan besar)

Produksi benih menyesuaikan kebutuhan masyarakat misalnya benih BR permintaan sangat besar, varietas padi IR64 sangat diminati

274 Nama Balai Potensi Dasar PAD Permasalahan Rekomendasi Solusi

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP)  Pemeriksaan lapangan  Pengujian benih untuk pengisian label  Pengujian benih untuk pelabelan ulang  Pengujian benih untuk keperluan pengujian khusus  Pengujian benih untuk keperluan servis umum

Jumlah SDM terbatas Usulan pengadaan jumlah dan kualifikasi

SDM yang memadai yang memiliki keahlian pemeriksa lapangan dan penguji

laboratorium Kualifikasi SDM terbatas

Keterbatasan fasilitas transportasi dan biaya operasional pemeriksaan lapangan

Usulan kendaraan operasional lapangan dna pembiayaan yang memadai

Jumlah client pengujian terbatas

Promosi dan kerjasama dengan penangkar dan perusahaan benih (jika memungkinkan dapat diperluas di sekitar DIY)

Pembayaran sertifikasi dilakukan setelah benih/bibit lolos sertifikasi (melalui beberapa tahap pengujian)

Pembayaran dilakukan di pada akhir setiap tahap pengujian dalam rangka sertifikasi

Nama Balai Potensi Dasar

PAD

Permasalahan Rekomendasi Solusi

Balai Pengemban gan Sumber- daya manusia Pertanian (BPSDMP) ` •Gedung kantor dan sarana Praktek Lab pengolahan Hasil Pertanian •Aula (kapasitas 100 orang •Ruang kelas (5) •Asrama (2 unit) •Perpustakaan •Ruang makan •LCD

Lokasi kurang strategis -Promosi dan sosialisasi efektif untuk penggunaan lingkungan dinas maupun SKPD lain dan bahkan pada pihak luar -Perbaikan dan pengadaan fasilitas pendukung

Fasilitas balai kurang memadai

Kapasitas listrik dan penyediaan air kurang memadai

Peningkatan daya listrik pembuatan sumur dalam

Tidak memiliki lahan untuk praktek/percontohan (fasilitas ini menjadi prasyarat sebagai balai pelatihan terkait pertanian)

Pengadaan lahan percobaan (jika memungkinkan) dan atau kerjasama kemitraan dengan petani di sekitar

Dalam dokumen BAB IV Retribusi bab iv retribusi (Halaman 91-104)