• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prasyarat Merealisasikan Potensi PAD untuk Sektor Kehutanan dan Perkebunan

Dalam dokumen BAB IV Retribusi bab iv retribusi (Halaman 50-54)

Produktivitas Minyak Kayu Putih (Lt/ha)

4.2.2. Prasyarat Merealisasikan Potensi PAD untuk Sektor Kehutanan dan Perkebunan

Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY membawahi 3 (tiga) balai yaitu: (1) UPTD Balai Pengembangan Perbenihan dan Percontohan Kehutanan dan Perkebunan (BP3KP), (2) UPTD Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH), dan (3) UPTD Balai Sertifikasi, Pengawasan Mutu Benih dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan Perkebunan (BSPMBPTKP).

Secara ringkas, dengan mendasarkan pada permasalahan-permasalahan yang ada di kebun sampel yang diku jungi pada setiap balai di lingkungan Dinas Perkebunan dapat disarikan hal-hal sebagai berikut:

(1) Kondisi SDM yang ada masih kurang memadai dalam jumlah maupun kualifikasi, sementara kondisi saat ini cukup banyak pegawai atau petugas kebun yang menjelang masa pensiun, hal ini sangat berpengaruh terhadap kelancaran dan optimalisasi pengelolaan potensi aset yang berdampak pada kapasitas produksi.

(2) Masalah teknik fisik atau teknis produksi seperti: (2.a) banyaknya pohon produksi yang sudah berumur tua sehingga tingkat produktivitas menurun dan kualitas hasil tidak bisa optimal, (2.b) kesuburan tanah yang semakin menurun akibat pengolahan lahan yang snagat intensif dan penggunaan pupuk kima secara terus menerus, (2.c) mesin dan peralatan kebun yang kurang memenuhi syarat baik karena umur yang sudah tua maupun jumlah yang terbatas, (2.d) fasilitas gudang dan lantai jemur yang sudah rusak dan sudah tidak layak masih banyak ditemui di kebun-kebun.

(3) Masalah sosial yang berupa masalah tentang tenaga kerja yang susah dicari karena harus berkompetisi dangan sektor lain serta masalah keamanan kebun karena kasus pencurian. (4) Masalah pemasaran yang dijual dengan produk mentah membuat harga tidak dapat tinggi. (5) Rumah dinas, asrama dan gedung yang kurang perawatan dan bangunan yang sudah tua yang

menyebabkan penurunan pengunjung untuk menginap.

(6) Permasalahan terkait dengan pemenuhan target PAD yang berbasis bulanan sangat menyulitkan bagi kebun dalam realisasi karena sektor perkebunan memiliki sistim produksi dan pemanenan hasil dalam musiman, sangat sedikit yang hasilnya bisa diperoleh dalam bulanan

Dengan mendasarkan pada permasalahan-permasalahan yang ada, beberapa strategi solutif yang dapat ditempuh oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY untuk meningkatkan potensi penerimaan PAD-nya antara lain sebagai berikut:

(1) Memetakan kondisi SDM pada setiap kebun termasuk rasio petugas per luasan kebun yang dikelola, selanjutnya melakukan rekruitmen staf dengan kuantitas dan kualitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan; selain itu supaya petugas teknis operasional produksi kebun lebih fokus akan lebih baik jika ada pegawai/petugas khusus yang menangani administrasi. Untuk meningkatkan kualitas SDM perlu dilakukan melalui pelatihan, studi lanjut sehingga semakin meningkat pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan di dalam melaksanakan kegiatan pembangunan kehutanan dan perkebunan. Pemerintah juga memfasilitasi paket‐paket produktif dalam rangka meningkatkan pelestarian hutan dan produksi/produktivitas komoditas perkebunan.

