• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1501386128Bab 7 RENCANA PEMB INFRASTRUKTUR ENDE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1501386128Bab 7 RENCANA PEMB INFRASTRUKTUR ENDE"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 1

encana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup empat sektor yaitu

pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air

minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air

limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap

sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai

baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi hingga pada usulan

kebutuhan program dan pembiayaan.

7.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman

didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang

mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan

perkotaan atau perdesaan.

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan,

kawasan perdesaan dan pengembangan permukiman khusus. Pengembangan permukiman kawasan

(2)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 2

perkotaan terdiri dari peningkatan kualitas permukiman kumuh, pengembangan lingkungan permukiman

perkotaan, pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman nelayan. Sedangkan untuk

pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan permukiman perdesaan potensial,

pengembangan permukiman perdesaan tertinggal, terpencil dan pulau-pulau kecil terluar. Pengembangan

permukiman khusus meliputi pengembangan kawasan perbatasan, pengembangan kawasan pulau-pulau

kecil terluar dan pengembangan kawasan rawan bencana, pasca bencana dan kawasan tertentu.

7.1.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Isu strategis Kabupaten Ende dapat diidentifikasi seperti yang terlihat pada tebel berikut

Tabel 7.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Ende

Isu Strategis Keterangan

1. Penguasaan status tanah pada

kawasan permukiman yang berada pada lahan yang tidak sesuai peruntukan.

 Penertiban Kawasan Permukiman

2. Meminimalisir penyebab dampak

bencana dan kawasan kumuh

 Penataan dan Perbaikan Lingkungan

Permukiman

 Penyiapan Lokasi untuk Resettlement

 Pengembangan Kelembagaan formal

pengelola perumahan

 Pembangunan Kawasan Permukiman di

lokasi baru

3. Memenuhi Kebutuhan perumahan dan penyediaan perumahan bagi warga kota yang tidak mampu.

 MemperpEnde k proses pengurusan

perijinan

 Membuat MOU dengan lembaga keuangan

untuk pengadaan permukiman warga

4. optimalisasi kapasitas kelembagaan dalam memeberikan fasilitas untuk

 Pengembangan Lembaga Formal

(3)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 3

Isu Strategis Keterangan

mendapatkan tempat tinggal yang

layak huni bagi warga Kab. Ende .  Revitalisasi Kawasan

5. Pemanfaatan infrastruktur

permukiman yang sudah dibangun dan perlu kerja sama lintas sektor.

 Peningkatan dan Pembangunan Infrastruktur

Permukiman Perkotaan

 Peningkatan kerjasama dalam pengelolaan

Infrastruktur Permukiman Perkotaan

6. Memberikan kemudahan bagi pengembang kawasan permukiman.

 Mendorong Realisasi Pembangunan

Perumahan sesuai lahan peruntukan dan ijin lokasi

 Memfasilitasi Penyiapan Infrastruktur

Perkotaan

7. Mengembangkan Permukiman dengan memanfaatkan teknologi tepat guna/ ramah lingkungan.

 Penerapan teknologi tepat guna/ramah

lingkungan dalam pengembangan

 Penerapan Model Management resiko

berbasis masyarakat

9. Memelihara permukiman dan infrastruktur pendukungnya.

 Pengembangan Managemen Permukiman

dan Infrastrukturnya berbasis Masyarakat

10. Menguatkan kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan permukiman dan infrastruktur pendukungnya.

 Membangun Jejaring Kerjasama

kelembagaan masyarakat antar kawasan Permukiman

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

Kabupaten Ende , sudah memiliki dokumen SPPIP dan RPKPP sejak tahun 2014 dan dokumen

RPKPKP tahun 2016. Dengan demikian dapat digambarkan kondisi eksisting pengembangan

Permukiman.

Dalam pelaksanaan pembangunan pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu

Kabupaten Ende dalam menyediakan kawasan permukimkan layak huni, maka ada peraturan

(4)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 4

Adapun peraturan perundangan di tingkat kota yang mendukung seluruh tahapan proses

perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan pembangunan permukiman disajikan dalam tabel

berikut :

Tabel 7.2. Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Bupati terkait Pengembangan Permukiman

NO.

PERDA/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/

/Peraturan lainnya Amanat Kebijakan Daerah

Kebijakan Kebijakan

No. Peraturan Perihal Tahun

1 1 tahun 2010 RTRWP NTT 2010-2030

Pemanfaatan kawasan sesuai

peruntukan dan tidak

melanggar ketentuan umum Zonasi.

