• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi Kekritisan Resapan Air

B. Deskripsi Hasil Penelitian

4. Distribusi Kekritisan Resapan Air

Kekritisan resapan air merupakan dasar untuk melakukan usaha pengelolaan DAS. Dengan berdasarkan pada kondisi kekritisan resapan air, pemerintah dan masyarakat dapat melakukan berbagai usaha yang sesuai untuk menjaga kualitas resapan dan meningkatkan kualitas resapan suatu lahan. Usaha konservasi dan rehabilitasi yang akan dilakukan tidak hanya cukup dengan mendasarkan pada kondisi kekritisan resapan airnya, tetapi juga harus mengetahui sebaran masing-masing kondisi kekritisan resapan air. Sebaran tersebut memungkinkan dalam mempelajari faktor- faktor yang berpengaruh besar terhadap suatu kondisi kekritsan resapan air. Hal tersebut akan berguna dalam menentukan jenis usaha konservasi dan rehabilitasi yang akan dilakukan pada suatu kondisi kekritisan resapan air.

Pengkajian mengenai distribusi kekritisan resapan air dilakukan sebagai dasar pengelolaan suatu DAS. Hal ini karena setiap lahan pada DAS memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga setiap lahan memerlukan perlakuan tertentu. Perlakuan berdasarkan sebaran kondisi kekritisan resapan air pada suatu DAS, akhirnya bermanfaat untuk mencapai keseimbangan ekosistem suatu DAS.

Analisis mengenai distribusi kekritisan resapan air dengan cara: 1) mengabstarksikan kenampakan yang akan diteliti menjadi bentuk elementer seperti titik, garis atau bidang; 2) mengklasifikasikan kekhasan sebaran dari elemen

146 Peta 10. Kekritisan Resapan Air DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2013

ini merupakan bagian dalam pembuatan alat untuk analisis lebih lanjut mengenai distribusi kekritisan resapan air di DAS Samin Hulu Kecamtan Tawangmangu.

Penilaian yang dilakukan menunjukkan bahwa kekritisan esapan air terdiri di DAS Samin Hulu terdiri dari 6 kelas. Masing-masing kelas digambarkan dengan simbol bidang yang memiliki warna bertingkat. Simbol bidang yang memiliki warna putih menunjukkan kekritisan resapan air baik sedangkan simbol bidang dengan warna coklat tua menunjukkan kekritisan resapan air sangat kritis. Analisis distribusi dilakukan dengan melihat kecendurangan pola masing-masing kekritisan resapan air. Pola sebaran kekritisan resapan air baru menjawab sebagian kecil dari analisis distribusi kekritisan resapan. Lebih lanjut dalam melakukan analisis distribusi kekritisan resapan air, perlu menjawab pertanyaan 5W+1H (what, where,

when, why, who dan how). Jawaban atas pertanyaan tersebut merupakan hasil analisis

secara mendalam mengenai penyebab, subjek yang berperan dan bagaimana fenomena kekritisan resapan air yang terjadi di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu pada tahun 2013. Lebih jelasnya mengenai sebaran kekritisan resapan air, dideskripsikan sebagai berikut :

a. Sebaran Kekritisan Resapan air Baik

Berdasarkan peta 10, pola sebaran kekritisan resapan air baik cenderung memusat dilereng atas. Secara administratif wilayah kekritisan resapan air memiliki sebaran hampir di semua desa dan kelurahan. Desa Karanglo merupakan satu-satunya desa yang tidak terdapat kondisi kekritisan resapan air baik. Sebaran kekritisan resapan air baik, dimungkingkan dipengaruhi oleh jumlah penduduk. Menurut Muta’ali (2012:73) “tekanan penduduk meruapakan gejala adanya kelebihan penduduk disuatu daerah, mengingat ketersediaan sumberdaya yang

merambah hutan. Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukkan hubungan antara kelebihan penduduk dalam suatu wilayah dengan eksploitasi lahan. Eksploitasi lahan tersebut salah satunya dalam wujud ketidaksesuaian penggunaan lahan pada dengan karakteristik fisiknya. Kondisi tersebut memungkinkan penurunan kualitas resapan air.

Tabel 4.38. Kepadatan Penduduk pada Kondisi Kekritisan Resapan Air Baik Desa dan Kelurahan Kekritisan Resapan Air Mulai Kritis Luas dalam DAS (Ha) Jumlah Penduduk dalam DAS(Ha) Kepadatan Penduduk Dalam DAS (jiwa/ha)

Karanglo Tidak Ada 203,20 3332 16,40

Jumlah dan rerata 203,20 3332 16,40

Bandardawung Ada 333,89 3667 11,21 Gondosuli Ada 793,94 1982 2,50 Nglebak Ada 270,03 4739 17,55 Plumbon Ada 348,39 3469 9,96 Sepanjang Ada 562,98 3579 6,36 Tengklik Ada 845,54 3037 3,59 Blumbang Ada 817,37 3072 3,76 Kalisoro Ada 393,85 3139 7,97 Tawangmangu Ada 624,62 8295 13,28

Jumlah dan rerata 4990,61 34979 7,01

Sumber : Koordinator BPS Kecamatan Tawangmangu Tahun 2012 dan Hasil Pengolahan dan Perhitungan Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.38, di Desa Karanglo yang tidak terdapat kondisi kekritisan resapan air baik memiliki kepadatan penduduk sebesar 16,40 jiwa /ha. Desa dan kelurahan yang termasuk dalam kekritisan resapan air baik memiliki rata-rata kepadatan penduduk yang lebih kecil yaitu 7,01 jiwa/ha. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran kondisi kekritisan resapan air baik cenderung berada di wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang lebih rendah. Pada wilayah yang memiliki kepadatan penduduk rendah, terjadinya eksploitasi terhadap sumber daya lahan lebih sedikit. Hal ini akan membawa dampak positif terhadap keseimbangan potensi resapan air dengan kondisi aktual. Keseimbangan tersebut akan menyebabkan kondisi resapan air yang baik.

Faktor penyebab sebaran kekritisan resapan air yang lain adalah karakteristik fisik yang berhubungan dengan resapan air. Menurut Sigit (2004:1) faktor tanah, lereng, penggunaan lahan, kerapatan vegetasi, dan pengelolaan (konservasi) lahan berpengaruh terhadap kondisi peresapan air. Dalam penentuan

pada kondisi kekritisan resapan air baik.

Tabel 4.39. Prosentase Luasan Karakteristik Fisik pada Kekritisan Resapan Air Baik di DAS Samin Hulu Tahun 2013

Faktor Sebaran Karakteristik Fisik Luas(Ha) Prosentase Luas (%)

Lembah 45,31 2,06

Bentuklahan Lereng Tengah 685,45 31,18

Lereng Atas 1467,63 66,79

Jumlah 2198,39 100

Kompleks Andosol Coklat, Andsosol

Coklat Kekuningan dan Litosol 1832,66 83,36

Macam Tanah Latosol Coklat 279,82 12,73

Mediteran Coklat 85,91 3,91

Jumlah 2198,39 100

Hutan 2153,60 97,96

Penggunaan Semak Belukar 44,79 2,04

Lahan Tegalan 0 0

Permukiman 0 0

Sawah 0 0

Jumlah 2198,39 100

Sumber : Hasil Analisis dan Perhitungan Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.39, dapat diketahui kecenderungan sebaran distribusi kekritisan resapan air baik. Luasan satuan lahan yang berupa bentuklahan lereng atas pada kondisi kekritisan resapan air baik yaitu 1467,63 ha atau 66,79% dari luas keseluruhan. Luasan tersebut mendominasi wilayah bentuklahan pada kondisi kekritisan resapan air baik. Berdasarkan faktor macam tanah, luasan macam tanah Komplek Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol memiliki luasan yang mendominasi wilayah macam tanah pada kondisi kekritisan resapan air baik. Prosentase luasan macam tanah tersebut yaitu 83,36% dari keseluruhan wilayah macam tanah di kondisi resapan air baik. Penggunaan lahan yang mendominasi wilayah kekritisan resapan air baik adalah jenis penggunaan lahan hutan. Luasan penggunaan lahan hutan adalah 2153,60 ha dan menempati 97,96%

Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol memiliki rerata nilai permeabilitas 27,32 cm/jam. Hasil uji laboratorium juga menunjukkan bahwa macam tanah ini memiliki rerata fraksi tanah yaitu debu 19,67 %, lempung 17,27%, pasir kasar 8,74% dan pasir halus 52,88 %. Menurut segitiga tekstur nilai tersebut menunjukkan tekstur sandy loam (geluh pasiran). Tanah yang banyak mengandung pasir memiliki pori-pori tanah yang yang lebih banyak. Kondisi ini menunjukkan permeabilitas dalam kelas cepat yang juga berarti kualitas resapan lahan ini sangat baik.

