• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Perusahaan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

2) Dividen relevan

Menurut Gordon (1959), dalam dunia realita pasar bersifat tidak sempurna. Kelemahan dari teori irrelevant ini mendorong munculnya teori yang lebih realistis yang menganggap bahwa dividen memiliki relevansi atau efek terhadap nilai perusahaan. Model-model ekplanasi kebijakan dividen yang berada dalam

cakupan the relevance of dividend proposition antara lain: bird in the hand theory, tax differentiation theory, clientele effect, dividend signaling theory dan agency theory .

a) Bird in the Hand Theory

Teori ini berasal dari pemikiran Gordon (1959) yang berangggapan bahwa investor memandang suatu burung di tangan lebih berharga dari pada seribu burung di udara. Maksudnya adalah bahwa investor menilai dividend payout lebih besar daripada pertumbuhan (g), karena mereka merasa lebih yakin jika menerima dividen dibandingkan jika menerima capital gain dari laba yang ditahan. Argumen dari Gordon tersebut dapat disimpulkan bahwa dividen dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan pemegang saham. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi dividend payout ratio, maka semakin tinggi pula nilai dari perusahaan.

b) Tax Differentiation Theory

Teori ini dikemukakan oleh Litzenberger dan Ramaswamy (1979) dalam Hatta (2002). Pandangan yang dikemukakannya bahwa semakin tinggi dividend payout ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan semakin rendah. Hal ini didasarkan pada pemikiran jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif yang lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki

pertumbuhan yang tinggi akan menjadi lebih menarik dan lebih banyak diminati. Dari argumen di atas dapat disimpulkan bahwa dividen dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat dikarenakan tarif pajak yang tinggi atas dividen. Penurunan tingkat kesejahteraan pemegang saham akan mengakibatkan penurunan nilai perusahaan.

c) Clientile Effect

Berkaitan dengan clientile effect, terdapat dua kelompok investor, yaitu investor yang lebih menyukai untuk memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk pembagian dividen, namun ada pula investor yang menyukai untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka, karena investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi. Dengan adanya dua kelompok tersebut, maka ada kecenderungan perusahaan untuk enggan melakukan perubahan kebijakan dividen. Hal ini disebabkan perubahan kebijakan dividen akan mengakibatkan beberapa investor akan menjual sahamnya, dan sebagai akibatnya harga saham akan mengalami penurunan.

d) Dividend Signalling Theory

Teori dividen ini mendasari dugaan bahwa pengumuman dividen tunai mempunyai kandungan

informasi yang mengakibatkan adanya reaksi kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang perubahan dividen yang dibayarkan digunakan oleh investor sebagai sinyal tentang prospek perubahan di masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

e) Agency Theory of Dividend

Menurut agency theory (Jensen and Meckling, 1976), salah satu pendekatan untuk meminimumkan agency problem adalah dengan mekanisme pembayaran dividen. Dengan melakukan pembayaran dividen pemegang saham melihat bahwa pengelola perusahaan telah melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginan mereka sehingga akan mengurangi agency problem. Berkurangnya agency problem akan menurunkan agency cost. Semakin rendah agency cost mengakibatkan peningkatan kesejahteraan pemegang saham dan akibatnya nilai perusahaan akan meningkat.

c. Faktor-Faktor dalam Menentukan Dividend Payout Ratio

Menurut Harjito dan Martono (2005) yang menyatakan bahwa sejauh ini pembahasan dividen hanya menyangkut aspek-aspek teoritis dari kebijkan dividen. Namun, ketika perusahaan menetapkan

suatu kebijakan dan sejumlah hal, pertimbangan-pertimbangan ini harus dikaitkan kembali ke teori pembayaran dividen dan penilaian perusahaan. Berikut ini, beberapa pertimbangan atau faktor yang harus dianalisis dan dibahas perusahaan ketika menetapkan suatu kebijakan dan dalam praktek ketika melakukan pendekatan terhadap keputusan dividen :

1) Kebutuhan dana bagi perusahaan

Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan dananya (semua proyek investasi yang menguntungkan).

2) Likuiditas perusahaan

Likuiditas perusahaan merupakan salah satu petimbangan utama dalam kebijakan dividen. Karena dividen harus mengeluarkan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahan tidak akan membayar dividen dalam jumlah yang besar.

3) Kemampuan untuk meminjam

Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan fleksibillias dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk

mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk membanyar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.

4) Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang

Ketentuan perlindungan (protective covenant) dalam suatu perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya. Biasanya, pembatasan ini dinyatakan dalam persentase maksimum dari laba kumulatif. Apabila pembatasan ini dilakukan, maka manajemen perusahaan dapat menyambut baik pembatasan dividen yang dikenakan oleh kreditur, karena dengan demikian manajemen tidak harus mempertanggungjawabkan penahanan laba kepada para pemegang saham. Manajemen hanya perlu menaati pembatasan tersebut.

5) Pengendalian hutang

Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka perusahan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi yang menguntungkan. Dengan

bertambahnya jumlah saham yang beredar, ada kemungkinan kelompok pemegang saham tertentu tidak lagi dapat mengendalikan perusahaan karena jumlah saham yang mereka kuasai menjadi berkurang dari seluruh saham yang beredar. Oleh karena itu dianggap berbahaya bila perusahaan terlalu besar membayar dividennya, sehingga pengendalian perusahaan menjadi berpindah tangan.

Dokumen terkait