• Tidak ada hasil yang ditemukan

F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):

Atau Pak Dirjen dengan Pak Dirut ada masukan, bagaimana. KETUA RAPAT:

Nggak sebentar biar saya tulis dulu yang lengkap ya.

Dengan mempertimbangkan rencana pembangkit listrik tenaga nuklir, coba ikutin hapus yang saya nggak sebut, dengan mempertimbangkan rencana pembangkit listrik tenaga nuklir serta berbagai aspek lainnya, diantaranya itu hilangin, diantara, memasukkan, sebagainya berhenti, sebagai bagian dari rencana sistem kelistrikan nasional. Kenapa kita nggak bisa menghilangkan pertimbangan karena memang di pemerintah itu belum, ini kita belum ini masih. Rapat Dengar Pendapat inikan harus persetujuan kedua belah pihak Pak, nggak bisa satu sisi ditandatangani oleh pemerintah, ditandatangani saya mewakili komisi. Jadi tetap kita menekankannya supaya pemerintah itu harus mempertimbangkan ini sebagai bagian dari rencana sistem kelistrikan nasional, jadi tidak bisa satu pihak harus gitu, nggak bisa pak karena ini rapat antara pemerintah dengan DPR RI 2 sisi.

Silakan masukan.

F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO): Pimpinan, kalau boleh saya usul.

Kalau mempertimbangkan itu lemah sekali, kalau mempertimbangkan itu lemah bisa iya bisa tidak, tetapi kalau kita supaya kita mempunyai keinginan ini lebih kuat lagi, bagaimana saya tawarkan dengan menggunakan sebutan memprioritaskan, walaupun itu bisa iya bisa tidak, tapi kita prioritas gitu.

KETUA RAPAT:

Silakan masukan dari PLN. DIRUT PT PLN:

Mohon maaf Pak, apa memang kami punya kapasitas Pak untuk ini, inikan kami mohon maaf rasanya tidak punya kapasitas.

F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):

Inikan masukan Pak, kita minta nggak apa-apa pendapat. F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):

Kan kita topik rapatnya RUU PTL. DIRUT PT PLN:

Memasukkan RUU PTL sebagai bahan rapat mungkin menurut kami mungkin sebaiknya permintaan itu kepada pemerintah Pak.

F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):

Tapi kan hadir Direktur Jenderal ini, paling tidak kan mewakili, punya posisi cukup lah kalau hanya mempertimbangkan saja.

F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):

Begini sekalipun inikan ditakutkan Ken sama Ruwen yang menempatkan PLTN sebagai opsi terakhir iya kan, itu nggak melarang opsi terakhir itu, kecuali dilarang tidak boleh PLTN nah itu baru jadi masalah. Jadi tetap terbuka Cuma sekarang kita anjurkan, kita syaratkan ke pemerintah agar dalam RUU PTL yang sekarang ini PLTN-nya dimasukkan gitu. jadi kalau nggak masukkan nggak ada nuklirnya kita rapat tentang RUU PTL ya percuma sama juga RUU PTL sebelum-sebelumnya.

KETUA RAPAT:

Iya mungkin itu Pak mempertimbangkan mungkin tidak terlalu keras Pak karena ini nanti waktu dengan menteri baru kita minta, tapi bawahan menteri sudah kita kasih, you kasih pertimbangan yang bener ke Pak Menteri supaya menteri punya pikiran yang jernih terhadap PLTN ini, mungkin begitu.

Silakan Pak Dirut, pertimbangan itukan sebetulnya kan ada parameternya, ada kajiannya, ya coba mempertimbangkan ganti lagi.

Setditjen ini bagaimana mewakili dirjennya. KETUA RAPAT:

Nah ini dari tadi Setditjen ini gara-gara PLT kok kurang bunyi ini. F-GERINDRA (Ir. H. HARRY POERNOMO):

Setditjen lah. KETUA RAPAT:

Bapak ini mewakili dirjen Pak, jadi anggap diri bapak itu sekarang dirjen Pak. Silakan Pak.

WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:

Mohon maaf Pak, tadi sudah kami sampaikan bahwa di dalam kebijakan energi nasional itu nuklir adalah menjadi opsi terakhir. Memang di situ tidak tertutup kemungkinan PLTN tetap dikembangkan tetapi menjadi opsi terakhir setelah opsi-opsi yang lain.

F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si): Tenaga matahari habis ya nggak bisa. WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:

Nah dalam hal, itu di Ken ngomong gitu Pak saya menyampaikan ini. F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):

Ken itu dibawah Undang-undang Mas, Undang-undang Jangka Panjang Nasional jelas nuklir disebut UUJPN, Undang-undang RPJPN, tinggi mana.

WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:

Artinya begini Pak, artinya kalau keputusan mau memasukkan nuklir atau tidak, kalau mempertimbangkan perlu studi-studi lagi Pak...segala macem.