Lereng atas merupakan wilayah yang memiliki topografi terjal dan kemiringan lereng bergelombang hingga curam, sehingga aksesibilitas ke wilayah ini agas sulit. Menurut potensinya bentuklahan ini akan menyebabkan potensi resapan kecil, namun bentuklahan ini memiliki pengaruh terhadap penggunaan lahan hutan. Kondisi aksesibiltas dimungkinan menjadi faktor penggunaan lahan hutan masih terjaga kelestariannya. Keterjangkauan wilayah yang sulit menyebabkan penduduk belum mengeksploitasi wilayah ini. Kelestarian penggunaan lahan hutan akan menyebabkan resapan aktual menjadi besar.

Berdasarkan pernyataan tersebut, kecenderungan sebaran kekritisan resapan air baik sesuai dengan potensi resapan dan kondisi aktual yang membentuk kekritisa resapan air ini. Macam tanah Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol menyebabkan potensi resapan air yang besar dan penggunaan lahan hutan menyebabkan resapan aktual yang juga besar. Perpaduan tersebut menyebabkan terbentuknya kondisi kekritisan resapan air baik.

b. Sebaran Kekritisan Resapan Air Normal Alami

Berdasarkan peta 10, sebaran wilayah kekritisan resapan air normal alami cenderung memiliki pola random (menyebar). Secara administratif sebaran kekritisan resapan air normal alami yaitu di Kelurahan Blumbang, Kalisoro, Tawangmangu, Desa Gondsuli, Tengklik, Sepanjang, Plumbon dan Bandardawung. Di Desa Karanglo dan Nglebak tidak terdapat kondisi kekritisan resapan normal alami. Kepadatan penduduk dimungkinkan mempengaruhi

Alami Desa dan Kelurahan Kekritisan Resapan Air Normal Alami Luas dalam DAS (Ha) Jumlah Penduduk dalam DAS(Ha) Kepadatan Penduduk Dalam DAS (jiwa/ha)

Karanglo Tidak Ada 203,20 3332 16,40

Nglebak Tidak Ada 270,03 4739 17,55

Jumlah dan rerata 473,23 8071 17,10

Bandardawung Ada 333,89 3667 11,21 Gondosuli Ada 793,94 1982 2,50 Plumbon Ada 348,39 3469 9,96 Sepanjang Ada 562,98 3579 6,36 Tengklik Ada 845,54 3037 3,59 Blumbang Ada 817,37 3072 3,76 Kalisoro Ada 393,85 3139 7,97 Tawangmangu Ada 624,62 8295 13,28

Jumlah dan rerata 4720,58 30240 6,41

Sumber : Koordinator BPS Kecamatan Tawangmangu Tahun 2012 dan Hasil Pengolahan dan Perhitungan Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.40, di Desa Karanglo dan Desa Nglebak yang tidak terdapat kekritisan resapan air normal alami memiliki rerata kepadatan penduduk sebesar 17,10 jiwa/ha. Rerata kepadatan penduduk tersebut lebih besar dibandingkan desa dan kelurahan yang berada pada kondisi kekritisan resapan air normal alami. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebaran kekritisan resapan air normal alami berada di wilayah yang memiliki kepadatan penduduk rendah. Eksploitasi terhadap sumber daya lahan pada wilayah yang memiliki kepadatan penduduk rendah lebih sedikit terjadi. Keadaan tersebut menunjukkan kelestarian lingkungan yang juga berarti terjadi keseimbangan potensi resapan air dengan kondisi aktual. Keseimbangan tersebut akan menyebabkan kondisi resapan air normal alami.

