• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Sifat-sifat Fisik Tanah pada Berbagai Penggunaan Lahan

4.2.3. Distribusi Ukuran Pori

Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori mikro dan pori makro. Pori- pori mikro lebih sering dikenal sebagai pori pemegang air dan pori-pori makro merupakan pori drainase. Distribusi pori drainase tanah pada berbagai lahan disajikan pada tabel-tabel berikut.

Tabel 4. Distribusi Ukuran Pori Berbagai Penggunaan Lahan pada Kedalaman 0-20 cm

Lahan PT PDSC PDC PDL PAT PPA

% v/v

Pertanian Intensif 60.09b 14.50ab 12.86a 3.45a 9.42ab 19.86b Pertanian Konservasi 64.50b 21.87a 19.15a 1.84a 8.55b 13.10b Semak 61.18b 14.44b 2.22b 0.75a 17.55a 26.23a Hutan Sekunder 71.41a 22.66a 1.01b 1.31a 14.91ab 31.51a

Tabel 5. Distribusi Ukuran Pori Berbagai Penggunaan Lahan pada Kedalaman 20-40 cm

Lahan PT PDSC PDC PDL PAT PPA

% v/v

Pertanian Intensif 53.86c 8.27b 9.21ab 1.36a 6.47a 28.54a Pertanian Konservasi 63.58b 19.94a 13.20a 6.13a 6.63a 17.68b Semak 61.80b 15.05a 3.73bc 4.06a 10.04a 28.92ab Hutan Sekunder 67.23a 18.47a 2.14c 2.93a 12.01a 31.67a

Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata (P<0.05) atau berbeda sangat nyata (P<0.01), sebaliknya huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05) menurut uji beda nilai tengah. PT = porositas total; PDSC = pori drainase sangat cepat; PDC = pori drainase cepat; PDL = pori drainase lambat; PAT = pori air tersedia; PPA= pori pemegang air.

Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa PDSC pada hutan sekunder dengan kedalaman tanah 0-20 cm berbeda tidak nyata dengan lahan pertanian konservasi, sedangkan nilai PDSC pada lahan pertanian intensif tidak berbeda nyata dengan lahan semak. Hal ini dikarenakan bahan organik tanah yang dimiliki keempat lahan (Tabel 3), di mana bahan organik pada hutan sekunder tidak jauh berbeda

dengan pertanian konservasi, sedangkan kandungan bahan organik pada pertanian intensif tidak jauh berbeda dengan bahan organik yang dimiliki lahan semak. PDC kedalaman 0-20 cm pada hutan sekunder tidak berbeda nyata dengan lahan semak, sedangkan lahan pertanian intensif nilai PDC-nya tidak berbeda nyata dengan pertanian konservasi. Nilai PDL dan PAT (yang mempunyai ukuran pori relatif kecil) pada kedalaman tanah 0-20 cm menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata hampir pada semua lahan, hal ini dikarenakan pori-pori dengan ukuran yang kecil tidak begitu dipengaruhi oleh penggunaan lahan yang berada pada jenis tanah yang sama. Walaupun tidak berbeda nyata, namun tetap terdapat perbedaan nilai di antara lahan-lahan tersebut.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar PDSC dan PDC pada tanah kedalaman 0-20 cm lebih besar daripada nilai-nilai yang ada pada tanah dengan kedalaman 20-40 cm. Besarnya nilai ini disebabkan oleh faktor bahan organik dan perakaran dari vegetasi yang tumbuh di lahan tersebut, sebagian besar akar berkembang di lapisan atas, bahan organik yang dihasilkan oleh tanaman akan menjadi makanan bagi organisme tanah, sehingga pori-pori dalam ukuran besar banyak terbentuk pada lapisan atas akibat dari aktivitas perakaran tanaman dan organisme tanah. Nilai PDSC dan PDC yang besar ini menyebabkan nilai dari porositas total menjadi besar.

PDL pada kedua kedalaman relatif kecil dan tidak jauh berbeda antar kedua kedalaman, namun nilainya relatif lebih besar pada kedalaman 20-40 cm. Hal ini dikarenakan efek dari perakaran tidak begitu berdampak pada lapisan bawah, sehingga pori-pori berukuran besar tidak banyak berada pada lapisan ini, sehingga pori-pori yang banyak terdapat pada lapisan ini adalah pori-pori yang berukuran 9-30 µm atau disebut Pori Drainase Lambat.

Tabel-tabel di atas menunjukan bahwa nilai Pori Air Tersedia (PAT) pada kedalaman 0-20 cm lebih tinggi daripada PAT pada kedalaman 20-40 cm. Hal ini juga dipengaruhi oleh vegetasi yang tumbuh di atas lahan, perakaran dari vegetasi ini menyebabkan bertambahnya bahan organik yang ada pada lapisan atas, sehingga menyebabkan tanah lapisan atas mempunyai kemampuan dalam menahan air yang lebih besar dibandingkan dengan tanah lapisan bawah yang tidak banyak mendapatkan suplai bahan organik. Semakin banyak bahan organik

di dalam tanah maka akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang, akibat dari meningkatnya pori yang berukuran menengah (meso) dan menurunnya pori makro, sehingga daya menahan air meningkat, dan berdampak pada peningkatan ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman (Scholes et al., 1994).

