• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA (RSIS) DAN DISKRIPSI PERUBAHAN AKTA

B. Diskripsi Perkara Objek Sengketa Wakaf Rumah Sakit Islam Surakarta (RSIS)(RSIS)

1. Pandangan Pihak YWARSIS

Berdasarkan hasil wawancara kepada ibu Kafiyah Nikmah (1 Februari 2017) selaku pengawas YWRSIS beliau memaparkan bahwa suasana keprihatinan dan kondisi pada masa era 1970-an di Surakarta belum ada rumah sakit yang representative dalam melakukan pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya bagi umat Islam di Surakarta. Berdasarkan situasi tersebut maka pada tanggal 27 November 1970 Bapak dr. H. Muhammad Djufrie AS, SKM., bersama-sama dengan dr. H. Muhammad Amin Romas, DSMK dan (Alm) Ir. Taufiq Rusdi mendirikan

rumah sakit. Pengumpulan dana yang akan digunakan untuk mendirikan untuk mendirikan rumah sakit tersebut pada awal mulanya dilakukan dengan cara menyisihkan sebagian harta pribadi para pendiri hingga terkumpul sebesar Rp. 7.000,- . Bahwa untuk mengukuhkan cita-cita luhur tersebut para pendiri mendirikan sebuah yayasan dengan akta No. 35 tanggal 27 Nopember 1970 tentang JAJASAN RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA (YARSIS) yang dibuat dihadapan R. Soegondo Notodisoerjo, notaris di Surakarta dan selanjutnya mendirikan rumah sakit yang diberi nama Rumah Sakit Islam Surakarta (RSIS).

Setelah dibentuk YARSIS sebagai badan hukum. Para pendiri yang sedang berupaya sedang berupaya mewujudkan cita-cita luhur awal yaitu membangun mendirikan sebuah rumah sakit menghimbau kepada umat Islam di Surakarta untuk memberikan sumbangan amal jariyah dengan cara mewakafkan sebagian hartanya kepada YARSIS sebagai bentuk peran sertanya dalam membangun rumah sakit yang Islami serta menciptakan kader-kader dalam bidang kesehatan yang berjiwa Islami dan sesuai dengan ajaran Islam. Untuk mempermudah proses wakaf dari umat Islam di Surakarta para pendiri membuat blangko wakaf, yang selanjutnya para pendiri juga menerbitkan buku saku yang intinya seruan/himbauan kepada umat Islam di Surakarta untuk berpartisipasi membangun sebuah rumah sakit yang bernuansa Islami dan sesuai dengan ajaran Islam. Bahwa dengan demikian diperoleh fakta bahwa harta kekayaan awal YARSIS bersumber dari wakaf umat Islam di Surakarta. Selanjutnya dana wakaf

yang telah terkumpul saat itu digunakan para pendiri untuk mendirikan sebuah rumah sakit yang kemudian diberi nama “RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA”.

Sesuai dengan Akta Pendirian Pasal 2 Akta No. 35 tahun 1970 maksud dan tujuan dari Yayasan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mendirikan/membangun dan menjalankan Rumah Sakit Islam dan usaha-usaha lainya dalam bidang kesehatan (Balai Pengobatan, Balai kesehatan Ibu dan Anak, Apotik, Pabrik Obat dan lain-lain);

b. Untuk pertama kali akan didirikan sebuah rumah sakit dengan taraf perawatan setinggi-tingginya dan sesuai dengan ajaran Islam bagi masyarakat yang sakit pada umumnya dengan tidak memandang golongan, agama dan kedudukan;

c. Mengadakan tempat pendidikan kader-kader dalam bidang kesehatan yang berjiwa Islam yang sebenarnya (Dokter, Juru Rawat, Bidan, dan sebagainya).

Berdasarkan akta pendirian No. 35 tahun 1970, YARSIS diketuai oleh dr. M. Djufrie sekaligus menyerahkan harta wakafnya Rp. 3000,-/15 m2 .jabatan sekretaris diemban dr. M. Amin Ramos harta wakafnya sebesar Rp. 2000,-/ 10 m2 . dan Ir. Taufiq Rusdi bertugas sebagai bendahara yayasan sekaligus menyerahkan wakafnya Rp. 2000/m2 dan harta wakaf para pendiri tersebut diserahkan kepada YARSIS. Seiring berjalannya waktu YARSIS telah berkembang dengan baik terbukti dengan adanya pembangunan Rumah Sakit Islam Surakarta dan pembelian alat-alat baik

medis maupun non medis sehingga cita-cita luhur para pendiri telah terwujud.

