• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jadi rencana untuk Selat Panjang itu karena untuk jangka waktu pendek Pak, itu kita harus elektrifikasi harus sampai, sementara kita tangani dengan diesel Pak, rencananya. Jadi dalam F-PD (MUHAMMAD NASIR):

Rencananya biar saya bisa sampaikan juga kepada kepala daerahnya. DIRUT PT PLN:

mungkin sudah akan tender ya, maksimum mungkin per tengah, akhir tahun ini sudah selesai, maksimum.

F-PD (MUHAMMAD NASIR):

Pekerjaannya awal tahun ini atau penyelesaiannya. DIRUT PT PLN:

F-PD (MUHAMMAD NASIR):

Jadi saya bisa sampaikan kepada pak bupati ataupun kepala daerah sana. Kira-kira kapasitas berapa Pak.

DIRUT PT PLN:

Saya lupa persisnya Pak. DIREKTUR REGIONAL PT PLN:

Terima kasih Pak Dirut.

Rencananya di sana itu ada 5 mega Pak. F-PD (MUHAMMAD NASIR):

Mungkin nanti bisa saya sampaikan, yang Pak Indra mungkin saya sampaikan lagi di sini untuk revisi RUU PTL ini, saya lihat kan dari 2016 sampai 2025. Nah ini mungkin perlu pengkajian ulang, menurut saya seperti tadi kajian-kajian yang sudah bapak lakukan mungkin perlu masukan teman-teman dari komisi yang bersangkutan maupunkom VII. Daerah-daerah mungkin sudah masuk dalam RUU PTL bapak tapi ada yang menjadi potensi. Nah ini mungkin nanti ada beberapa daerah yang mungkin kita bisa sampaikan ini bisa menjadi potensi dan sangat dibutuhkan di daerah itu karena memang sumbernya ada dan potensinya baik, tapi mungkin ada kepentingan-kepentingan orang yang membuat RUU PTL ini, mungkin ini lebih baik tapi ada kepentingan. Mungkin kita bisa memberi masukan, bapak bisa bertemu dengan kepala daerahnya supaya ini bisa menjadi potensi daerah itu bisa lebih cepat maju.

Nah mungkin itu masukan saya tapi yang paling penting, kita minta mohon izin Pimpinan untuk rapat berikutnya, saya minta seluruh GM pembangkit maupun teknis-teknis yang lain nanti bisa dihadirkan untuk daerah-daerah yang kita lihat perlu kita awasi bagaimana pembangunan-pembangunan pembangkit-pembangkit yang dilakukan maupun jaringan-jaringan yang selama ini bermasalah tapi mungkin dilaporkan kepada Pak Dirut baik-baik saja. Mungkin itu yang ingin saya dalamin dan seluruh teman-teman kan tadi mohon izin mungkin di rapat berikutnya Panja ini sudah bisa terbentuk untuk melakukan fungsi pengawasan dan menjadi acuan kita untuk mengawasi PLN ini supaya lebih baik dan membantu pak dirut, supaya PLN ini bisa terwujud dengan baik.

Mungkin itu mohon izin pimpinan, yang bisa saya sampaikan terima kasih. KETUA RAPAT:

Silakan Bu Ari, lanjut yang tadi yang mau di. F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):

Pak Joko saya minta tolong penjelasan yang tadi karena saya ingin menyampaikan juga sama Pak ....Walikota Tarakan, tolong disampaikan ke saya pak yang 2 pertanyaan tadi.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Silakan Pak Joko. DIREKSI PLN (JOKO):

Pimpinan, saya langsung interaktif.

Jadi izin saya tanggal 6 kemarin ke Tarakan, mungkin juga ibu calling saya. Kadi untuk Ta rakan itu tanah bermasalah waktu itu, kemudian kontrak diputus, tanahnya tidak terjadi, kontraknya dianggap selesai. Dan ini kesepakatan bersama karena pelaksananya juga Adhi Karya, kami sudah sepakat di sana karena ini kan per 1 Januari diserahkan ke kami bu, ke perseroan. Di dalam RUU PTL ini yang sedang dibahas dengan ESDM, regulator, itu kami menggantikan dahulu karena dioperasikan PLN dengan pembangkit PLTMG Bu, itu 40 mega. Jadi pembangkit yang dulu 3x7 PLTU yang sudah terminet kami ganti dengan PLTMG 40 mega di kota Tarakan. Di 2019 kami memang membangun transmisi dari Kalimantan daratan dan kabel laut ke landing point di pulau Tarakan. Ini sesuai RUU PTL 2019, jadi Tarakan dengan diambil alih kami memasukkan di RUU PTL yang sekarang sedang di revisi. Itu untuk Tarakan.