Selain faktor penduduk, karakteristik fisik bentuklahan, macam tanah dan penggunaan lahan dimungkinkan memilki pengaruh terhadap sebaran kondisi

Tabel 4.41. Prosentase Luasan Karakteristik Fisik pada Kekritisan Resapan Air Normal Alami di DAS Samin Hulu Tahun 2013

Faktor Sebaran Karakteristik Fisik Luas(Ha) Prosentase Luas (%)

Lembah 13,13 2,77

Bentuklahan Lereng Tengah 144,51 30,50

Lereng Atas 316,11 66,72

Jumlah 473,75 100

Kompleks Andosol Coklat, Andsosol

Coklat Kekuningan dan Litosol 389,26 82,17

Macam Tanah Latosol Coklat 71,35 15,06

Mediteran Coklat 13,14 2,77

Jumlah 473,75 100

Hutan 0 0

Penggunaan Semak Belukar 413,80 87,35

Lahan Tegalan 59,95 12,85

Permukiman 0 0

Sawah 0 0

Jumlah 473,75 100

Sumber : Hasil Analisis dan Perhitungan Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.41., luasan satuan lahan yang berupa bentuklahan lereng atas pada kondisi kekritisan resapan normal alami yaitu 316,11 ha. Luasan tersebut menempati 66,72 % dari luas keseluruhan. Luasan tersebut mendominasi wilayah bentuklahan pada kondisi kekritisan resapan normal alami. Macam tanah yang mendominasi kekritisan resapan air normal alami adalah macam tanah Komplek Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol. Luasan macam tanah tersebut adalah 389,26 ha atau 82,17% dari luas keseluruhan wilayah kekritisan resapan air normal alami. Selain karakteritik fisik bentuklahan dan macam tanah, juga terdapat penggunaan lahan yang mempengaruhi sebaran kekritisan resapan air. Jenis penggunaan lahan semak belukar memiliki luas 413,80 ha atau 87,35% dari luas DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu secara keseluruhan. Luasan tersebut menunjukkan bahwa wilayah kekritisan resapan air normal alami didominasi penggunaan lahan semak belukar.

Uraian di atas menunjukkan bahwa sebaran kekritisan resapan air baik cenderung berada pada bentuklahan lereng atas yang memiliki macam tanah Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol dan penggunaan lahan berupa semak belukar. Hasil uji laboratorium juga menunjukkan bahwa macam tanah ini memiliki memiliki tekstur sandy loam

kemiringan lereng bergelombang hingga curam, sehingga aksesibilitas ke wilayah ini agak sulit. Menurut potensinya bentuklahan ini akan menyebabkan potensi resapan kecil. Keberadaan penggunaan semak belukar pada lereng atas menunjukkan bahwa wilayah ini masih terjaga kelestariannya. Kelestarian penggunaan semak belukar akan menyebabkan resapan aktual kelas sedang.

Berdasarkan pernyataan tersebut, kecenderungan sebaran kekritisan resapan air normal alami sesuai dengan potensi resapan dan kondisi aktual yang membentuk kekritisan resapan air ini. Macam tanah Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol menyebabkan potensi resapan air yang besar, sedangkan kondisi geomorfologisnya mempengaruhi potensi resapan yang agak kecil. Kondisi tersebut dimungkinkan membentuk potensi resapan kelas sedang. Penggunaan lahan semak belukar menyebabkan resapan aktual dalam kelas sedang. Perpaduan potensi resapan sedang dan resapan aktual dalam kelas sedang tersebut menyebabkan terbentuknya kondisi kekritisan resapan air normal alami.

c. Sebaran Kekritisan Resapan Air Mulai Kritis

Pada peta 10 ditunjukkan bahwa sebaran wilayah kekritisan resapan air mulai kritis cenderung memiliki pola random (menyebar). Secara administratif sebaran kekritisan resapan air mulai kritis yaitu di Kelurahan Blumbang, Kalisoro, Tawangmangu dan di Desa Gondsuli, Tengklik, Sepanjang, Bandardawung, Nglebak. Desa Karanglo dan Plumbon merupakan wilayah tidak terdapat kondisi kekritisan resapan mulai kritis. Kepadatan penduduk dimungkinkan mempengaruhi kekritisan resapan air. Berikut adalah tabel yang menunjukkan kepadatan penduduk pada desa dan kelurahan di DAS Samin Hulu Kecamatan

Tabel 4.42. Kepadatan Penduduk pada Kondisi Kekritisan Resapan Air Mulai Kritis Desa dan Kelurahan Kekritisan Resapan Air Mulai Kritis Luas dalam DAS (Ha) Jumlah Penduduk dalam DAS(Ha) Kepadatan Penduduk Dalam DAS (jiwa/ha)