2 12 tahun 2011 RTRW

Kabupaten Ende 2011-2031

Pengembangan permukiman sesuai BWK yang ditentukan dan sesuai pula dengan ketentuan umum zonasi

3 RPJMD

Kabupaten Ende 2014-2018

Upaya-upaya penataan & kawasan permukiman sesuai zonasi

5 431/KEP/HK/2014 Penetapan

Kawasan Kumuh 2014

Penanganan kawasan kumuh

pada lokasi yang telah

ditetapkan.(5 kawasan)

Permukiman Kumuh

Kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Ende ditetapkan melalui SK Bupati Ende No.

341/KEP/HK/2016 seluas 44,84 HA , pada 5 lokasi. Kawasan ini dikategorikan sebagai kawasan

kumuh kota/nelayan karena kondisi sarana dan prasara yang memprihatinkan, kepadatan yang

tinggi, ketidakteraturan bangunan dan kondisi fisik bangunan yang sebagian besar merupakan

(5)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 5

Umumnya permukiman kumuh ini berada di wilayah bantaran sungai , pesisir pantai/nelayan dan

pusat kota.

Berikut ini disajikan data kawasan kumuh di Kabupaten Ende :

Tabel 7.3. Data Kawasan Kumuh Kabupaten Ende Tahun 2015

NO NAMA KAWASAN LUAS SAT

Sumber : RPKPKP Kabupaten Ende 2016

Permukiman nelayan di Kota berada pada sepanjang pantai Teluk Kupang yakni pada kawasan

Lasiana, Oesapa, Oeba hingga Namosain. Sedangkan kawaan rawan bencana (tsunami) umumnya

disepanjang pesisir pantai.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Ende dapat diidentifikasi

sebagai berikut :

Tabel. 7.4 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan pengembangan Permukiman Kabupaten Ende

a. Belum adanya dokumen perencanaan

yang tersruktur dan

berkesinambungan.

b. Kondisi fisik wilayah dan permukiman

yang tidak terkonsentrasi

menyebabkan tingginya biaya

(6)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 6

No Permasalahan Pengembangan

Permukiman

Tantangan

Pengembangan Alternatif Solusi

c. Pertumbuhan penduduk yang cukup

pesat di perkotaan menyebabkan kekumuhan di beberapa lokasi

d. Kawasan permukiman yang cEnde

rung kumuh sebagai akibat eksploitasi

lahan bagi pembangunan fisik

bangunan.

e. Kepadatan bangunan yang tinggi,

jalan lingkungan yang berada

disela-sela bangunan rentan terhadap

bahaya kebakaran.

f. Kondisi penyediaan hunian bagi

penduduk Kabupaten Ende yang

a. Lemahnya daya beli, membangun dan

memelihara rumah dan sarana-prasarana permukiman

b. Masih tingginya ketergantungan

pendanaan pembangunan dan

pemeliharaan perumahan dan sarana-prasarana permukiman

c. Berkembangnya pengusaan lahan

slaka besar oleh beberapa pihak yang tidak disertai kemempuan untuk

membangun atau merealisasikan

pada waktunya.

d. Alokasi dana untuk pembangunan

infrastruktur

3 Aspek Peran Masyrakat

a. Masih lemahnya kesadaran

masyarakat untuk memelihara hasil pembangunan sarana-prasarana yang telah dibangun.

b. Rendahnya tingkat

kesadaran/masyarakat dalam

memenuhi proedur memperoleh

legalitas hunian, sehingga

Penghasilan yang

minim, mengakibatkan

masyrakat hanya

berkonsentrasi pada

(7)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 7

No Permasalahan Pengembangan

Permukiman

Tantangan

Pengembangan Alternatif Solusi

mengakibatkan timbulnya kawasan

perumahan/permukiman liar di

beberapa lokasi

4 Aspek Kelembagaan

a. Belum konsistennya penerapan

regulasi penataan bangunan dan

kawasan serta penataan ruang,

sehingga terjadi kekumuhan dan kerusakan lingkungan

b. Kurangnya regulasi pendukung

kepastian hukum kepemilikan dan

pembangunan perumahan yang

terjangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat

c. Kebijakan tata ruang kota yang belum

mampu memberikan kepastian hak

atas peruntukkannya, khususnya

dalam melindungi peruntukkan ruang.

d. Pemberian perijinan penguasaan

lahan untuk kawasan perumahan dan

permukiman umumnya belum

dilandaskan pada kerangka penataan wilayah.