F-PD (MUHAMMAD NASIR): Izin Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Sebentar kalau RPJM itu saya terangkan dulu Pak, RPJM itu sebetulnya penjabaran dari visi-misi presiden terpilih ya. Visi-misi dari presiden terpilih turunannya Renstra kalau dulu ya,

saya nggak tahu sekarang, dari RPJMN turun ke Renstra per masing-masing kementerian. Visi-misi dulu waktu jamannya Pak SBY-Boediono turun visi-misi SBY-Boediono turun namanya RPJMN, nanti visi-misi Jokowi-JK turun RPJMN. Saya tanya turunan dari visi-misi Jokowi-JK di RPJMn ini ada Pak, itu yang saya tanya dulu ada nggak.

WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:

Sejauh yang saya tahu tidak ada Pak dan yang namanya RUU PTL itu ...acuannya aturan-aturan diatasnya itu melalui RUKN, melalui Ruwen segala macam.

F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):

RPJMN ke-3 tahun 2015-2019 jamannya SBY itu siapa, itu ada di situ, tapi tetap menjadi Undang-undang.

F-PD (MUHAMMAD NASIR):

Izin Pimpinan, mungkin kalaupun mau dimasukkan setelah sistem kelistrikan nasional nah di situ saja ditambahkan apa kalimatnya gitu, yang atas di hapus, ditambahkan di bawah saja. KETUA RAPAT:

Sebelum kita tambah kita tanya Pak, kalau dengan mempertimbangkan inikan nggak ada masalah sebetulnya, sudah clear kan. Kalau tadi prioritas kan baru masalah, jadi supaya tidak terlalu panjang ini sudah jam 23.00, cuma mempertimbangkan masa pemerintah masih keberatan, oh PLN ya.

WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:

Kalau mempertimbangkan iya di RUU PTL ini mempertimbangkan opsi nuklir atas kesediaan listrik nasional ini Pak.

KETUA RAPAT:

Silakan meminta Direktur Jenderal benar ini kewenangan pemerintah bukan PLN kalau RUU PTL ini karena yang mengesahkan menteri, karena yang menetapkan RUU PTL itu menteri Pak, menteri yang tanda tangan Pak ya, Pak Dirut menteri tanda tangan RUU PTL gitu Pak. Jadi kuncinya, saya rasa cukup lah ya, udah habis waktu kita, sudah apalagi.

F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):

Masukan lagi, ini begini nomenklaturnya itu dibaca lagi biar lebih jelas. Komisi VII DPR RI meminta Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM untuk melakukan kajian komprehensif terhadap perubahan RUU PTL dengan mempertimbangkan rencana pembangkit listrik tenaga nuklir serta berbagai aspek lainnya, sebagian bagian dari sistem ketenagalistrikan nasional. Maksudnya serta berbagai aspek lainnya ini apa maksudnya.

Yang tadi yang mendesak itu salah satunya. F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):

Kenapa tidak disebut mendesak aspeknya. KETUA RAPAT:

Misalnya begini, dia itu tidak masuk dalam RUU PTL tapi setelah dikaji itu sangat mendesak.

F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.): Ini kalimat mendesak ini.

KETUA RAPAT:

Nggak itu tidak ada mendesak, aspek lainnya itu kan mendesak itukan hanya salah satunya saja Pak, banyak aspek lainnya Pak.

F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.): Apa contohnya.

KETUA RAPAT:

Aspek lainnya misalnya begini F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):

Masukan, usulan, saran. KETUA RAPAT:

Keterbatasan sumber daya, keterbatasan energi, sumber dayanya. Jadi misalnya di sana misalnya harus, misalnya Jambi banyak sekali batu bara tapi misalnya nggak ada RUU PTL untuk batu bara kan sayang potensi batu bara yang ada di Jambi dibiarin begitu saja. Inikan aspek lainnya, aspek potensi yang ada di daerah.

F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.):

Aspek potensi yang ada di daerah tambahin, jangan lainnya, jangan ngegantung. Aspek potensi yang ada di daerah.

KETUA RAPAT:

F-PDIP (YULIAN GUNHAR, SH., MH.): Saya kutip kata-kata Pak Mul itu. WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:

Pimpinan, saya boleh memberikan masukan Pak. KETUA RAPAT:

Silakan Pak.

WAKIL DIRJEN KELISTRIKAN:

Jadi kalau disetujui bahwasanya kata-kata rencana umum usaha penyediaan tenaga listrik itu yang diterbitkan oleh PLN itu dihapus. Jadi melakukan kajian komprehensif terhadap rencana pembangkit listrik nuklir serta berbagai aspek potensi dan seterusnya itu Pak. Jadi untuk kelistrikan nasional, jadi jangan dimasukkan ke RUU PTL dulu karena RUU PTL itu menjadi. F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):

Topik rapat malam ini RUU PTL kok. KETUA RAPAT:

Makin jauh Pak, Bapak nggak usah khawatirkan nanti ujungnya di menteri Pak, ujungnya nanti di menteri Pak.

F-NASDEM (Dr. KURTUBI, SE., M.Sp., M.Si):

Kita akan ke menteri Pak, kami akan desak menteri itu untuk menyetujui RUU PTL PLN. KETUA RAPAT:

Sudah ya, setuju ya.

(RAPAT:SETUJU)

Dokumen terkait