• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Hasil dan Pembahasan. A. Deskripsi Lokasi Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV Hasil dan Pembahasan. A. Deskripsi Lokasi Penelitian"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

1. Letak, Batas dan Luas Daerah

Secara astronomis Daerah Aliran Sungai (DAS) Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1508-132 Poncol dan lembar 1508-131 Tawangmangu yang dibuat oleh BAKOSURTANAL terletak diantara 7°37΄48״ LS – 7°41΄24״ LS dan 110°4΄24” BT – 110°11΄24” BT.

Secara administratif DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu berada pada 10 desa dan kelurahan yaitu Desa Gondosuli, Kelurahan Blumbang, Kelurahan Kalisoro, Desa Tengklik, Kelurahan Tawangmangu, Desa Sepanjang, Desa Nglebak, Desa Plumbon, Desa Karanglo dan Desa Bandardawung.

Daerah Aliran Sungai Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar terletak diantara beberapa DAS disekitarnya yaitu sebagai berikut: Sebelah Utara : DAS Grompol

Sebelah Selatan : DAS Jlantah Sebelah Timur : DAS Gandong

Sebelah Barat : DAS Samin Tengah dan Hilir

Berdasarkan pada analisis data yang diolah dalam software ArcView diperoleh luasan keseluruhan DAS Samin Hulu dikecamatan Tawangmangu yaitu sebesar 5.193, 8073 ha. Pembagian luas dan letak secara administratif tiap desa dan kelurahan DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu dapat dilihat pada Tabel 4.1.

(2)

Tabel 4.1. Pembagian Luas Berdasarkan Luas Administrasi Desa dan Kelurahan di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu Tahun 2013

No Desa / Kelurahan Luas (Ha) Prosentase (%)

1 Desa Bandardawung 327,27 6,43 2 Desa Gondosuli 793,94 15,29 3 Desa Karanglo 203,19 3,915 4 Desa Nglebak 270,03 5,20 5 Desa Plumbon 348,39 6,71 6 Desa Sepanjang 562,98 10,84 7 Desa Tengklik 845,54 16,28 8 Kel. Blumbang 817,37 15,74 9 Kel. Kalisoro 393,85 7,58 10 Kel. Tawangmangu 624,62 12,03 Jumlah 5193,81 100,00

Sumber : Hasil Perhitungan Tahun 2012

Untuk lebih jelasnya mengenai letak, batas dan luas wilayah penelitian dapat diinterpretasi melalui Peta Administrasi DAS Samin hulu sebagai berikut:

(3)

44 Peta 1. Administrasi DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2013

(4)

2. Iklim

Iklim dan cuaca adalah dua hal yang saling berkaitan. Kartasapoetra (1987:18-19) menyebutkan bahwa :

Cuaca adalah keadaan/ kelakuan atmosfer pada waktu tertentu yang sifatnya berubah-ubah setiap waktu atau dari waktu ke waktu, sedangkan iklim adalah rata-rata keadaan cuaca jangka waktu yang cukup lama minimal 30 tahun sifatnya tetap. Unsur iklim yaitu radiasi matahari, suhu/temperatur, kelembaban dan awan (angin). Nilai curah hujan merupakan gambaran cuaca suatu wilayah. Curah hujan penting dalam kajian resapan air, karena besarnya curah hujan akan mempengaruhi kemampuan lahan dalam meresapkan air.

Gambar 4.1. Kurva Hubungan Air Larian dan Infiltrasi pada Hujan Buatan dengan Intensitas Tetap (Sumber : Asdak, 2007:233)

Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa pada curah hujan dengan intensitas tetap, laju infiltrasi mengalami penurunan dan akhirnya konstan pada nilai tertentu. Asdak (2007:154) menyebutkan bahwa pada hujan intensitas tinggi, kapasitas infiltrasi akan terlampaui dengan beda cukup besar dibandingkan hujan yang kurang intensif. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika intensitas curah hujan dalam suatu lahan semakin tinggi akan menyebabkan laju infiltrasi yang semakin cepat menurun. Penurunan laju

(5)

Gambaran curah hujan DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu diperoleh dengan memanfaatkan data curah hujan dari 5 stasiun pengamatan hujan yang berada di sekitar wilayah itu. Kelima stasiun pengamatan hujan tersebut yaitu stasiun pengamatan hujan Tawangmangu, Karangpandan, Kemuning, Ngargoyoso dan Jatiyoso. Data curah hujan yang diperoleh dari stasiun pengamatan hujan tersebut adalah data curah hujan harian selama delapan tahun. Untuk lebih jelas mengenai data curah hujan dapat dilihat pada lampiran 2. Data curah hujan tersebut dirangkum pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2. Rerata Curah Hujan, Jumlah Hari Hujan dan Intensitas Hujan Tahun 2000 – 2008

No Stasiun Curah Hujan

(mm / tahun)

Hari Hujan (Hari/tahun)

Intensitas Curah Hujan (mm/hari) 1. Tawangmangu 2.956,22 136,78 21,58 2. Karangpandan 1.745,00 94,78 18,37 3. Kemuning 2.830,67 126 22,47 4. Ngargoyoso 2.795,89 116,22 24,10 5. Jatiyoso 2.230,00 91,67 24,24

Sumber : Subdin SDA, Dinas Pekerjaan Umum Kab. Karanganyar dan Hasil Perhitungan Tahun 2013

Data curah hujan pada lampiran 2, digunakan dalam penentuan tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schdmit dan Ferguson. Penentuan iklim menurut Schmidt dan Ferguson menggunakan perbandingan rata-rata bulan kering dan bulan basah yang akan menunjukkan nilai Q (Quotient). Bulan basah dan bulan kering ditentukan berdasarkan besarnya curah hujan dalam satu bulan. Dalam penelitian ini penentuan bulan basah dan bulan kering

(6)

𝑄 =𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 (𝐵𝐾)

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ 𝐵𝐵 𝑥 100% Schdmit dan Ferguson dalam Kartasapoetra (1987:27)

Nilai Q akan menentukan tipe iklim berdasarkan curah hujan dengan kriteria seperti tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3. Kriteria Tipe Iklim Berdasarkan Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson.

Tipe CH Nilai Q (%) Sifat

A 0 < Q < 14, 3 Sangat basah B 14,3 < Q < 33,3 Basah C 33,3 < Q < 66,6 Agak basah D 66,6 < Q < 100 Sedang E 100 < Q < 167 Agak kering F 167 < Q < 300 Kering G 300 < Q < 700 Sangat kering H 700 < Q ~ Luar biasa kering ( Kartasapoetra. 1987:28)

Hasil perhitungan nilai “Q” menggunakan data curah hujan dari lima stasiun di sekitar DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4. Perhitungan Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu Tahun 2000-2008

No Stasiun Pengamatan BK BB Q (%) = (BK/ BB) x 100% Tipe CH 1. Tawangmangu 4 7,22 55 C 2. Karangpandan 4 6 67 D 3. Kemuning 4,22 7,33 58 C 4. Ngargoyoso 3,56 6,56 54 C 5. Jatiyoso 5,67 6 95 D Rerata 4,29 6,62 65 C

Sumber : Subdin SDA, Dinas Pekerjaan Umum Kab. Karanganyar dan Hasil Perhitungan Tahun 2013

(7)

Gambar 4.2. Tipe Iklim Berdasarkan Curah Hujan di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu tahun 2000 – 2008 Menurut Schmidt dan Ferguson.

3. Geologi

Batuan adalah salah satu unsur dari lahan. Batuan juga merupakan bahan induk pembentuk tanah. Kombinasi batuan dan unsur fisik lainnya seperti iklim, organisme dan topografi yang telah berproses dalam jangka waktu tertentu akan membentuk berbagai jenis tanah. Setelah tanah terbentuk, maka setiap jenis tanah akan memiliki kualitas yang berbeda terhadap peresapan air. Secara tidak langsung batuan mempengaruhi resapan air suatu lahan.

(8)

a. Endapan Lahar lawu (Qlla).

Formasi batuan ini terdiri dari batuan andesit, basalt, sedikit batuapung bercampur pasir. Darmawijaya (1990 : 50-51) menyebutkan bahwa :

Batuan andesit menghasilkan tanah yang kaya dan subur, karena batuannya banyak mengandung unsur basa dan mudah mengalami proses pelapukan, sehingga mudah membentuk tanah yang teksturnya halus. Begitu juga dengan batuan basalt yang juga mudah lapuk dan akhirnya akan membentuk tanah bertekstur halus dan kaya akan unsur Fe dan Mg.

Lahan yang memiliki tanah dengan tekstur halus memiliki kemampuan resapan yang baik. Secara geomorfologis formasi ini di berada di lereng tengah dan lembah DAS Samin hulu Kecamatan Tawangmangu. Secara administratif formasi ini berada di Kelurahan Tawangmangu, Desa Nglebak, Desa Karanglo dan Desa Bandardawung. Luas formasi batuan ini di wilayah DAS Samin hulu Kecamatan Tawangmangu adalah 765,65 ha.

b. Lava Condrodimuko (Qvcl).

Formasi batuan ini merupakan hasil batuan lava andesit yang mengalir dari Kawah Condrodimuko. Formasi ini terdiri dari jenis batuan andesit, sehingga tanah yang dihasilkan merupakan tanah yang kaya unsur hara dan memiliki tekstur halus. Tanah yang terbentuk dari batuan andesit memiliki kualitas resapan yang baik. Secara administratif formasi ini menempati wilayah Desa Gondosuli. Luasan formasi ini di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu adalah 270,72 ha. Salah satu wilayah yang termasuk dalam formasi Lava Condrodimuko ditampilkan pada gambar 4.3 berikut ini.

