• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data

4.2 Bentuk-bentuk Diskriminasi

4.2.4 Diskriminasi karena Perbedaan Agama

1. Babak pertama bait ketiga (1,3):

“Sepuluh tahun sudah ia hidup Bersama Joko, suami pilihan Ayah

Perkawinannya selalu redup

Karena Albert pilihan hatinya” (ATC, 155).

Sudah sepuluh tahun Dewi hidup berumah tangga dengan Joko, suami pilihan ayahnya. Pernikahan Dewi dengan Joko kurang bahagia karena ia mencintai Albert. Ia memilih Albert. Joko bukan sosok yang dicintainya.

2. Babak kelima bait kelima (5,5):

“Tekad ayah bulat Niatnya pekat

Albert harus dilupakan

Karena Joko suami Dewi dimasa depan” (ATC, 162).

Bait diatas menunjukkan bahwa Ayah Dewi memaksa kehendaknya atas Dewi. Ayah sudah bertekad untuk menikahkan Dewi dengan lelaki pilihannya, Joko. Tekad ayah tidak boleh diganggu-gugat lagi. Jadi, Albert harus dilupakan. Berdasarkan hal ini, secara tidak langsung Ayah Dewi telah mendiskriminasikan Dewi karena Dewi tidak diperbolehkan besama dengan pilihan hatinya. Hal yang sama juga terdapat pada bait 7,1 dibawah ini:

3. Babak ketujuh bait pertama (7,1):

“Namun Dewi tetaplah seorang santri Patuh pada orang tua adalah tradisi Cintanya pada Albert yang mendalam Sekuat tenaga ia benam” (ATC, 165&168).

Dewi adalah seorang santri yang baik. Ia harus patuh dan mengikuti perintah orang tuanya, itu merupakan tradisi yang wajib dikerjakan. Cinta yang begitu mendalam kepada Albert harus ia pendam.

Pernikahan berjalan dengan baik. Dewi pasrah dengan apa yang telah terjadi. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan melupakan Albert dan setia kepada Joko, seperti yang tertulis pada bait 7,5 berikut:

“Pernikahan pun berlangsung meriah

Demi Ibu dan Ayah, aku pasrah,

Akan kulupakan Albert, dan setia kepada suami,

Demikian janji Dewi kepada dirinya sendiri” (ATC, 168).

4. Babak kedelapan bait kelima (8,5):

“Tapi Aku harus jadi Muslimah teladan Patuh pada suami,

Taat pada orang tua. Dan bakti kepada agama.

Itu harga mati, tandasnya” (ATC, 169).

Seorang Muslimah teladan harus patuh pada suami, taat pada orang tua dan bakti kepada agama. Pada baris keempat – itu harga mati, menjelaskan tentang tidak ada pilihan lain.

Semua perintah harus dituruti. “Harga mati” berarti tidak ada toleransi. Terkait dengan kebebasan hidup, Dewi adalah pihak yang didiskriminasikan secara tidak langsung. Seseorang berhak untuk memilih jalan hidupnya sesuai dengan apa yang diinginkannya di dalam hidupnya.

Dewi terpaksa berpisah dengan Albert. Ia hancurkan cintanya bukan karena ia tidak lagi mencintai Albert, melainkan demi baktinya pada ayahnya dan tafsir agama. Dewi harus menikahi laki-laki lain, seperti yang tergambar pada bait berikut:

“Saat itu senja mulai gelap

Mereka sadar segera harus berpisah; Di pojok taman itu

Sambil berjalan Albert berkata,

Jika kau tinggalkan aku Karena tak lagi mencintaiku, Aku pasrah.

Jika kau menikah dengan laki-laki lain karena kamu mencintainya, Aku terima.

Tapi aku tahu, Dewi,

Bukan itu alasanmu meninggalkanku. Kau hancurkan cinta kita

Demi baktimu kepada ayahmu.

5. Babak sebelas bait keempat (11,4):

“Ya, Allah, telah kuikuti lurus ajaran-Mu Seturut tafsir orang tuaku;

Ayah dan Ibu, telah kuikuti pula keinginanmu Menikah dengan lelaki yang bukan pilihanku; Suamiku, telah kucoba melayanimu

Setia padamu sampai akhir hayatmu, Kini tiba giliranku

Menjadi tuan bagi diriku sendiri – Izinkan aku mengikuti suara jiwaku,

Hanya tunduk pada titah batinku” (ATC, 177).

