• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Permeabilitas Tanah

4.3.2. Permeabilitas Tanah di Laboratorium

Hasil analisis permeabilitas tanah pada berbagai penggunaan lahan dan kedalaman metode laboratorium disajikan pada Tabel 8 dan Gambar 12. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa pada kedalaman 0-20 cm permeabilitas hasil pengukuran di laboratorium pada pertanian intensif dan konservasi tidak berbeda nyata dengan hutan sekunder dan semak, besarnya permeabilitas pertanian intensif

dan konservasi berada di bawah permeabilitas hutan sekunder dan di atas permeabilitas lahan semak. Sedangkan permeabilitas hutan sekunder berbeda nyata dengan lahan semak.

Tabel 8. Permeabilitas Tanah Hasil Pengukuran di Laboratorium

Lahan Permeabilitas (cm/jam)

0-20 cm 20-40 cm Rataan

Pertanian Intensif 20.06ab 3.46b 11.76ab

Pertanian Konservasi 27.39ab 1.74b 14.57ab

Semak 10.59b 1.10b 5.85b

Hutan Sekunder 34.59a 11.38a 22.98a

Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata (P<0.05) atau berbeda sangat nyata (P<0.01), sebaliknya huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05) menurut uji beda nilai tengah.

Gambar 12. Permeabilitas tanah hasil pengukuran di laboratorium

Permeabilitas pada hutan sekunder berbeda nyata dengan lahan semak dikarenakan lahan semak merupakan lahan pertanian akan tetapi sudah tidak lagi dibudidayakan sehingga tanah pada lahan ini relatif padat. Hal ini ditunjang dengan data porositas total tanah yang tinggi pada hutan sekunder dibandingkan lahan semak serta tingginya bobot isi pada lahan semak daripada hutan sekunder (Tabel 2). Pada kedalaman 20-40 cm hutan sekunder memiliki permeabilitas yang berbeda nyata dengan penggunaan-penggunaan lahan yang lain. Pengolahan tanah yang hampir tidak pernah dilakukan pada hutan sekunder menyebabkan tingginya permeabilitas tanah pada lapisan bawah.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Pertanian Intensif Pertanian

Konservasi

Semak Hutan Sekunder

Kedalaman 0-20 cm Kedalaman 20-40 cm P er m ea bi li ta s (c m /j a m )

Grafik 12 menunjukkan bahwa permeabilitas tanah metode laboratorium pada kedalaman 0-20 cm jauh lebih besar daripada nilai permeabilitas tanah pada kedalaman 20-40 cm. Hal ini dikarenakan lapisan tanah pada kedalaman 0-20 cm banyak ditumbuhi perakaran dari vegetasi yang ada di atasnya, perakaran ini akan menciptakan pori-pori besar dalam tanah sehingga air yang meresap dari permukaan tanah dapat mengalir lebih cepat pada tanah dengan kedalaman 0-20 cm daripada kedalaman 20-40 cm.

Keberadaan vegetasi ini juga memberikan sumbangan bahan organik lebih banyak kepada lapisan atas daripada lapisan bawah, bahan organik ini menjadi makanan bagi organisme yang hidup dan beraktivitas di dalam tanah, sehingga jumlah organisme pada lapisan atas lebih banyak daripada organisme yang ada pada lapisan bawah. Aktivitas dari organisme-organisme tanah ini akan menciptakan saluran-saluran yang bersifat kontinu atau lebih sering disebut biopori, biopori akan lebih banyak berada pada lapisan atas karena jumlah organisme tanah lebih banyak berada di lapisan atas. Hal inilah yang menyebabkan nilai permeabilitas tanah pada lapisan 0-20 cm jauh lebih besar daripada kedalaman 20-40 cm.

Keberadaan horison penimbunan liat (horison kambik) pada lapisan bawah dapat menghambat laju air di dalam tanah karena kondisi tanah yang padat dan porositas yang rendah. Penjelasan-penjelasan di atas ditunjang oleh data yang menunjukkan bahwa nilai porosiatas total, PDSC, dan PDC pada lapisan 0-20 cm rata-rata lebih besar jika dibandingkan dengan nilai-nilai pada lapisan bawah 20- 40 cm (Tabel 4 dan Tabel 5). Selain itu, nilai bobot isi pada lapisan atas rata-rata lebih rendah daripada bobot isi pada lapisan bawah (Tabel 2).