Karanglo Tidak Ada 203,20 3332 16,40

Plumbon Tidak Ada 348,39 3469 9,96

Jumlah dan rerata 551,59 6801 12,33

Bandardawung Ada 333,89 3667 11,21 Gondosuli Ada 793,94 1982 2,50 Nglebak Ada 270,03 4739 17,55 Sepanjang Ada 562,98 3579 6,36 Tengklik Ada 845,54 3037 3,59 Blumbang Ada 817,37 3072 3,76 Kalisoro Ada 393,85 3139 7,97 Tawangmangu Ada 624,62 8295 13,28

Jumlah dan rerata 4642,22 31510 6,79

Sumber : Koordinator BPS Kecamatan Tawangmangu Tahun 2012 dan Hasil Pengolahan dan Perhitungan Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.42, Desa Karanglo dan Plumbon yang tidak termasuk dalam wilayah kekritisan resapan air mulai kritis rata-rata kepadatan penduduknya adalah 12,33 jiwa /ha. Di desa dan kelurahan yang termasuk wilayah kekritisan resapan air mulai kritis kepadatan penduduknya memiliki rata-rata yang lebih kecil dibandingkan Desa Karanglo yaitu 6,79 jiwa/ha.

Selain faktor penduduk, karakteristik fisik bentuklahan, macam tanah dan penggunaan lahan juga berpengaruh terhadap sebaran kondisi kekritisan resapan air mulai kritis. Berikut adalah prosentase luasan bentuklahan, macam tanah dan penggunaan lahan pada kondisi kekritisan resapan air normal alami di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu.

Bentuklahan Lereng Tengah 854,13 79,68

Lereng Atas 140,05 13,07

Jumlah 1071,92 100

Kompleks Andosol Coklat, Andsosol

Coklat Kekuningan dan Litosol 912,79 85,15

Macam Tanah Latosol Coklat 159,13 14,85

Mediteran Coklat 0 0

Jumlah 1071,92 100

Hutan 0 0

Penggunaan Semak Belukar 80,78 7,54

Lahan Tegalan 937,57 87,47

Permukiman 53,56 5,00

Sawah 0 0

Jumlah 1071,92 100

Sumber : Hasil Analisis dan Perhitungan Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.43, luasan satuan lahan yang berupa bentuklahan lereng tengah mendominasi kondisi kekritisan resapan mulai kritis. Wilayah ini memiliki luas sebesar 854,13 ha atau 79,68 % dari luas keseluruhan. Macam tanah yang mendominasi kekritisan resapan air mulai kritis adalah macam tanah Komplek Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol. Luasan macam tanah tersebut adalah 912,79 ha atau 85,15 % dari luas keseluruhan wilayah kekritisan resapan air normal alami. Pada kondisi kekritisan resapan air mulai kritis terdapat tiga jenis penggunaan lahan yaitu tegalan, semak belukar dan permukiman. Jenis penggunaan lahan tegalan memiliki luas 937,57 ha. Luasan tersebut menempati 87,47% luas keseluruhan dan mendominasi penggunaan lahan pada kekritisan resapan air mulai kritis.

Uraian di atas menunjukkan bahwa sebaran kekritisan resapan air baik cenderung berada pada bentuklahan lereng tengah yang memiliki macam tanah Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol dengan penggunaan lahan berupa tegalan. Bentuklahan lereng tengah merupakan wilayah

Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol memiliki rata-rata nilai permeabilitas dalam kelas cepat (27,32 cm/jam ) sehingga kualitas resapan lahan ini sangat baik.. Pernyataan diatas menunjukkan bahwa kekritisan resapan air mulai kritis memiliki kondisi resapan potensial yang baik.

