• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIPERLUKAN PEMIMPIN TRANSFORMASIONAL UNTUK MELAKUKAN TRANSFORMASI SECARA MENYELURUH

Dalam dokumen tni-ad (Halaman 52-56)

SIGNIFIKANSI PERAN PEMIMPIN TRANSFORMASIONAL DALAM PROSES TRANSFORMASI TNI AD

DIPERLUKAN PEMIMPIN TRANSFORMASIONAL UNTUK MELAKUKAN TRANSFORMASI SECARA MENYELURUH

Jika merujuk pada US Army Transformation

Roadmap 2004, terlihat bahwa organisasi militer sehebat

Amerika Serikat yang memiliki keunggulan dibidang teknologi persenjataan sekalipun sangat mengakui bahwa manusia memegang peranan sentral dalam keberhasilannya. “Regardless of concepts, capabilities and technologies, it is important to remember that at the center of every joint system are the men and women who selflessly serve the nation”. 6 Selanjutnya, dokumen

tersebut juga menyatakan bahwa, ” Cultural change of

an institution begins with the behavior of its people — and leaders shape behavior”.7 Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keberhasilan sebuah transformasi akan dapat dicapai secara optimal apabila keingingan untuk berubah itu datang dari manusia-manusia yang berada di dalamnya dan dimotori oleh para pemimpinnya.

Rasanya cukup membanggakan ketika membaca tulisan Letjen TNI Syaiful Rizal pada Majalah Yudhagama bulan Maret 2010 yang berani mengatakan bahwa pimpinan TNI AD saat ini telah membuktikan keunggulan kualitas determinasi dan visionary-nya. Tidak saja visi untuk menjadikan TNI AD sebagai “The

world class-Army” sebagai “shock strategis” bagi

komunitas internasional, kebutuhan transformasi TNI AD yang sudah sangat mendesak tersebutpun sudah direalisasikan.8 Walaupun mungkin belum sepenuhnya benar, namun argumen Letjen TNI Syaiful Rizal tersebut cukup beralasan apabila kita melihat pada kurun waktu beberapa tahun terakhir pimpinan TNI AD memiliki keinginan yang kuat untuk melakukan berbagai perubahan di dalam sistem organisasi. Namun, sebagaimana lazimnya dalam sebuah kehidupan, keinginan perubahan tersebut walaupun berasal dari pucuk pimpinan TNI AD, masih saja menemui berbagai tantangan dan hambatan. Tidak semua unsur pimpinan sampai level paling bawah mau begitu saja menerima perubahan-perubahan tersebut, karena telah merasa nyaman cara berpikir, bersikap dan bertindak selama ini. Dengan demikian, proses perubahan itu masih diperkirakan akan memakan waktu yang panjang, lintas generasi dan dilalui dengan perubahan-perubahan cara berpikir. Diperlukan kader-kader pimpinan yang berkarakter transformasional dan harus direkrut, dididik dan disiapkan sejak dini.

Berkait dengan teori kepemimpinan, telah dikenal luas sebuah teori yang disebut dengan teori kepemimpinan transformasional. Teori atau model ini merupakan model yang relatif baru dalam studi-studi kepemimpinan dan digagas oleh James Mac Gregor Burns pada tahun 1978. Burns pertama kali memperkenalkan konsep kepemimpinan transformasional dalam penelitian deskriptifnya dibidang kepemimpinan politik, namun kemudian istilah ini lebih banyak digunakan dibidang psikologi organisasi.9 Teori kepemimpinan transformasional ini bertolak belakang dengan teori kepemimpinan transaksional, sehingga berbagai diskusi tentang kepemimpinan sering membandingkan atau mempertentangkan keduanya.

Secara umum, para pakar kepemimpinan yang membahas tentang kepemimpinan transformasional sepakat bahwa seorang pemimpin harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi. Disisi yang lain, bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya. Pemimpin dengan kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang memiliki visi kedepan dan mampu mengidentifikasi perubahan lingkungan serta mampu mentransformasi perubahan

tersebut kedalam organisasi, memelopori perubahan dan memberikan motivasi dan inspirasi kepada individu-individu karyawan untuk kreatif dan inovatif, serta membangun team work yang solid, membawa pembaharuan dalam etos kerja kinerja manajemen, berani dan bertanggung jawab memimpin dan mengendalikan organisasi.

