ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, DIVIDEND PAYOUT RATIO, CASH HOLDING DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN
( Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2011 )
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi
Oleh : Marchia Sulistiani NIM : 109082000185
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 20 Juni 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Marchia Sulistiani 2. NIM : 109082000185 3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Dividend Payout Ratio, Cash Holding, dan Kualitas Audit terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007 - 2011 ).”
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Marchia Sulistiani
2. Tempat & Tanggal Lahir : Bogor, 9 Maret 1991
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jalan Raya Muchtar RT/RW. 01/05 No. 48,
Sawangan Baru, Depok
6. Telepon : 089635669331/ 083812843769
7. Email : evo.lucy@gmail.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
1997-2003 : SD Negeri 01Sawangan Depok
2003-2006 : SMP Negeri 2 Depok
2006-2009 : SMA Negeri 1 Depok
2009-2013 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Bendahara Ekstrakurikuler Angklung SMA Negeri 1 Depok periode 2008
2. Anggota ROHIS SMA Negeri 1 Depok periode 2006-2009
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the influence of ownership structure consist of: managerial ownership and institutional ownership, dividend payout ratio, cash holding, and audit quality toward firm’s value , a empirical study in go public companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2007 to 2011. The population in this research is all companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). The sampling method in this research is purposive sampling with 140 companies as population and 28 companies as samples.
The criteria used in sample selection process were that the nonfinancial and non BUMN companies were included and still registered in in Indonesia Stock Exchange on January 1, 2007 to 2011 and currently the shares of the companies are still actively traded. This research uses multiple regression linear analysis method with SPSS program version 19.0.The analysis technique used in this research is assumption classic test, test the hypothesis F-statistic to test the effect together with the 5% confidence level and using the t-statistics for testing the partial regression coefficient.
The result of this research that simultaneously ownership structure including: managerial ownership and institutional ownership,dividend payout ratio, cash holding and audit quality (P = 0.000 < α = 0.05 )significant influence toward firm’s value with the proxy Tobin’s Q. While partially number of independent managerial ownership (P = 0.000 < α = 0.05)and dividend payout ratio (P = 0.040 < α = 0.05)had a significant influence toward firm’s value, the institutional ownership (P = 0.679 > α = 0.05), cash holding (P = 0.271 > α = 0.05)and audit quality (P = 0.872 > α = 0.05)did not have significant influence toward firm’s value. Regression equation obtained is Ln.Q = - 0,514 – 0,124 Ln.KM + 0,001 KI + 0,123 Ln.DPR + 0,076 CH – 0,021 KA + e
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan yang meliputi: kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan, studi empiris pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah populasi sebesar 140 perusahaan dan sampel sebesar 28 perusahaan.
Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu perusahaan non-keuangan dan non -BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia per 1 Januari 2007-2011 dan perusahaan masih tercatat di BEI dan saham perusahaan masih aktif diperdagangkan hingga saat ini. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan program SPSS versi 19. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji asumsi klasik, uji hipotesis F-statistik untuk menguji pengaruh secara bersama-sama dengan tingkat kepercayaan 5% serta menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan struktur kepemilikan yang meliputi: kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit (P = 0.000 < α = 0.05) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan proxy Tobin’s Q. Sementara secara parsial kepemilikan manajerial (P = 0.000 < α = 0.05) dan dividend payout ratio (P = 0.040 < α = 0.05) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional (P = 0.679 > α = 0.05), cash holding (P = 0.271 > α = 0.05) dan audit quality (P = 0.872 > α = 0.05) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Persamaan regresi yang diperoleh Ln.Q = - 0,514 – 0,124 Ln.KM + 0,001 KI + 0,123 Ln.DPR + 0,076 CH – 0,021 KA + e
KATA PENGANTAR
Al ‘ilmu bilaa ‘amalin kaassyajarin bilaa tsamarin
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Segala puji dan syukur hanya bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita
semua karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Dividend Payout Ratio, Cash Holding, dan Kualitas Audit Terhadap Nilai Perusahaan” (Studi Empiris Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2011) ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, selaku uswatun hasanah bagi setiap rangkaian kehidupan kita, beserta para sahabat, keluarga dan pengikutnya.
Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan
rintangan, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu baik moril
maupun materi dalam penyusunan skripsi ini kepada:
1. Keluargaku tercinta, Ayahanda dan Ibunda, Sulistianto dan Zulfah, serta
kedua adikku, Karina dan Asti, atas do’a, dukungan, kesabaran dan keikhlasan
yang tidak henti-hentinya. Semoga kita dapat menjadi anak yang menjalani
harapan setiap kedua orang tua yang ada di dunia ini. Amiiin.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen Pembimbing I atas waktu yang
telah diluangkan untuk ilmu, arahan dan nasehatnya selama penyusunan
skripsi ini
4. Ibu Wilda Farah, SE, Ak, M.Si selaku Dosen Pembimbing II atas waktu yang
telah diluangkan untuk ilmu, bantuan dan motivasinya selama penyusunan
5. Ibu Dr. Rini, SE, Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Dosen Penguji skripsi penulis.
6. Ibu Hepy Prayudiawan, SE, Ak., MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta sekaligus Dosen Penguji komprehensif penulis.
7. Ibu Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si selaku Dosen Penguji komprehensif penulis.
8. Bapak Zaenal Muttaqin, MPP selaku Dosen Penguji komprehensif penulis.
9. Bapak Herni Ali HT, SE, MM selaku Dosen Penguji skripsi penulis.
10. Bapak Dr. Amilin, SE, Ak., M.Si selaku Dosen Penguji skripsi penulis.
11. Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA selaku Dosen Pembimbing Akademik
12. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan
perhatiannya kepada para mahasiswanya tidak terkecuali penulis
11. Seluruh Staff Bagian Keuangan, Akademik, Jurusan dan Fakultas atas
pelayanannya selama ini
12. Kawan-kawan seperjuangan Akuntansi E dan Audit B ’09
13. Sahabat-sahabat seperjuangan Archie, Eva, Anggun, Enny, Wahid, Erna,
Mawar dkk, Alun dkk dan Via dkk untuk setiap pengalaman terbaik yang
pernah kita rasakan (terima kasih atas semangat, canda dan dukanya selama
ini) dan kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu per
satu.