5 Aspek Lingkungan Permukiman

a. Terdapat beberapa kawasan

permukiman yang belum terjangkau

oleh pelayanan sarana/prasarana

permukiman yang memadai.

b. Pada wilayah kumuh kondisi

perumahan >60% merupakan

bangunan temporer/semi permanen.

c. Perilaku masyarakat yang sering

membuang sampah di kali atau

saluaran drainase menyebabkan

lingkungan menjadi kumu dan

(8)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 8

No Permasalahan Pengembangan

Permukiman

Tantangan

Pengembangan Alternatif Solusi

d. Kepadatan penduduk di wilayah

permukiman yang tinggi berdampak pula terhadap buangan MCK.

D. Evaluasi program-program yang telah dilaksanakan

Sesuai SPPIP/RPKPP tahun 2016, terdata beberapa kawasan yang perlu mendapat perhatian yang

akan mempengaruhi citra dari pada Kabupaten Ende . Kawasan yang menjadi perioritas sesuai

arahan RP2KPKP adalah :

a. Klasifikasi 5 Kawasan dengan perioritas penangan tinggi urutan perioritas sebagai berikut :

1. Ende Timur

2. Ende Utara

3. Ende Selatan

4. Kelimutu

5. Ende Tengah

Dari lima kawasan sesuai arahan RP2KPKP pengangannya baik dari Kabupaten maupun yang didanai

dari anggaran APBD maupun APBN masih sangat minim.

Sedangkan sesuai RP2KPKP tahun 2016 tentang perencanaan 5 kawasan kumuh (termasuk kawasan

Kelimutu, Kota Raja, Mautapaga, Paupire dan kawasan Tetandara yang merupakan kawasan prioritas

dalam RP2KPKP) sementara di tangani dan akan terus ditangani hingga mencapai 0 % pada tahun

2019 sesuai gerakan 100-0-100.

7.1.2. Sasaran Program

Sasaran program Kegiatan pengembangan kawasan permukiman terdiri dari kegiatan Non Fisik

berupa pengaturan, pembinaan, pengawasan dan kegiatan fisik berupa pembangunan dan

pengembangan di kawasan perkotaan; perdesaan dan kawasan khusus.

(9)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 9

1. Peraturan Pengembangan Kawasan Permukiman

2. Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan Permukiman yang mencakup :

Pendampingan Penyusunan NSPK, Penyusunan Jakstra dan Rencana Pengambangan Kawasan

Permukiman dan Pembinaan, Pengawasan dan Kemitraan Penyelnggaraan Pengembangan

Kawasan Permukiman.

Pengembangan permukiman Fisik terdiri dari :

1. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan meliputi :

- peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh

- Pengembangan lingkungan permukiman perkotaan

- Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman Nelayan

2. Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman perdesaan meliputi :

- pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesan potensial dan berkelanjutan

- pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan tetinggal, terpencil dan

pulau-pulau kecil

- Pembangunan Infrastruktur Soaila Ekonomi Wilayah

3. Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman khusus meliputi :

- pembangunan dan pengembangan kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar

- pembangunan dan pengembangan kawasan rawan bencana, paska bencana, dan kawasan tertentu

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

Pelaksanaan Pengembangan pembangunan terdapat kriteria yang harus dipenuhi sebagai penentuan

layak suatu program untuk dilaksanakan terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

• Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

• Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.

• Kesiapan lahan (sudah tersedia).

(10)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 10

• Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP/RP2KP/RKP RPKPP,

Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

• Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan

komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

• Ada unit pelaksana kegiatan.

• Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

Tabel 7.5 Program Pengembangan Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan

No Aspek Pengembangan Permukiman Lokasi Kondisi

Saat Ini Kondisi Akhir Rencana

1

Pengembalian Fungsi Kawasan melalui Peremajaan (Urban Renewal)

Kabupaten

Ende Kumuh Diremajakan

2 Penataan/Peningkatan Infrastruktur

Permukiman Kawasan Kumuh

5 Kawasan pada

lima kelurahan Kumuh Diremajakan

3

Peningkatan Infrastruktur Perdesaan Skala Kawasan Permukiman Pinggir Kota

Kabupaten

Ende Kurang Diadakan/Ditingkatkan

7.1.3. Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Pengembangan Permukiman

Sesuai analisis kebutuhan dan usulan program pengembangan pembangunan infrastruktur

permukiman yang relevan dengan kondisi eksisiting dan permasalahan permukiman di Kabupaten

Ende maka diusulkan beberapa kegiatan dan pembiayan pengembangan permukiman di Kabupaten

Ende .