Disini terlihat pentingnya peran seorang pemimpin untuk membawa perubahan besar dalam sebuah organisasi besar seperti TNI AD yang pernah dalam kurun waktu cukup lama merasa nyaman dengan status quo yang dimilikinya. Dalam hal ini, seorang pemimpin TNI AD yang transformasional harus mampu dan mau mengesampingkan berbagai previlege yang selama ini dinikmatinya demi melakukan sebuah perubahan besar. Pemimpin TNI AD masa depan pada satu sisi harus memilliki keberanian untuk menggagas perubahan-perubahan penting kearah yang lebih positif, dan disisi yang lain harus mampu memberikan pemahaman yang jelas kepada seluruh prajurit, hingga pada akhirnya perubahan itu merupakan kehendak bersama seluruh komponen organisasi.

Pemimpin transformasional sesungguhnya merupakan agen perubahan, karena memang erat kaitannya dengan transformasi yang terjadi dalam suatu organisasi. Fungsi utamanya adalah berperan sebagai katalis perubahan, bukannya sebagai pengontrol perubahan. Seorang pemimpin transformasional memiliki visi yang jelas, memiliki gambaran holistis tentang bagaimana organisasi di masa depan ketika semua tujuan atau sasaran telah tercapai. Elemen yang paling utama dari karakteristik seorang pemimpin transformasional adalah dia harus memiliki hasrat yang kuat untuk mencapai tujuan organisasi. Seorang pemimpin transformasional adalah seorang pemimpin yang mempunyai keahlian diagnosis, dan selalu meluangkan waktu dan mencurahkan perhatian dalam upaya untuk memecahkan masalah dari berbagai aspek. Dalam konteks TNI AD, kemudian muncul pertanyaan darimana memulai untuk mencetak pemimpin-pemimpin yang transformasional?, apakah dari level bawah ataukah dari atas?. Tentu saja proses itu harus dijalankan secara simultan dari kedua sisi, karena pada pelaksanaannya semua saling mempengaruhi. Pada proses rekruitmen dasar perwira maupun seleksi lanjutan untuk menjadi pemimpin pada berbagai golongan, diperlukan mekanisme yang menjamin obyektivitas dengan berpedoman kepada prinsip tri pola dasar yaitu kepribadian, intelektualitas dan jasmani secara proporsional. Ketika proporsionalitas ketiga aspek tersebut tidak bisa terpenuhi secara optimal, maka prioritas harus diletakkan pada aspek kepribadian yang merupakan karakter utama seorang pemimpin

dengan ditunjang oleh kemampuan intelektualitas yang mampu membangun rasionalitas berpikir guna mengembangkan organisasi. Sedangkan jasmani merupakan aspek pendukung yang secara alami dapat dilatih atau dibentuk melalui proses latihan.

Pada proses seleksi lanjutan untuk memilih pemimpin pada berbagai tingkat golongan, mekanisme sosiometri yang telah dimulai oleh TNI AD sejak awal tahun 2011 dan yang baru saja dilaksanakan dengan mengusung aspek kepemimpinan, integritas serta kerjasama, merupakan langkah relevan untuk menilai kepribadian dan tingkat akseptabilitas seorang perwira dimata senior, rekan maupun juniornya berdasarkan penilaian obyektif. Mekanisme tersebut sudah sewajarnya diteruskan dengan jaminan bahwa proses itu dilakukan secara obyektif dan digunakan secara proporsional, sehingga tidak terkesan seolah-olah menjadi “pembunuh berdarah dingin” bagi karier mereka yang ranking sosiometrinya rendah. Apabila hal ini dapat dilakukan dengan baik, maka diharapkan akan lahir pemimpin-pemimpin TNI AD pada level penentu kebijakan atau pengambil keputusan strategis yang mumpuni, berani melakukan perubahan dan mampu mengartikulasikan arah kebijakan secara gamblang kepada internal organisasi maupun kepada publik, sehingga perubahan-perubahan yang diharapkan akan mendapatkan dukungan secara bulat dari berbagai komponen.