Semoga ALLAH SWT membalas semua kebaikan mereka serta ilmu, amal
dan iman yang kita miliki dapat diterima di sisi-Nya. Akhirnya, dengan segala
kerendahan hati, penulis mempersembahkan skripsi ini kelak dapat bermanfaat
kepada semua pihak yang berkepentingan. Semoga ALLAH SWT senantiasa
mengiringi setiap langkah kita. Amiiin yaa rabbal ‘aalamiin.
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ... i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif……… ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ……… iii
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ………... iv
Daftar Riwayat Hidup ……… v
Abstract ……… vi
Abstrak ……...………... vii
Kata Pengantar………... viii
Daftar Isi ………...…... x
Daftar Tabel ………...……. xv
Daftar Gambar ……….………...………... xvii
Daftar Lampiran………..………..……….. xviii
BAB I. PENDAHULUAN………..……….………... 1
A. Latar Belakang Penelitian……….………... 1
B. Perumusan Masalah……...…………...………... 14
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan …..………... 15
1. Tujuan Penelitian………..…… 15
2. Manfaat Penelitian………..……. 16
a. Bagi Ilmu Pengetahuan………..………...……… 16
b. Bagi Perusahaan………....…... 16
c. Bagi Pemerintah………..…………. 16
e. Bagi Akuntan Publik ………. 17
f. Bagi Akademisi, Peneliti dan Pembaca…….………... 18
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…..………...………. 19
A. Tinjauan Literatur…...……………...……… 19
1. Agency Theory (Teori Keagenan.……..…………...……….. 19
2. Struktur Kepemilikan………..….….…...………... 22
a. Kepemilikan Manajerial...………..…...……… 22
b. Kepemilikan Institusional………. 24
3. Dividend Payout Ratio……..……….………... 26
a. Pengertian Dividend Payout Ratio…..………….………. 26
b. Dividend Payout Ratio Theory………….…….…..…... 28
c. Faktor-faktor dalam Menentukan Dividend Payout Ratio………... 32
4. Cash Holding……………….…...………. 35
a. Pengertian Cash Holding………... 35
b. Cash Holding Theory...……….…... 38
5. Kualitas Audit...……….. 40
6. Nilai Perusahaan..…….……….. 42
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis…... 46
1. Struktur Kepemilikan ……….………...…..…... 46
a. Hubungan Kepemilikan Manajerial dengan Nilai Perusahaan………. 47
2. Hubungan Dividend Payout Ratio dengan Nilai
Perusahaan……….…... 50
3. Hubungan Cash Holding dengan Nilai Perusahaan….…… 51
4. Hubungan Kualitas Audit dengan Nilai Perusahaan...…… 52
5.Hubungan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividend Payout Ratio, Cash Holding dan Kualitas Audit dengan Nilai Perusahaan…………..…... 53
C. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu...………...………… 54
D. Kerangka Pemikiran…….……….……..………... 62
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.……….………... 64
A. Ruang Lingkup Penelitian………... 64
B. Metode Penentuan Sampel…...………... 64
C. Metode Pengumpulan Data…..………. 65
D. Metode Analisis Data.………... 66
1. Analisis Stasistik Deskriptif……..………... 67
2. Uji Asumsi Klasik…….………... 68
a. Uji Normalitas Data……….….…… 68
b. Uji Multikolonieritas……….……….…….. 71
c. Uji Heteroskedastisitas …………..………….…………. 72
d. Uji Autokorelasi ...……….…...……….…... 73
3. Analisis Regresi Berganda………...……...…… 74
4. Koefisien Determinasi………. 76
5. Pengujian Hipotesis………... 77
b. Pengujian secara Parsial (Uji t)..……….. 78
E. Operasional Variabel Penelitian ……….……... 79
1. Variabel Dependen…..……….... 79
a. Nilai Perusahaan………..………..…. 79
2. Variabel Independen………...……….……... 80
a. Struktur Kepemilikan………..… 81
b. Dividend Payout Ratio………..……...……... 83
c. Cash Holding………..………...………..…. 84
d. Kualitas Audit………...…..…. 84
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN………...……….. 89
A. Gambaran Umum Objek Penelitian…………...…………..… 89
B. Hasil Analisis dan Pembahasan……… 91
1. Statistik Deskriptif……….... 91
a. Nilai Perusahaan…….………..… 92
b.Struktur Kepemilikan………..…………..… 95
b. Dividend Payout Ratio………..……..……... 102
c. Cash Holding………..………...…..……….... 105
d. Kualitas Audit……….. 108
2. Uji Asumsi Klasik………... 110
a. Uji Normalitas...………...……… 111
b. Uji Multikolonieritas……….... 118
c. Uji Heteroskedastisitas..………..………... 119
d. Uji Autokorelasi………..……. 120
4. Pengujian Hipotesis….………. 125
a. Pengujian secara Simultan (Uji F)..……….. 125
b. Pengujian secara Parsial (Uji t)……… 126
BAB V. PENUTUP ………. 143
A. Kesimpulan………..…….... 143
B. Implikasi………...………... 145
C. Keterbatasan dan Saran………... 148
1. Keterbatasan………... 148
2. Saran ………...……...………... 150
DAFTAR PUSTAKA…………...……….….. 151
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu 58
3.1 Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya 86
4.1 Rincian Sampel Penelitian 89
4.2 Daftar Nama Perusahaan 90
4.3 Hasil Statistik Deskriptif 92
4.4 Nilai Perusahaan (Q) 93
4.5 Kepemilikan Manajerial (KM) 96
4.6 Kepemilikan Institusional (KI) 99
4.7 Dividend Payout Ratio (DPR) 103
4.8 Cash Holding 106
4.9 Kualitas Audit 109
4.10 Hasil Uji Skewness dan Kurtosis (Sebelum Transformasi) 112
4.11 Hasil Uji Skewness dan Kurtosis (Setelah Transformasi) 113
4.12 Uji Normalitas : Nilai Kolmogrov-Smirnov (Sebelum Transformasi) 115
4.13 Uji Normalitas : Nilai Kolmogrov-Smirnov (Setelah Transformasi) 115
4.15 Uji Autokorelasi 121
4.16 Uji Autokorelasi-Run Test 122 4.17 Uji Goodness of Fit 123
4.18 Uji Simultan (F test) 125
4.19 Uji Parsial (t test) 127
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Nilai Perusahaan (Q) 3
2.1 Kerangka Pemikiran 63
4.1 Uji Normalitas: Grafik Normal Plot
(Setelah Transformasi) 116
4.2 Uji Normalitas: Grafik Histogram
(Setelah Transformasi) 117
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1. Data Sampel Penelitian 156
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam lingkungan persaingan global yang terjadi saat ini, banyak
perusahaan di negara berkembang dituntut untuk menunjukkan performa yang
lebih baik disebabkan perkembangan dunia bisnis sekarang ini sangatlah
pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya muncul perusahaan-
perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang baik. Banyaknya
kompetitor-kompetitor bisnis yang muncul mengakibatkan terjadinya
dinamika bisnis yang berubah-ubah. Sehingga menyebabkan banyak
perusahaan bertujuan mengoptimalkan nilai perusahaannya hingga pada titik
maksimum agar dapat mengundang investor untuk berinvestasi pada
perusahaannya .
Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham
secara maksimum apabila harga saham meningkat. Semakin tinggi harga
saham sebuah perusahaan, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham.
Enterprise Value (EV) atau dikenal juga sebagai firm’s value (nilai
perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan
indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan (Nurlela dan
Ishaluddin, 2008 dalam Mahendra, 2011). Wahyudi, Nurlela dan Ishaluddin
(2008) dalam Mahendra (2011) menyebutkan bahwa nilai perusahaan
tersebut dijual. Nilai perusahaan merupakan cerminan dari penambahan dari
jumlah ekuitas perusahaan dengan hutang perusahaan. Sehingga nilai
perusahaan dapat diproksikan dengan menggunakan harga saham.
Naik turunnya harga saham di pasar modal menjadi sebuah fenomena
yang menarik untuk dibicarakan berkaitan dengan isu naik turunnya nilai
perusahaan itu sendiri. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008
berdampak terhadap pasar modal Indonesia yang tercermin dari terkoreksi
turunnya harga saham hingga 40 - 60 % dari posisi awal tahun 2008 (Kompas,
25 November 2008), yang disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor
asing yang membutuhkan likuiditas dan diperparah dengan aksi “ikut-ikutan”
dari investor domestik yang ramai-ramai melepas sahamnya. Kondisi tersebut
secara harfiah mempengaruhi nilai perusahaan karena nilai perusahaan itu
sendiri jika diamati melalui kemakmuran pemegang saham yang dapat diukur
melalui harga saham perusahaan di pasar modal. Indeks harga saham
gabungan yang terkoreksi dari 1.757,258 pada awal Januari 2007 melemah ke
basis point 1.256,704 pada awal September 2008 (Kompas, 25 November
2008). Hal ini juga tercermin dari banyaknya perusahaan yang mengalami
penurunan laba sampai dengan mengalami kerugian sehingga menimbulkan
pemutusan hubungan kerja (PHK). Gambar 1.1berikut ini merupakan
perhitungan nilai perusahaan berdasarkan rasio Tobin’s Q mulai dari 2007
Gambar 1.1. Nilai Perusahaan (Tobin’s Q)
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah)
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa nilai perusahaan yang
dihitung dengan Tobin’s Q dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011
menunjukkan perubahan setiap tahun yang sangat bervariasi dan menunjukkan
fluktuasi naik turun di tiap tahun yang berbeda dan menunjukkan gejala yang
sama di semua perusahaan sampel.
Dari data yang diperoleh menunjukkan fenomena yang sama yaitu
penurunan nilai perusahaan pada seluruh perusahaan sampel di tahun 2008,
walaupun demikian rasio tobin’s q masing-masing perusahaan terbilang baik karena berada di atas nilai 1. Selain itu, terjadi peningkatan nilai perusahaan
pada seluruh sampel pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa hampir
sebagian sampel perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan yang
sempat terpuruk akibat krisis ekonomi global.
ASII TCID ITMG ACES AKRA JKON JRPT RALS UNTR 2007 2.24 2.17 3.33 2.29 1.8 4.39 2.58 2.33 2.95 2008 1.03 1.32 1.48 1.73 1.06 2.29 1.03 1.40 1.15 2009 2.03 1.75 3.53 2.77 1.24 1.95 1.28 1.59 2.54 2010 2.44 1.48 6.19 4.37 1.48 1.83 1.59 1.96 3.12 2011 2.46 1.47 3.37 4.99 1.96 2.48 2.02 1.60 2.52
Dalam proses mencapai nilai perusahaan yang optimal dan pulih dari
keterpurukan akibat krisis ekonomi global pada tahun 2008, perusahaan akan
menghadapi perbedaan kepentingan yang dimiliki oleh pemegang saham,
debtholder, dan manajemen yang notabene merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan
banyak masalah (agency ploblem). Tidak jarang pihak manajemen yaitu manajer perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang
bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan
kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan
pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut
agency conflict. Hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan
kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan
pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan
menambah biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan
keuntungan perusahaan dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga
menurunkan nilai perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976)
Masalah keagenan (agency problem) tentunya akan menimbulkan kerugian. Karena konflik kepentingan antara agen dan pemilik ini dapat
menimbulkan biaya keagenan. Jensen dan Meckling (1976) dalam Harahap
dan Wardhani (2011) menyatakan ada tiga biaya keagenan, antara lain: (1)
hilangnya keindependenan atau efisiensi (residual loss). (3) Contracting cost
adalah biaya yang tidak memiliki pengaruh langsung tetapi biaya ini
merupakan akibat berkurangnya kesejahteraan yang seharusnya diterima
perusahaan akibat kesempatan investasi yang hilang.
Biaya keagenan (agency cost) dapat diminimumkan melalui peningkatan
kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (insider ownership). Karena kepemilikan manajerial terhadap saham perusahaan dipandang dapat
menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar
dengan manajemen (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Siallagan dan
Machfoedz, 2006). Sehingga permasalahan keagenan dan biaya keagenan
diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus
sebagai seorang pemilik.
Peningkatan kepemilikan saham oleh institusi (institusional ownership)
dapat pula meminumkan biaya keagenan (agency cost). Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Bushee (1998) dalam Boediono (2005) yang menyatakan
kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif
para manajer yang mementingkan diri sendiri melalui tingkat pengawasan
yang intens. Kepemilikan institusional dapat menekan kecenderungan
manajemen untuk memanfaatkan discretionary dalam laporan keuangan. Fenomena yang terjadi pada perusahaan-perusahaan go public di
Indonesia, dimana struktur kepemilikan oleh kepemilikan manajerial
perusahaan sangatlah kecil. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan
manajerial berjumlah kecil yaitu kurang dari 5% sehingga dengan kondisi
seperti ini kemungkinan penyatuan antara kepentingan pemegang saham
dengan kepemilikan manajerial seperti yang dikemukakan oleh Jensen dan
Meckling (1976) tidak bisa tercapai, akibatnya masalah keagenan dan biaya
keagenan tidak dapat dikurangi.