(9)

Gambar 4.3. Formasi Geologi Lava Condrodimuko pada Satuan Lahan (28) Qvcl-III-LA-Al-Tg di Desa Tieng Di Wilayah Adiminstrasi Desa Gondosuli, (Difoto pada 18 September 2012)

c. Breksi Jobolarangan (Qvjb).

Formasi batuan ini tersusun oleh breksi gunungapi yang merupakan piroklastika hasil semburan gunungapi dalam bentuk bongkah dan disisipi oleh lelehan lava andesit yang menghasilkan batuan andesit. Breksi gunungapi dan batuan andesit yang telah mengalami pelapukan akan menghasilkan tanah yang kaya unsur hara dan bertekstur halus. Tanah yang dihasilkan memiliki kualitas baik untuk resapan air. Secara geomorfologis formasi ini menempati lereng atas DAS Samin hulu di Kecamatan Tawangmangu. Luas formasi ini di dalam wilayah DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu adalah 55,05 ha.

d. Batuan Gunungapi Lawu (Qvl).

Formasi batuan tersusun oleh aliran lava Gunung Lawu Tua. Formasi batuan Gunungapi Lawu memiliki struktur alir. Jenis batuan pada formasi ini adalah batuan ansesit dan basalt. Secara geomorfologis, formasi

(10)

Kecamatan Tawangmangu dengan luas 2.273,17 ha. Berikut ini adalah kenampakan Gunung Lawu yang termasuk dalam formasi batuan Gunungapi Lawu :

Gambar 4.4. Formasi Geologi Batuan Gunungapi Lawu di Gunung Lawu (difoto pada 10 Oktober 2012)

e. Lava Sidoramping (Qvsl).

Formasi batuan ini memiliki struktur alir. Formasi Lava Sidoramping terbentuk oleh lava dari komplek Gunung Sidoramping, Gunung Puncakdalang, Gunung Kukusan dan Gunung Ngampiyungan. Diperkirakan formasi ini tersusun atas batuan andesit dan basalt. Hasil pelapukan batuan dari formasi ini menghasilkan tanah subur dan tektsur yang halus yang baik dalam peresapan air. Secara geomorfologis formasi ini menempati lereng atas dan lereng tengah di bagian selatan DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu. Secara administratif formasi Lava sidoramping menempati Desa Gondolusi, Kelurahan Blumbang, Kelurahan Kalisoro, Kelurahan Tawangmangu dan Desa Sepanjang. Formasi ini memiliki luas 1.593,73 ha dalam wilayah penelitian.

f. Batuan Andesit Trobosan (Tma).

Formasi ini tersusun terbentuk dari efusi magma yang menerobos dalam lapisan batuan sehingga keluar di kaki Gunung Lawu Tua. Formasi

(11)

Kecamatan Tawangmangu. Secara administratif formasi batuan Andesit Trobosan menempati wilayah Desa Bandardawung. Formasi ini memilki luas sebesar 80,01 ha.

g. Formasi Wonosari (Tmwl)

Formasi Wonosari merupakan formasi batuan yang tersusun atas batugamping terumbu dan kalkarenit yang bersisipan batugamping konglomeratan dan napal. Formasi ini tersusun oleh batuan sedimen organik yang terbentuk karena aktifitas organik yang mengendapkan kalsium dalam koral dan karang dilaut. Keberadaan formasi ini di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu adalah karena aktifitas pengangkatan. Batuan penyusun formasi Wonosari menghasilkan tanah yang miskin unsur hara dan seringkali dicirikan dengan kadar bahan halus rendah, berbatu-batu dan mudah kering (Darmawijaya, 1990:64). Tanah yang berbahan induk batu gamping adalah tanah dengan kemampuan peresapan yang kurang baik. Secara geomorfologis fomasi ini berada di lembah dan lereng tengah di bagian barat daya DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu. Secara administratif formasi ini menempati Desa Bandardawung dan Desa Karanglo. Luasan formasi ini pada DAS Samin hulu di Kecamatan Tawangmangu adalah 155,48 ha.

Lebih lanjut mengenai luasan dan prosentase formasi batuan penyusun DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu ditampilkan pada tabel 4.5 berikut ini:

(12)

Tabel 4.5. Prosentase Luasan Formasi Geologi DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu

No Kode Formasi Batuan Luasan (Ha) Prosentase

Luasan (%)

1 Qlla Endapan Lahar Lawu 765,65 14,74

2 Qvcl Lava Condrodimuko 270,02 5,20

3 Qvjb Breksi Jobolarangan 55,05 1,06

4 Qvl Batuan Gunungapi Lawu 2273,17 43,77

5 Qvsl Lava Sidoramping 1593,73 30,69

6 Tma Batuan Andesit Trobosan 80,01 1,54

7 Tmwl Formasi Wonosari 155,48 2,99

Jumlah 5193,81 100

Sumber : Peta Geologi Bersistem Indonesia Edisi Tahun 1997, Skala 1:100.000 Lembar Ponorogo 1508-1 dan Hasil Perhitungan Tahun 2012

Untuk lebih jelas mengenai persebaran formasi batuan di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu dapat dilihat pada peta 2 berikut ini :

(13)

45 Peta 2. Geologi DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2013

(14)

4. Geomorfologi

Permukaan bumi memiliki bentuk yang beraneka ragam, sehingga dalam mendiskripsikannya diperlukan ilmu geomorfologi agar dapat terungkap struktur, proses dan stadia suatu bentukan permukaan bumi. Noor (2012: 200) mengemukakan bahwa geomorfologi mempelajari bentuk bentuk bentangalam; bagaimana bentangalam itu terbentuk secara kontruksional yang diakibatkan oleh gaya endogen, dan bagaimana bentangalam tersebut dipengaruhi oleh pengaruh luar berupa gaya eksogen seperti pelapukan, erosi, denudasi, sedimentasi. Air, angin, dan gletser, sebagai agen yang merubah batuan atau tanah membentuk bentang alam yang bersifat destruksional, dan menghasilkan bentuk-bentuk alam darat tertentu (landform). Tenaga endogen dan eksogen menyebabkan terbentuknya bentuklahan yang memiliki struktur batuan, proses pembentukan dan kesan topografik tersendiri.

Secara umum wilayah DAS Samin hulu di Kecamatan Tawangmangu memiliki bentuklahan struktural. Hal tersebut dikarenakan oleh adanya tenaga endogen dari pergerakan lempeng. Bentuklahan struktural di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu memiliki diferensiasi, khususnya berhubungan dengan bagian lereng pada suatu gunung dan kemiringan lerengnya. Deskripsi geomorfologi di wilayah DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu akan dibedakan dalam deskripsi bentuklahan secara spesifik dan kemiringan lereng yaitu sebagai berikut:

a. Bentuklahan

Dalam penelitian ini bentuklahan dikhususkan dalam artian sebagai suatu bentuk permukaan bumi dalam cakupan wilayah yang sempit terkait dengan perbedaan bagian-bagian lereng pada wilayah gunung. Berdasarkan hasil interpretasi garis kontur pada Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1508-132 Poncol dan lembar 1508-131 Tawangmangu yang dibuat oleh BAKOSURTANAL, bentuklahan pada DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu dapat dibedakan menjadi lereng atas, lereng tengah dan

(15)

yaitu pergerakan lempeng Indoaustralia, lempeng Hindia, dan lempeng Pasifik yang menyebabkan lipatan di wilayah pulau Jawa bagian tengah yang dan membentuk deretan gunung memanjang dari bagian barat hingga di bagian timur. Bagian DAS Samin hulu di Kecamatan Tawangmangu yang berada di bagian timur, khususnya yang yang berada di timur laut memiliki struktur batuan terlemah. Kondisi itu menyebabkan pada wilayah itu terbentuk sebagai lereng atas. Lereng atas dicirikan dengan kesan topografik lereng curam sampai sangat curam. Wilayah administratif yang termasuk dalam bentuklahan lereng atas adalah Desa Gondosuli, Kelurahan Blumbang, Kelurahan Kalisoro dan sebagian kecil di Desa Tengklik dan Kelurahan Tawangmangu.

Lereng tengah di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu juga terbentuk dalam proses yang hampir sama dengan lereng atas. Pergerakan lempeng Indoaustralia bergerak ke arah utara, lempeng Hindia bergerak ke arah tenggara dan lempeng pasifik ke arah barat daya menyebabkan tekanan gerakan lempeng tersebut mengarah ke bagian tengah Pulau Jawa. Hal tersebut menyebabkan wilayah DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu dibagian utara dan selatan terbentuk sebagai lereng tengah dengan kesan topografik lereng bergelombang. Lereng tengah di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu merupakan punggung Gunung Lawu yang terpisah di dua bagian yaitu dibagian utara dan selatan. Wilayah administrasi yang termasuk dalam bentuklahan lereng tengah adalah Desa Tengklik, Kelurahan Tawangmangu, Desa Sepanjang, Desa Bandardawung, Desa Plumbon, Desa Karanglo, Desa Nglebak dan sebagian kecil di

(16)

Kelurahan Tawangmangu, Kelurahan Kalisoro dan kelurahan Blumbang Desa Gondosuli. Bentuklahan lembah dicirikan dengan kesan topografik lereng landai. Bentuklahan ini merupakan wilayah yang memiliki struktur batuan yang kuat sehingga menjadi daerah tengah lipatan. Bentuklahan lembah menjadi konsentrasi penggunaan lahan permukiman dan sawah.

