• Tidak ada hasil yang ditemukan

Discovery Learning

Dalam dokumen Buku Pegangan Guru IPA SMP Kelas 9 Kurik (Halaman 47-53)

Pembelajaran Berbasis Aktivitas dalam Pembelajaran IPA

D. RAGAM PEMBELAJARAN BERBASIS AKTIVITAS PADA PEMBELAJARAN IPAPEMBELAJARAN IPA

2. Discovery Learning

a. Pembelajaran dengan Discovery Learning

Pembelajaran dengan discovery learning merupakan salah satu pembelajaran yang direkomendasikan Kurikulum 2013 untuk digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA. Discovery learning telah dikenal sejak lama karena memiliki karakteristik yang membedakannya dengan pembelajaran lain dan kelebihannya untuk membelajarkan peserta didik.

Pembelajaran dengan discovery learning pertama kali dikemukakan

ROHK-HURPH%UXQHUSDGDWDKXQDQ%UXQHUPHQ\DWDNDQEDKZDGDODP

pembelajaran terjadi suatu proses penemuan (discoveryUHÀHNVLEHUSLNLU

melakukan eksperimen, dan eksplorasi. Seiring dengan pemikiran itu, Bruner

PHQ\DGDULEDKZDWXMXDQSHQGLGLNDQ,3$DGDODKSHUNHPEDQJDQLQWHOHNWXDO

sehingga dalam IPA harus membantu perkembangan keterampilan pemecahan masalah melalui penemuan. Discovery learning mendorong peserta didik untuk secara aktif menggunakan intuisi, imajinasi dan kerativitasnya (Castronova, 2000).

Discovery learning merupakan salah pembelajaran berbasis inkuiri dan menggunakan teori belajar konstruktivistik dimana peserta didik membangun

SHQJHWDKXDQGDULSHQJHWDKXDQDZDOQ\DGDQPHODOXLSHQJDODPDQDNWLI3DGD

pembelajaran discovery learning peseta didik dihadapkan pada permasalahan, selanjutnya peserta didik menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang sudah diketahui sebelumnya untuk menemukan fakta dan pengetahuan baru. Peserta didik berinteraksi dengan lingkungan mengeksplorasi dan memanipulasi obyek, mengajukan pertanyaan, atau melakukan eksperimen.

Discovery learning juga merupakan metode yang dapat mendorong peserta didik untuk menarik kesimpulan berdasarkan aktivitas dan hasil observasinya. Aktivitas dalam discovery learning pada pembelajaran IPA sangat penting untuk pembelajaran bermakna dan belajar sepanjang hayat. Aktivitas pada pembelajaran IPA meningkatkan keingintahuan peserta didik dan mengarahkan peserta didik untuk menyelidiki apa yang menjadi fokus utama mereka serta merasakan fenomena alami dari aspek yang berbeda. Aktivitas seperti ini akan membantu membenarkan kesalahan konsep peserta

GLGLN%DOÕP

Pembelajaran discovery learning berbeda dengan pembelajaran klasikal yang biasanya pasif dan berpusat pada guru. Selain itu, discovery learning memiliki perbedaan dengan pembelajaran klasikal. Perbedaan tersebut meliputi:

(1) Cara belajarnya lebih aktif. Peserta didik diajak untuk melakukan

hands-on activity berdasarkan masalah-masalah nyata yang membutuhkan solusi. Hal ini didasarkan pada pengertian belajar yang

yang guru informasikan atau apa dibaca, tetapi pencarian pengetahuan baru secara aktif.

(2) Berorientasi pada proses belajar. Fokus pada discovery learning

adalah belajar tentang bagaimana menganalisis atau menginterpretasi informasi untuk memahami apa yang telah dipelajari daripada hanya

PHPEHULNDQMDZDEDQ\DQJEHQDUGDUL\DQJGLLQJDWDiscovery learning

mendorong peserta didik untuk mendapat tingkat pemahaman yang lebih mendalam.

(3) Kegagalan dalam belajar merupakan proses penting dalam belajar. Kegagalan dalam belajar dianggap sebagai suatu kondisi yang positif. Discovery learning tidak menekan peserta didik untuk selalu

PHQGDSDWNDQ MDZDEDQ \DQJ EHQDU NDUHQD VHFDUD SVLNRORJL NRJQLWLI

kegagalan merupakan pusat untuk belajar. Melalui kegagalan peserta didik dapat belajar sesuatu yang baru.