Analisis data menunjukkan nilai permeabilitas rataan hasil pengukuran di laboratorium dari yang tertinggi ke nilai terendah berturut-turut dimulai dari hutan sekunder, dilanjutkan pertanian konservasi, pertanian intensif, dan terakhir adalah lahan semak. Pola nilai ini sama dengan pola yang ditunjukkan oleh nilai bahan organik tanah yaitu dimulai dari hutan sekunder, disusul dengan lahan pertanian konservasi, pertanian intensif, dan lahan semak.

Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa permeabilitas rataan hasil pengukuran di laboratorium pada hutan sekunder berbeda nyata dengan lahan semak,

sedangkan pertanian intensif dan konservasi berbeda tidak nyata dengan hutan sekunder ataupun lahan semak. Tingginya porositas total dan PDSC pada hutan sekunder daripada lahan semak menyebabkan nilai permeabilitas pada hutan sekunder lebih tinggi daripada lahan semak.

Berdasarkan klasifikasi hantaran hidrolik tanah menurut Uhland dan O’neal (1951), nilai permeabilitas hasil pengukuran di laboratorium pada masing- masing lahan yaitu termasuk ke dalam kelas cepat untuk lahan hutan sekunder dan lahan pertanian konservasi, lahan pertanian intensif termasuk ke dalam kelas agak cepat , dan lahan semak termasuk ke dalam kelas sedang.

Nilai permeabilitas tanah hasil pengukuran di laboratorium pada lahan hutan sekunder dan pertanian konservasi relatif besar karena kedua lahan ini mempunyai nilai porositas total, PDSC, dan PDC yang lebih tinggi daripada nilai yang dimiliki oleh lahan pertanian intensif dan semak, sedangkan bobot isi kedua lahan ini lebih rendah daripada lahan pertanian intensif dan semak. Nilai-nilai ini yang menyebabkan permeabilitas hasil pengukuran di laboratorium pada lahan pertanian konservasi dan hutan sekunder lebih tinggi daripada lahan pertanian intensif dan semak. Namun permeabilitas pada hutan sangat tinggi, hal ini dikarenakan banyaknya pori-pori berukuran besar dan kontinu yang terbentuk oleh aktivitas perakaran dari vegetasi di lahan ini, yang mana hal ini menyebabkan aliran air menjadi sangat tinggi.

Hal lain yang menyebabkan permeabilitas hasil pengukuran di laboratorium pada lahan pertanian konservasi dan hutan sekunder menjadi tinggi adalah tingginya bahan organik yang dimiliki kedua lahan dibandingkan dengan lahan pertanian intensif dan semak. Bahan organik ini memicu perkembangbiakkan organisme dalam tanah sehingga menjadikan struktur tanah menjadi bagus. Seperti penjelasan sebelumnya, organisme banyak menciptakan pori-pori sehingga air dapat mengalir lebih cepat.

Lahan pertanian intensif dan semak mempunyai permeabilitas yang kecil daripada lahan pertanian konservasi dan hutan sekunder, karena pengolahan tanah yang intensif akan berakibat buruk terhadap porositas, distribusi ukuran pori, dan bobot isi tanah. Pengolahan tanah yang intensif akan memecah pori-pori

berukuran besar menjadi pori-pori yang lebih kecil, sehingga menurunkan nilai porositas total tanah dan meningkatkan bobot isi tanah.

Lahan semak juga memiliki permeabilitas yang rendah, hal ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan semak yang merupakan perubahan dari lahan pertanian intensif yang sudah tidak lagi diusahakan dan hanya tertutup oleh rerumputan pendek. Sehingga saat penelitian dilakukan, tanah pada lahan ini masih cenderung padat, nilai porositas dan kandungan bahan organik pada lahan ini juga rendah (Tabel 2 & 3).

Dokumen terkait