Selanjutnya, pada masa-masa pembinaan dan pengembangan perwira sebagai pemimpin, diperlukan mekanisme pembinaan yang teratur, terarah dan terukur dan dijalankan secara konsisten. Harus diakui bahwa TNI AD kurang memiliki referensi yang memadai dibidang kepemimpinan, karena ketika seorang perwira ditanya tentang kepemimpinan maka yang ada di benaknya adalah 11 azas, sifat dan ciri kepemimpinan yang diperolehnya di buku-buku pelajaran sekolah. Walaupun hakekat dasar dari kepemimpinan tidak berubah, namun kepustakaan TNI AD dibidang tersebut perlu terus diperkaya agar tidak berkurang relevansinya dengan dinamika perkembangan lingkungan strategis yang terjadi. Disamping buku-buku referensi yang bersifat teoretis, TNI AD juga perlu mempertimbangkan untuk merumuskan buku-buku pedoman praktis pembinaan dan pengembangan kepemimpinan perwira untuk dijadikan sebagai bahan acuan bagi kaderisasi pemimpin-pemimpin TNI AD dimasa depan, dimulai dari satuan-satuan operasional.

Yang tidak kalah pentingnya adalah kemauan perubahan yang datang dari level atas, yaitu pada unsur pimpinan puncak di lingkungan TNI AD. Para pemimpin yang telah berada pada level puncak organisasi harus lebih terbuka pada gagasan-gagasan perubahan,

walaupun datangnya dari bawah. Ide-ide atau gagasan perubahan tersebut apabila telah dievaluasi akan menghasilkan dampak positif yang besar, harus difasilitasi secara konstruktif untuk mendukung proses transformasi yang sedang dilaksanakan.

Aspek kultural lain yang perlu dirubah untuk menciptakan pemimpin yang transformasional adalah persepsi bahwa pemimpin adalah pihak yang harus dilayani oleh bawahan. Secara filosofis, “value” tertinggi dari seorang pemimpin adalah ketika dia mampu menempatkan dirinya sebagai pelayan bagi organisasi dan anak buahnya, dalam arti bahwa pikiran dan tindakannya dicurahkan sepenuhnya untuk kepentingan organisasi dan anak buah. Ketika pemimpin pada semua tingkat atau golongan telah mampu memposisikan dirinya sebagai pelayan bagi organisasi dan anak buahnya, maka penghormatan dan loyalitas dari anak buah akan secara otomatis diterima dengan ketulusan dan akan memberikan jalan yang mudah untuk menggerakkan seluruh komponen organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. KESIMPULAN.

Transformasi TNI AD pada dasarnya merupakan sebuah proses yang telah, sedang dan akan terus dilakukan guna membawa TNI AD menjadi organisasi yang profesional, efektif, efisien dan modern sesuai dengan tuntutan dinamika perubahan lingkungan strategis. Transformasi tersebut harus dilaksanakan secara komprehensif hingga menyentuh pada aspek-aspek kultural agar sasaran dapat tercapai secara optimal. Untuk mengawal dan mengawaki proses transformasi tersebut, TNI AD memerlukan pemimpin-pemimpin yang transformasional.

Pemimpin yang transformasional memang tidak dengan sendirinya akan mampu membawa perubahan yang signifikan manakala lingkungan sosial tidak mendukungnya, namun setidaknya pemimpin yang transformasional dapat menjadi agen perubahan dan secara pelan namun pasti mampu mempengaruhi lingkungan untuk secara bersama-sama melakukan perubahan menuju sasaran yang disepakati bersama. Walaupun kepemimpinan adalah seni dan sekaligus ilmu, namun karakter kepemimpinan yang transformasional lebih banyak dibentuk oleh sebuah proses. Dalam hal ini, TNI AD harus menciptakan atau membentuk pemimpin-pemimpin yang transformasional sejak proses rekruitmen dasar, pembinaan di satuan hingga seleksi lanjutan dengan menjamin obyektivitas serta proporsionalitas penggunaannya. Bila pemimpin-pemimpin yang transformasional telah dimiliki oleh TNI AD secara memadai, maka proses transformasi dan sasaran yang diharapkan akan lebih mudah tercapai.

RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS

I. Data Pokok.

1. Nama : Hamim Tohari, MA 2. Pangkat/NRP : Letkol Arh/11940030240771 3. Tempat/Tgl. Lahir : Trenggalek/22-07-1971 4. Agama : Islam

5. Status : Kawin 6. Sumber Pa/Th : Akmil/1994 7. Jabatan : Dandim-0505/JT II. Pendidikan. A. Dikbangum. 1. Akmil : 1994 2. Sussarcab Arh : 1994 3. Selapa Arh : 2003 4. Seskoad : 2008 B. Dikbangspes. 1. Sussa Inggris : 1996 2. Susdanrai Arh : 2000 3. Susdanyon : 2010 4. Tardandim : 2011

III. Riwayat Penugasan. A. Luar negeri. 1. Australia : 1996 2. USA : 1997 3. Australia : 2004 4. Polandia : 2007 5. Thailand : 2007 6. Perancis : 2011 7. Jepang : 2011 8. Australia : 2012

IV. Riwayat Jabatan.

1. Danton-3/B Yonarhanudri-3 2. Danton-2/B Yonarhanudri-3 3. Danton-1/A Yonarhanudri-3 4. Pama Kopassus

5. Kauryanops Psi Sops Kopassus 6. Pama Denma Kopassus 7. Pama Yonarhanudri-3 8. Danraimer A Yonarhanudri-3 9. Kasi-2/Ops Yonarhanudri-3

10. Kasilitbangmat Arh Baglitbangmat Pussenart 11. Kasi-1/Intel Menarh-1/F Dam Jaya

12. Kasilitbangmat Arh Baglitbangmat Pussenart 13. Danden Rudal-003/Dam Jaya

14. PS. Kabaglatorsat Sdiirbindiklat Pussenarh 15. Kabaglatorsat Sdiirbindiklat Pussenarh 16. Kabagprogar Bagprogar Setpussenarh 17. Danyon Arhanudri-1/1 Kostrad 18. Dandim-0505/JT Rem 051/Wkt End notes.

1. Letjen TNI Syaiful Rizal, psc., Sip, Adaptabilitas

Perwira Terhadap Perubahan Lingkungan Operasional; Determinan Transformasi TNI AD ?, Jurnal Yudhagama

Tahun XXX Bulan Maret 2010, hal. 8.

2. Ikrar Nusa Bhakti dkk, Naskah Akademik

Struktur Organisasi TNI Masa Depan, Kerjasama Pusat

Penelitian Politik LIPI dan Sesko TNI, Bandung, 29 Mei 2002.

3. Alexandra Retno Wulan, Kelemahan Proses Transformasi Militer Indonesia, Tempo Online, 31 Januari 2012.

4. Penjelasan lebih lengkap dapat dibaca di United States Army, 2004 Army Transformation Roadmap,

July 2004, open publication Aug. 31, 2004, by the Office of Freedom of Information and Security Review, Department of Defense, 04-S-2404.

5. Dapat dibaca di Army Transformation Roadmap 2028 (Philippine Army’s 18-year Strategic Plan), A Journey Towards Good Governance and Performance Excellence, Office of the Asst Chief of Staff for Plans, G5, Philippine Army, Fort Andres Bonifacio, Metro Manila/ 6. United States, 2004 Army Transformation Roadmap, the imperative to transform. hal 1-3.

7. Ibid. hal 1-4.

8. Letjen TNI Syaiful Rizal psc., Sip, hal. 6.

9. http://en.wikipedia.org/wiki/Transformational_ leadership.

B

agi siapa saja yang pernah berdiskusi dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang akrab disapa SBY ini, atau mendengarkan ceramahnya, atau paling tidak menyimak isi-isi pidatonya yang mudah diakses melalui situs resmi Presiden RI, tentu tidak akan sulit memahami visi, misi dan komitmen Jenderal Bintang Empat ini, untuk membangun TNI lebih baik dari masa kemasa. Bahkan, sejak masih aktif berdinas sebagai perwira militer, Presiden telah mendambakan institusi TNI, khususnya TNI AD diawaki oleh perwira perwira dengan kompetensi dan kualitas

TNI AD MENUJU TENTARA KELAS DUNIA,

Dalam dokumen tni-ad (Halaman 52-56)