(2) Terkait dengan solusi persoalan teknis produksi, kebijakan yang dapat dilakukan antara lain: (2.a) Melakukan rehabilitasi kebun yang dengan pohon yang sudah tua secara rotasi supaya

223 tidak menganggu cash-flow, (2.b) meningkatkan kesuburan tanah dengan penggunaan pupuk organik secara berimbang dengan pupuk anorganik (pada beberapa kebun dapat didukung dengan pemeliharaan ternak besar untuk menghasilkan bahan baku pupuk organik), (2.c) mengadakan alat mesin yang baru serta merevitalisasi alat mesin yang masih bisa dipergunakan, (2.d) memperbaiki fasilitas gudang dan lantai jemur yang sudah rusak dan atau membangun baru untuk kebun yang belum memiliki fasilitas gudang dan lantai jemur. (3) Salah satu solusi masalah sosial yang berupa keterbatasan tenaga kerja harian adalah dengan

peningkatan mekanisasi yang hanya perlu sedikit tenaga dan dapat diupah dengan layak sehingga kompetitif dengan sektor non-pertanian, sedangkan untuk mangatasi masalah keamanan kebun karena pencurian adalah dengan pendekatan kemasyarakatan dan sosialisasi aktif terhadap masyarakat dan pemerintah desa setempat dan atau pelibatan petugas keamanan. (4) Solusi masalah pemasaran atas produk yang dijual yang umumnya masih dalam bentuk

mentah (buah segar) karena alasan kepraktisan dan tuntutan setoran target bulanan PAD adalah dengan perintisan dan pengenalan pemrosesan produk supaya memiliki nilai tambah (value added) yang tinggi atau setidaknya memproduksi menjadi barang antara (intermediate products) misalnya dalam bentuk biji kopi, coklat yang kesemuanya bermuara pada peningkatan nilai jual sehinga penerimaan PAD dapat meningkat.

(5) Terkait dengan optimalisasi atas asset rumah dinas, asrama dan gedung yang kurang perawatan dan bangunan yang sudah tua adalah dengan reahabilitasi dan penyediaan fasilitas yang memadai misalnya furniture, AC, air panas terutama Pabrik Minyak Kayu Putih yang rencananya akan dibuat tempat SPA, dll utamanya pada penginapan atau wisma yang berlokasi di daerah wisata supaya bisa bersaing dengan penginapan sejenis yang dikelola oleh swasta sehingga dapat memberi sumbangan yang berarti bagi penerimaan PAD.

(6) Solusi terkait dengan permasalahan pemenuhan target PAD yang berbasis bulanan untuk sektor perkebunan perlu dikaji ulang dan dipertimbangkan pemenuhan target PAD yang berbasis pada musim sesuai dengan siklus produksi dan panen komoditas perkebunan.

Salah satu isu yang snagat penting dan serategis adalah optimalisasi pengusahaan kayu putih sebagai penyumbang terbesar PAD Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Prospek binis kayu putih ke depan sangat bagus. Sebagaiamana dilaporkan oleh Kartikawati (2014), total kebutuhan dalam negeri terhadapa kayu putih per tahun sebesar 1.500 ton, namun baru dapat dipenuhi oleh industry dalam negeri sebesar 500 ton (30%). Kekuraangan pasokan dalam negeri selama ini dipenuhi oelh impor antara lain dari China.

Mengingat peluang pangsa pasar masih sangat terbuka maka strategi untuk meningkatkan kapasitas produksi masih sangat prospektif. Hal ini mengindikasikan bisnis kayu putih masih snagat menguntungkan dan prospektif. DIY sebagai salah satu sentra penghasil kayu putih dapat memainkan peran yang sangat penting. Model kemitraan usaha kayu putih bersama masyarakat misalnya melalui inti-plasma juga berpeluang untuk diintroduksi dengan masyarakat sekitar kawasan hutan kayu putih. Lahan-lahan marginal milik masyarakat di sekitar kawasan hutan dapat dijadikan lahan plasma dan BKPH dengan pabrik penyulingan kayu putihnya dapat befungsi sebagai inti. Jika model ini dapat dikembangkan maka isu pengurangan lahan hutan kayu putih dapat diatasi.

224 Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY (2012), selama ini model pengelolaan hutan kayu putih dikembangkan dengan cara “tumpang sari” yang melibatkan masyarakat setempat atau masyarakat sekitar kawasan hutan sebnayak sekitar 16.000 orang. Masing-masing orang atau keluarga mengelola lahan kayu putih yang ditumpangsarikan dengan komoditas pangan seluar 0,25 ha.