Sedangkan fenomena lain yang terjadi, struktur kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pihak institusional merupakan pemegang saham yang paling
mendominasi struktur kepemilikan saham peusahaan-perusahaan go public
Indonesia. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih
dan Hardiningsih (2011) yang menemukan bahwa hampir sebagian
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki kepemilikan
institusional yang mendominasi. Dengan kondisi yang seperti ini, walaupun
kepemilikan institusional mendominasi tergolong outsider ownership bersama
dengan pemegang saham yang berasal dari public (masyarakat), namun dapat dikatakan status sebagai outsider dari kepemilikan institusional tersebut
menjadi semu karena dalam kenyataannya mereka memiliki afiliasi yang kuat
dengan manajemen. Maka fungsi kepemilikan institusional sebagai sarana
pengawasan bagi pihak manajemen tidak dapat berjalan secara efektif
akibatnya masalah keagenan dan biaya keagenan tidak dapat dikurangi.
Alternatif lain yang dapat digunakan untuk mengurangi masalah
keagenan dan biaya keagenan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Jensen dan Meckling (1976) adalah melalui keputusan keuangan yaitu
mengurangi masalah keagenan dan biaya keagenan adalah dengan
meningkatkan pembayaran dividen kepada pemegang saham.
Pengaruh dari meningkatkan pembayaran dividen terhadap kemakmuran
pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan cara
pembelanjaan atau pemenuhan dana yang lain. Dalam keputusan investasi
yang given berarti perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saham, perusahaan harus mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah
pembayaran dividen. Besarnya dividen ini dapat mempengaruhi harga saham.
Apabila dividen yang dibayar tinggi maka harga saham cenderung tinggi
sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya apabila dividen yang
dibayarkan kecil maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah.
Kemampuan membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan
perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang besar
maka kemampuan membayar dividen juga besar. Oleh karena itu, dengan
dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan.
Fenomena ini berdasarkan pada tujuan investor melakukan investasi yang
pada umumnya adalah untuk mendapatkan keuntungan berupa dividen atau
capital gain. Pemegang saham selalu berharap untuk mendapat dividen dalam
jumlah besar atau minimal relatif stabil dari tahun ke tahun. Sebagian lagi dari
laba bersih perusahaan merupakan laba ditahan yang akan disiapkan oleh
perusahaan untuk melakukan investasi kembali (reinvestment). Hal inilah yang merupakan inti dari kebijakan dividen, khususnya dalam menentukan
Keputusan keuangan lainnya yang digunakan perusahaan untuk
meningkatkan nilai perusahaan adalah cash holding. Cash holding adalah menahan sejumlah kas dalam perusahaan. Hal ini merupakan informasi yang
berharga bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Penentuan
tingkat Cash holding perusahaan merupakan salah satu keputusan keuangan
penting yang harus diambil oleh seorang manajer keuangan. Cash holding dapat digunakan untuk beberapa hal, antara lain dibagikan kepada para
pemegang saham berupa dividen, melakukan pembelian kembali saham,
melakukan investasi atau menyimpannya untuk kepentingan perusahaan
dimasa depan. Perusahaan harus dapat menjaga kas yang dimiliki pada tingkat
yang optimal karena menahan kas yang terlalu besar dalam aktiva adalah hal
yang tidak produktif karena akan memerlukan biaya yang tinggi dalam
pemeliharaannya. Para investor akan melihat situasi ini sebagai sebuah sinyal
yang menggambarkan tingkat efektifitas manajemen perusahaan dalam
mengelola dananya dan menjadi andil dalam menentukan naik dan turunnya
nilai perusahaan.
Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek.
Salah satunya adalah kualitas audit dari laporan keuangan yang telah diaudit.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa laporan keuangan yang
dibuat dengan angka-angka akuntansi yang benar diharapkan dapat
meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan
mana agent tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta
sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agent. Investor juga dapat melihat gambaran kondisi perusahaan secara fundamental sebagai dasar
pengambilan keputusan investasinya.
Mengingat pentingnya laporan keuangan maka perusahaan publik yang
terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia), setiap tahunnya wajib melaporkan
laporan keuangan dan laporan tahunan yang telah diaudit kepada bursa efek,
investor dan publik. Laporan keuangan dan laporan tahunan yang telah diaudit
dilaporkan tersebut dipergunakan para investor untuk mengetahui
perkembangan kinerja perusahaan serta sebagai langkah pengambilan
keputusan investasi pada masa yang akan datang.
De Angelo (1981) dalam Alim,dkk. (2007) mendefinisikan audit quality (kualitas audit) sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan
melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi
kliennya. Agar laporan audit yang dihasilkan oleh auditor berkualitas maka
auditor harus menjalankan pekerjaannya secara profesional. Termasuk saat
menghadapi persoalan audit yang kompleks. Auditor harus bisa memenuhi
tuntutan yang diinginkan oleh klien, walaupun seberapa tinggi tingkat
kompleksitas yang diberikan agar klien merasa puas dengan pekerjaannya dan
tetap menggunakan jasa auditor yang sama diwaktu yang akan datang.
Pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh
akuntan publik semakin besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan
negeri terlihat dari akan diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) terhadap 10 Kantor Akuntan Publik yang
diindikasikan melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang
dilikuidasi pada tahun 1998. Selain itu terdapat kasus keuangan dan
manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik
yang menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam (Winarto, 2002 dalam
Christiawan, 2003).
Selain fenomena di atas, kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik
juga tengah mendapat sorotan dari masyarakat banyak yakni seperti kasus
yang menimpa akuntan publik Justinus Aditya Sidharta yang diindikasi
melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. Great River
Internasional, Tbk. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor
investigasi dari Bapepam yang menemukan indikasi penggelembungan
account penjualan, piutang dan aset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan Great River yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya
kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang. Berdasarkan investigasi
tersebut Bapepam menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan
keuangan Great River ikut menjadi tersangka. Oleh karenanya Menteri
Keuangan RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah membekukan
izin akuntan publik Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti
melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP)
berkaitan dengan laporan audit atas laporan keuangan konsolidasi PT. Great
Kualitas audit yang baik biasanya berasal dari auditor skala besar.