(4) Memerlukan umpan balik. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik akan dapat lebih dipahami dan bertahan lebih lama melalui kegiatan diskusi dengan peserta didik lainnya. Hal ini sangat berbeda dengan pembelajaran tradisional yang biasanya mengharapkan peserta didik untuk diam dan tenang di dalam kelas.

(5) Pengetahuan yang diperoleh lebih dalam dan lama diingat. Seorang pebelajar akan mendalami suatu konsep melalui cara yang alami.

Discovery learning dikembangkan sesuai dengan cara alami manusia dalam mencari pengetahuan, yakni dengan mendorong rasa ingin tahu peserta didik.

Discovery learning merujuk pada pendekatan yang berpusat pada peserta didik dimana peserta didik menemukan pengetahuan baru melalui pembelajaran aktif dan pengalaman melalui kegiatan laboratorium. Peserta didik membangun pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah

GLPLOLNLVHEHOXPQ\D-HQLVEHODMDULQLPHQXQMXNDQEDKZDEHODMDUEHURULHQWDVL SDGDSURVHV+DOLQLVHVXDLGHQJDQSHUQ\DWDDQ%UXQHU\DQJPHQ\DWDNDQEDKZD

practice in discovering for oneself teaches one to acquire information in a way that makes that information more readily viable in problem solving”.

Discovery learning memiliki karakteristik utama seperti yang

GLNHPXNDNDQ%LFNQHOO+ROPHVDQG+RɣPDQ\DLWX

(1) Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk mengkreasi, memadukan dan menggeneralisasi pengetahuan. Karakteristik ini sangat penting dalam discovery learning. Melalui kegiatan mengeksplorasi dan memecahkan masalah, peserta didik berperan aktif untuk menciptakan, memadukan dan mengeneralisasi pengetahuan. Pada discovery learning, peserta didik tidak pasif menerima informasi melalui ceramah atau latihan saja. Peserta didik melakukan aplikasi

belajar yang lebih luas melalui kegiatan belajar yang mungkin saja gagal, pemecahan masalah dan pengujian laboratorium

(Bicknell-+ROPHV +RɣPDQ 'DODP KDO LQL JXUX EHUSHUDQ VHEDJDL

fasilitator yang memfasilitasi dan mengarahkan belajar peserta didik. (2) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk melakukan aktivitas berdasarkan minat belajarnya. Melalui discovery learning, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan dan meningkatkan motivasi belajar karena discovery learning FXNXS ÀHNVLEHO VHKLQJJD SHVHUWD

didik menikmati fase-fase belajar.

(3) Melakukan aktivitas yang mendorong peserta didik memadukan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang dimiliki peserta didik. Karakteristik ini didasarkan pada prinsip penggunaan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru. Dalam menerapkan discovery Learning, guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif (Sardiman, 2005:145). Guru harus memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menjadi seorang problem solverDWDXLOPXZDQ

kecil. Melalui discovery learning, peserta didik menemukan jati diri sendiri dan mempelajari konsep dalam bahasa yang dimengerti mereka. Dengan demikian, guru yang menerapkan discovery learning dapat menempatkan peserta didik pada kesempatan-kesempatan dalam belajar yang lebih

PDQGLUL%UXQHUPHQJDWDNDQEDKZDSURVHVEHODMDUDNDQEHUMDODQGHQJDQEDLN

dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpainya dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41).

Pembelajaran dengan discovery learning direkomendasikan untuk digunakan guru dalam pembelajaran IPA didasarkan beberapa fakta dan hasil penelitian yang menunjukkan kelebihan discovery learning. Berikut beberapa kelebihan discovery learning yang menjadi pertimbangan digunakannya discovery learning dalam pembelajaran IPA.

(1) Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung pada cara belajarnya.

(2) Pengetahuan yang diperoleh peserta didik relatif mudah diingat karena didasarkan pada pengalaman belajar yang disukai

(3) Menimbulkan rasa senang pada peserta didik karena tumbuhnya rasa ingin tahu untuk menyelidiki dan memperoleh keberhasilan

(4) Memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatan belajarnya sendiri.

(5) Mengarahkan kegiatan belajar peserta didik secara mandiri dengan melibatkan kemampuan berpikir dan motivasi belajarnya.