Untuk memudahkan pemilihan strategi yang tepat dan perencanaan pengambilan kebijakan dan penentuan program dan kegiatan maka secara lebih ringkas, persoalan-persoalan yang dihadapi terkait dengan potensi sumber daya di masing-masing unit penghasil PAD (balai) dan juga strategi solusi untuk peningkatan atau optimalisasi penerimaan PAD di lingkungan Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY disajikan dalam matrik sebagai berikut:

Nama Balai Potensi Dasar PAD

Permasalahan Rekomendasi Solusi

Balai Sertifikasi, Pengawas-an Mutu Benih dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan Perke- bunan/ BSPMBPTKP •Sertifikasi bibit kehutanan dan perkebunan •Sertifikasi bibit tebu •Uji laboratorium

Jumlah SDM kurang Rekruitmen staf dengan kuantitas dan kualitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan

Kualifikasi SDM kurang memadai

Permintaan sertifikasi benih/bibit kurang (terutama untuk bibit tebu yang dahulu di DIY sekarang ada yang harus dilakukan di Puslit Tebu di Jatim)

•Melakukan kegiatan promosi •Kerjasama dengan petai atau kelompok petani penangkat bibit kehutanan dan perkebunan •Kerjasama dengan perusahaan pembibitan

Pembayaran biaya sertifikasi dilakukan setelah benih/bibit lolos sertifikasi

Perlu adanya usulan terkait

pembayaran benih yang tidak lulus uji.

Setoran PAD berbasis bulanan Perlu dikaji ulang dan

dipertimbangkan pemenuhan target PAD berbasis musiman atau siklus produksi tanaman

225 Nama Balai Potensi Dasar Permasalahan Rekomendasi Solusi

Balai Pengemban gan Perbenihan dan Perconto- han Kehutanan dan Perkebunan (BP3KP) •Kebun kelapa •Kebun kakao •Kebun kopi •Bibit pinus •Bibit kayu putih •Bibit mahoni •Bibit sengon •Bibit jati •Bibit jabon •Bibit pule •Bibit munggur •Bibit tanjung •Bibit gmelina Produktivitas rendah karena kebun kelapa dan kakao berumur tua, varietas lama

Rehabilitasi kebun secara bertahap dan penggantian varietas unggul yang baru

Jumlah dan kualifikasi SDM kurang

Usulan pengadaan SDM yang mencukupi

Keamanan (kebun menjadi pengembalaan ternak)

Pemagaran, sosialsiasi pada masyarakat sekitar, kerjasama dengan masyakarat sekitar

Luas lahan kecil/terbatas dan lahan kurang subur

Intensifikasi, pemanfaatan pupuk organik (jika dimungkinkan dikombinasi dengan pemeliharaan ternak)

Sarana dan prasarana terbatas (tidak tersedia lantai jemur kopi)

Pengadaan lantai jemur dan gudang kopi

Pelatan

sederhana/manual

Pengadaan peralatan alat mesin yang lebih baik supaya efisien dan efektif

Serangan/gangguan OPT Pengendalian OPT terpadu (dapat

memenfaatkan agensia hayati yang diproduksi BSPMBPTK

Nama Balai

Potensi Dasar

Permasalahan Rekomendasi Solusi

Balai Kesatuan Penge- lolan Hutan (BKPH) •Hutan pinus (getah) •Hutan kayu putih •Pabrik minyak kayu putih

Resiko kebarakan hutan pada musim kemarau

Patroli berkala dan pengawasan , kerjasama dengan masyarakat sekitar Fasilitas transportasi produk sangat

terbatas

Pengadaan alat transportasi produk Pengurangan luas hutan kayu putih

(untuk tahura di Gk dan hutan lindung (Sermo-KP)

Intensifikasi dan rehabilitasi kebun secara bertahap, perbaikan varietas kayu putih yang lebih produktif

Tanaman hutan pinus dan kayu putih berumur tua

Rehabilitas kawasan secara bertahap Jumlah dan kualifikasi SDM kurang Pengadaan SDM yang memadai Pada musim hujan sulit mencari

tenaga harian/buruh karena masyarakat sekitar hutan fokus pada kegiuata pertanian masing- masing

Introduksi mekanisasi (sedikit tenaga kerja namun lebih efisien), jika tenaga kerja cukup dapat dioptimalkan dengan tenaga manusaia

Potensi penguurangan luas lahan hutan kayu putih karena

penggunaan lain (cagar alam dan tahura)

•Intensifikasi dan introduksi benih unggul kayu putih baru (pola Ponorogo)

•Kemitraan dengan petani sekitar (inti- plasma), memanfaatkan lahan marginal masyarakat, diolah di pabrik BKPH

226

Dalam dokumen BAB IV Retribusi bab iv retribusi (Halaman 50-54)