Pada tahun 2006, terhadap YARSIS dilakukan penyesuaian, penyesuaian mana dilakukan karena terbitnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan. Penyesuaian YARSIS dituangkan dalam Akta No. 10 tanggal 20 September 2006 yang dibuat di hadapan Ny. Wirati Kendarto, S.H., Notaris di Sukoharjo dengan kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuannya terdapat pada Pasal 3 Ayat 1 sebagai berikut:

a. Mendirikan/membangun dan menjalankan Rumah Sakit Islam Surakarta dan usaha-usaha lainnya dalam bidang kesehatan (Balai Pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan Anak, Apotik, Pabrik Obat dan lain-lain);

b. Untuk pertama kalinya akan didirikan sebuah rumah sakit dengan taraf perawatan yang setinggi-tingginya dan sesuai dengan ajaran Islam bagi masyarakat yang sakit pada umumnya dengan tidak memandang golongan, agama dan kedudukan;

c. Mendirikan lembaga formal dan non formal guna mengadakan dan menyelenggarakan pendidikan kader-kader dalam bidang kesehatan yang berjiwa Islam yang sebenar-benarnya antara lain: dokter, perawat, bidan, dan tenaga lain yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan.

Dengan alasan dinamika yayasan, pihak pengelola Rumah Sakit Islam Surakarta saat ini telah melakukan beberpa kali perubahan terhadap Akta No. 10 tanggal 20 September 2006 yang dibuat di hadapan Ny.

Wirati Kendarto, S.H., Notaris di Surakarta. Perubahan yang pertama tertuang dalam Akta No. 002 tanggal 17 September 2011 tentang Perubahan Anggaran Dasar Yayasan Rumah Sakit Islam Surakarta yang dibuat oleh Roro Indradi Sarwo Indah, S.H., Notaris di Surakarta beserta seluruh turnan akta-akta yang terbit setelah akta No. 002 tanggal 17 September 2011 tersebut.

Kemudian pada tanggal 17 September 2011 pihak Pengelola YARSIS saat ini melakukan perubahan Anggaran Dasar YARSIS, perubahan tersebut tertuang dalam akta no. 002 tanggal 17 September 2011 yang dibuat di hadapan Roro Indradi Sarwo Indah, S.H., Notaris di Surakarta, perubahan secara khusus merubah Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 43 ayat (2) a, b, c. Bahwa pihak pengelola merubah Pasal 3 ayat (1) tentang kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan YARSIS menjadi sebagai berikut:

a. Mendirikan/membangun dan mengelola dan/atau menjalankan Rimah Sakit, Balai Pengobatan Ibu dan Anak, Klinik Bersalin, Laboratorium; b. Mendirikan kegiatan lain yang berhubungan dengan perumahsakitan.

Dalam akta No. 02 tahun 2011 tersebut Pengelola telah menghilangkan nama “Rumah Sakit Islam Surakarta” menjadi “Rumah Sakit” dan menghilangkan “Sesuai dengan ajaran agama Islam”.

Adanya perubahan kegiatan yayasan tersebut, pihak salah satu pendiri yayasan merasa bahwa pihak pengelola RSIS dengan dasar objek sengketa (Akta) telah melenceng atau menyalahi cita-cita luhur para pendiri yang termaktub dalam akta No. 35 tahun 1970 Pasal 2 yang dibuat

di hadapan Notaris Soegondo Notodisoerdjo sekaligus menciderai hati seluruh umat Islam di Surakarta yang telah mewakafkan sebagian harta miliknya sebagai amal jariyah. Perubahan kegiatan pada Anggaran Dasar (vide Pasal 3 Anggaran Dasar…) yang dilakukan pihak pengelola membuktikan bahwa telah merubah roh/jiwa pendirian YARSIS yang telah dijabarkan dengan jelas dan rinci pada Akta No. 35/1970 dengan perubahan terakhir pada Akta No. 10/2006 Penghapusan kata “Islam” dan dikelola secara Islami. Para wakif yang telah merasa bahwa pihak pengelola telah melanceng dari tujuan semula, tujuan mana telah menggerakkan hati para wakif untuk membantu para pendiri untuk mendirikan sebuah yayasan dengan kegiatan usaha perumasakitan yang dikelola dengan nuansa Islami.

Pihak pengelola dalam melakukan perubahan Anggaran Dasar Obyek Sengketa (Akta) untuk memenuhi ketentuan Pasal 7 ayat (2) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Pasal tersebut berbunyi:

Pasal 7

(2) Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah Daerah atau Swasta; (4)Rumah Sakit yang didirikan oleh Swasta sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya untuk bergerak di bidang perumahsakitan.