Kemudian untuk 2 PLTU, yang 1 di Tanjung Selor yang 1 lagi di Malino, kebetulan dua-duanya adalah BUMN dan keduanya sepakat untuk melanjutkan dengan seperti yang dijelaskan oleh pak dirut tadi dengan konsekuensi kita bawa ke TP4P dan BPKP atas potensi-potensi klaimnya. Jadi seharusnya minggu ini sudah mulai kerja di Tanjung Selor, demikian juga Malino, Waskita Karya. Itu yang kami bisa jelaskan Bu.

Terima kasih.

F-NASDEM (dr. ARI YUSNITA):

Itu kan untuk jangka mungkin jangka menengah atau jangka panjang Pak, sekarang di Tarakan itu kan mati lampunya luar biasa, untuk kalau untuk jangka pendeknya gimana caranya. DIREKSI PLN (JOKO):

Hari ini kita sewa diesel Bu, PLN mennyewakan diesel masuk ke pulau Tarakan. Ini harusnya sudah nggak terjadi karena ini tanggal 24, Jumat yang lalu harusnya udah gngak Bu karena terakhir Jumat minggu kemarin overall-nya sudah selesai. Tapi kami sudah siapkan 5 mega karena pertumbuhannya untuk berapa hari ini Bu, 5 mega, sewa, sewa PLN dipindahkan di Pulau Tarakan, HSD.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Jadi pertanyaan sudah tidak ada lagi, kita persilakan kepada Pak Dirut untuk menyampaikan tanggapan atau jawaban yang disampaikan Rekan-rekan tadi Pak.

Kami persilakan Pak Dirut. DIRUT PT PLN:

Baik.

Bapak Pimpinan yang terhormat.

Yang pertama dari Pak Kurtubi, mungkin khususnya untuk yang nuklir pak. Itu memang kami tentunya harus kepada Kementerian ESDM Pak, karena PLN mungkin tidak bisa mengambil sikap pada posisi itu. Itu yang menurut hemat kami pak untuk nuklir.

Yang kedua mungkin dari Bu Mercy, itu beberapa hal yang tadi mungkin kami sampaikan kepada ibu. Untuk Maluku memang betul pak, kira-kira di 300 desa dan kami sudah mulai melakukan evaluasi dari desa ke desa dan perencanaannya ke depan itu kami sementara menggunakan diesel yang skala-skala kecil Pak, dan diesel ini tidak lagi sewa tapi diesel ini beli Bu dan tentunya kami harapkan waktunya untuk penyelesaiannya jauh lebih cepat, karena memang dari skala ekonomi dengan batu bara tidak mungkin, dengan gas tidak mungkin, dengan energi terbarukan pun hanya sebagian kecil mungkin hanya 4 jam. Jadi tidak ada alternatif lain walaupun sangat mahal terpaksa untuk daerah-daerah terpencil itu kami harus dukungan dengan diesel Pak. Itu untuk daerah-daerah Maluku dan kami yakini totalnya hampir 300 desa, itu saja mungkin tambahan buar Ibu.

Kalau untuk Pak Harry Bapak beberapa hal tadi, regionalisasi sudah kami laksanakan pak dan juga tambahan-tambahan untuk unit-unit pembangunan, unit konstruksi itu juga kami tambah untuk daerah-daerah provinsi dan kewenangan kami tambah juga kecuali hal-hal yang khusus ya seperti yang tadi kami sampaikan, terjadinya permasalahan-permasalahan kasus kami bawa ke tingkat direksi untuk mengamankan hukumnya dan keputusan-keputusan keuangannya. Sehingga yang memutuskan itu adalah board, walaupun skalanya kecil Pak, kadang-kadang hanya 2x7 mega, kewenangannya jauh melebihi tapi karena ada bobot hukum yang berat di situ kami ambil alih ke tingkat board untuk diputuskan bersama sesuai dengan Perpres Nomor 4 Tahun 2016. Untuk Jawa 1 mungkin kami minta bantuan dari Pak Iwan, sebagai Direktur Pengadaan dan tentunya pada dasarnya kami sangat sadar bahwa tender ini adalah tender internasional yang kami harus sangat hati-hati dalam mensikapi.