Auditor skala besar adalah auditor yang bekerja sama dengan auditor
internasional/luar negeri. Auditor skala besar memiliki insentif lebih untuk
mendeteksi dan melaporkan masalah kliennya dan lebih memungkinkan
mendeteksi praktik-praktik akuntansi yang masih meragukan. Oleh karena itu,
kualitas auditor dapat menjadi indikator yang baik untuk meningkatkan nilai
perusahaan.
Penelitian mengenai kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan
telah dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) yang menemukan
bahwa kepemilikan manajerial terbukti mempengaruhi nilai perusahaan,
artinya tinggi rendahnya kepemilikan saham oleh jajaran manajemen berkaitan
dengan tinggi rendahnya nilai perusahaan. Hal ini didukung pula oleh
penelitian yang dilakukan oleh Soliha (2002) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Penelitian mengenai kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan
telah dilakukan oleh Rahmawati dan Triatmoko (2007) yang menemukan
bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hal ini didukung pula oleh Haruman (2008) yang menyatakan
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif (+) ke MVE dan negatif
(-) ke closing price.
Penelitian mengenai pengaruh kebijakan dividen yang diproksikan
hubungan yang signifikan dan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pembayaran dividen mengakibatkan
penurunan nilai perusahaan. Bertolak belakang dengan hasil penelitian
Haruman (2008), Sujoko dan Soebiantoro (2007) menemukan bahwa
kebijakan dividen memiliki hubungan yang signifikan dan berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan
Penelitian mengenai cash holdings dan nilai perusahaan menemukan beberapa hubungan. Penelitian yang dilakukan oleh Kin-Wai Lee dan
Cheng-Few Lee (2008) menemukan hubungan bahwa nilai perusahaan yang
diproksikan dengan market to book ratio berhubungan negatif dengan cash holdings. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dengan cash
holdings yang tinggi menyebabkan investor khawatir bahwa manajer lebih mempunyai kekuasaan untuk menghamburkan sumber daya perusahaan pada
value destroying projects (proyek yang merusak nilai).
Namun, pada penelitian lain menunjukkan bahwa kepemilikan kas
memiliki hubungan positif dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
didukung oleh Chen (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan kas dapat
meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi semua pembiayaan dan
meningkatkan nilai tambah dengan menciptakan investasi yang dilakukan oleh
perusahaan. Hal ini konsisten dengan Boyle dan Guthrie (2003) yang
Penelitian mengenai pengaruh kualitas audit terhadap nilai perusahaan
telah dilakukan oleh Herawaty (2008) yang membuktikan bahwa kualitas
audit memiliki hubungan yang signifikan dan berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan. Hal ini membuktikan bahwa semakin baik kualitas audit
sebuah laporan keuangan maka tingkat kepercayaan dan keputusan yang
diambil pemegang saham semakin tinggi. Dengan demikian nilai perusahaan
akan meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
karena adanya perbedaan dari beberapa hasil peneliti terdahulu. Maka penulis
akan mengajukan penelitian dengan judul : “PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, DIVIDEND PAYOUT RATIO, CASH HOLDING DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN” (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2011)
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitiaan-penelitian
sebelumnya yaitu penelitian Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011). Untuk
membedakannya dengan penelitian sebelumnya maka peneliti melakukan
beberapa perubahan diantaranya adalah:
1. Adanya penambahan variabel independen berupa cash holding yang
diperoleh dari penelitian Isshaq, et. al. (2009). Selain itu, penambahan
variabel kualitas audit yang diperoleh dari penelitian Herawaty (2008).
Peneliti tertarik untuk menguji dan menganalisis variabel tambahan di
hasil maupun teori mengenai hubungan yang terkait dengan nilai
perusahaan.
2. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan publik
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) kecuali perusahaan sektor
keuangan dan BUMN dari tahun 2007 sampai dengan 2011. Sedangkan,
populasi yang digunakan dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007
sampai dengan 2009.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan
permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah interaksi antara kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah interaksi antara kepemilikan institusional memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap nilai perusahaan?
3. Apakah interaksi antara dividend payout ratio memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan?
4. Apakah interaksi antara cash holding memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan?
5. Apakah interaksi antara kualitas audit memiliki pengaruh yang
6. Apakah interaksi antara kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi
antara kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi
antara kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.
c. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi
antara dividend payout ratio terhadap nilai perusahaan.
d. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi
antara cash holding terhadap nilai perusahaan.
e. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi
antara kualitas audit terhadap nilai perusahaan.
f. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh interaksi
antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividend payout ratio, cash holding, dan kualitas audit terhadap nilai
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dapat ditemukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti
manajemen perusahaan, pemerintah, investor dan analis pasar
modal, akuntan publik dan akademisi, peneliti serta pembaca.
Selain itu, penelitian ini dapat memperkuat serta memperluas
penelitian sebelumnya terutama mengenai pengaruh struktur
kepemilikan, dividend payout ratio, cash holding dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan.
b. Bagi Perusahaan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
bukti empiris dan pedoman yang membantu pihak manajemen
perusahaan dalam menentuan kebijakan dan keputusan bisnis yang
akan diambil. Selain itu, membantu pihak manajemen perusahaan
dalam pelaksanaan pembagian dividen dalam upaya untuk
mengevaluasi kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan.
c. Bagi Pemerintah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
perusahaan sehingga bagi para regulator atau pemerintah dapat
lebih memperhatikan dan memberikan kontribusi yang bermanfaat
demi terciptanya tata kelola yang baik di seluruh sektor
perusahaan.
d. Bagi Investor dan Analis Pasar Modal
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
bukti empiris yang dapat digunakan untuk menambah informasi
sebagai dasar pengambilan keputusan investasi di pasar modal.