Penjelasan: (2) cukup jelas

(4) kegiatan usaha hanya bergerak di bidang perumahsakitan dimaksudkan untuk melindungi usaha rumah sakit agar terhindar dari resiko akibat kegiatan usaha lain yang dimiliki oleh badan hukum pemilik rumah sakit.

Bahwa jika mencermati makna yang terkandung dalam Pasal 7 di atas. Pendiri berpendapat pihak pengelola tidak perlu melakukan perubahan Anggaran Dasar khususnya Pasal 3 ayat (1) huruf a,b, dan c sebagaimana tertuang dalam objek sengketa (akta) yang seharusnya dilakukan oleh pihak pengelola cukup dengan melakukan perubahan Pasal 3 ayat (1) huruf c saja karena tanpa perubahan Anggaaran Dasar tersebut bidang kegiatan usaha YARSIS adalah perumahsakitan. Jika pihak pengelola melakukan perubahan Anggaran dasar pada Pasal 3 ayat (1) huruf a, b, dan c sesuai yang tercantum dalam objek sengketa (Akta) maka dapat dimaknai pihak pengelola sudah tidak dapat melaksanakan pengelolaan terhadap Rumah Sakit Islam Surakarta (RSIS) karena pada Pasal 3 ayat (1) huruf a pihak pengelola telah menghilangkan frase “Rumah Sakit Islam Surakarta” dan Pasal 3 ayat (2) pihak pengelola telah menghilangkan frase “sesuai ajaran Islam”.

Penjelasan Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengandung makna kegiatan usaha yayasan yang bergerak di bidang perumahsakitan tidak boleh melakukan kegiatan usaha yang lain guna menghindari resiko akibat adanya usaha lain yang dimiliki badan hukum pemilik rumah sakit. Dengan kata lain perubahan Anggaran dasar yang dilakukan oleh pihak pengelola tersebut sah apabila YARSIS memiliki serta menjalankan bidang kegiatan usaha selain perumahsakitan. Bahwa pada faktanya YARSIS yang didirikan berdasar pada Akta No. 35 tanggal 27 Nopember 1970 hanya memiliki dan menjalankan kegiatan

usaha dibidang perumahsakitan yaitu RSIS. Bahwa tindakan pihak pengelola dalam melakukan perubahan Anggaran dasar sebagaimana tertuang dalam objek sengketa (akta), perubahan mana telah sengaja merubah frasa “Rumah Sakit Islam Surakarta” menjadi frasa “Rumah Sakit” dan menghilangkan frasa “sesuai dengan ajaran Islam” sangat merugikan pihak pendiri dan sangat melukai batin seluruh umat Isalam di Surakarta khususnya umat Islam yang sejak tahun 1970 berjuang bersama-sama pendiri mendirikan Rumah Sakit yang berjiwa Islami.

Isi akta merupakan kehendak atau keinginan para penghadap sendiri, bukan keinginan atau kehendak Notaris. Tugas dan fungsi serta wewenang Notaris hanya membingkai kehendak para penghadap dalam suatu akta notaries (vide Pasal 38 ayat (3) huruf c Undang-Undang Jabatan Notaris). Dengan demikian isi akta dapat dipermasalahkan oleh para pihak atau pihak lain yang berkepentingan. Kesalahan-kesalahan penulisan isi Objek Sengketa (Akta) oleh Notaris adalah sebagai berikut: a. Di dalam Objek Sengketa tertulis Yayasan Rumah Sakit Islam

Surakarta berkedudukan di Sukoharjo;

b. Pada bagian akhir penulisan akta terdapat kata “perseroan” yang seharusnya “Yayasan”;

c. Di dalam Berita Acara Rapat Dewan Pembina Yayasan RSIS yang dibuat di bawah tangan dilaksanakan pada tanggal 17-09-2011 tetapi dalam Obyek Sengketa (Akta) tertulis “…Berita Acara Rapat Dewan Pembina Yayasan RSIS yang dibuat dibawah tangan tanggal 16-09-2011;

d. Penulisan kalimat : “….demikian berdasarkan Berita Acara Rapat Pembina Yayasan RSIS yang dibuat dibawah tangan tanggal 16-09-2011 …dst” saling bertentangan dengan kalimat selanjutnya: “…Para Penghadap terlebih dahulu menerangkan ; Bahw pada hari ini sabtu tanggal 17-09-2011 jam 10.30 WIB bertempat di ruang rapat Yayasan RSIS lantai 6, Jalan Ahmad Yani Pabelan Kartasura Sukoharjo, diadakan rapat Pembina Yayasan RSIS … dst”;