Mungkin silakan secara detil, mungkin Pak Iwan akan menyampaikan terima kasih. F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):

Pak Dirut sebelum meningkat ke Direktur Pengadaan, kembali mengenai regionalisasi tadi. Kewenangan otorisasi penandatangan kontrak atau spending, expenditure ini memang sudah memadai. Tapi yang ingin saya pertanyakan ke depan ini, terkait dengan proyek-proyek besar ini 35 ribu ini kewenangan Direksi Regional untuk mengelola proyek, pengawasan, approval, engeneering approval ini, apakah dilibatkan apa itu ditangani kantor pusat semua.

DIRUT PT PLN:

Maaf Bapak untuk IPP dan EPC sepenuhnya begitu kontak ditandatangani pindah kepada Direktur Regional. Untuk IPP tentunya segala masalah teknis pembangunan prosesnya tentunya antara mereka dengan pihak EPC, kontraktor Pak, IPP. Yang untuk EPC, ini Direktur Regional dengan pihak divisi di kantor pusat untuk permasalahan pengawasan ini.

F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):

Jadi Direksi Regional ini sebetulnya belum dilengkapi dengan flit atau dengan tim kerja yang apa, yang lengkap ya, beberapa masih harus ke kantor pusat masalah engineering, approval.

DIRUT PT PLN:

Ada unit unit pembangkitan Pak. F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):

Khususnya untuk pembangkit sajalah, proyek-proyekn pembangkit, apakah misalnya begini walaupun itu proyek IPP tapi kan ada di dalam perjalanan kontrak ini ada proses yang harus minta persetujuan PLN, apalagi yang EPC ada engineerng approval, kemudian persetujuan untuk vendor dan lain sebagainya. Apakah itu masih lari ke kantor pusat atau cukup ke Direktur Regional di mana proyek itu berada. Seperti ini masalah waktu seringkali katoppo 1 lamban. Pengalaman di mana proyek itu berada karena ini masalah waktu, seringkali ke kantor pusat itu lamban, pengalaman saya biasanya begitu.

Terima kasih. DIRUT PT PLN:

Sementara ini Pak, seluruhnya ditangani oleh Direktur Regional Pak. Kalau mungkin ada hal Pak yang khusus, kalau mungkin kami ingin kalau boleh tahu pak, mungkin terjadi dispute itu di daerah mana begitu pak.

F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):

Tidak, saya mengantisipasi di dalam pengelolaan atau project management proyek-proyek yang akan datang ini, supaya jangan sampai terulang lagi masalah-masalah seperti yang lalu karena masalah yang lalu itu sebetulnya masalahnya menurut saya ya, itu kekeliruan lebih banyak di PLN, milih lokasi kok keliru itu sudah, untuk PLN ini sebetulnya tidak boleh terjadi untuk perusahaan sebesar PLN memilih lokasi itu. Itu fatal, sangat fatal, milih lokasi keliru itu sudah

tidak boleh terjadi di PLN, sebesar PLN itu, monopoli lagi. Nah saya khawatirnya ke depan yang EPC juga begitu, belum lagi hal-hal yang pemilihan peralatan utama. Nah kalaupun itu dilimpahkan ke regional untuk mempercepat proses penyelesaian proyek itu bagus, tapi ini juga menuntut kesiapan tim di regional. Memang tidak mudah menangani proyek sebesar itu serentak spread di berbagai lokasi, tidak mudah. Oleh karena itu saya masih punya keraguan project ini bisa ontime selesainya dan outcome-nya bagus sesuai dengan rencana. Ya kalau sekedar jadi saja sih banyak, pengalaman kita banyak itu, PLTU-PLTU, PLTG-PLTG yang jadi, tapi kinerjanya hasil akhirnya tidak sesuai dengan yang direncanakan, artinya under capacity lah kinerjanya. Akhirnya PLN juga yang rugi, efisiensinya rendah sekali itu saja.

