• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Sifat-sifat Fisik Tanah pada Berbagai Penggunaan Lahan

4.2.4. Kurva pF

a. Lahan Pertanian Intensif

Kurva pF menunjukkan rata-rata kadar air yang terkandung dalam tanah dalam beberapa hisapan matriks pada lahan pertanian intensif (Gambar 5). Secara keseluruhan kadar air pada kedalaman tanah 0-20 cm yang ditunjukkan gambar di atas nilainya lebih besar daripada kadar air pada lapisan 20-40 cm (Tabel Lampiran 2 & 3). Perbedaan kadar air antara lapisan atas dan bawah lebih jelas terlihat pada pF 1 dan pF 2, sedangkan pada pF 2.54 dan 4.2 nilai tidak jauh berbeda antara lapisan atas dan lapisan bawah.

Gambar 5. Kurva pF lahan pertanian intensif

Salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai antara kadar air pada lapisan atas dan lapisan bawah adalah bahan organik. Bahan organik yang terkandung pada lapisan atas (lapisan olah) maupun lapisan bawah merupakan sumbangan dari sisa-sisa tanaman dan gulma yang ada di lahan tersebut. Pengolahan tanah biasanya dilakukan hanya sebatas kedalaman 0-20 cm, sehingga bahan organik juga tercampur merata pada lapisan atas, sedangkan tanah pada lapisan 20-40 cm hanya mendapatkan sedikit bahan organik dari lapisan atas.

Perbedaan kadar air antara lapisan atas dan bawah terlihat jelas pada pF 1 dan pF 2, sedangkan pada pF yang lebih besar nilainya tidak jauh berbeda. Pengolahan tanah adalah faktor yang dominan menyebabkan perbedaan ini, pengolahan tanah menyebabkan perbedaan jumlah pori-pori berukuran besar antara lapisan atas dan bawah dimana jumlah pori berukuran besar pada lapisan atas lebih banyak daripada lapisan bawah sehingga kadar air pada pF 1 dan pF 2

0 20 40 60 80 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 K A (%v o l ) pF Kedalaman 0-20 cm Kedalaman 20-40 cm

pada lapisan atas juga lebih tinggi daripada lapisan bawah. Sedangkan kadar air pada pF 2.54 dan pF 4.2 antara lapisan atas dan bawah tidak jauh berbeda dikarenakan jumlah pori berukuran kecil yang tidak jauh berbeda pula antar kedalaman tanah.

b. Lahan Pertanian Konservasi

Kadar air pada lahan pertanian konservasi mulai dari pF 1 sampai dengan pF 4.2 untuk kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm dapat dilihat padaTabel Lampiran 2 dan 3. Kadar air pada lapisan atas dan lapisan bawah tidak jauh berbeda dan saling berhimpitan, ini mengindikasikan bahwa antara lapisan atas dan lapisan bawah memiliki kemampuan menahan air yang tidak jauh berbeda. Pengolahan tanah yang tidak intensif pada lahan pertanian ini menjadi faktor utama dari keadaan tersebut, pengolahan tanah seperti ini tidak menyebabkan pemadatan pada lapisan atas maupun lapisan bawah dan struktur tanah pun relatif terjaga, sehingga kemampuan tanah lapisan bawah dalam memegang air tidak jauh berbeda dengan lapisan atas.

Gambar 6. Kurva pF lahan pertanian konservasi

c. Lahan Semak

Semua kadar air pada lahan semak kedalaman 0-20 cm lebih besar daripada kadar air pada kedalaman 20-40 cm (Tabel Lampiran 2 & 3). Pada pF 1, pF 2, dan pF 2.54 selisih kadar air antara lapisan atas dan bawah relatif besar, dan

0 20 40 60 80 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 K A (%v o l) pF Kedalaman 0-20 cm Kedalaman 20-40 cm

hanya pada pF 4.2 kadar airnya tidak jauh berbeda. Kadar air di atas sangat erat kaitannya dengan kondisi lahan, baik kondisi saat ini maupun kondisi pada tahun- tahun sebelumnya. Lahan semak yang ada saat ini adalah perubahan dari lahan pertanian intensif yang sudah tidak lagi dibudidayakan. Namun saat ini kondisinya sudah berbeda, semua bagian lahan sudah ditumbuhi oleh semak yang lebih tinggi, bahkan ada yang mencapai lebih dari satu meter.

Gambar 7. Kurva pF lahan semak

Kondisi ini menyebabkan tanah pada lapisan atas menjadi lebih gembur akibat dari bahan organik dan sistem perakaran tanaman, namun akar-akar ini belum mencapai lapisan bawah, sehingga tanah pada lapisan bawah masih cukup padat. Hal-hal inilah yang menyebabkan kadar air pF 1, pF 2, dan pF 2.54 pada tanah lapisan atas lebih besar daripada nilai pF pada tanah lapisan bawah.

d. Lahan Hutan Sekunder

Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar air tanah pada berbagai tekanan air tanah lapisan atas lebih besar daripada lapisan bawah (Gambar 8), hal tersebut disebabkan karena kandungan bahan organik pada lapisan atas lebih tinggi daripada kandungan bahan organik pada lapisan di bawahnya.