Secara administratif wilayah kekritisan resapan air mulai kritis berada di wilayah administrasi yang rerata kepadatan penduduknya rendah. Eksploitasi lahan pada wilayah dengan kepadatan penduduk rendah biasanya lebih kecil dibandingkan dengan wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi. Keberadaan kondisi kekritisan resapan air pada wilayah dengan kepadatan penduduk rendah di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu disebabkan oleh pemanfaatan lahannya. Lahan pada wilayah dengan kepadatan penduduk rendah di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu banyak dimanfaatkan sebagai lahan pertanian berupa tegalan. Hal ini ditunjukkan oleh luasan penggunaan lahan tegalan yang mendominasi wilayah kekritisan resapan air mulai kritis. Luasan penggunaan tegalan adalah 937,57 atau 87,47 % dari luas keseluruhan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, kecenderungan sebaran kekritisan resapan air mulai kritis dipengaruhi oleh kondisi resapan aktual. Penggunaan lahan tegalan memiliki kualitas resapan aktual agak kecil. Penggunaan lahan tegalan tersebut mendominasi wilayah kekritisan resapan air mulai kritis. Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan lahan dengan tegalan yang diolah intensif untuk pertanian tanaman sayur dan buah menjadi faktor utama sebaran kekritisan resapan air mulai kritis.

d. Sebaran Kekritisan Resapan Air Agak Kritis

Berdasarkan peta 10, sebaran wilayah kekritisan resapan air agak kritis cenderung memiliki pola memanjang pada bentuklahan lembah. Secara administratif sebaran kekritisan resapan air agak kritis berada diseluruh wilayah administrasi di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu. Sebaran kekritisan resapan air agak kritis pada masing-masing wilayah administrasi berbeda-beda. Luasan yang besar berada di wilayah administrasi Kelurahan Tawanmgangu, Kalisoro dan Blumbang. Hal ini dimungkinkan oleh luasan penggunaan lahan

kritis berikut ini:

Tabel 4.44. Prosentase Luasan Karakteristik Fisik pada Kekritisan Resapan Air Agak Kritis di DAS Samin Hulu Tahun 2013

Faktor Sebaran Karakteristik Fisik Luas(Ha) Prosentase Luas (%)

Lembah 310,07 46,66

Bentuklahan Lereng Tengah 227,09 34,17

Lereng Atas 127,37 19,17

Jumlah 523,71 100

Kompleks Andosol Coklat, Andsosol

Coklat Kekuningan dan Litosol 468,95 70,57

Macam Tanah Latosol Coklat 100,57 15,13

Mediteran Coklat 95,02 14,30

Jumlah 664,54 100

Hutan 0 0

Penggunaan Semak Belukar 0 0

Lahan Tegalan 179,87 27,07

Permukiman 347,63 52,31

Sawah 137,04 20,62

Jumlah 664,54 100

Sumber : Hasil Analisis dan Perhitungan Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.44, secara geomorfologis bentuklahan lembah mendominasi kondisi kekritisan resapan agak kritis. Bentuklahan lembah memiliki luas sebesar 310,07 ha atau 46,66% dari luas keseluruhan. Macam tanah yang mendominasi kekritisan resapan air mulai kritis adalah macam tanah Komplek Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol. Luasan macam tanah tersebut adalah 468,95 ha atau 70,57% dari luas keseluruhan. Penggunaan lahan pada kondisi kekritisan resapan air agak kritis yaitu tegalan, sawah dan permukiman. Jenis penggunaan lahan permukiman mendominasi penggunaan lahan pada kondisi kekritisan resapan air agak kritis. Penggunaan lahan permukiman memiliki luas 347,63 ha atau 48,58% dari luas keseluruhan.

potensi meresapkan air yang besar karena teksturnya didominasi fraksi pasir halus dan nilai permeabilitas tanahnya cepat. Kondisi itu menunjukkan bahwa sebenarnya pada kekritisan resapan air agak kritis memiliki potensi yang besar dalam meresapkan air.

Berdasarkan potensinya, wilayah kekritisan resapan air memiliki potensi besar dalam meresapkan air. Pemananfaatan lahan yang tidak sesuai menyebabkan wilayah ini menjadi wilayah kekritisan resapan air agak kritis. Lahan pada wilayah kekritisan resapan air agak kritis di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu banyak dimanfaatkan sebagai tegalan, permukiman dan sawah. Penggunaan lahan tersebut akan mempengaruhi kualitas resapan aktual menjadi agak kecil dan kecil.