Pada umumnya bentuklahan lereng atas, lereng tengah dan lembah ini merupakan kesatuan bentuklahan struktural stadia muda. Hal ini diketahui karena wilayah ini memiliki bentuk lembah sungai “V” dan aliran sungai yang deras yang membuktikan bahwa wilayah ini belum mengalami kerusakan lebih lanjut oleh tenaga eksogen air. Berikut adalah gambaran bentuklahan DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu:

Gambar 4.5. Bentuklahan di Wilayah DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu (Sumber : Citra Google Earth Tahun 2011)

(17)

Tabel 4.6. Prosentase Luasan Bentuklahan DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu

No Kode Bentuklahan Luas (Ha) Prosentase

Luas (%)

1 LA Lereng Atas 2007,955 16,86

2 LT Lereng Tengah 2310,195 44,48

3 Le Lembah 875,65 38,66

Jumlah 5193,8 100

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 1508-132 Poncol dan lembar 1508-131 Tawangmangu yang dibuat oleh BAKOSURTANAL, dan hasil perhitungan tahun 2012

Berdasarkan Tabel 4.6, DAS Samin hulu di kecamatan Tawangmangu didominasi oleh bentuklahan lereng tengah yang memiliki kesan topografi lereng bergelombang hingga curam. Kondisi tersebut mempengaruhi resapan air yang kurang baik. Bidang miring menyebabkan air hujan yang jatuh lebih banyak menjadi aliran permukaan daripada diresapkan tanah.

Untuk lebih jelas mengenai distribusi bentuklahan di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu dapat dilihat pada peta 3 berikut ini:

(18)

55 Peta 3. Bentuklahan DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2013

(19)

terbentuk karena pengaruh tenaga endogen dan eksogen. DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu merupakan daerah yang didominasi lereng curam dan lembah yang belum memiliki dataran banjir. Hal tersebut menunjukkan bahwa lereng tersebut terbentuk karena tenaga endogen yang bersifat konstruksional. Pergerakan lempeng samudera Hindia dan Pasifik serta lempeng benua Indoaustralia yang saling bertabrakan membentuk bentuklahan struktural di wilayah DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu.

Asdak (2007:155) menyebutkan bahwa bentuk topografi seperti kemiringan lereng, keadaan parit, dan bentuk cekungan permukaan tanah lainnya akan mempengaruhi laju dan volume air larian. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kemiringan lereng mempengaruhi laju dan volume air larian yang berarti juga berdampak pada kemampuan resapan suatu lahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

(20)

dimungkinkan akan memiliki volume air larian yang lebih besar dibandingkan lahan B dan infiltrasi dimungkinkan akan lebih besar pada lahan B dibandingkan lahan A. Hal tersebut menunjukkan bahwa lereng yang curam memiliki kemampuan resapan air yang kecil dibandingkan lereng landai atau datar.

Berikut ini adalah kelas lereng yang berada di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu yang didasarkan pada parameter kemiringan lereng dalam Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan RI No.P.32/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Daerah Aliran Sungai (2009:64):

1) Kelas I (Datar)

Kelas I atau kelas kemiringan lereng datar merupakan lahan yang memiliki lereng dengan kemiringan < 8% atau < 7,2°. Secara geomorfologis kemiringan lereng ini menempati bentuklahan lembah di bagian barat hingga bagian timur DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu. Secara administratif kelas kemiringan lereng datar menempati wilayah Desa Plumbon, Desa Karanglo, Desa Nglebak, Kelurahan Tawangmangu dan Kelurahan Kalisoro. Wilayah yang termasuk ke dalam kelas kemiringan ini memiliki luasan 916,30 ha. 2) Kelas II (Landai)

Kelas kemiringan lereng landai merupakan wilayah yang memiliki lereng dengan kemiringan antara 8% sampai 15% (7,2° sampai 13,5°). Kelas lereng ini berada bada bentuklahan lembah dan lereng tengah di bagian timur hingga bagian barat DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu. Secara administratif kelas kemiringan lereng landai menempati Desa Plumbon, Desa Tengklik, Desa Karanglo, Desa Nglebak, Desa Bandardawung, Kelurahan Blumbang dan Desa Gondosuli. Luas keseluruhan kelas kemiringan lereng ini adalah 1019,73 ha.

(21)

15% - 25% (13,5° - 22,5°). Kelas kemiringan lereng ini memiliki luas 1456,16 ha. Secara geomorfologis kelas kemiringan lereng ini berada pada bentuklahan lereng tengah dan lereng atas dibagian utara, timur dan selatan DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu. Kelas kemiringan lereng bergelombang menempati wilayah Desa Plumbon, Desa Tengklik, Kelurahan Blumbang, Desa Gondsuli, Desa Bandardawung dan Desa Sepanjang.

4) Kelas IV (Curam)

Kelas kemiringan lereng IV atau curam merupakan kelas kemiringan lereng dengan kemiringan lereng 25% - 40% (22,5° - 36°). Kelas kemiringan lereng ini memiliki luasan 1547,32 ha. Kelas kemiringan lereng curam mendominasi sebagian besar wilayah DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu. Secara geomorfologis kelas kemiringan lereng ini berada di bentuklahan lereng tengah dan lereng atas di bagian utara, timur dan selatan.

5) Kelas V (Sangat Curam)

Kelas kemiringan lereng sangat curam merupakan kelas kemiringan lereng yang memiliki kualitas resapan air kecil. Kelas kemiringan lereng ini memiliki kemiringan lereng >40% atau > 36°. Secara geomorfologis kelas kemiringan lereng ini berada pada bentuklahan lereng atas. Kelas kemiringan lereng ini memiliki luasan 254,29 ha.

(22)

Lebih lanjut luas dan prosentase kelas kemiringan lereng dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.7. Prosentase Luasan Kelas Kemiringan Lereng DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu

No Kelas Kemiringan

Lereng Deskripsi Luas (Ha)

Prosentase Luasan (%) 1. I (<8%) Datar 254,29 4,90 2. II (8% - 15%) Landai 1547,32 29,79 3. III (15% - 25%) Bergelombang 1456,16 28,04 4. IV (25% - 40%) Curam 1019,73 19,6 5. V (>40%) Sangat Curam 916,3 17,64 Jumlah 5193,81 100

Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan RI No.P.32/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Daerah Aliran Sungai (2009:64), Hasil Pengolahan dan Perhitungan ArcView Tahun 2012.

Untuk lebih jelas mengenai distribusi kemiringan lereng dapat dilihat pada peta 4. berikut ini:

(23)

60 Peta 4. Lereng DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2013

(24)

5. Tanah

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawijaya, 1990:9). Tanah merupakan bagian dari lahan yang memiliki pengaruh cukup besar bagi resapan air.

Setiap jenis tanah memiliki morfologi tanah yang berbeda dengan jenis tanah lainnya. Menurut Asdak (2007:239) tekstur dan struktur tanah akan mempengaruhi penyebaran pori-pori tanah yang pada gilirannya akan mempengaruhi laju infiltrasi, kemampuan tanah dalam menampung air dan pertumbuhan tanaman dan proses biologis serta hidrologis lainnya. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tekstur dan struktur mempengaruhi resapan air.

. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan fraksi lempung (clay), debu (silt) dan pasir (sand) (Darmawijaya, 1990:163). Struktur adalah didefiniskan sebagai susunan saling mengikat partikel-partikel tanah (Darmawjaya, 1990:168). Strukur tanah ditentukan oleh tesktur tanah, bahan organik, tipe mineral, serta kegiatan biologis, terutama kegiata biologis cacing dan jamur (Asdak, 2007:239). Berdasarkan pengertian tersebut, diketahui bahwa tektstur dan struktur tanah saling berkaitan, karena keduanya ditentukan oleh partikel tanah yang menyusunnya. Tekstur menunjukkan perbandingan golongan partikel, sedangkan struktur menunjukkan ikatan antara partikel-partikel yang berwujud agregat tanah.

Fraksi tanah memiliki ukuran yang berbeda-beda. Ukuran tersebut akan menentukan tekstur, struktur dan pori-pori tanah yang terbentuk. Berikut adalah ukuran fraksi tanah menurut USDA:

(25)

Pasir kasar 1,0 - 0,5

Pasir biasa 0,5 - 0,25

Pasir halus 0,25 - 0,10

Pasir sangat halus 0,10 - 0,005

Debu 0,005 – 0,002

Lempung < 0,002

Sumber : Darmawijaya, 1990:164

Berdasarkan tabel 4.8, ditunjukkan bahwa fraksi pasir memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan fraksi debu dan liat. Tanah yang memiliki tekstur yang didominasi oleh fraksi pasir dimungkinkan akan membentuk struktur remah dan memiliki pori-pori tanah yang lebih besar dan banyak. Hal ini berdampak laju infiltrasi yang lebih cepat, permeabilitas tanah yang besar dan kualitas resapan yang baik.