Terima kasih. DIRUT PT PLN:

Baik Bapak, kalau boleh kami tambahkan Pak Harry.

Berdasarkan apa yang ada, apa yang bapak sampaikan memang sebenarnya terjadi pak, dari mulai perencanaan pun keliru, belum penunjukan lahan, belum proses, kontrak. Memang faktanya setelah kami periksa, setahun lebih kami periksa itu satu per satu project. Memang itu terjadi pak dan memang ini menjadi PR kami mudah-mudahan untuk bisa memperbaiki dan mudah-mudahan kami tidak mengulangi hal temuan kami seperti itu. Kira-kira demikian mungkin Pak Harry.

F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):

Pertanyaan saya yang terakhir seizin pimpinan, interupsi.

Pejabat-pejabat yang terlibat di dalam proyek mangkrak ini ...lagi enggak di program ini, nggak bisa itu.

DIRUT PT PLN:

Baik Bapak, mungkin sekali lagi kami sampaikan kepada Bapak memang. F-PD (MUHAMMAD NASIR):

Interupsi Pimpinan, izin Pimpinan.

Maksud saya Pak Dirut, pertanyaan Pak Harry tadi perlu dijawab supaya kita jelas. Makanya saya mendesak Komisi VII ini harus membentuk Panja karena kita ingin tahu apa yang terjadi di dalam permasalahan ini. Itu yang saya desak, makanya Komisi VII hari ini kita minta membentuk Panja dan Panja ini kita sama-sama mengawal untuk pelaksanaan ini, kalau mana ada permasalahan tadi kemudian tanah, kita bingung juga pak. Kita, ini apa, ini uangnya sudah keluar, uangnya berantakan, terus saya tanya nilainya enggak keluar-keluar dari tadi. Saya bingung gitu, ini apa gitu kok saya nanya kok enggak dijawab dari tadi itu. Nilainya saja sampai sekarang pak enggak keluar ini angkanya. Bapak bilang lagi di audit, lagi begini, angkanya pak, angkanya itu ada di bapak sekarang. Terterain di sini berapa angkanya, berapa angkanya sekarang Pak, di cantumin di sini jadi kita tahu berapa angka permasalahan ini dan siapa yang

membuat masalah ini, timbulnya dari mana masalah ini, itu pak. Jadi kita bingung ini apa maunya ini, kita diajak ngomong, kita undang rapat udah 2 kali konsepnya enggak keluar gitu, tujuannya mau ke mana gitu. Padahal kita ingin PLN ini pulih gitu loh, dari tadi kita tanya, saya tanya mana ini proyek yang 34 nih, berapa nilainya, sebentar kita break kita skors, enggak keluar juga angkanya.

Nah sekarang Pak Harry nanya itu Bapak jawab, nah kalau nggak bapak jawab nanti bapak kita pikir pak sofyan ada di mana ini.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT:

Pertanyaannya udah semua ya, silakan Bapak. DIRUT PT PLN:

Baik Bapak, Pak Harry dan Pak Nasir.

Semua data itu ada pak dan kalau tidak salah pada saat pertemuan 25 Oktober kami sudah sampaikan pak, kami ulas di ...dan hari ini ada cuma kami tidak bawa karena memang yang diminta oleh Komisi VII pada catatan itu adalah proyek-proyek yang belum berjalan yaitu yang tadi disebutkan 7 sama 19 tadi pak. Kalau yang 34 itu pernah kami tayangkan pak semua beserta seluruh datanya pada tanggal Oktober tahun lalu pak. Dan memang kami sudah sampaikan pada saat itu, kami baru temukan persoalannya. Lalu kami kan ke Kejaksaan dan ke BPKP untuk mengkaji satu per satu, tapi ini semua, saya ingin menyampaikan mohon maaf, bukan kami tidak mau mencari siapa yang salah pak, tapi prioritas utama bagaimana kami harus jalankan ini project ke depan supaya masyarakat tidak lagi menunggu lebih lama.

Oleh karena itu kami mengambil skala prioritasnya gitu pak, skala prioritasnya mana yang kami butuhkan segera kami laksanakan gitu dan memang dari 34 tadi, 17 itu sudah pasti langsung jalan, 17 sudah langsung jalan kembali. Lalu sebagian lagi masih dalam negosiasi, jadi memang angkanya sudah ada. Itu pernah kami tayangkan pada Oktober tahun lalu.