Sebaran kondisi kekritisan resapan air agak kritis memiliki kecenderungan dipengaruhi oleh kondisi resapan aktual. Penggunaan lahan tegalan, permukiman dan sawah yang memiliki kualitas resapan aktual agak kecil dan kecil menyebabkan kualitas resapan pada wilayah ini menurun dari kualitas optimalnya. Bentuklahan lembah yang memiliki aksesibiltas mudah juga turut berpengaruh terhadap sebaran kondisi kekritisan resapan ini. Kondisi aksesibiltas tersebut menyebabkan penduduk lebih mudah memanfaatkan lahan ini. Kemudahan tersebut menyebabkan penduduk kurang memperhatikan karakteristik fisik lainnya, sehingga terjadi ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan potensi resapannya.

e. Sebaran Kekritisan Resapan Air Kritis

Pada peta 10 ditunjukkan sebaran wilayah kekritisan resapan air kritis cenderung memiliki pola memusat. Secara administratif sebaran kekritisan resapan air kritis yaitu di di Desa Sepanjang, Plumbon, Bandardawung, Nglebak, Karanglo. Sebaran kekritisan resapan air kritis pada wilayah administrasi itu dimungkinkan dipengaruhi oleh kepadatan penduduk diwilayah tersebut. Berikut adalah tabel yang menunjukkan kepadatan penduduk pada desa dan kelurahan di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu:

Tengklik Tidak Ada 845,54 3037 3,59

Blumbang Tidak Ada 817,37 3072 3,76

Kalisoro Tidak Ada 393,85 3139 7,97

Tawangmangu Tidak Ada 624,62 8295 13,28

Jumlah dan rerata 3475,32 19525 5,62

Bandardawung Ada 333,89 3667 11,21

Nglebak Ada 270,03 4739 17,55

Plumbon Ada 348,39 3469 9,96

Sepanjang Ada 562,98 3579 6,36

Karanglo Ada 203,20 3332 16,40

Jumlah dan rerata 1718,49 18,786 10,93

Sumber : Koordinator BPS Kecamatan Tawangmangu Tahun 2012 dan Hasil Pengolahan dan Perhitungan Tahun 2013

Pada tabel 4.45, ditunjukkan desa dan kelurahan yang tidak termasuk wilayah kekritisan resapan air kritis kepadatan penduduknya memiliki rata-rata 5,62 jiwa/ha. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan rerata kepadatan penduduk di desa dan kelurahan yang termasuk dalam kekritisan resapan air kritis yaitu 10,93 jiwa/ha. Hal ini menunjukkan bahwa kepadatan penduduk memiliki pengaruh terhadap keberadaan kekritisan resapan air kritis. Kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan pada wilayah yang tidak terdapat kondisi kekritisan resapan air ini memungkinkan eksploitasi terhadap lahan juga semakin besar. Kondisi tersebut akan berakibat terhadap luasan pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan kondisi fisiknya.

Selain faktor kepadatan penduduk, keberadaan kondisi kekritisan resapan air kritis juga disebabkan oleh karakteristik fisik bentuklahan, macam tanah dan penggunaan lahan. Berikut adalah prosentase luasan bentuklahan, macam tanah dan penggunaan lahan pada kondisi kekritisan resapan air normal alami di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu.

Tabel 4.46. Prosentase Luasan Karakteristik Fisik pada Kekritisan Resapan Air Kritis di DAS Samin Hulu Tahun 2013

Faktor Sebaran Karakteristik Fisik Luas(Ha) Prosentase Luas (%)

Lembah 409,55 53,96

Bentuklahan Lereng Tengah 349,39 46,04

Lereng Atas 0 0

Jumlah 758,94 100

Kompleks Andosol Coklat, Andsosol

Coklat Kekuningan dan Litosol 0 0

Macam Tanah Latosol Coklat 241,26 31,79

Mediteran Coklat 517,68 68,21

Jumlah 758,94 100

Hutan 0 0

Penggunaan Semak Belukar 0 0

Lahan Tegalan 37,48 4,94

Permukiman 201,89 26,60

Sawah 519,58 68,46

Jumlah 758,94 100

Sumber : Hasil Analisis dan Perhitungan Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.46, bentuklahan lembah memiliki luas 409,55 ha. Luasan tersebut mendominasi kondisi kekritisan resapan air kritis karena menempati 53,96% dari luas keseluruhan. Macam tanah yang mendominasi kekritisan resapan air mulai kritis adalah macam tanah Mediteran Coklat. Luasan macam tanah tersebut adalah 517,68 ha atau 68,21% dari luas keseluruhan.

Dokumen terkait