Berdasarkan pada Peta Tanah Tinjau Kabupaten Karanganyar skala 1:250.000 yang dibuat oleh Lembaga Penelitian Tanah, di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu terdapat 3 macam tanah yaitu Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol; Latosol coklat serta tanah Mediteran Coklat. Lebih jelas mengenai ketiga macam tanah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

a. Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol

Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol merupakan salah satu satuan tanah pada peta. Kondisi jenis tanah tersebut dilapangan memiliki batas yang kurang jelas dan tidak teratur sehingga dinamakan macam tanah Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol. Satuan tanah ini terdiri dari 2 jenis tanah yaitu Andosol dan Litosol. Masing-masing tanah tersebut memiliki ciri

(26)

Andosol juga memiliki beberapa sifat fisik yaitu: 1) daya pengikatan air yang sangat tinggi, 2) selalu jenuh air jika tertutup vegetasi, 3) sangat gembur tetapi memiliki derajat ketahanan struktur yang tinggi sehingga mudah diolah dan 4) permeabilitas sangat tinggi karena mengandung banyak makropori (Darmawijaya, 1990:330-331). Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa telah jenis tanah Ansosol merupakan tanah yang memiliki kemampuan meresapkan air yang baik.

Litosol adalah salah satu jenis tanah yang belum memiliki perbedaan horison karena masih muda perkembangannya karena pengaruh iklim yang lemah, letusan vulkan, atau topografi yang terlalu miring atau bergelombang (Darmawijaya, 1990:287). Ciri fisik yang paling mudah dikenali menurut Darmawijaya (1990:287) adalah bahan induknya dangkal (kurang dari 45 cm) atau tampak tanah sebagai batuan padat yang padu (consolidated) sehingga sifat dan ciri morfologinya menyerupai sifat dan ciri batuan induknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanah litosol kurang baik dalam meresapkan air, karena tanahnya yang padat hampir seperti batuan induknya. Kondisi itu mengindikasikan bahwa agregat struktur tanahnya kuat sehingga pori-pori tanahnya sangat sedikit dan kurang memungkinkan untuk melewatkan air dengan jumlah banyak dan cepat.

Hasil survei lapangan yang dilakukan di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu menunjukkan bahwa macam tanah Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol memiliki horison A dan B. Macam tanah ini juga memiliki tekstur tanah dan nilai permeabilitas tanah sebagai berikut:

(27)

Kode Laboratorium

Tekstur Permeabilitas

(cm/jam) Debu (%) Lemp (%) P. kasar (%) P. Halus (%)

23/Geo/SN 9,36 42,88 8,26 29,35 14,86 26/Geo/SN 23,00 6,63 10,56 59,81 6,37 34/Geo/SN 20,12 10,92 10,35 58,62 37,15 44/Geo/SN 19,88 6,82 9,53 63,77 0,21 87/Geo/SN 21,25 9,16 7,65 61,94 3,18 96/Geo/SN 30,41 31,97 4,51 33,11 63,68 97/Geo/SN 13,65 12,48 10,34 63,54 65,80

Sumber : Hasil Survei dan Uji Laboratorium Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.9, rerata nilai tekstur macam tanah Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol adalah debu 19,67 %, lempung 17,27%, pasir kasar 8,74% dan pasir halus 52,88 %. Menurut segitiga tekstur nilai tersebut menunjukkan tekstur sandy loam (geluh pasiran). Macam tanah ini juga memiliki nilai rata-rata permeabilitas 27,32 cm/jam (kelas permeabilitas sangat cepat). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa macam tanah ini memiliki kualitas resapan yang baik.

Gambar 4.7. Hosrison macam tanah Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol pada satuan lahan Qvsl-IV-LA-AL-Htn/95 (sebelah kiri) di Desa Kalisoro dan

(28)

Qvl-I-Le-tanah ini berada di semua bentuklahan di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu. Secara administratif macam tanah ini berada di Desa Gondosuli, Desa Tengklik, Kelurahan Blumbang, Kelurahan Kalisoro dan Kelurahan Tawangmangu. Luas keseluruhan satuan tanah ini di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu adalah 3604, 82 ha dan menempati 69,4 % wilayah penelitian.

b. Latosol Coklat

Latosol merupakan salah satu tanah yang termasuk ke dalam golongan tanah merah. Asal dari macam tanah Latosol Coklat menurut Darmawijaya (1990: 307) merupakan tanah yang umumnya berasal dari abu vulkanik basa pada daerah berbukit yang tinggi dengan vegetasi hutan basah. Darmawijaya (1990:297) juga menyebutkan bahwa:

latosol adalah tanah yang mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut, sehingga terjadi pelindian unsur basa, bahan organik dan silika, dengan meninggalkan sesiquioxid sebagai sisa berwarna merah. Ciri tanah latosol yang umum adalah tekstur lempung sampai geluh, struktur remah sampai gumpal lemah dan konsistensi gembur. Warna tanah sekitar merah tergantung susunan mineralogi, bahan induk, drainase, umur tanah dan keadaan iklim.

Menurut hasil survei lapangan macam tanah Latosol Coklat memiliki tiga horison. Macam tanah ini memiliki nilai tekstur tanah dan permeabilitas sebagai berikut :

Tabel 4.10. Nilai Tekstur dan Permeabilitas Macam Tanah Latosol Coklat di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu

Kode Laboratorium

Tekstur Permeabilitas

(cm/jam) Debu (%) Lemp (%) P. kasar (%) P. Halus (%)

10/Geo/SN 19,49 42,88 8,28 29,35 5,31

58/Geo/SN 27,68 19,30 7,42 45,60 59,53

92/Geo/SN 13,26 11,70 6,95 56,21 19,10

93/Geo/SN 25,15 31,97 4,51 33,11 28,66

Sumber : Hasil Survei dan Uji Laboratorium Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.10, rerata nilai tekstur macam tanah Latosol Coklat adalah debu 21,40 %, lempung 26,46%, pasir kasar 6,79% dan pasir halus 41,07 %. Menurut segitiga tekstur nilai tersebut menunjukkan tekstur

(29)

resapan baik.

Gambar 4.8. Hosrison macam tanah Latosol Coklat pada satuan lahan Qvsl-IV-LT-L-Sw (101) di Desa Sepanjang (Foto diambil 23 september 2012)

Secara geomorfologis sebaran tanah ini berada pada bentuklahan lereng tengah DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu. Secara administratif macam tanah Latosol Coklat berada di Desa Plumbon, Desa Sepanjang dan Desa Bandardawung. Luas keseluruhan tanah ini adalah 875,79 ha dan menempati 16,82 % dari wilayah DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu.

c. Mediteran Coklat

Jenis tanah Mediteran juga merupakan tanah yang termasuk golongan tanah merah. Proses dan ciri tanah Mediteran menurut Darmawijaya (1990:311) adalah :

(30)

Berdasarkan pernyataan tersebut dan dengan melihat pada Peta Macam Tanah serta Peta Geologi DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu dapat diketahui bahwa tanah Mediteran Coklat di daerah penelitian terbentuk dari batuan basaltik dan juga batu kapur. Hal ini karena persebaran macam tanah Mediteran Coklat berada pada formasi batuan Lahar Lawu dan formasi batuan Wonosari.

Menurut hasil survei lapangan macam tanah Mediteran Coklat memiliki dua horison. Macam tanah ini memiliki nilai tekstur tanah dan permeabilitas sebagai berikut :

Tabel 4.11. Nilai Tekstur dan Permeabilitas Macam Tanah Mediteran Coklat di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu Kode

Laboratorium

Tekstur Permeabilitas

(cm/jam) Debu (%) Lemp (%) P. kasar (%) P. Halus (%)

18/Geo/SN 12,09 23,59 13,51 50,82 9,55

80/Geo/SN 38,21 21,44 5,65 34,70 6,37

88/Geo/SN 22,42 15,59 7,44 54,55 93,39

Sumber : Hasil Survei dan Uji Laboratorium Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.11, rerata nilai tekstur macam tanah Mediteran Coklat adalah debu 24,24%, lempung 20,21%, pasir kasar 8,87% dan pasir halus 46,69%. Menurut segitiga tekstur nilai tersebut menunjukkan tekstur geluh lempung pasiran (sandy clay loam). Macam tanah ini memiliki nilai rata-rata permeabilitas 36,43 cm/jam. Kondisi ini menunjukkan bahwa macam tanah Mediteran Coklat memiliki kualitas resapan yang baik.

(31)

Gambar 4.9. Hosrison macam tanah Mediteran Coklat pada satuan lahan Tmwl-II-Le-M-Sw/114 di Desa Bandardawung (Foto diambil 23 september 2012)

Secara administratif sebaran macam tanah ini berada di Desa Karanglo, Nglebak, Bandardawung dan Sepanjang. Secara geomorfologis macam tanah Mediteran Coklat berada di bentuklahan lembah di bagian barat DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu. Luasan tanah Mediteran Coklat di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu adalah 713,2 Ha. Luasan ini menempati 17,3% dari keseluruhan wilayah.

Lebih lanjut mengenai luas dan prosentase macam tanah dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini :

Tabel 4.12. Prosentase Luasan Macam Tanah di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu

No Simbol Macam Tanah Luas

(Ha)

Prosentase Luasan (%)

1. AL Kompleks Andosol Coklat, Andosol

Coklat Kekuningan dan Litosol 3604, 82 69,40

2. L Latosol Coklat 875,79 16,82

(32)

65 Peta 5. Macam Tanah DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2013

(33)

Google Earth dan berdasarkan parameter penggunaan lahan untuk penilaian daerah resapan dalam lampiran Peraturan Menteri Kehutanan RI No.P.32/ Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Daerah Aliran Sungai (2009: 65), penggunaan lahan pada wilayah DAS Samin hulu di Kecamatan Tawangmangu digeneralisasikan menjadi lima jenis penggunaan lahan yaitu permukiman, sawah irigasi, semak belukar, tegalan(hortikultura) dan hutan.