Salah satunya adalah dengan mengamati kebijakan dividen yang
terdapat dalam perusahaan sehingga dapat sebagai alat untuk
menilai perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
e. Bagi Akuntan Publik
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
bukti empiris yang dapat digunakan untuk membantu akuntan
publik dalam upaya mengevaluasi dan meningkatkan kinerjanya
dalam melaksanakan audit dan mendeteksi adanya kecurangan atau
fraud yang dilakukan oleh pihak manajemen pada laporan
keuangan suatu perusahaan. Sehingga dapat menghasilkan laporan
audit yang berkualitas. Hal ini, akan memberikan kontribusi bagi
perusahaan dalam rangka menciptakan good corporate governance di seluruh sektor perusahaan dan dapat meningkatkan nilai
publik untuk mengetahui karekteristik perusahaan dalam pemilihan
auditor eksternal sehingga akuntan publik dapat melakukan
pekerjaannya
f. Bagi Akademisi, Peneliti dan Pembaca
Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini
dapat memberikan bukti empiris yang membantu dalam
pengembangan ilmu mengenai agency theory sehingga memperoleh permodelan-permodelan yang secara konseptual
berpengaruh dampaknya terhadap nilai suatu perusahaan. Selain itu
diharapkan juga agar dapat memperluas wawasan serta menjadi
referensi bagi para peneliti selanjutnya yang dapat digunakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Agency Theory (Teori Keagenan)
Teori keagenan mengemukakan hubungan antara principal (pemilik) dan agent (manajer) dalam hal pengelolaan perusahaan, dimana principal merupakan suatu entitas yang mendelegasikan wewenang untuk mengelola
perusahaan kepada pihak agent (manajemen). Menurut Jensen dan Meckling dalam Kawatu (2009), teori agensi menjelaskan tentang
hubungan kontraktual antara pihak yang mendelegasikan keputusan
tertentu (principal/pemilik/pemegang saham) dengan pihak yang menerima pendelegasian tersebut (agen/manajemen).
Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena
kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal,
sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para
pemilik (principal) dengan memperoleh kompensasi sesuai dengan
kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di
dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai
atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali, 2002).
Eisenhardt dalam Larasati (2009) menggunakan tiga asumsi sifat dasar
a. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest); b. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality);
c. Manusia selalu menghindari resiko (risk averse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai
manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat
opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Haris dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Sebagai pengelola perusahaan, manajer
perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik
(pemegang saham).
Oleh karena itu, manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal
mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan
oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti
laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting
bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada
dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002). Adanya
ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu munculnya
kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan
perusahaan. Jensen dan Meckling dalam Larasati (2009) yang berpendapat
bahwa agency conflict timbul pada berbagai hal sebagai berikut:
a. Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan kemampuan
dirinya dan bukan yang paling menguntungkan bagi perusahaan;
b. Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pendapatan
perusahaan yang stabil, sedangkan pemegang saham lebih menyukai
distribusi kas yang lebih tinggi melalui beberapa peluang investasi
internal yang positif atau disebut earning retention;
c. Manajemen cenderung mengambil posisi aman untuk mereka sendiri
dalam mengambil keputusan investasi. Dalam hal ini, mereka akan
mengambil keputusan investasi yang sangat aman dan masih dalam
jangkauan kemampuan manajer;
d. Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan
sejalan dengan waktu penugasan mereka. Hal ini dapat menimbulkan
bias dalam pengambilan keputusan yaitu berpihak pada proyek jangka
pendek dengan pengembalian akuntansi yang tinggi.
Asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah agency problem yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan antara
kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan manajemen sebagai
pengelola. Pemilik memiliki kepentingan agar dana yang
diinvestasikannya mendapatkan return maksimal, sedangkan manajer berkepentingan terhadap perolehan insentif atas pengelolaan dana pemilik
2. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan menjadi penting dalam teori keagenan karena
sebagian besar argumentasi konflik keagenan disebabkan oleh adanya
pemisahan kepemilikan dan pengelolaan. Konflik keagenan tidak terjadi
pada perusahaan dengan kepemilikan seratus persen oleh manajemen
(Jensen dan Meckling, 1976). Tetapi konflik keagenan terjadi karena
terdapatnya dua kepentingan yaitu antara pemilik dan manajemen yang
tidak selalu sejalan. Perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen
mengakibatkan manajemen berperilaku curang dan tidak etis sehingga
merugikan pemegang saham.
Secara umum struktur kepemilikan terbagi menjadi dua kategori yaitu
struktur kepemilikan terkonsentrasi dan menyebar. Secara spesifik
kategori struktur kepemilikan meliputi kepemilikan institusi domestik,
institusi asing, pemerintah, karyawan, dan individual domestik (Xu, 1997
dalam Hastuti, 2005). Namun, didalam penelitian ini, hanya
menggunakan dua indikator diantaranya melalui kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional.
a. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial dapat diartikan sebagai pemegang saham
dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Kepemilikan
manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang
masing-masing periode pengamatan. Variabel ini digunakan untuk
mengetahui manfaat kepemilikan dalam mekanisme mengurangi
konflik keagenan, sehingga masalah keagenan diasumsikan akan
hilang apabila seorang manajer juga sekaligus sebagai seorang
pemilik.
Shelter dan Vishny (1986) dalam Siregar, Sylvia. Veronica N.P,
dan Utama, Siddharta (2005) menyatakan bahwa kepemilikan saham
yang besar dari segi ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor.
Secara teoritis, jika kepemilikan manajerial rendah, maka insentif
terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan
meningkat. Kepemilikan manajerial terhadap saham perusahaan
dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara
pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen dan Meckling,
1976). Sehingga masalah keagenan diasumsikan akan hilang apabila
seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.
Karena manajer merasa lebih memiliki perusahaan. Dengan rasa
memiliki tersebut maka manajemen akan mengoptimalkan
penggunaan sumber daya sehingga mengakibatkan kenaikan nilai
perusahaan.
Morek, Shieifer dan Vishny (1988) dalam Siregar, Sylvia.
Veronica N.P, dan Utama, Siddharta (2005) menemukan bahwa pada
- 25%, berhubungan positif antara kepemilikan dengan nilai
perusahaan pada level 25% - 50% dan berhubungan negatif pada
level lebih dari 50%. Hal ini juga didukung oleh penelitian
Widyaningsih (2001) yang menyatakan bahwa hubungan kepemilikan
manajerial dengan kinerja perusahaan masih bertentangan dan
terdapat hubungan non monotonic. Di mana pola hubungan non-monotonic adalah pola hubungan yang membentuk non linear. Maksudnya kepemilikan manajerial yang rendah terbukti
meningkatkan nilai perusahaan dan begitu pula dengan kepemilikan
manajerial yang tinggi terbukti dapat meningkatkan nilai perusahaan,
tetapi ketika kepemilikan manajerial ada pada level intermediate justru dapat menurunkan nilai perusahaan.
Hubungan non monotonik antara kepemilikan manajerial dan
nilai perusahaan disebabkan adanya insentif yang dimiliki oleh
manajer dan mereka cenderung berusaha untuk melakukan
penyejajaran kepentingan dengan outsider owners dengan cara meningkatkan saham mereka sehingga nilai perusahaan yang berasal
dari investasi meningkat.
