• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alat Peraga Peredaran Darah Pada Jantung Manusia Dengan Kriteria Valid, Praktis, dan Efektif

3 RM Lebih ditampakkan lagi bentuk jantung

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa alat peraga masih terdapat beberapa saran dan perlu diadakannya revisi dalam penyempurnaan alat peraga.

Pada revisi alat peraga ada satu saran yang tidak dilaksanakan oleh penulis yaitu menambah background jantung pada alat peraga. Hal tersebut tidak dilaksanakan karena selain pada bagian tengah alat peraga adalah tempat petunjuk penggunaan, hal tersebut juga dapat memecahkan konsentrasi siswa.

Sebelum Direvisi Sesudah Direvisi

Gambar 3. Alat peraga sebelum dan sesuadah revisi

Terlihat pada gambar alat peraga yang belum direvisi dengan tulisan nama paru-paru, tubuh, bilik kiri, bilik kanan, serambi kiri, serambi kanan, dan nama-nama nadi ukurannya terlalu kecil untuk itu diperlukannya revisi dengan menambah ukuran tulisan tersebut, nama alat peraga juga terlalu menumpuk sehingga perlu dilebarkan agar terlihat semakin rapi. Kemudian pada alat peraga ada gambar kartun Dorami yang harus dilepas dikarenakan selain tidak nyambung dengan alat peraga gambar tersebut juga dapat mengganggu dan memecah belah konsentrasi siswa. Pada alat peraga dilengkapi dengan cara kerja alat, namun pada lembar cara kerja tersebut perlu dilaminating hal itu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kebocoran atau terkena tetesan air.

Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh pada pengembangan alat peraga, maka didapatkanhasil pengembangan alat peraga peredaran darah pada jantung manusia dengan kriteria valid, praktis, dan efektif.

1. Validitas Alat Peraga

Alat peraga yang sudah dikembangkan divalidasi tenaga ahli validator. Ahli validasi terdiri dari 3 dosen Universitas Dharmas Indonesia. Berdasarkan penilaian dari para ahli validasi didapat kesimpulan bahwa alat peraga peredaran darah pada jantung manusia berkriteria validdengan rata-rata nilai 80.55 %. Hal tersebut diduga karena alat peraga yang telah dikembangkan sesuai dengan materi yang diajarkan yaitu peredaran darah pada manusia, dalam penggunaannya alat peraga bersifat portabel, mudah digunakan, mudah dalam perawatannya serta terbuat dari bahan yang aman bila digunakan pada siswa.

Alasan-alasan mengapa alat peraga dapat dikatakan valid sudah dijelaskan di atas.Alat peraga pengajaran menurut Usman (1996) adalah alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa.

2. Praktikalitas Alat Peraga

Alat peraga diuji kepraktisannya oleh 2 orang praktisi yang diambil dari dua orang guru sekolah dasar di Kabupaten Dharmasraya. Arikunto (2010) mengatakan bahwa kepraktisan dalam evaluasi pendidikan merupakan kemudahan-kemudahan yang ada pada instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpannya. Berdasarkan penilaian dari praktisi tersebut alat peraga peredaran darah pada jantung manusia berkriteria sangat praktisdengan rata-rata nilai 84.08%.

Alat peraga dapat dikatakan sangat praktis karena alat peraga yang telah dikembangkan sesuai dengan materi yang diajarkan yaitu materi peredaran darah pada manusia, alat peraga sesuai dengan perkembangan intelektual siswa. Alat peraga yang dikembangkan terbuat dari bahan-bahan yang aman bagi siswa serta mudah dalam perawatannya, alat peraga juga sangat mudah digunakan bagi guru dan siswa dengan bentuk yang menarik bagi siswa yaitu dengan adanya air berwarna merah sebagai darahnya sehingga siswa dapat melihat dengan jelas bagaimana darah beredar.

a. Efektifitas Alat Peraga

Alat peraga yang sudah dikembangkan diuji keefektifannya melalui soal-soal pretest dan posttest yang diberikan kepada siswa kelas V sekolah dasar di Kabupaten Dharmasraya. Chong dan Maginson (Slameto, 2003) mengartikan “Efektifitas merupakan kesesuaian antara siswa dengan hasil belajar”.Berdasarkan hasil dari uji coba tersebut alat peraga terbukti mampu meningkatnya minat dan semangat belajar siswa. Hal tersebut terlihat saat penulis melaksanakan penelitian antusias siswa sangat tinggi.

Hasil pretest menunjukkan bahwa rata-rata dari hasil belajar siswa adalah 53,81 dan setelah diberikan treatment rata-rata hasil belajar siswa meningkat hingga 94,37% yaitu 80,39 yang menunjukkan bahwa alat peraga peredaran darah pada jantung manusia sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Kesimpulan

Simpulan dari hasil penelitian pengembangan sebagai berikut:

a. Hasil tahap pendefinisian diperoleh dari analisis kurikulum, analisis, peserta didik, dan analisis proses pembelajaran yang secara umum dapat disimpulkan bahwa belajar hanya menggunakan buku pegangan siswa akan cenderung membuat siswa bosan dan aktifitas belajar menjadi monoton. Dari hasil analisis tersebut penulis memilih untuk mengembangkan alat peraga untuk mengubah suasana belajar yang menjadikan siswa lebih aktif.

b. Hasil analisis validitas menunjukkan bahwa alat peraga peredaran darah pada jantung manusia berkriteria valid dengan rata-rata nilai 80.55 %.

c. Hasil analisis praktikalitas menunjukkan bahwa alat peraga peredaran darah pada jantung manusia berkriteria sangat praktis dengan rata-rata nilai 84.08 %.

d. Hasil analisis efektifitas alat peraga peredaran darah pada jantung manusisa berkriteria efektif rata-rata nilai 80,39 dengan persentase peningkatan 94,73% .

Referensi

Abdullah Aly, d. E. (1998). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Estuhono

Development of Visual Aid for Blood Circulatory on Human Heart in Sains at Elementary School

73

PROCEEDINGS | International Conseling and Education Seminar 2017 © Fakultas Ilmu Pendidikan, UNP

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jogja: Bumi Aksara. Arsyad, A. (1977). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Praja Grafindo Persada. Depdikbud. (1994). Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud .

Dyasayu. (2011, Juli 17). Teori Pembelajaran IPA. Dipetik Maret 05, 2016, dari Dyasayu Blog: https://dnoeng.wordpress.com/2011/17/17/teori-pembelajaran-ipa/

Endang, A. (2013, Maret 19). Definisi IPA. Dipetik Maret 04, 2016, dari Definisi IPA: http://de151515.blogspot.com/2013/03/definisi-ipa.html?m=1

Estuhono. (2014). Pengembangan Perangkat Pembekajaran Fisika SMA Berbasis Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Dengan Strategi Brainstorming Pada Materi Elastisitas Dan Getaran Terintegrasi Bencana Gempa Bumi. Padang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang (Tesis Tidak Diterbitkan).

Haryanto. (2012). SAINS untuk SD/MI Kelas V. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Idi, A. (2007). Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Isdiyono. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Ipa Berbasis Alat Peraga Sederhana Menggunakan Strategi Inquiry-Discovery Dan Strategi Direct Reading-Thinking Actvities Untuk Kelas 5 Sekolah Dasar. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (Skripsi Tidak DIterbitkan).

Kemala, R. (2012). JELAJAH IPA Kelas 5 SD. Jakarta Timur: Yudistira. Kochhar, S. (2008). Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Maftuh, M. (2015). Pengembangan Alat Peraga IPA Terpadu Sundiah Fototropisme Pada Tema Gerak Untuk Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs). Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Mulyasa, E. (2006). Kurikulum yang Disempurnakan : Pengembangan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Sekolah Dasar Dan Menengah

Rahayu P, S. M. (2012). Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Base Melalui Lesson Study. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 64.

Rahman, T. A. (2015). Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Pendekatan Contextual Teaching And Learning Pada Tema Sejarah Peradaban Indonesia Di Kelas V SDN 07 Sungai Rumbai Kabupaten Dharmasraya. Dharmasraya: STKIP Dharmasraya.

Ridwan. (2009). Belajar Mudah Pendidikan Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Samana, A. (2001). Sistem Pengajaran. Yogyakarta: Kanisius.

Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soelarko, R. (1955). Audio Visual Media Komunikasi Ilmiah Pendidikan Peneragnan. Jakarta: Bina Cipta.

Sudira, P. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK. Depertemen Pendidikan Nasional. Sudjana, N. (2002). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian dan Pengembangan. Bandung: Alfabeta.

Sulistyorini, S. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KSTP. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Surya, M. (1992). Psikologi Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung.

Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Triningsih, W. (2014). Pengembangan Alat Peraga Taktual Model Atom Untuk Siswa Tunanetra Kelas VIII. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (Skripsi Tidak Diterbitkan).

Usman, M. (1996). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Widiyatmoko, A & S D Pamelasari. (2012). Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Mengembangkan Alat Peraga IPA Dengan Memanfaatkan Bahan Bekas Pakai. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, Volume 1, nomor (1):51-52.

hfjh

75

PROCEEDINGS | ICES 2017