Setiap jenis penggunaan lahan memiliki pengaruh terhadap kualitas tanah dalam suatu lahan dalam meresapkan air. Menurut Budiastuti (2006:141-142) infiltrasi kumulatif menurun dengan adanya perubahan tutupan lahan dari monokultur pohon menjadi agroforestri dengan penurunan maksimal hingga 8,89 cm, penurunan infiltrasi kumulatif yang cukup besar terjadi pada perubahan tutupan lahan berpohon menjadi tutupan lahan tanpa kehadiran pohon, hingga mencapai 33 cm. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dijelaskan dalam lampiran Peraturan Menteri Kehutanan RI No. P.32/ MENHUT-II/2009 Peraturan Menteri Kehutanan RI No.P.32/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Daerah Aliran Sungai (2009: 65) bahwa penggunaan lahan , khususnya tipe vegetasi penutup berpengaruh terhadap infiltrasi lewat tiga bentuk, yaitu : perakaran dan pori-pori memperbesar permeabilitas tanah, vegetasi menahan run-off dan vegetasi mengurangi jumlah air perkolasi melalui transpirasi.

Perakaran tumbuhan akan mempengaruhi pori-pori tanah. Gerakan akar akan menghancurkan bongkah tanah menjadi agregat tanah. Agregat yang telah menjadi butir sekunder ini menyebabkan pori-pori tanah menjadi lebih

(34)

pada tanah untuk diteruskan pada daun. Kondisi tersebut menyebabkan penguranagn air dalam proses perkolasi sehingga untuk mencapai tngkat kejenuhan air membutuhkan waktu yang lama. Hal itu berarti kapasitas infiltrasi juga akan terampaui dalam waktu yang lama.

Berdasarkan pernyataan tersebut, disimpulkan bahwa penggunaan lahan bervegetasi khususnya berakar kuat dan banyak serta bertajuk lebat memiliki keunggulan dalam kualitas resapan air. Untuk lebih jelas mengenai penggunaan lahan di daerah penelitian, dideskripsikan sebagai berikut:

a. Permukiman.

Permukiman merupakan lingkungan hunian atau tempat tinggal yang mendukung perikehidupan manusia. Permukiman merupakan penggunaan lahan yang menyebabkan lahan memiliki kemampuan yang kecil dalam meresapkan air. Hal tersebut karena permukiman terdiri dari berbagai bangunan sehingga tanah kurang atau bahkan tidak dapat meresapkan air.

DAS Samin Hulu di Kecamtan Tawangmangu memiliki daya tarik yaitu panorama alam yang indah dan lahan hasil vulkasime yang subur. Hal itu menyebabkan penduduk tertarik untuk tinggal dan beraktifitas diwilayah tersebut. Kondisi yang demikian akan menyebabkan permukiman berkembang di wilayah ini. Sebaran penggunaan lahan permukiman di DAS Samin hulu di Kecamatan Tawangmangu cenderung berada pada lahan-lahan yang relatif datar sampai bergelombang dengan kemiringan lereng antara 0-25%. Sebagian besar permukiman memiliki pola memanjang jalan, khsusnya jalan utama Tawangmangu-Magetan dan jalan Matesih-Tawangmangu. Luas permukiman keseluruhan di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu adalah 613, 3597 ha atau 11,81 % dari keselurhan wilayah.

b. Sawah Irigasi

(35)

pengolahan tanah dalam keadaan basah dimana pembajakan berulang kali dilakukan pada kedalaman yang sama. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa pada penggunaan lahan sawah memiliki kualitas resapan air yang buruk, karena kerusakan tekstur dan struktur tanah akibat pengolahan lahan dalam keadaan basah dan intensif.

Pada DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu seagian besar sawah yang ada adalah jenis sawah irigasi yang memiliki saluran pengairan. Secara geomorfologis sebaran sawah di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu adalah berada pada bentuklahan lembah dan lereng tengah dibagian barat DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu. Sebaran sawah khususnya berada pada topografi datar sampai bergelombang dengan kemiringan lereng 0-25%. Secara administratif, sebaran sawah berada di Desa Nglebak, Bandardawung, Sepanjang dan Desa Karanglo. Luas sawah irigasi di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu adalah 672,8143 ha atau 12, 9542% dari luas keseluruhan. c. Semak Belukar

Menurut Departemen Kehutanan (2008: 208) Semak belukar adalah kawasan bekas hutan lahan kering yang telah tumbuh kembali, didominasi vegetasi rendah dan tidak menampakkan lagi bekas alur bercak penebangan. Berdasarkan pernyataan tersebut dan kondisi di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu, penggunaan lahan semak belukar memiliki tutupan lahan berupa vegetasi rendah. Vegetasi tersebut memiliki tipe perakaran tunggang dan serabut serta tajuk yang agak lebat. Perakaran vegetasi itu akan menyebabkan terbentuknya pori-pori tanah yang lebih

(36)

besar, karena daun tanaman dalam jumlah yang banyak. Kondisi itu menyebabkan tanah memiliki waktu yang lama untuk sampai pada titik jenuhnya, sehingga kapasitas infiltrasi akan terlampaui dalam waktu yang lebih lama dan resapan air menjadi lebih banyak.

Secara administratif sebaran penggunaan lahan semak belukar di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu berada di Desa Sepanjang, Kelurahan Tawangmangu, Kelurahan Kalisoro, Kelurahan Blumbang, Desa Gondosuli, Desa Tengklik, Desa Plumbon dan Desa Bandardawung. Luas penggunaan lahan ini di wilayah penelitian adalah 1116,28 ha dan menempati 21,5 % luas penggunaan lahan keseluruhan.

d. Tegalan (hortikultura)

Tegalan merupakan suatu bentuk penggunaan lahan sebagai lahan pertanian kering yang bergantung pada pengairan air hujan atau pengairan bersistem. Tegalan yang ada di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu menghasilkan komoditi sayuran dan buah-buahan. Kondisi ini menyebabkan penggunaan lahan tegalan dalam wilayah ini digolongkan dalam jenis penggunaan lahan hortikultura. Tegalan merupakan penggunaan lahan dengan tutupan lahan berupa tanaman musiman yang memiliki perakaran yang serabut dan tajuk yang sedikit. Perakaran tanaman ini mampu menyebabkan pori-pori semakin besar, namun tajuk yang sedikit kurang mampu memberikan kontribusi untuk transpirasi. Transpirasi dalam jumlah yang sedikit menyebabkan tanah yang dapat diserap dari dalam tanah sedikit sehingga tanah jenuh air dalam waktu yang singkat. Kondisi ini menyebabkan resapan air yang kecil.

Secara geomorfologis sebaran penggunaan lahan tegalan berada pada bentuklahan lereng atas, lereng tengah dan lembah. Secara administratif penggunaan lahan ini berada di Desa Tengklik, Kelurahan Kalisoro, Kelurahan Blumbang, Desa Gondosuli dan Desa Sepanjang. Luas tegalan diwilayah DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu adalah 900, 4112 ha atau 17,3362% dari luas keseluruhan.

(37)

didalamnya merupakan kesatuan ekologis antara berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Hutan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi hutan lebat (alami) atau hutan produksi. Pada hutan lebat (alami) tumbuhan yang ada tumbuh secara alami, sedangkan pada hutan produksi tumbuhan yang ada memang diusahakan oleh manusia. Pada hutan produksi, tumbuhan yang ditanam seragam. Tanaman ini dan memiliki nilai jual sebagai bahan produksi suatu barang. Sebagian besar hutan pada DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu merupakan hutan yang memiliki vegetasi berupa tanaman pinus. Penggunaan lahan hutan merupakan penggunaan lahan yang memungkinkan suatu lahan untuk dapat meresapkan air dengan baik. Hal ini dikarenakan vegetasi yang tumbuh memiliki tajuk yang lebat dan perakaran yang kuat. Tajuk yang lebat memperbesar jumlah air yang terintersepsi dan tertranspirasi. Perakaran yang kuat menyebabkan pemecahan bongkah tanah menjadi agergat yang kecil dan menciptakan pori-pori tanah yang banyak.

Secara geomorfologis, penggunaan lahan hutan berada pada bentuklahan lereng atas dan lereng tengah dengan kemiringan lereng lebih dari 15%. Secara administratif penggunaan lahan ini berada di wilayah Desa Tengklik, Kelurahan Blumbang dan Desa Gondosuli. Penggunaan lahan hutan mendominasi penggunaan lahan di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu. Luasan penggunaan lahan ini adalah 1.890, 9387 ha atau 36, 4076% dari luas keseluruhan.

(38)

Lebih lanjut mengenai luas dan prosentase penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini :

Tabel 4.13. Prosentase Luasan Macam Tanah di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu No Simbol Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase Luasan (%) 1. Htn Hutan 1890,94 36,41 2. Sb Semak Belukar 1116,28 21,49 4. Tg Tegalan 900,41 17,34 5. Pmk Permukiman 613,36 11,81 3. Sw Sawah 672,81 12,95 Jumlah 5193,81 100

Sumber : Peta Tanah Tinjau Karanganyar dan Hasil Pengolahan dan Perhitungan ArcView Tahun 2013.