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah proporsi kepemilikan saham
yang dimiliki oleh pemilik institusi dan blockholders pada akhir tahun (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Yang dimaksud institusi adalah
lain yang bentuknya seperti perusahaan. Sedangkan yang dimaksud
blockholders adalah kepemilikan individu atas nama perorangan di atas 5% yang tidak termasuk dalam kepemilikan manajerial.
Pemegang saham blockholders dimasukkan dalam kepemilikan institusional karena pemegang saham blockholders dengan
kepemilikan saham di atas 5% memiliki tingkat keaktifan lebih tinggi
dibandingkan pemegang saham institusional dengan kepemilikan
saham di bawah 5%.
Menurut Moh’d, et. al. (1998) yang menyatakan bahwa
institusional investor dapat mengurangi agency cost. Salah satu cara
yang dapat digunakan untuk mengurangi agency problem dan agency cost adalah dengan cara meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh institusional. Karena dengan adanya kepemilikan
oleh investor-investor institusional seperti perusahaan investasi, bank,
perusahaan asuransi, maupun lembaga lain yang bentuknya seperti
perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan manajemen
yang lebih optimal dalam mengelola perusahaan. Hal ini akan
mengakibatkan fungsi pengawasan akan berjalan secara efektif dan
menjadikan manajemen semakin berhati-hati dalam memperoleh dan
mengelola pinjaman (utang), karena jumlah utang yang semakin
Midiastuty (2004) yang menunjukan bahwa efektifitas monitoring
institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan
mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
3. Dividend Payout Ratio
a. Pengertian Dividend Payout Ratio
Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen
(dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan
sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin
sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen.
Pengertian kebijakan dividen dari beberapa ahli sebagai berikut,
yaitu:
Menurut Fred J. Weston dan Thomas E. Copeland (1997) :
“Dividend policy determines the divisions of earning between payments to stockholders and reinvestment in the firm. Retained earning are one of the most significant sources of funds for financing cooperate growth, but dividens constitute the cash flows that accure to stockholders.”
Menurut Agus Sartono (2001):
“Rasio pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi
pemegang saham”.
Menurut Bambang Riyanto (2001) :
“Kebijakan dividen adalah bersangkutan dengan penentuan
pembagian pendapatan (earnings) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti pendapatan
Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa kebijakan dividen
merupakan suatu kebijakan untuk menetapkan beberapa bagian dari
laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para
pemegang saham dan seberapa besar bagian laba bersih itu akan
ditanamkan kembali sebagai laba yang ditahan untuk reinvestasi.
Rasio dividend payout ratio dapat dicari dengan rumus sebagai berikut (Ikbal, dkk., 2011) :
Dimana:
1) Dividen Per Lembar Saham (Dividend Per Share)
Dividen per lembar saham (DPS) adalah besarnya
pembagian dividen yang akan dibagikan kepada pemegang
saham setelah dibandingkan dengan rata-rata tertimbang saham
biasa yang beredar. Besarnya dividen per lembar saham dapat
dicari dengan rumus :
2) Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share)
Laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang
diperoleh dalam suatu periode tertentu untuk setiap jumlah
saham yang beredar. Informasi mengenai laba per lembar saham
dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi
investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Selain itu
juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan suatu
perusahaan.
Perhitungan laba per lembar saham diatur dalam PSAK
No.56 (2010) yang menyatakan dua macam laba per lembar
saham :
a) Laba per lembar saham dasar adalah jumlah laba pada suatu
periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar
dalam periode pelaporan.
b) Laba per lembar saham dilusian adalah jumlah laba pada
suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang
beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang
asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham
biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode
pelaporan. Laba per lembar saham (EPS) dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut :
b. Dividend Payout Ratio Theory
Kebijakan dividen sering dianggap sebagai signal bagi investor
dalam menilai baik buruknya perusahaan. Hal ini disebabkan karena
perusahaan. Dengan demikian seberapa besar porsi laba yang akan
dibagikan dalam bentuk dividen dan seberapa besar porsi laba yang
akan ditahan untuk diinvestasikan kembali, merupakan masalah yang
cukup serius bagi pihak manajemen.
Terdapat sejumlah perdebatan seputar bagaimana kebijakan
dividen mempengaruhi nilai perusahaan, yaitu:
1) Dividen tidak relevan
Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak
relevan terhadap tingkat kesejahteraan pemegang saham,
dikemukan Martin, Petty, Keown, and Scott (1991); Miller
(1986); Miller dan Modigliani (1961) dalam Hatta (2002). Dasar
pemikiran yang dikemukakan adalah dalam kondisi bahwa
keputusan investasi yang given, pembayaran dividen tidak
berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Nilai
perusahaan lebih ditentukan oleh earning power dari aset
perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai
perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi.
2) Dividen relevan
Menurut Gordon (1959), dalam dunia realita pasar bersifat
tidak sempurna. Kelemahan dari teori irrelevant ini mendorong
munculnya teori yang lebih realistis yang menganggap bahwa
dividen memiliki relevansi atau efek terhadap nilai perusahaan.
cakupan the relevance of dividend proposition antara lain: bird in
the hand theory, tax differentiation theory, clientele effect, dividend signaling theory dan agency theory .
a) Bird in the Hand Theory
Teori ini berasal dari pemikiran Gordon (1959) yang
berangggapan bahwa investor memandang suatu burung di
tangan lebih berharga dari pada seribu burung di udara.
Maksudnya adalah bahwa investor menilai dividend payout
lebih besar daripada pertumbuhan (g), karena mereka merasa
lebih yakin jika menerima dividen dibandingkan jika
menerima capital gain dari laba yang ditahan. Argumen dari Gordon tersebut dapat disimpulkan bahwa dividen dapat
meningkatkan tingkat kesejahteraan pemegang saham. Hal
ini berarti bahwa semakin tinggi dividend payout ratio, maka semakin tinggi pula nilai dari perusahaan.
b) Tax Differentiation Theory
Teori ini dikemukakan oleh Litzenberger dan
Ramaswamy (1979) dalam Hatta (2002). Pandangan yang
dikemukakannya bahwa semakin tinggi dividend payout ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan
semakin rendah. Hal ini didasarkan pada pemikiran jika
pertumbuhan yang tinggi akan menjadi lebih menarik dan
lebih banyak diminati. Dari argumen di atas dapat
disimpulkan bahwa dividen dapat menurunkan tingkat
kesejahteraan masyarakat dikarenakan tarif pajak yang
tinggi atas dividen. Penurunan tingkat kesejahteraan
pemegang saham akan mengakibatkan penurunan nilai
perusahaan.
c) Clientile Effect
Berkaitan dengan clientile effect, terdapat dua kelompok investor, yaitu investor yang lebih menyukai
untuk memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk
pembagian dividen, namun ada pula investor yang menyukai
untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka, karena
investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi.