(6) Membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

(7) Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai peserta didik dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. (8) Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)

NDUHQDPHQJDUDKSDGDNHEHQDUDQ\DQJ¿QDOGDQWHUWHQWXDWDXSDVWL

(9) Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik;

(10) Megembangkan bakat dan minat peserta didik dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

b. Prosedur Pembelajaran dengan Discovery Learning

Discovery learning merupakan pembelajaran yang mengutamakan bimbingan dan motivasi peserta didik untuk mengekplorasi informasi dan konsep, membangun pengetahuan baru, dan menerapkan pengetahuan baru dalam konteks kehidupan sehari-hari. Melalui discovery learning, guru dapat membelajarkan peserta didik dengan lebih cepat dan mencapai level kemampuan berpikir tingkat tinggi jika dibanding pembelajaran konvensional yang mengutamakan metode ceramah.

Rancangan pembelajaran dengan discovery learning memberikan pengalaman belajar yang lebih tinggi dan interaktif, menggunakan cerita, permainan, simulasi, peta visual dan teknik lainnya untuk menarik perhatian dan rasa ingin tahu peserta didik, membangun interes dan mengarahkan peserta didik pada proses penemuan dengan cara berpikir, tindakan dan perilaku baru. Peserta didik tidak hanya dilibatkan dalam pembelajaran, peserta didik juga lebih lama mengingat materi yang dipelajari.

%HEHUDSDVXPEHUPHQ\DWDNDQEDKZDdiscovery learning digambarkan sebagai “learning by doing”. Discovery learning mengajak peserta didik pada situasi yang mengajak peserta didik untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman lama untuk memecahkan masalah yang diberikan. Discovery learning juga merupakan pembelajaran berbasis inkuiri yang mendorong peserta didik untuk menemukan pengetahuan baru dengan eksplorasi, eksperimen dan serangkaian kegiatan lainnya yang menantang.

Langkah-langkah pembelajaran dengan discovery learning tidak terikat pada prosedur tertentu tetapi bersumber pada beberapa literatur berikut beberapa langkah yang sering digunakan sebagai prosedur discovery learning.

(1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak

PHPEHUL MDZDEDQ DJDU WLPEXO NHLQJLQDQ XQWXN PHQ\HOLGLNL VHQGLUL

Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi materi ajar. Dalam hal ini, Bruner memberikan stimulasi dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong peserta didik melakukan eksplorasi. Dengan demikian seorang guru harus menguasai teknik-teknik bertanya atau stimulus kepada peserta didik agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai.

(2) Problem statement,GHQWL¿NDVL0DVDODK

Pada langkah ini guru memberi kesempatan kepada peserta didik

XQWXN PHQJLGHQWL¿NDVL VHEDQ\DN PXQJNLQ DJHQGDDJHQGD PDVDODK

yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih

GDQ GLUXPXVNDQ GDODP EHQWXN KLSRWHVLV MDZDEDQ VHPHQWDUD DWDV

pertanyaan masalah) (Syah, 2004:244). Berdasarkan permasalahan yang dipilih, peserta didik merumuskan pertanyaan, atau hipotesis,

\DNQL SHUQ\DWDDQ VHEDJDL MDZDEDQ VHPHQWDUD DWDV SHUWDQ\DDQ \DQJ

diajukan.

(3) Data collection (Pengumpulan Data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis

6\DK 7DKDS LQL EHUIXQJVL XQWXN PHQMDZDE SHUWDQ\DDQ

atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian, peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek,

ZDZDQFDUD GHQJDQ QDUD VXPEHU PHODNXNDQ XML FRED VHQGLUL GDQ

sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

(4) Data processing (Pengolahan Data)

Menurut Syah (2004:244), pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik

EDLN PHODOXL ZDZDQFDUD REVHUYDVL GDQ VHEDJDLQ\D ODOX GLWDIVLUNDQ 6HPXDLQIRUPDVLKDVLOEDFDDQZDZDQFDUDREVHUYDVLGDQVHEDJDLQ\D VHPXDQ\DGLRODKGLDFDNGLNODVL¿NDVLNDQGLWDEXODVLEDKNDQELODSHUOX

dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Berdasarkan generalisasi tersebut peserta didik

DNDQ PHQGDSDWNDQ SHQJHWDKXDQ EDUX WHQWDQJ DOWHUQDWLI MDZDEDQ

penyelesaian masalah yang perlu mendapat pembuktian secara logis (5) 9HUL¿FDWLRQ(Pembuktian)

Pada tahap ini peserta didik melakukan penyelidikan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing 6\DK9HUL¿FDWLRQPHQXUXW%UXQHUEHUWXMXDQDJDUSURVHV

belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan

WHUGDKXOX LWX NHPXGLDQ GLFHN DSDNDK WHUMDZDE DWDX WLGDN DSDNDK

terbukti atau tidak.