Untuk lebih jelas mengenai sebaran pengunaan lahan dapat dilihat pada peta 6 berikut ini:

(39)

74 Peta 6. Penggunaan Lahan DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2013

(40)

7. Kondisi Penduduk

Jumlah penduduk memiliki keterkaitan dengan kajian resapan air. Jumlah penduduk yang tinggi pada suatu wilayah akan memicu bertambahnya kebutuhan penduduk. Kebutuhan tersebut berupa makanan dan tempat tinggal. Dalam usaha pemenuhan kebutuhan itu manusia akan memanfaatan lahan sebagai lahan pertanian dan permukiman. Penggunaan lahan pertanian dan permukiman dapat menurunkan kualitas resapan lahan, terlebih jika pemanfaatan lahan oleh penduduk tidak memperhatikan kondisi fisiknya.

Berdasarkan data Koordinator Badan Pusat Statistik Kecamatan Tawangmangu Tahun 2012 jumlah penduduk Kecamatan Tawangmangu adalah 42979 jiwa dan luas wilayah kecamatan Tawangmangu adalah 6251,27 ha. DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu menempati sebagian besar wilayah Kecamatan Tawangmangu. Berdasarkan perhitungan pada software ArcView, luas wilayah DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu adalah 5187,19 ha atau menempati 82,98% wilayah Kecamatan Tawangmangu. Kondisi tersebut menyebabkan tidak seluruh luas wilayah desa dan kelurahan di Kecamatan Tawangmangu masuk dalam wilayah DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu.

Wilayah penelitian ini menempati 82,98% dari Kecamatan Tawangmangu. Hal ini berarti jumlah penduduk yang menempati wilayah DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu juga menggunakan perhitungan perbandingan sesuai luas wilayahnya. Berdasarkan hasil perbandingan, jumlah penduduk DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu adalah 35663 jiwa. Jumlah penduduk tersebut menempati wilayah DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu seluas 5187,19 ha, sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata kepadatan penduduk DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu adalah 6,13 jiwa per hektar. Untuk lebih jelas mengenai data penduduk dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini:

(41)

82

82

Tabel 4.14. Data Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu Tahun 2012

Desa dan Kelurahan Luas dalam Administrasi (Ha) Luas dalam DAS (Ha) Perbandingan Luas Jumlah Penduduk dalam Administrasi (Ha) Jumlah Penduduk dalam DAS (Ha) Kepadatan Penduduk Dalam DAS (jiwa/ha) Bandardawung 327,60 327,27 1,00 3671 3667 11,21 Gondosuli 1272,54 793,94 0,62 3176 1982 2,50 Karanglo 203,35 203,20 1,00 3335 3332 16,40 Nglebak 270,03 270,03 1,00 4739 4739 17,55 Plumbon 447,46 348,39 0,78 4455 3469 9,96 Sepanjang 563,42 562,98 1,00 3582 3579 6,36 Tengklik 1034,73 845,54 0,82 3716 3037 3,59 Blumbang 984,06 817,37 0,83 3698 3072 3,76 Kalisoro 497,30 393,85 0,79 3964 3139 7,97 Tawangmangu 650,79 624,62 0,96 8643 8295 13,28

Jumlah dan Rerata 6251,27 5187,19 0,83 42979 35663 6,13

(42)

8. Infrastruktur

Merujuk pada situs ensiklopedia www.Wikipedia.com, infrastruktur memiliki definisi sebagai kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem struktur untuk jaminan ekonomi sektor publik dan sektor privat sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa infrastruktur merujuk pada bangunan fisik yang mendukung kelancaran manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Bangunan fisik yang termasuk infrastruktur diantaranya adalah kantor pemerintahan, sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana perekonomian, sarana ibadah, sarana transportasi dsb. Jumlah infrastruktur pada suatu wilayah disesuaikan dengan jumlah penduduk dan perkembangan wilayah tersebut. Penambahan jumlah penduduk dan perkembangan suatu wilayah dicirikan dengan bertambahnya luasan penggunaan lahan permukiman. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan infrastrukur berasosiasi dengan permukiman.

Pembangunan infrastruktur pada suatu wilayah membawa dampak baik bagi pemenuhan kebutuhan dan kelancaran aktifitas manusia, namun disisi lain pembangunan infrastruktur menutup tanah pada suatu lahan. Kondisi ini memungkinkan kualitas resapan air menjadi lebih kecil atau bahkan tidak terjadi resapan air. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin berkembang suatu permukiman dan infrasrtukturnya, maka resapan air pada lahan tersebut menjadi semakin kecil.

DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu merupakan wilayah yang berkembang. Hal ini dikarenakan adanya daya tarik wisata dan lahan yang subur. Kondisi tersebut juga menyebabkan aktifitas penduduk semakin berkembang, khususnya dibidang pertanian, pariwisata dan trasnportasi. Perkembangan tersebut membutuhkan pembangunan infrasruktur untuk mendukung kelancaran aktifitas penduduk. Berdasarkan data koordinator BPS Kecamatan Tawangmangu Tahun 2012 infrastruktur yang ada di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu adalah sebagai berikut :

(43)

84

84

Tabel 4.15. Jenis dan Jumlah Infrastruktur di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu

Desa dan Kelurahan Infrastruktur Jumlah Kantor Pemerintah Kantor Polisi Kantor Pos Pasar Fasilitas Kesehatan Fasilitas Olahraga

Terminal Sekolah Tempat Ibadah Jalan Bandardawung 1 - - 1 2 3 - 3 12 JL, Jli, JS 22 Gondosuli 1 - - - 2 3 - 3 8 JK, JL, Jli, JS 17 Karanglo 1 - - - 1 3 - 2 18 JL, Jli, JS 25 Nglebak 1 - - - 3 3 - 4 12 JK, JL, Jli, JS 23 Plumbon 1 - - - 2 3 - 4 12 JK, JL, Jli, JS 22 Sepanjang 1 - - - 1 3 - 2 6 JL, Jli, JS 13 Tengklik 1 - - - 1 3 - 2 11 JL, Jli, JS 18 Blumbang 1 - - - 3 5 - 3 7 JK, JL, Jli, JS 19 Kalisoro 1 - - - 3 5 - 4 9 JK, JL, Jli, JS 22 Tawangmangu 2 1 1 1 9 13 1 9 16 JK, JL, Jli, JS 53 Jumlah 11 1 1 2 27 44 1 36 111 234

Keterangan : JK (Jalan Kolektor), JL (Jalan Lokal), JLi (Jalan Lingkungan), JS (Jalan Setapak)

Sumber : Koordinator BPS Kecamatan 2012 dan Hasil Interpretasi Peta Administrasi DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2013

(44)

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini merupakan hasil penilaian dan analisis pada satuan lahan yang berada di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu. Satuan lahan ini adalah hasil tumpangsusun dari berbagai karakteristik fisik DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu yaitu karakteristik batuan (Geologi), kemiringan lereng, bentuklahan, tanah dan penggunaan lahan aktual.

Berdasarkan interpretasi Peta Geologi Lembar Ponorogo 1508-1, skala 1 : 100.000 Tahun 1997 yang dikeluarkan oleh Puslitbang Geologi, Bandung, DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu tersusun atas beberapa formasi batuan. Formasi batuan tersebut diantaranya adalah formasi Endapan Lahar Lawu, formasi Lava Condrodimuko, formasi Breksi Jobolarangan, formasi Batuan Gunungapi Lawu, formasi Lava Sidoramping, formasi Batuan Andesit Trobosan dan formasi Wonosari. Untuk lebih jelas mengenai luas dan prosentase formasi batuan di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini:

Tabel 4.16. Formasi Batuan, Simbol dan Luasannya Di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu.

NO Nama Formasi Simbol Luas (Ha) Prosentase Luas 1. Endapan Lahar Lawu Qlla 765, 65 14,74 %

2. Lava Condrodimuko Qvcl 270,72 5,21 %

3. Breksi Jobolarangan Qvjb 55,05 1,06 %

4. Batuan Gunungapi Lawu Qvl 2273,17 43,77 %

5. Lava Sidoramping Qvsl 1593,73 30,68 %

6. Bauan Andesit Trobosan Tma 80,01 1,54 %

7. Formasi Wonosari Tmwl 155,49 2,99 %

Jumlah 5193,81 100 %

Sumber : Peta Geologi Lembar Ponorogo 1508-1, skala 1 : 100.000 Tahun 1997 (Puslitbang Geologi, Bandung ) dan hasil perhitungan Tahun 2013.

Karaktersitik fisik penyusun satuan lahan lainnya adalah kemiringan lereng. Informasi kemriringan lereng diperoleh dari hasil interpretasi dan pengolahan informasi garis kontur pada Peta RBI Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 tahun 2003 lembar 1508–132 Poncol, lembar 1508–131 Tawangmangu oleh BAKOSURTANAL. Informasi garis kontur diolah pada software ArcView sehingga menghasilkan informasi kemiringan lereng di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu. Kemiringan lereng pada kajian resapan air dikategorikan dalam 5 kelas kemiringan lereng. Berikut

(45)

3. 15 – 25 % III 1456,16 28,04 %

4. 25 – 40 % IV 1547,32 29,79 %

5. > 40 % V 254,29 4,90 %

Jumlah 5193,81 100 %

Sumber: Chow,1968 dalam Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan RI No.P.32/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Daerah Aliran Sungai (2009:64) dan hasil perhitungan tahun 2013

Karakteristik bentuklahan diperoleh dengan interpretasi informasi kerapatan garis kontur Peta RBI Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 tahun 2003 lembar 1508–132 Poncol, lembar 1508–131 Tawangmangu oleh BAKOSURTANAL. Setiap kerapatan kontur dapat menggambarkan informasi bentuk permukaan bumi khususnya bentukan yang menggambarkan diferensiasi bagian gunung di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu. Berikut adalah informasi bentuklahan di wilayah penelitian: Tabel 4.18. Bentuklahan, Simbol dan Luasannya Di DAS Samin Hulu Kecamatan

Tawangmangu.