Bahan organik meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air (Stevenson, 1982), dan akan menahannya lebih lama untuk menjaga kelembaban dan stabilitas temperatur tanah. Selain itu bahan organik juga akan memperbaiki stabilitas agregat tanah. Oleh karena itu semakin banyak kandungan bahan

0 20 40 60 80 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 K A (%v o l) pF Kedalaman 0-20 cm Kedalaman 20-40 cm

organik maka akan semakin besar pula kemampuan tanah dalam memegang air. Bahan organik akan meningkatkan kemampuan tanah dalam memegeng air dan akan menahannya lebih lama untuk menjaga kelembaban tanah.

Lahan semak dan hutan sekunder memperlihatkan bahwa kadar air dari semua tekanan pada kedalaman 0-20 cm mempunyai kadar air yang lebih tinggi daripada kadar air pada kedalaman 20-40 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pada tanah yang tidak diolah, kemampuan tanah dalam memegang air pada lapisan atas akan lebih baik daripada lapisan yang ada di bawahnya.

Gambar 8. Kurva pF lahan hutan sekunder

Lahan yang relatif lebih sering diolah menunjukkan pola kurva yang berbeda, pada beberapa tekanan nilai kadar air pada lapisan 20-40 cm lebih tinggi daripada kadar air pada lapisan 0-20 cm, hal ini menunjukkan bahwa pada tanah yang cenderung diolah mempunyai kemampuan memegang air yang bervariasi pada lapisan atas dan bawah, kadang kemampuan tanah dalam memegang air pada lapisan bawah lebih besar daripada lapisan bawah.

Pengolahan akan menyebabkan bercampurnya bahan organik antara lapisan atas dan bawah yang menyebabkan kemampuan tanah dalam memegang air lebih bervariasi antar kedua kedalaman. Sedangkan pada tanah yang tidak diolah yakni semak dan hutan sekunder, kandungan bahan organik antara kedalaman atas dan bawah terlihat jelas berbeda, sehingga kemampuan tanah dalam memegang air antar lapisan juga jelas berbeda.

0 20 40 60 80 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 KA (% ) pF Kedalaman 0-20 cm Kedalaman 20-40 cm

e. Kurva pF Berbagai Penggunaan Lahan pada Kedalaman 0-20 cm

Kurva pF di bawah (Gambar 9) menunjukkan pola yang berbeda antara lahan pertanian intensif dan pertanian konservasi dengan lahan semak dan hutan sekunder. Pada pF 1 kadar air dari pertanian intensif dan konservasi relatif besar, berlanjut ke pF 2 nilainya jauh menurun, kemudian sedikit menurun pada pF 2.54 dan mengalami penurunan besar lagi pada pF 4.2. Lahan semak dan hutan sekunder memiliki penurunan nilai pF yang tidak jauh berbeda dari pF 1 menuju ke pF 2 , dan dari pF 2 ke pF 2.54, namun penurunan besar terjadi dari pF 2.54 menuju ke pF 4.2.

Gambar 9. Kurva pF berbagai penggunaan lahan pada kedalaman 0-20 cm Pola di atas menunjukkan bahwa pada lahan yang diolah yakni pertanian intensif dan konservasi mempunyai kemampuan yang tinggi dalam memegang air pada tekanan rendah (pF 1), namun jika diberi tekanan yang lebih tinggi (pF2, pF 2.54, dan pF 4.2), maka kemampuannya akan jauh menurun.

Lahan semak dan hutan sekunder yang tidak diolah memiliki kadar air yang tinggi pada sebagian tekanan, namun tetap menurun dalam jumlah besar pada tekanan pF 4.2. Hal ini mengindikasikan bahwa Tanah Latosol Darmaga dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan yang tidak diolah (semak dan hutan) akan mampu menyimpan air lebih baik daripada lahan yang diolah (pertanian intensif dan konservasi) dalam beberapa tekanan.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 1 2 3 4 5 K A (%v o l) pF

Pertanian Intensif Pertanian Konservasi

f. Kurva pF Berbagai Penggunaan Lahan pada Kedalaman 20-40 cm

Gambar 10 menunjukkan bahwa pertanian intensif memiliki rata-rata nilai kadar air paling kecil, dilanjutkan dengan lahan semak, pertanian konservasi, dan yang tertinggi adalah lahan hutan sekunder, hal ini disebabkan oleh faktor pengolahan tanah.

Pengolahan tanah pada lapisan atas akan berdampak pada lapisan bawah yakni menjadi padat karena penimbunan liat terjadi di lapisan bawah, hal ini menyebabkan kapasitas tanah dengan kedalaman 20-40 cm pada pertanian intensif memiliki nilai terkecil karena berkurangnya jumlah pori dalam tanah akibat penimbunan liat tersebut. Kadar air pada lahan semak memiliki nilai terkecil kedua karena lahan ini dulunya adalah lahan terbuka yang sudah berubah menjadi semak, sehingga pada kedalaman 20-40 cm tanahnya masih relatif padat. Kadar air pada lahan pertanian konservasi dan hutan sekunder memiliki nilai yang lebih tinggi karena mempunyai tingkat kepadatan yang rendah di kedalaman 20-40 cm, sehingga pori-pori tanah berada dalam jumlah besar yang mana hal ini akan memperbesar kapasitas tanah dalam memegang air.

Gambar 10. Kurva pF berbagai penggunaan lahan pada kedalaman 20-40 cm

0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 1 2 3 4 5 K A (%v o l) pF

Pertanian Intensif Pertanian Konservasi

Dokumen terkait