Tabel 6. Distribusi Ukuran Pori Rataan pada Berbagai Penggunaan Lahan

Lahan PT PDSC PDC PDL PAT PPA

% v/v

Pertanian Intensif 56.98c 11.38b 11.04a 2.40a 7.95a 24.20b Pertanian Konservasi 64.04b 20.91a 16.18a 3.98a 7.59a 15.39b

Semak 61.49b 14.75b 2.97b 2.40a 13.79a 27.57a

Hutan 69.32a 20.57a 1.57b 2.12a 13.46a 31.59a

Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata (P<0.05) atau berbeda sangat nyata (P<0.01), sebaliknya huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05) menurut uji beda nilai tengah. PT = porositas total; PDSC = pori drainase sangat cepat; PDC = pori drainase cepat; PDL = pori drainase lambat; PAT = pori air tersedia; PPA= pori pemegang air.

Porositas total adalah jumlah keseluruhan pori dalam tanah baik yang diisi oleh udara maupun air. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa porositas total rataan tertinggi dimiliki oleh lahan hutan sekunder, dan nilai ini berbeda nyata dengan nilai porositas total pada lahan-lahan yang lain. Sedangkan porositas total rataan terkecil dimiliki oleh lahan pertanian intensif, dan nilai ini juga berbeda nyata dengan lahan-lahan yang lain. Adapun lahan pertanian konservasi dan semak berbeda tidak nyata. Hal ini menjelaskan betapa besar efek dari pengolahan tanah terhadap porositas tanah. Pengolahan tanah akan memecah pori-pori tanah yang berukuran besar menjadi pori-pori yang berukuran lebih kecil, sehingga akan menurunkan porositas tanah atau dalam isitilah lain akan mengurangi jumlah pori- pori yang ada di dalam tanah, semakin sering tanah diolah maka porositas tanah akan menurun akibat dari pecahnya pori-pori berukuran besar menjadi pori-pori yang berukuran lebih kecil dan digantikannya pori yang berisi udara dan air oleh partikel-partikel tanah.

Analisis data menunjukkan urutan nilai PDSC rataan dari tinggi ke rendah adalah hutan sekunder, pertanian konservasi, semak, dan pertanian intensif. Hal ini menunjukkan bahwa pori-pori yang berukuran >300 µ m lebih mendominasi lahan hutan sekunder, dilanjutkan dengan pertanian konservasi, semak, dan terakhir adalah pertanian intensif. Nilai PDSC pada pertanian konservasi tidak

berbeda nyata dengan hutan sekunder, bahan organik yang tinggi dan pengolahan yang relatif jarang dilakukan pada kedua lahan menjadikan nilai PDSC keduanya tinggi dan tidak berbeda nyata. Sedangkan pada lahan pertanian intensif dan semak, bahan organik yang rendah dan pengolahan tanah menyebabkan PDSC pada kedua lahan rendah dan tidak berbeda nyata antar kedua lahan.

Pori Drainase Lambat (PDL) yaitu pori-pori pada tanah yang berdiameter 9 - 30 µm di mana air mengalir dalam pori-pori ini secara lambat, dan Pori Air Tersedia (PAT) adalah pori di mana air disimpan dan keberadaannya tersedia untuk tanaman. PDL dan PAT pada semua lahan berbeda tidak nyata, seperti penjelasan sebelumnya bahwa pori yang berukuran relatif kecil tidak begitu terpengaruh oleh pengolahan tanah.

Pori Pemegang Air (PPA) adalah di mana air dalam pori tanah tidak dapat diserap oleh akar tanaman. PPA pertanian intensif tidak berbeda nyata dengan pertanian konservasi, nilai keduanya lebih kecil daripada hutan sekunder dan semak yang mana PPA hutan sekunder berbeda tidak nyata dengan semak. Perbedaan nilai ini mengindikasikan bahwa lahan dengan vegetasi penutup tanah yang lebih banyak (hutan sekunder dan semak) mempunyai PPA yang lebih tinggi daripada lahan dengan vegetasi penutup yang lebih sedikit (pertanian intensif dan pertanian konservasi). Sehingga tanah pada lahan semak dan hutan sekunder lebih tahan terhadap kekeringan dibandingkan dengan pertanian intensif dan konservasi. Perakaran dari vegetasi-vegetasi menciptakan pori besar dalam jumlah banyak, namun akibat dari pertumbuhan akar yang semakin besar, tanah disekitar akar menjadi padat karena tertekan, sehingga pori-pori berukuran sangat kecil juga banyak tercipta di dalam tanah. Hal ini mengakibatkan PPA pada lahan bervegetasi banyak lebih besar daripada lahan yang bervegetasi sedikit.

Dokumen terkait