NO Bentuklahan Simbol Luas (Ha) Prosentase Luas

1. Lembah Le 875,64 16,86 %

2. Lereng Atas LA 2310,20 44,48 %

3. Lereng Tengah LT 2007,97 38,66 %

Jumlah 5193,81 100 %

Sumber : Peta RBI Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 tahun 2003 lembar 1508–132 Poncol, lembar 1508–131 Tawangmangu oleh BAKOSURTANAL dan hasil perhitungan tahun 2013

Informasi tanah di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu diperoleh dari Peta Tanah Tinjau Kabupaten Karanganyar skala 1:25.000 yang dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Tanah. Berdasarkan peta tersebut DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu memiliki 3 macam tanah yaitu Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan Litosol; Latosol Coklat serta Mediteran Coklat. Lebih jelas mengenai luas dan prosentase luasan macam tanah dapat dilihat dalam tabel 4.19

(46)

Tabel 4.19. Macam Tanah, Simbol dan Luasannya Di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu.

NO Macam Tanah Simbol Luas (Ha) Prosentase Luas 1.

Kompleks Andosol Coklat, Andosol Coklat Kekuningan dan

Litosol

AL 3604,82 69,40 %

2. Latosol Coklat L 875,79 16,86 %

3. Mediteran Coklat M 713,20 13,73 %

Jumlah 5193,81 100 %

Sumber : Peta RBI Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 tahun 2003 lembar 1508–132 Poncol, lembar 1508–131 Tawangmangu oleh BAKOSURTANAL dan hasil perhitungan tahun 2013

Informasi penggunaan lahan diperoleh dari interpretasi Citra Ikonos Tahun 2011 cakupan wilayah DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu. Penggunaan lahan yang ada pada wilayah tersebut digeneralisasikan ke dalam 5 jenis penggunaan lahan yaitu hutan, semak/belukar, tegalan, sawah irigasi dan permukiman. Berikut adalah informasi luasan dan prosentase penggunaan lahan di DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu :

Tabel 4.20. Jenis Penggunaan Lahan, Simbol dan Luasannya Di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu.

NO Macam Tanah Simbol Luas (Ha) Prosentase Luas

1. Hutan Htn 672,81 12,95 % 2. Semak/ belukar Sb 613,36 11,81 % 3. Tegalan Tg 900,41 17,34 % 4. Sawah Irigasi Sw 1890,94 36,41 % 5. Permukiman Pmk 1116,28 21,50 % Jumlah 5193,81 100,00 %

Sumber : Citra Ikonos Tahun 2011 dan hasil perhitungan tahun 2013

Data mengenai karakteristik fisik yang telah diuraikan tersebut, divisualiasikan dalam bentuk peta. Peta itu selanjutnya ditumpangsusunkan untuk dapat menghasilkan peta satuan lahan DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu. Jumlah keseluruhan satuan lahan di wilayah DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu adalah 119 satuan lahan. Data satuan lahan tersebut tercantum dalam lampiran 3. Untuk lebih jelas mengenai satuan lahan DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2013, dapat dilihat pada peta 7 berikut ini:

(47)

85 Peta 7. Satuan Lahan DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu Tahun 2013

(48)

Satuan lahan yang ada di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu digunakan sebagai dasar penilaian dan analisis mengenai data-data yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Lebih jelas mengenai penilaian dan analisis hasil dideskripsikan sebagai berikut :

1. Kondisi Resapan Potensial

Kondisi kondisi resapan potensial memiliki peran penting dalam kajian resapan air. Kondisi kondisi resapan potensialmerupakan gambaran potensi resapan pada suatu lahan. Kondisi daerah potensial dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan DAS. Dalam usaha pengelolaan itu penggunaan lahan harus disesuaikan dengan potensinya, sehingga akan terjadi keseimbangan antara kualitas aktual dengan potensi. Hal tersebut pada akhirnya akan memberikan pengaruh baik terhadap kondisi keseluruhan DAS.

Karakertistik fisik lahan di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu yaitu kemiringan lereng, permeabilitas tanah dan curah hujan (hujan infiltrasi) berpengaruh terhadap kondisi alami suatu lahan tersebut dalam meresapkan air. Variasi dan kombinasi karakteristik fisik itu di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu akan menyebabkan setiap lahan memiliki potensi resapan air yang berbeda-beda.

Untuk mengetahui kondisi kondisi resapan potensialdi DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu digunakan metode skoring yang didasarkan pada lampiran Peraturan Menteri Kehutanan RI No.P.32/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Daerah Aliran Sungai (2009:67). Setiap variasi karakteristik fisik pada satuan lahan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap potensi resapan air suatu lahan, sehingga setiap variasi karakteristik fisik memiliki bobot yang berbeda.

Karakteristik curah hujan (hujan infiltrasi) diperoleh dengan menggunakan dasar data rerata curah hujan dari tahun 2000- 2008 pada lima stasiun pengamatan hujan di sekitar DAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu yaitu stasiun Tawangmngau, Jatiyoso, Karangpandan, Ngargoyoso dan Kemuning. Data rerata curah hujan tersebut kemudian diolah menjadi nilai curah hujan (hujan infiltrasi) dengan formula :

(49)

diinterpretasi dan menghasilkan nilai curah hujan setiap satuan lahan. Nilai curah hujan tersebut dapat dilihat pada lampiran 5.

Karakteristik fisik kemiringan lereng diperoleh dengan berdasarkan data satuan lahan yang ada pada lampiran 2. Nilai permeabilitas tanah diperoleh dengan berdasarkan hasil uji laboratorium. Hasil uji laboratorium tersebut dapat dilihat pada lampiran 6. Penentuan nilai permeabilitas setiap satuan lahan berdasarkan kelompok sampel uji laboratorium. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8.

Ketiga skor karakteristik fisik tersebut selanjutnya dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total yang menunjukkan kondisi potensial resapan lahan. Berdasarkan hasil skoring yang tercantum dalam lampiran 9, di DAS Samin Hulu kecamatan Tawangmangu terdapat empat jenis kondisi resapan potensial. Kondisi potensial tersebut yaitu kondisi potensi resapan kecil, sedang, besar dan sangat besar. Lebih lanjut mengenai luasan masing-masing kondisi resapan potensial dapat dilihat pada tabel 4.21 berikut ini:

Tabel 4.21.Prosentase Luas Kondisi resapan potensialDAS Samin Hulu di Kecamatan Tawangmangu

No Kondisi Resapan Potensial Luas (Ha) Prosentase

Luas (%) 1 Kecil 158,31 3,05 2 Sedang 3892,27 74,94 3 Besar 1079,49 20,78 4 Sangat Besar 63,74 1,23 Jumlah 5193,80 100

Sumber : Analisis dan perhitungan data spasial Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.21, kondisi kondisi resapan potensial sedang merupakan kondisi kondisi resapan potensial yang memiliki luasan terbesar di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu yaitu 3892,27 ha atau 74,94 % dari luas keseluruhan. Luasan terkecil adalah kondisi resapan potensial sangat besar yang

(50)

a. Kondisi Resapan Potensial Sangat Besar

Kondisi resapan potensial sangat besar menunjukkan wilayah yang karakteristik fisik lahannya sangat mendukung resapan air dalam jumlah besar. Menurut Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Nasional menyebutkan bahwa, “kawasan resapan air adalah kawasan bercurah hujan yang tinggi, berstruktur tanah yang mudah meresapkan air dan mempunyai geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran”. Berdasarkan pernyataan tersebut dan hasil skoring, wilayah ini dapat dikatakan sebagai kawasan resapan. Wilayah ini berpotensi meresapkan air dalam jumlah besar sehingga mampu menyediakan air tanah dalam jumlah banyak.

Hasil penskoran yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kondisi resapan potensial besar memiliki nilai 15. Kondisi resapan potensial sangat besar memiliki luas 63,74 ha atau 1,23 % dari luas keseluruhan. Secara administratif kondisi resapan potensial sangat besar berada di Desa Karanglo, Sepanjang dan Bandardawung. Secara geomorfologis kondisi resapan potensial ini berada pada bentuklahan lembah dan lereng tengah.

Terdapat 2 satuan lahan yang termasuk dalam kondisi resapan potensial sangat besar. Kedua satuan lahan tersebut memiliki karakteristik fisik yang sama untuk mendukung potensi resapan yang sangat besar. Berikut ini adalah tabel hasil skoring karakteristik fisik pada satuan lahan yang termasuk kondisi resapan potensial sangat besar :

Tabel 4.22. Skoring pada Kondisi Resapan Potensial Sangat Besar di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu Tahun 2013.