Bahwa fakta yang terjadi adalah Rapat Pembina yang dilakukan Pihak Pengelola sebagai langkah dalam melakukan perubahan Anggaran Dasar YARSIS adalah sebagai berikut

a. Rapat Pembina hanya dilakukan satu kali yaitu pada tanggal 17 September 2011;

b. Bahwa ada salah satu penghadap sebenarnya tidak pernah menghadap dihadapan Notaris;

c. Notaries tidak pernah membacakan isi dari Objek Sengketa (Akta) kepada para Penghadap.

Berdasarkan hal tersebut pihak Notaris juga telah melakukan tindakan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf I jo Pasal 16 ayat (1) huruf m Undang-Undang Nomor 2/2014 tentang Perubahan Undang-undang Jabatan Notaris, Pasal 44 jo Pasal 44 undang No. 2/2014 tentang Perubahan Undang-Undang Jaabatan Notaris, Pasal 51 Undang-Undang-Undang-Undang No. 30/2004 jo. Pasal 51 Undang-undang No. 2/2014 tentang perubahan Undang-Undang Jabatan Notaris, pelanggaran mana mengakibatkan suatu akta yang dibuat

oleh Notaris hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau bahkan akta tersebut batal demi hukum.

2. Pandangan Pihak YARSIS

Salah satu pendiri dari yayasan RSIS berdasarkan Akta No. 35 tanggal 27 November 1970 jo Akta Perubahan No. 32 tahun 1983 jo Akta No. 10 tanggal 20 September 2006 dan sesuai Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyebutkan Pasal 34 ayat 3 penjelasan :”yang dimaksud dengan pemilik Rumah Sakit antara lain komisaris, pendiri yayasan atau pemerintah daerah”. Dengan demikian salah satu pendiri ini mempunyai kepentingan hukum.

Badan hukum yayasan RSIS yang sah adalah sebagaimana dimaksud dalam akta No. 35 tanggal 27 November 1970 dibuat oleh R. Soegondo Notodisurjo, Notaris di Surakarta yang kemudian mengalami beberapa perubahan Anggaran Dasar sesuai amanat Undang-Undang dan terakhir sebagaimana dimaksud dalam Akta No. 9 tanggal 12 Juni 2014 dibuat oleh Niken Puspitarini, SH., MKn, Notaris di Semarang tentang Pernyataan Keputusan Rapat Pembina Yayasan Rumah Sakit Islam Surakarta dan telah dicatatkan dalam Daftar Yayasan Kementeriana Hukum dan HAM dibawah No: AHU.-AHA. 01. 06 – 315 tanggal 24 Maret 2015.

Bahwa baik dalam Akta Pendirian No. 35 tanggal 27 November tahun 1970 hingga akta perubahan terkhir Akta No. 9 tanggal 12 Juni 2014, tidak pernah mencantumkan eksistensi Badan Pendirian sebagai

salah satu Organ yayasan RSIS. Sehingga anggapan pihak pendiri yang mengaitkan antara pendiri/badan Pendiri sebagai pemilik Rumah Sakit merujuk pada pasal 34 (3) Undang-Undang No. 44 tentang Rumah Sakit, adalah tidak tepat dan tidak benar, karena salah satu pihak Pendiri tidak memiliki legalitas hukum sebagai Badan Pendiri Yayasan Rumah Sakit Islam Surakarta. Ada beberapa point jawaban dari Pihak YARSIS berkenaan dengan sengketa RSIS:

a. Tentang Perubahan Anggaran Dasar YARSIS

YARSIS dibentuk berdasarkan Akta No. 35 tanggal 27 Nopember 1970 di buat oleh R. Soegondo Notodisurjo Notaris di Surakarta kemudian diubah dengan Akta No. 32 tanggal 18 April 1983 dibuat oleh R. Hari Poerwanto, S.H., Notaris di Surakarta kemudian diubah dengan Akta No. 10 tanggal 20 September 2006 dibuat oleh Ny. Wirati Kendarto, SH notaries di Sukoharjo kemudian diubah dengan Akta No. 002 tanggal 17 September 2011 dibuat oleh Roro Indradi Sarwo Indah, SH Notaris di Surakarta kemudian diubah dengan Akta No. 01 tanggal 23 Maret 2013 di buat oleh Trilestari Mulinawati, SH., MKn Notaris di Sukoharjo yang telah dicatatkan dalam Daftar yayasan Kementerian hukum dan HAN di bawah No. AHU.-AHA. 01. 06-422 tanggal 5 Juni 2013 dan terakhir diubah dengan Akta No. 9 tanggal 12 Juni 2014 dibuat oleh Niken Puspitarini, SH., Mkn Notaris di Semarang dan telah dicatatkan dalam Daftar yayasan Kemeterian Hukum dan HAM dibawah no. AHU.-AHA. 01.