(6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama (Syah, 2004:244). Berdasarkan

KDVLOYHUL¿NDVLSHVHUWDGLGLNPHUXPXVNDQGLUXPXVNDQSULQVLSSULQVLS

yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

c. Contoh Implementasi Pembelajaran dengan Discovery Learning

Contoh pembelajaran dengan menggunakan Discovery Learning

ini diambil dari materi yang akan dipelajari peserta didik pada bab Kependudukan dan Lingkungan bagian Dampak Peningkatan Jumlah Penduduk terhadap Masalah Lingkungan. Peserta didik dihadapkan pada

VLWXDVL \DQJ PHQ\HEDENDQ WHUMDGLQ\D NRQÀLN NRJQLWLI SDGD GLUL SHVHUWD GLGLN VHKLQJJD WHUGRURQJ XQWXN PHQHPXNDQ MDZDEDQQ\D %HULNXW LQL

akan dipaparkan secara rinci kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

Discovery Learning pada materi Dampak Peningkatan Jumlah Penduduk terhadap Masalah Lingkungan.

Tabel 2.4. Langkah-langkah Pembelajaran Discovery Learning pada materi Dampak Peningkatan Jumlah Penduduk terhadap Masalah Lingkungan

Tahapan Deskripsi Kegiatan

Tahap Stimulasi dan ,GHQWL¿NDVL Masalah

Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan saat itu, yaitu peserta didik akan belajar dengan

discovery learning.

3HVHUWDGLGLNGLKDGDSNDQSDGDNRQÀLNNRJQLWLIPLVDOQ\D JDPEDUDNWL¿WDVSHQGXGXNGLVXQJDL\DQJNRWRUGDQVXQJDL\DQJ bersih; (2) pemukiman yang dekat dengan timbulan sampah dan pemukiman yang bersih dan sehat; atau gambar perkotaan yang penuh dengan gedung pencakar langit dan pedesaan yang asri. Peserta didik dikelompokkan menjadi 6 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 5-6 orang. Kelompok 1 dan 3 mempelajari dampak pertumbuhan penduduk terhadap

ketersediaan air bersih; kelompok 3 dan 4 mempelajari dampak pertumbuhan penduduk terhadap pencemaran lingkungan; kelompok 5 dan 6 mempelajari dampak pertumbuhan penduduk terhadap ketersediaan ruang.

Setiap kelompok ditugaskan untuk merumuskan masalah dan menyusun hipotesis sesuai dengan topik yang dipelajari. Tahap

Pengumpulan Data

Peserta didik ditugaskan menemukan data atau informasi melalui berbagai sumber yang mendukung dan tidak mendukung dampak pertumbuhan penduduk terhadap berkurangnya ketersediaan air bersih, meningkatnya pencemaran lingkungan, dan berkurangnya ketersediaan ruang.

Tahap Pengolahan Data dan Pembuktian

Peserta didik melakukan penyelidikan untuk membuktikan benar hipotesis yang ditetapkan (melakukan aktivitas 3.2; 3.3; dan 3.4). Data atau informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber tadi dihubungkan dengan data aktivitas 3.2; 3.3; dan 3.4

Menarik kesimpulan/ generalisasi

Berdasarkan data atau informasi dari berbagai sumber dan data aktivitas (3.2; 3.3; 3.4) peserta didik melakukan generalisasi atau simpulan.

Peserta didik menyiapkan laporan untuk dipresentasikan di depan kelas.

*XUXPHODNXNDQNODUL¿NDVLKDVLOGLVNXVLNHODV

Dalam dokumen Buku Pegangan Guru IPA SMP Kelas 9 Kurik (Halaman 47-53)

Dokumen terkait