Iya terima kasih.

F-PD (MUHAMMAD NASIR): Interupsi Pimpinan.

Pak Dirut begini Bapak bilang 17 tadi pasti jalan, berapa angka yang akan dikeluarkan lagi. DIRUT PT PLN:

Sudah ada juga nanti kalau perlu kami serahkan karena kami sudah pernah tayangkan angkanya, rupiahnya sudah ada semua di sini.

Enggak, waktu itu bapak rapat dengan kita bapak akan meminta PP untuk melakukan pekerjaan ini. sorry, Permen ya, bukan ada keputusan karena ada permasalahan ini, ada harga bertambah, Bapak minta keputusan itu kan. Tapi angka sekarang kalau untuk menyelesaikan pekerjaan ini, ada Bapak sampaikan tadi proyek ini sudah berkarat, sudah tidak bisa dikerjakan. Nah berapa kerugian ini, berapa yang akan ditimbulkan, kita harus, saya tanya ini pak berapa angkanya karena uang negara ini kita hutang pak dan kita harus meletakkan uang ini azaz manfaatnya di mana. Bermanfaat uang ini dan bisa difungsikan kembali untuk memulihkan uang ini dan berapa kerugian negara yang terjadi di sini.

Itu yang kita tanya dan tadi pertanyaan Pak Harry juga jelas itu, apa yang harus bapak jelaskan di situ kita minta dijelaskan. Makanya saya minta ke depan Panja ini sudah terbentuk ini yang akan mengawal bagaimana. Ijin pimpinan mungkin masalah Panja tadi mungkin kita sepakatin apakah bisa Panja di Komisi VII untuk masalah proyek-proyek mangkrak ini ataupun kegiatan-kegiatan lain kita bentuk dalam wadah Panja untuk melakukan fungsi pengawasan mungkin itu Pimpinan, setuju ya pak, oke. Mungkin yang teman-teman yang lain.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Mungkin sebelum Pak Dirut sebenarnya begini, saya sampaikan saja karena saya jadi pimpinan dari awal sampai saat ini pak paling lama ya. Jadi sebetulnya Panja ini sudah lama Pak, kesimpulan rapat komisi ini sudah lama sekali, sudah lebih 1 tahun yang lalu bahwa ada kesimpulan rapat komisi yang membentuk Panja, tapi waktu itu sama Pak Dirut belum perlu diaktifkan karena masih banyak Panja-panja lain yang harus dilakukan. Jadi saya bantu tema-teman, waktu itu saya sampaikan di Rapat Internal itu Panja itu kita hidupkan kalau memang kita perlukan dan kita juga dan PLN juga merasa perlu. Jadi supaya juga dalam hal ini kan tujuannya membantu, kalau sifatnya membantu menginventarisir yang mangkrak itu. Sehingga apa yang disampaikan pak dirut, bagaimana sasaran itu bisa terlaksana kan gitu ya Pak Dirut ya, supaya masyarakat tidak lagi menunggu tanpa mencari siapa yang salah dan lain sebagainya. Jadi tergantung di internal kita saja sebetulnya tidak perlu lagi kita minta persetujuan di rapat ini, sebetulnya di rapat kita sudah ada, tinggal internal kita apakah akan kita mulai aktifkan, Pimpinan siapa yang akan memimpin dan lain sebagainya.

Saya rasa memang saya pernah, Pak Dirut pernah menyampaikan yang 34 proyek mangkrak itu. Saya juga pernah punya datanya, cuma waktu itu kan memang tidak sangat detil sekali persoalan-persoalan apa di sini, nggak memang, ini kalau untuk mendalami itu enggak mungkin di Rapat Dengar Pendapat karena itu kasus, memang di Panja. Saya lihat kalau sudah segitu kan forumnya bukan RDP. Kalau untuk mendalami permasalahan mangkrak per proyek misalnya ada 34, yang parahnya berapa itu dului dulu kalau memang itu tujuannya. Artinya tidak ... sebetulnya dulu sudah ada, cuma belum diaktifkan karena ada ...jadi tinggal kita saja.

F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):

Pimpinan, koreksi Pimpinan, izin Pimpinan.

kenapa tidak kita laksanakan Pimpinan.

Dokumen terkait