06-315 tanggal 24 Maret 2015. Perubahan ini dilakukan dengan alasan untuk menyesuaikan dengan perturan yang berlaku.

b. Tantang RSIS adalah kekayaan (Asset) YARSIS

Terkait dengan Rumah Sakit Islam Surakarta merupakan asset/kekayaan Yayasan Rumah Sakit Islam Surakarta tidak perlu diperdebatkan.Kerena sudah sesuai dengan ketentuan pasal 1925 KUHPerdata dan ketentuan pasal 174 HIR.

c. Tentang Obyek Sengketa

Berdasarkan alasan dari pihak YWARSIS yang menjadi obyek sengketa ialah perubahan anggaran dasar YARSIS bagaimana tertuang dalam Akta No. 002 tanggal 17 September 2011 yang dibuat oleh Roro Indradi Sarwo Indah S.H notaries di Surakarta beserta turunan akta-akta yang terbit setelah Akta No. 002 tanggal 17 September 2011.

Obyek sengketa dirubah di karenakan perundang-undangan saat itu untuk menghendaki adanya penyesuaian Anggaran Dasar terhadap rumah sakit yang sudah ada termasuk pada Rumah Sakit Islam Surakarta.

d. Tentang Kesalahan Penulisan

Akta No. 002 tanggal 17 September 2011 yang dibuat oleh Roro Indradi Sarwo Indah. SH notaris di Surakarta memang benar telah terjadi kesalahan administrasi(pengetekan), namun telah dilakukan perbaikan. Dengan demikian perubahan anggaran dasar Yayasan Rumah Sakit Islam Surakarta sebagaimana tertuang dalam

Akta No. 002 tanggal 17 September 2011 yang dibuat oleh Roro indradi Sarwo Indah, SH notaries di Surakarta berikut akta perubahannya maka obyek sengketa adalah sah(Berkas Putusan Nomor 95/Pdt.G/2015/PN.Skh www.pn-sukoharjo.go.id diakses pada tanggal 11 september 2017).

3. Pokok Perkara Sengketa Wakaf RSIS

Berdasarkan pandangan dari kedua belah pihak yaitu pihak Yayasan Wakaf Rumah Sakit Islam Surakarta (YWARSIS) dan pihak Yayasan Rumah Sakit Islam Surakarta (YARSIS) dapat penulis simpulkan bahwa yang menjadi pokok perkara atau objek sengketa adalah berkenaan mengenai isi Akta yang menurut pihak YWARSIS menganganggap bahwa pihak YARSIS telah merubah isi Akta No. 35 Tahun 1970 dengan alasan penyesuaian peraturan yang berlaku. Di mana dalam hal ini bahwa pihak YWARSIS mengnginkan setiap perubahan akta yang dibuat YARSIS tidak menghilangkan kata/ kalimat yang sudah ada dalam akta no. 35 tahun 1970. Kerena permohonan peubahan persetujuan perubahan anggaran dasar yang dilakukan YARSIS mengggunakan akta bawah tangan maka persetuan menteri Hukum dan HAM yang tertuang dalam objek sengketa cacat hukum dan tidak mempunyai kekuatan memikat dengan kata lain perubahan anggaran dasar tidak memperoleh persetujuan menteri hukum dan HAM yang berdasarkan pasal 16 ayat 1 huruf I jo pasal 1 ayat 1 huruf M undang-undang omor 2 tahun 2004 tentang perubahan undang-udang jabatan notaris, pasal 16 jo pasal 16 ayat (9) undang-undang nomor 2

tahun 2014 tentang perubahan jabatan notaris, pasal 44 jo pasal 44 undang-undang nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan undang-undang jabatan notaris, pasal 51 undang-undang nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan jabatan notaris, pelanggaran mana mengakibatkan suatu akta yang dibuat notaris hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan atau bahkan akta tersebut batal demi hukum.

BAB IV

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERUBAHAN AKTA PENDIRIAN DI

Dokumen terkait