Baris pertama sampai baris keenam bait diatas menjelaskan tentang kesetiaan Dewi pada tradisi: Ia telah mengikuti peritah Tuhan sesuai dengan tafsir kedua orang tuanya, mengikuti keinginan kedua orang tuanya yang menjodohkannya dengan laki-laki lain yang bukan pilihan hatinya, dan setia melayani suaminya sampai akhirnya suaminya meninggal karena sakit. Baris ketujuh sampai kesepuluh menjelaskan tentang keinginan Dewi untuk bangkit. Dewi ingin menuruti keinginannya sendiri. Kembali pada Albert, cinta sejatinya adalah hal yang paling ia inginkan. Ia pernah menikah dengan Joko. Namun, hatinya sepenuhnya hanya untuk Albert. Ia tidah pernah menikmati pernikahannya dengan Joko. Kali ini, ia ingin tunduk pada dirinya sendiri, mengikuti suara hatinya.

Keinginan Dewi untuk kembali pada Albert tidak berjalan dengan mulus. Kedua orang tuanya menghalangi ia untuk pergu mencari Albert, seperti yang terdapat pada babak sebelas bait kedelapan berikut:

“Kepada Ayah dan Ibu Dewi sampaikan niatnya Untuk kembali kecinta lamanya.

Tapi apa kata mereka?

Lebih baik menjanda daripada kawin beda agama!” (ATC, 178)

Kedua orang tua Dewi tetap tidak setuju dengan niat Dewi. Pada baris keempat orang tuanya dengan tegas mengatakan lebih baik ia menjanda dari pada menikah dengan lelaki yang

berbeda agama. Kedua orang tua Dewi telah mendiskriminasikan cinta Dewi lewat perkataan yang diucapkan secara langsung kepada Dewi.

Dewi melawan kedua orangtuanya. Ia ingin mengerjakan niatnya meskipun orang tua sekuat tenaga menghalanginya. Ia berusaha menjelaskan pada orang tuanya agar mereka bisa memahami pemikiran Dewi seperti yang tertulis pada babak dua belas bait kedua berikut:

“Ayah menghalangi sekuat tenaga,

Menikah beda agama hanya mengirimmu ke neraka!

Jawab Dewi, Ayah ini zaman Facebook dan twitter

Bukan era Siti Nurbaya! Dunia sudah berubah

Bukan manusia untuk agama Tapi agama untuk manusia

Bagi Ayah beda agama itu masalah. Bagiku tidak!

Ayah memang merawat fisikku sejak kecil

Tapi jalan hidupku bukan punya ayah!” (ATC, 178)

Ayah berpendapat bahwa pernikahan beda agama hanya akan membawa Dewi ke neraka. Dewi tidak sependapat dengan ayahnya. Menurutnya, sekarang adalah zaman Facebook dan

Twitter bukan zaman Siti Nurbaya. Tidak ada pemaksaan dalam pernikahan, termasuk

pernikahan beda agama. Agama diciptakan untuk manusia, begitulah menurut Dewi.

Bait dibawah ini menjelaskan bahwa Dewi mengirim kembali bunga mawar yang pernah diberikan oleh Albert. Albert pernah berjanji bahwa ia akan datang kepada Dewi apabila ia telah mengirim bunga itu. Ia berjanji bahwa cintanya hanya biberikan untuk Dewi. Namun, harapan Dewi musnah setelah ia mengirim bunga itu. Ibu Albert mendatangi Dewi dan memberi surat yang di dituliskan oleh Albert.

“Dewi, tulis Albert,

Mungkin sudah kau kirim kembali Bunga kering itu sekarang.

Tapi yang akan kau terima Hanya surat ini.

Aku sekarang mungkin di alam lain Dan janjiku tetap seperti dulu: Cintaku hanya untukmu

Yang tak sampai hanya karena kita beda agama” (ATC, 180).

Albert meninggal disalah satu gunung tertinggi. Ia mendaki gunung demi gunung, seperti mencari sesuatu dan ingin memprotes sesuatu.

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN