• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diskripsi Subjek Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4.2 Diskripsi Subjek Penelitian

Penelitian tentang proses komunikasi intrapersonal hipnoterapi dalam mengubah perilaku fobia ini, dilakukan di klinik Tranzcare Jakarta selatan. Untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian ini, Peneliti mamakai informan yaitu hipnoterapis di klinik Tranzcare dan juga informan tambahan yaitu klien yang menjalani hipnoterapi di klinik Tranzcare untuk merubah perilaku fobia yang dimilikinya. Penelitian dilakukan dengan observasi langsung dengan mengikuti proses hipnoterapi klien dan juga dengan mengikuti serta terlibat dalam

workshop-workshop hipnoterapi yang dilaksanakan oleh Yan Nurindra School of Hypnotism.

Selain itu dilakukan wawancara mendalam kepada masing-masing informan secara bertahap hingga bisa mendapatkan dan memenuhi informasi-informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

Izin penelitian diajukan via facebook pada tanggal 19 November 2012 kepada

Bapak Yan Nurindra selaku President the Indonesian Board of hypnotherapy

sekaligus chairman dari Yan Nurindra School of Hypnotism. Beliau adalah salah satu hipnoterapis dan juga founder klinik Tranzcare. Izin penelitian disetujui Bapak Yan pada tanggal 20 November 2012. Kemudian surat izin penelitian dikirim via email kepada Bapak Sydney Panjiagung sebagai direktur PT. Magna Integra yang juga berpraktik sebagai hipnoterapis di klinik Tranzcare untuk ditindak lanjuti. Setelah surat izin penelitian dipelajari oleh Bapak Sydney, kemudian izin penelitian diberikan dengan konfirmasi langsung via telepon kepada peneliti. Dalam pembicaraan telepon tersebut peneliti sekaligus memberitahukan jadwal akan mulai berlangsungnya penelitian yaitu sekitar januari akhir atau awal febuari 2013 kepada beliau dan peneliti diminta untuk melakakukan konfirmasi 1 minggu sebelum penelitian akan dilaksanakan.

Pada tanggal 21 januari 2013, peniliti menghubungi Pak Sydney untuk memastikan jadwal penelitian yang akan dilaksanakan pada tanggal 28 januari 2013 di klinik Tranzcare. Kemudian peneliti tiba di Jakarta pada tanggal 25 januari 2013 dan baru tanggal 28 peneliti datang ke lokasi penelitian yang beralamat di Jl. Mampang Prapatan Raya 106 Jakarta-Selatan, Plaza Basmar, Lantai 3.

Tanggal 28 januari peneliti datang bertemu dengan Bapak Sydney dan selanjutnya peneliti diperkenalkan kepada Bapak Juli Sugianto, sebagai hipnoterapis di klinik Tranzcare. Peneliti menyerahkan proposal penelitian kepada Pak Juli untuk menjelaskan tentang detail penelitian yang akan dilaksanakan di klinik Tranzcare tersebut. Setelah peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian dan proses penelitian yang akan dilaksanakan. Dalam menjelaskan mengenai metodelogi penelitian, peneliti menjelaskan tentang perlunya mewawancarai hipnoterapis sebagai informan dan klien sebagai informan tambahan. Peneliti juga meminta kepada beliau untuk dapat membantu peneliti memahami hal-hal mengenai hipnoterapi guna memudahkan peneliti dalam mengerjakan hasil dan pembahasan penelitian.

Agar peneliti memiliki pemahaman yang baik mengenai hipnoterapi dan dapat menjelaskan mengenai proses komunikasi intrapersonal hipnoterapi dalam mengubah perilaku fobia, maka peneliti mengikuti berbagai workshop mengenai hipnoterapi,

seperti hypnotherapy fundamental dan advanced hypnotherapyyang diadakan oleh

Yan Nurindra School of Hypnotism pada tanggal 2-3 Febuari 2013, professional hypnotherapy padatanggal 2-3 Maret 2013, dan hypnotherapy fundamental dan advanced hypnotherapy pada tanggal 9-10 Maret 2013.

Selain mengikuti berbagai workshop mengenai hipnoterapi, peneliti juga

mengikuti workshop mengenai NLP ( Neuro Linguistic Programming) pada tanggal

16-17 maret 2013 yang diadakan oleh Neo NLP (NNLP) Society dengan Bapak Juli

Sugianto sebagai NNLP Master Trainer. Peneliti mengikuti workshop NNLP agar

dapat lebih memahami mengenai cara kerja pikiran, tingkah laku manusia, bahasa, proses internal manusia dan lain sebagainya. Melalui berbagai workshop hipnoterapi dan workshop NNLP peneliti memperoleh pengetahuan dan data-data mengenai proses dan teknik-teknik hipnoterapi dan NLP.

Proses pengumpulan data juga dilakukan dengan mewawancarai hipnoterapis dan klien yang memiliki perilaku fobia. Pada tanggal 26 febuari 2013, wawancara pertama kali dilakukan dengan informan tambahan, seorang klien yang memiliki perilaku fobia bernama Rithdores Novita Haloho. Sebagai wanita keturunan suku batak Simalungun Mba Vita merupakan wanita yang berpenampilan cukup menarik memiliki rambut panjang, cukup tinggi, dan berkulit kuning langsat. Ia merupakan lulusan dari D3 Bina Sarana Informatika (BSI) dan saat ini berkerja sebagai staff finance di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Pada saat bertemu pertama kali dengan peneliti di klinik Tranzcare, peneliti merasakan sikapnya yang ramah dan tidak melihat adanya keanehan ataupun perilakunya yang tidak wajar. Setelah saling memperkenalkan diri dan berbincang-bincang peneliti baru akhirnya mengetahui bahwa mba vita memiliki beberapa fobia yaitu fobia berbicara di depan umum, fobia gelap, dan fobia terhadap binatang yang memiliki tekstur licin. Selain melalui cerita darinya, peneliti juga manangkap perilaku fobia berbicara di depan umumnya. Contohnya saat berbicara dengan peneliti, peneliti melihat bibir mba Vita yang bergetar dan adanya rasa canggung saat berbicara dengan peneliti. Walaupun demikian Mba Vita tetap berusaha dengan tenang menceritakan perilaku fobia yang dimilikinya serta menjawab pertanyaan peneliti dengan ramah dan tersenyum.

Wawancara kedua dilakukan dengan Bapak Sydney Panjiagung sabagai Informan I pada tanggal 5 maret 2013. Ini bukan pertama kalinya peneliti bertemu dengan beliau karena sebelumnya beliau adalah orang yang menyambut peneliti pada saat pertama kali datang ke klinik tranzcare. Pak Sydney adalah seorang pria dengan postur tubuh yang cukup gemuk, berwajah bulat, sedikit lebih tinggi dari peneliti dan memakai kacamata. Dalam berpenampilan Pak Sydney selalau memakai pakaian yang cukup rapih dengan potongan rambut pendeknya. Beliau merupakan tamatan dari Institut Teknologi Bandung, awalnya bekerja sebagai karyawan swasta di salah satu perusahaan nasional dan juga perusahaan multinasional. Pekerjaannya sebagai karyawan swasta dibidang penjualan membuatnya mencari cara untuk dapat mempersuasi orang lain. Kemudian ia menyadari bahwa hipnosis merupakan salah satu ilmu pengembangan diri yang juga mengajarkan cara untuk mempersuasi orang

lain. Kemudian minatnya akan dunia hipnosis membawanya bergabung dengan The Indonesian Board Hypnotherapy (IBH) pada tahun 2005. Sampai saat ini beliau aktif

di bidang pemberdayaan diri baik hipnoterapi, NLP maupun Psycho cybernetics

sebagai pembicara, instuktur, coach, dan juga hipnoterapis. Pengalamanya selama 8 tahun di bidang pemberdayaan diri membuat beliau menjadi trainer, coach dan juga hipnoterapis professional di klinik tranzcare. selain itu saat ini beliau juga menjabat sebagai Sekjen di IBH.

Peneliti juga sudah sering bertemu dalam workshop-workshop yang

dilaksanakan oleh Yan Nurindra shool of hypnotism. Selain sebagai tim instruktur dalam workshop-workshop yang dilaksanakan, beliau juga menjabat sebagai direktur dari PT. Magna Integra yang menyediakan tempat/ruang klinik tranzcare. Pertemuan yang sudah sering terjadi anatara peneliti dan pak Sydney sebagai infoman membuat suasana wawancara berlangsung santai dan tidak kaku. Peneliti juga merasakan keterbukaan dan keramahan beliau selama berlangsunganya wawancara, sehingga tidak jarang wawancara diselingi dengan candaan-candaan kecil. Walaupun demikian wawancara dengan Pak Sydney tetap berlangsung terarah sehingga peneliti tetap dapat memperoleh informasi yang peneliti perlukan dalam penelitian ini.

Setelah menyelesaikan wawancara dengan Pak Sydney, peneliti kemudian menemui Pak Juli salah satu hipnoterapis di klinik Tranzcare untuk mencocokan waktu wawancara esok hari dengannya. Namun saat ditemui Pak Juli sedikit ragu jika wawancara dilakukan esok hari karena beliau kemungkinan tidak bisa datang ke klinik sehingga beliau meminta agar wawancara dilakukan dua hari kemudian yaitu tanggal 7 maret 2013. Sama halnya dengan Pak Sydney, pertemuan dengan pak Juli dengan peneliti bukanlah yang pertama kalinya karena beliaulah hipnoterapis yang diperkenalkan oleh pak Sydney pertama kali kepada peneliti. Pak Juli merupakan seorang pria berpostur tubuh cukup tinggi dengan rambut cukup pendek dan berkulit putih. Karena usianya yang masih muda, beliau merupakan orang yang selalu berpenampilan santai dan sederhana dengan gaya bahasa anak muda. Walau demikian pengetahuannya di bidang Hipnoterapi dan NLP tidak sesederhana penampilannya. Sebab di usianya yang masih tergolong muda ia adalah seorang instuktur dan master

trainer di bidang tersebut. Bahkan Pak Juli adalah orang yang banyak membantu peneliti dalam mendiskusikan proposal penelitian, membantu menangani klien yang memiliki fobia sebagai informan, menghubungi terapis, serta banyak memberikan masukan-masukan terhadap penelitian yang sedang peneliti lakukan. Selain sebagai hipnoterapis, Beliau juga merupakan tim instruktur dari workshop-workshop hipnoterapi yang dilaksanakan Yan Nurindra School of Hypnotism.

Sebelum memulai wawancara peneliti dan beliau terlibat diskusi di ruang tunggu mengenai model teoriti yang peneliti buat sebagai acuan peneliti untuk memahami proses komunikasi intrapersonal hipnoterapi dalam mengubah perilaku fobia. Menurutnya model teoritis ini terlalu sulit untuk dimengerti dan juga ada beberapa bagian yang menjadi sulit untuk ditentukan batas-batasnya ketika diperhadapkan dengan praktiknya dilapangan. Contohnya saja tahapan hipnoterapi formal seperti yang peneliti tuliskan pada teori hipnoterapi di BAB II kajian pustaka. Jika pada model teoritis, tahapan hipnoterapi dimulai dari pra induksi, kemudian di ikuti induksi, deepening, trance level test, sugesti sampai tahap terminasi. Terkadang dalam praktiknya tahapan-tahapn tersebut bisa saja ada yang dilewati. Hal ini bergantung kepada kepiawaian hipnoterapisnya, terkadang tidak diperlukan proses hipnosis formal seperti diatas untuk dapat menyembuhkan perilaku fobia seseorang. Bahkan dalam kasus fobia tertentu seseorang tidak perlu ditidurkan dahulu untuk bisa disembuhkan. Cukup dengan memakai teknik collapsinganchor yang dipelajari dari

NLP (Neuro Linguistic programming) maka perilaku fobia klien dapat disembuhkan

tanpa proses hipnoterapi formal. Walaupun tanpa proses hipnoterapi formal kondisi hipnosis itu sendiri tetap didapatkan pada diri klien.

Beliau juga mengatakan bahwa untuk menjelaskan proses pengolahan pesan

dalam komunikasi intrapersonal yang meliputi sensasi, persepsi memori dan berpikir

akan lebih mudah dipahami melalui teori human model of the world NLP mengenai

bagaimana seseorang merepresentasikan informasi yang diterimanya melalui modality (Visual-Auditory-Kinesthetic-Olfactory-Gustatory) yang dimilikinya sehingga menjadi sebuah perilaku (behaviors). Ketika dijelaskan mengenai human model of the world di NLP, peneliti mulai memahami bagaimana seseorang mengolah

informasi yang diterimanya dan bagaimana sebenarnya fobia bisa dimiliki oleh seseorang (penjelasan tentang pengolahan informasi ini akan peneliti jelasakan tersendiri di bagian 4.4 Pembahasan).

  Setelah peneliti dan beliau memiliki konsep yang sama mengenai model

teoritis tersebut maka kami berpindah ke ruang terapi klinik Tranzcare untuk memulai wawancara. Selama wawancara berlangsung tak jarang Pak Juli menjelaskan dengan detail apa yang sekiranya peneliti perlu pahami agar memudahkan peneliti untuk menyusun hasil penelitian ini. Usai wawancara dengan Pak Juli peneliti kemudian meminta bantuan Pak Juli untuk menghubungi Pak Yan Nurindra agar dapat mencocokan jadwal wawancara dengan beliau. Karena jadwal

Pak Yan yang cukup padat, peneliti diberikan nomer handphone Pak Yan agar bisa

menghubungi beliau seccara langsung untuk mencocokan jadwal wawancara. Peneliti segera menghubungi Pak Yan melalui SMS dan akhirnya peneliti mendapat kepastian tanggal wawancara pada 8 maret 2013, namun peneliti tetap harus melakukan konfirmasi ulang pagi harinya untuk memastikan beliau tidak ada keperluan yang mendadak pada hari itu.

Pak Yan memiliki rambut yang pendek dan bertubuh kurus serta sedikit lebih pendek dari peneliti. Beliau adalah hipnoterpis di klinik tranzcare sekaligus sebagai chairman Yan Nurindra School of Hypnotism dan Neo NLP Society. Melalui workshop hipnoterapi yang peneliti ikuti, peneliti mengenal beliau sebagai seorang yang cerdas dan berwibawa. Pandangan peneliti tantang kecerdasan dan kewibawaan beliau juga peneliti rasakan saat melakukan wawancara dengan beliau. Wawancara dilakukan setelah Pak Yan menyelesaikan pekerjaannya untuk menandatangani sertifikat pelatihan hipnoterapi. Setelah Pak Yan selesai menandatangani sertifikat, peneliti di ajak masuk ke ruang terapi untuk bisa segera memulai wawancara. Wawancara dengan Pak Yan berlangsung dengan suasana lebih formal dibanding wawancara dengan informan-informan sebelumnya. Sesaat sebelum memulai wawancara, seperti biasa peneliti hendak membahas sedikit dari tujuan penelitian, dasar teori dan model teoretik yang peneliti gunakan dalam penelitian ini agar memudahkan proses berlangsungnya wawancara. Dalam waktu yang cukup singkat

beliau dapat mengerti arah dan tujuan wawancara yang akan dilakukan sehingga memudahkan peneliti untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan terhadap beliau tanpa panjang lebar. Beliau juga menjawab berbagai pertanyaan peneliti dengan padat dan jelas. Setelah wawancara cukup lama berlangsung peneliti baru menyadari ternyata Pak Yan masih belum sembuh benar dari sakitnya sehingga selama berlangsungnya wawancara beliau sering sekali batuk-batuk. Namun walaupun dalam keadaan sakit beliau tetap dapat menjawab pertanyaan dari peneliti dengan baik.

Masih merasa belum memenuhi data yang peneliti butuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti meminta bantuan Pak Juli untuk bisa melakukan wawancara dengan Pak Dodie magis. Setelah Pak Juli memberitahu Pak Dodie yang ternyata masih ada di luar kota maka peneliti meminta nomer telpon Pak Dodie untuk dapat menghubungi beliau secara langsung. Malam hari itu peneliti segera menghubungi beliau secara langsung untuk menanyakan kapan beliau kembali ada di Jakarta dan sekaligus mencocokan waktu wawancara dengan beliau. Beliau mengatakan sudah ada pada hari senin tanggal 11 maret di jakarta sehingga meminta peneliti menghubungi kembali senin paginya untuk bisa lebih memastikan wawancara di jadwal tersebut.

Pada senin pagi peneliti kembali mengkonfirmasi beliau dan ternyata beliau menyanggupi untuk wawancara pada tanggal tersebut. Siang harinya peneliti bertemu dengan beliau di klinik tranzcare. Beliau adalah hipnoterapis yang paling muda dari hipnoterapis-hipnoterapis yang pernah peneliti wawancarai sebelumnya. Pak Dodie adalah pria berpostur tubuh sedikit pendek, berwajah bulat dan berambut sangat pendek. Ini adalah pertemuan pertama klien secara langsung dalam membahas mengenai penelitian yang sedang peneliti lakukan di klinik Tranzcare. Namun tidak butuh waktu yang lama bagi peneliti untuk merasa nyaman berkomunikasi dengan beliau. Menurut peneliti beliau adalah orang yang terbuka dan bersemangat, hal ini terlihat dari caranya menjawab setiap pertanyaan peneliti dengan detail dan suara yang kuat, penuh semangat dalam menjelaskan. Beliau juga tidak segan-segan untuk membagi ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya kepada peneliti.

Selain sebagai hipnoterapis di klinik Tranzcare, beliau adalah seorang

instruktur javanese magnetism. Javenese magnetism ini merupakan ilmu yang

memahami bahwa pada diri setiap orang ada lapisan tubuh magnet yang memiliki kemampuan menyerap energi. Lapisan magnet ini merupakan sebuah energi yang berkaitan dengan energi alam semesta. Energi inilah yang memungkinkan terjadinya hukum tarik menarik (law of attraction) antara pikiran dan perasaan kita dengan alam semesta. Dalam menangani klien yang ingin dihipnoterapi, beliau hanya menggunakan teknik hipnoterapi murni. Namun jika ada klien yang memiliki kepercayaan atau belief tentang energi dan lebih percaya dengan konsep tersebut, biasanya beliau mengarahkan kliennya untuk menjalani terapi dengan metode magnetism-nya.

Wawancara dengan beliau tidak langsung selesai hari itu juga dikarenakan beliau ada janji acara pada pukul 5 sore, sehingga wawancara dilanjutkan kembali hari rabu tanggal 13 maret 2013 pukul 15.23 di food court plaza Semanggi. Ternyata

pada hari kedua ini handphone peneliti yang peneliti pakai untuk merekam

mengalami masalah sehingga peneliti tidak memiliki data rekaman pada wawancara kedua ini secara lengkap. Untungnya peneliti juga membuat catatan wawancara dan memiliki nomer handphone beliau sehingga peneliti tetap bisa menghubungi beliau untuk dapat melengkapi data-data yang peneliti butuhkan. Dengan demikian walaupun ada kendala tersebut peneliti tetap dapat mengerjakan penelitian ini dengan baik.

Dalam proses pengumpulan data di klinik tranzcare, peneliti banyak dibantu oleh Mba Mey, Mba Nissa, Mas Irwan dan Mas Ahmad yang bekerja di PT. Magna Integra. Mereka Membantu peneliti saat pelaksanaan workshop, pengumpulan data, dokumentasi, mencocokan jadwal terapi dan jadwal wawancara dengan hipnoterapis.

Dokumen terkait