ID Satuan Lahan Parameter Skor Total Kemiringan Lereng (%) Skor CH (mm/th) Skor Permeabilitas (cm/jam) Skor 2 Qlla-I-LT-L-Sw 6 5 2245 5 28,66 5 15 105 Tma-I-Le-M-Tg 3 5 1870 5 93,39 5 15

Sumber: Hasil Analisis Skoring 3 Parameter Daerah Potensi Resapan Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.22, diketahui bahwa kondisi resapan potensial sangat besar terbentuk oleh karakteristik fisik berupa kemiringan lereng datar (<8%), intensitas curah hujan yang rendah (< 2500 mm/tahun) dan permeabilitas tanah

(51)

Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Daerah Aliran Sungai (2009:64) kelas kemiringan datar memiliki skor 5. Skor tersebut menunjukkan bahwa kemiringan lereng datar berpotensi baik terhadap resapan air.

Lahan yang termasuk dalam kondisi resapan potensial sangat besar juga memiliki permeabilitas tanah dalam kelas I (cepat). Kelas ini menunjukkan bahwa besarnya nilai permeabilitasnya adalah > 12,7 cm/jam. Hal tersebut menjadikan skor 5 pada karakteristik fisik ini. Skor tersebut berarti permeabilitas tanah dalam kelas cepat mendukung potensi resapan yang baik.

Selain kemiringan lereng datar dan permeabilitas dalam kelaas cepat, satuan lahan yang termasuk dalam kondisi resapan potensial sangat besar juga memiliki intensitas curah hujan yang rendah (<2500 mm/tahun). Intensitas curah hujan tersebut memiliki skor 5. Kondisi ini menunjukkan bahwa karakteristik intensitas curah hujan rendah dalam suatu lahan mendukung potensi resapan yang sangat besar.

Intensitas curah hujan yang rendah menunjukkan lahan ini tidak terlalu sering mengalami hujan. Kondisi itu memungkinkan air hujan yang jatuh dipermukaan tanah tidak melampaui kapasitas infiltrasi tanah sehingga resapan air menjadi lebih besar. Peresapan tersebut juga didukung dengan derajat permeabilitas tanah yang cepat dan kemiringan lereng yang datar. Permeabilitas tersebut menunjukkan penglulusan air ke dalam tanah berangsung dalam waktu yang cepat sehingga memungkinkan air dipermukaan tanah terus diserap ke dalam tanah. Kemiringan lereng juga berpengaruh dalam memperkecil laju aliran permukaan. Laju aliran yang lambat memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi tanah untuk meresapkan air. Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui

(52)

Gambar 4.10. Kelas Kemiringan Lereng I (datar) pada Kondisi Resapan Potensial Sangat Besar pada Satuan Lahan (2) Qlla-I-LT-L-Sw di Desa Karanglo (Foto diambil 23 September 2012)

Gambar 4.11. Profil Macam Tanah Latosol Coklat dengan Permeabilitas Kelas I (Cepat) pada Kondisi Resapan Potensial Sangat Besar pada Satuan Lahan (2) Qlla-I-LT-L-Sw di Desa Karanglo (Foto diambil 23

September 2012) b. Kondisi Resapan Potensial Besar

Kondisi resapan potensial besar merupakan wilayah yang karakteristik fisik lahannya mendukung peresapan air yang baik. Wilayah yang termasuk dalam kondisi resapan potensial besar juga termasuk sebagai kawasan resapan. Hal ini dikarenakan kondisi resapan tersebut memiliki karakteristik fisik yang mendukung peresapan air dalam jumlah besar.

(53)

resapan potensial besar berada hampir disemua desa dan kelurahan. Desa Tengklik merupakan wilayah administrasi yang tidak terdapat kondisi resapan potensial besar. Berikut ini adalah tabel hasil skoring karakteristik fisik pada satuan lahan yang termasuk kondisi resapan potensial besar:

(54)

Tabel 4.23. Skoring pada Daerah Potensi Resapan Sangat Besar di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu Tahun 2013.

ID Satuan Lahan Parameter Skor Total Kemiringan Lereng (%) Skor CH (mm/th) Skor Permeabilitas (cm/jam) Skor 109 Tmwl-I-LT-L-Pmk 6 5 2033 5 5,31 3 13 110 Tmwl-I-Le-L-Pmk 4 5 2158 5 5,31 3 13 3 Qlla-I-LT-M-Pmk 6 5 1908 5 9,55 4 14 104 Tma-I-LT-M-Sw 4 5 1870 5 6,37 4 14 111 Tmwl-I-Le-M-Pmk 7 5 1995 5 6,37 4 14 10 Qlla-II-LT-L-Sw 13 4 2033 5 5,31 3 12 106 Tma-II-Le-L-Pmk 9 4 1783 5 5,31 3 12 12 Qlla-II-Le-M-Pmk 12 4 2048 5 6,37 4 13 112 Tmwl-II-LT-M-Pmk 14 4 2033 5 6,37 4 13 113 Tmwl-II-LT-M-Sw 10 4 1783 5 6,37 4 13 9 Qlla-II-LT-L-Htn 11 4 1783 5 59,43 5 14 114 Tmwl-II-Le-M-Sw 12 4 2033 5 93,39 5 14 19 Qlla-III-LT-M-Sw 18 3 2283 5 9,55 4 12 16 Qlla-III-LT-L-Pmk 16 3 2283 5 28,66 5 13 107 Tma-III-LT-L-Htn 24 3 1783 5 28,66 5 13 115 Tmwl-III-LT-L-Htn 21 3 1783 5 28,66 5 13 116 Tmwl-IV-LT-L-Sb 29 2 2033 5 28,66 5 12 117 Tmwl-IV-LT-L-Sw 31 2 2033 5 28,66 5 12 6 Qlla-I-Le-M-Htn 6 5 3158 4 9,55 4 13 7 Qlla-I-Le-M-Pmk 7 5 3283 4 9,55 4 13 80 Qvsl-I-LT-M-Pmk 7 5 3158 4 6,37 4 13 81 Qvsl-I-LT-M-Sw 5 5 3033 4 6,37 4 13 8 Qlla-I-Le-M-Sw 2 5 3033 4 93,39 5 14 40 Qvl-I-Le-L-Pmk 7 5 2783 4 28,66 5 14 41 Qvl-I-Le-L-Sw 5 5 2783 4 28,66 5 14 11 Qlla-II-LT-M-Sw 9 4 2533 4 6,37 4 12 13 Qlla-II-Le-M-Sw 10 4 2533 4 9,55 4 12 88 Qvsl-II-Le-M-Tg 13 4 3283 4 93,39 5 13 62 Qvl-III-Le-L-Htn 19 3 3033 4 28,66 5 12 92 Qvsl-III-LT-L-Htn 21 3 2908 4 19,1 5 12 93 Qvsl-III-LT-L-Pmk 19 3 2783 4 19,1 5 12 94 Qvsl-III-LT-L-Sb 21 3 3033 4 19,1 5 12 24 Qlla-IV-LT-AL-Sb 12 4 4033 3 65,8 5 12 35 Qvjb-II-LA-AL-Htn 13 4 3783 3 14,86 5 12 49 Qvl-II-Le-AL-Tg 9 4 3783 3 37,15 5 12 82 Qvsl-II-LA-AL-Sb 12 4 3908 3 37,15 5 12 83 Qvsl-II-LA-AL-Tg 11 4 3908 3 63,68 5 12 77 Qvsl-I-LA-AL-Htn 7 5 4033 3 14,86 5 13

Sumber: Hasil Analisis Skoring 3 Parameter Daerah Potensi Resapan Tahun 2013

Berdasarkan tabel 4.23, diketahui bahwa 38 satuan lahan termasuk dalam kondisi resapan potensial besar. Berdasarkan karakteristik fisiknya satuan lahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 15 kelompok. Untuk lebih jelas

Gambar

Tabel 4.5. Prosentase Luasan Formasi Geologi DAS Samin Hulu di Kecamatan  Tawangmangu
Tabel 4.6. Prosentase Luasan Bentuklahan DAS Samin Hulu di Kecamatan  Tawangmangu
Gambar 4.8. Hosrison macam tanah Latosol Coklat pada satuan lahan Qvsl- Qvsl-IV-LT-L-Sw (101) di Desa Sepanjang (Foto diambil 23  september 2012)
Tabel 4.11. Nilai Tekstur dan Permeabilitas Macam Tanah Mediteran  Coklat di DAS Samin Hulu Kecamatan Tawangmangu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisa data, menunjukkan bahwa mayoritaspetugas kesehatan Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar mengalami stres berat sebanyak 50.9%, beban berat sebanyak 65.5%,

Hubungan antara Tingkat Kemampuan Perawatan Diri Lansia dengan Perubahan Konsep Diri Lansia di UPT Pelayanan Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan:

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa variabel produk halal berpengaruh sebesar 18,3% (0,183) terhadap keputusan pembelian, produk

Pengguna minyak tanah saat ini masih sangat banyak karena persentase masyarakat ekonomi kelas menengah kebawah lebih banyak daripada masyarakat ekonomi kelas atas.

It is imperative for gender equality advocates within governments, donor organisations and civil society groups to push for women’s right to participate and to be heard in

Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembinaan karakter yang diberikan pada mahasiswa di Ma’had Al-Jami’ah UIN Ar-Raniry Banda Aceh,

Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani &amp; Lukviarman (2009), menjelaskan bahwa perusahaan besar maupun kecil memiliki peluang untuk mengalami kebangkrutan

Sebagai tambahan, sejalan dengan perkembangan zaman, desain grafis juga diterapkan dalam media elektronik yang sering kali disebut sebagai &#34;desain interaktif&#34;