Dengan adanya dua kelompok tersebut, maka ada
kecenderungan perusahaan untuk enggan melakukan
perubahan kebijakan dividen. Hal ini disebabkan perubahan
kebijakan dividen akan mengakibatkan beberapa investor
akan menjual sahamnya, dan sebagai akibatnya harga saham
akan mengalami penurunan.
d) Dividend Signalling Theory
Teori dividen ini mendasari dugaan bahwa
informasi yang mengakibatkan adanya reaksi kenaikan harga
saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya
menyebabkan harga saham turun. Teori ini menjelaskan
bahwa informasi tentang perubahan dividen yang dibayarkan
digunakan oleh investor sebagai sinyal tentang prospek
perubahan di masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa
dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
e) Agency Theory of Dividend
Menurut agency theory (Jensen and Meckling, 1976), salah satu pendekatan untuk meminimumkan agency problem adalah dengan mekanisme pembayaran dividen.
Dengan melakukan pembayaran dividen pemegang saham
melihat bahwa pengelola perusahaan telah melakukan
tindakan yang sesuai dengan keinginan mereka sehingga
akan mengurangi agency problem. Berkurangnya agency
problem akan menurunkan agency cost. Semakin rendah agency cost mengakibatkan peningkatan kesejahteraan pemegang saham dan akibatnya nilai perusahaan akan
meningkat.
c. Faktor-Faktor dalam Menentukan Dividend Payout Ratio
Menurut Harjito dan Martono (2005) yang menyatakan bahwa
sejauh ini pembahasan dividen hanya menyangkut aspek-aspek
suatu kebijakan dan sejumlah hal, pertimbangan-pertimbangan ini
harus dikaitkan kembali ke teori pembayaran dividen dan penilaian
perusahaan. Berikut ini, beberapa pertimbangan atau faktor yang
harus dianalisis dan dibahas perusahaan ketika menetapkan suatu
kebijakan dan dalam praktek ketika melakukan pendekatan terhadap
keputusan dividen :
1) Kebutuhan dana bagi perusahaan
Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil
kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan
akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan
dananya (semua proyek investasi yang menguntungkan).
2) Likuiditas perusahaan
Likuiditas perusahaan merupakan salah satu petimbangan utama
dalam kebijakan dividen. Karena dividen harus mengeluarkan
arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas untuk membayar
dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam
mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai
fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahan tidak akan
membayar dividen dalam jumlah yang besar.
3) Kemampuan untuk meminjam
Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan
fleksibillias dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila
mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan
yang tinggi sehingga kemampuan untuk membanyar dividen juga
tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang,
manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas
terhadap likuiditas perusahaan.
4) Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang
Ketentuan perlindungan (protective covenant) dalam suatu perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap
pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para
kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut
membayar hutangnya. Biasanya, pembatasan ini dinyatakan
dalam persentase maksimum dari laba kumulatif. Apabila
pembatasan ini dilakukan, maka manajemen perusahaan dapat
menyambut baik pembatasan dividen yang dikenakan oleh
kreditur, karena dengan demikian manajemen tidak harus
mempertanggungjawabkan penahanan laba kepada para
pemegang saham. Manajemen hanya perlu menaati pembatasan
tersebut.
5) Pengendalian hutang
Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar,
maka perusahan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan
datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai
bertambahnya jumlah saham yang beredar, ada kemungkinan
kelompok pemegang saham tertentu tidak lagi dapat
mengendalikan perusahaan karena jumlah saham yang mereka
kuasai menjadi berkurang dari seluruh saham yang beredar. Oleh
karena itu dianggap berbahaya bila perusahaan terlalu besar
membayar dividennya, sehingga pengendalian perusahaan
menjadi berpindah tangan.
4. Cash Holding
a. Pengertian Cash Holding
Kas merupakan aset perusahaan paling likuid yang berfungsi
sebagai darah perusahaan dalam menggerakkan operasi rutin.
Kebijakan perusahaan untuk memegang kas merupakan langkah
untuk melindungi perusahaan dari cash shortfall. Semakin besar
ketidakpastian atau volatilitas dari cash flow perusahaan, maka semakin besar kemungkinan terjadinya kekurangan kas operasional
dan perusahaan terdorong untuk memegang kas dalam jumlah yang
lebih besar (Dittmar, 2008).
Kas adalah salah satu aset yang siap dikonversikan menjadi aset
jenis lainnya. Kas sangat mudah disembunyikan dan dipindahkan, dan
sangat diinginkan. Oleh karena karakteristik tersebut, maka kas
merupakan aset yang paling mungkin untuk digunakan dan
dibelanjakan dengan tidak tepat. Kas juga merupakan aset yang paling
Pada umumnya, perusahaan yang secara finansial tidak dibatasi
dengan corporate governance yang lebih lemah, cenderung menginvestasikan kas lebih banyak dan menghabiskan kas yang
tersedia lebih cepat. Oleh karena itu, corporate governance yang lebih lemah mempunyai konsekuensi terhadap manajemen kas sehingga
manajer pada corporate governance yang lemah mempunyai cadangan kas yang lebih kecil (Harford, et. al., 2008 dalam Isshaq, et.
al., 2009).
Manajer dalam pengawasan lemah, lebih memilih investasi
eksternal melalui akuisisi kas daripada investasi internal melalui R&D
dan modal. Harford, et al., (2006) dalam Isshaq et al., (2009)
menemukan bahwa investasi pada akuisisi, R&D, dan belanja modal
oleh perusahaan dengan corporate governance yang buruk akan
mengurangi profitabilitas masa depan dan nilai perusahaan.
Sedangkan pengertian kas menurut PSAK No.2 Tahun 2009
yaitu:
“Kas terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (demand deposits). Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko
perubahan nilai yang tidak signifikan.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kas adalah aset
yang sangat likuid atau cair yang sifatnya berjangka pendek sehingga
mudah digunakan untuk operasional perusahaan dan tidak disimpan