Secara rinci, usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan Pengembangan Permukiman di Kabupaten

(11)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 11

7.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

7.2.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan

A. ISU STRATEGIS

Isu strategis Bidang PBL tingkat Kabupaten Ende sebagai berikut :

Tabel. 7.6. Isu Strategis sektor PBL di Kabupaten Ende

No. Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis sektor PBL

Peraturan Penataan

a. Pemenuhan ruang terbuka publik dan RTH di

Kabupaten Ende

b. Peningkatan kualitas lingkungan dalam pemenuhan SPM

c. Keikutsertaan swsta & masyarakat dalam pentaan bangunan & lingkungan

d. Pencegahan kebakaran di Kabupaten Ende

e. Tertib pembangunan & keandalan bangunan gedung

f. P erlu mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib andal & mengacu pada lingkungan yang berkelanjutan

Sumber : RPJMD Kabupaten Ende , RTBL

B. KONDISI EKSISTING

Kondisi eksisting Kabupaten Ende

(12)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 12

Sampai dengan tahun 2015 presentasi bangunan gedung yang sudah mempunyai IMB belum terdata dikarenakan sampai dengan tahun 2015 belum pernah dilakukan pendataan bangunan gedung di Kabupaten Ende .

Adapun Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan dapat dilihat pada tabel 12.13

Tabel 7.7. Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2015

NO URAIAN SATUAN BESARAN KETERANGAN

1 STATUS PERDA BG Ada/tidak Ada

2 PROSENTASI BANGUNAN BER-IMB % Belum terdata

3 PROSENTASI BANGUNAN

BERSERTIFIKAT SLF

% Belum Terdata

4 PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG unit Belum terdata

5 PROSENTASI RTH % Belum terdata

6 STATUS BANGUNAN PUSAKA

(NASIONAL)

Ada/tidak Tidak ada

7 STATUS BANGUNAN PUSAKA (DUNIA) Ada/Tidak Tidak ada

Sumber Data Olahan

Dari tahun 2011- 2015 pembangunan sektor Penataan Bangunan Dan Lingkungan di Kabupaten Ende yang dibiayai melalui APBN hanya pada Penataan Kawasan Tradisional.

Tabel 7.8. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2011-2015

NO URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015

1 PENATAAN RTH Kws - - - - -

2 REVITALISASI

KWS.STRATEGIS

(13)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 13

Sumber: hasil olahan

Kondisi eksisting Kabupaten Ende yang memuat kegiatan penataan lingkungan permukiman,

kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara serta capaian dalam

pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan, kondisi eksisting tersebut dapat

diuraikan sebagi berikut :

Gambaran umum bangunan gedung di Kabupaten Ende dibedakan atas tiga kategori yaitu :

a. Bangunan gedung perkantoran dan fasilitas umum/sosial milik pemerintah

b. Bangunan fasilitas umum/sosial milik swasta

c. Bangunan rumah tinggal milik perorangan

Bangunan umum milik pemerintah dan sebagian bangunan umum milik swasta dibangun

berdasarkan perencanaan yang baik, dengan mengikuti ketentuan teknis ketertiban dan

keselamatan bangunan. Akan tetapi sebagian besar bangunan milik swasta dan masyarakat,

dibangun tanpa perencanaan dan tanpa pengendalian oleh instansi teknis terkait sehingga

ketertiban, ketahanan dan keselamatan bangunannya tidak terjamin.

C. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Sektor penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan di

Kabupaten Ende yang antara lain :

1. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan

(14)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 14

a. Masih tersebarnya permukiman-permukiman kumuh

b. Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional kecual bangunan gedung

bersejarah, padahal punya potensi wisata

c. Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk

mendorong pertumbuhan kota

d. Sarana lingkungan hijau, sarana olah raga, dan lain-lain kurang diperhatikan

2. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung dan Rumah Negara

Bangunan Gedung :

a. Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan

gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana

b. Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah serta rendahnya

kualitas pelayan publik .

c. Sampai saat ini Pemberian perijinan dan pembangunan gedung belum sepenuhnya

didasarkan pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

d. belum melaksanakan pembangunan lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya

untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan

permukiman yang berkelanjutan.

Rumah Negara

a. Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan

keselamatan, keamanan, dan kenyaman

b. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi

penyandang cacat;

c. Penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara kurang tertib dan efisien

d. Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik

3. Permasalahan dan tantangan di bidang pemberdayaan masyarakat

(15)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 15

b. Belum melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan

prioritas pembangunan.

Tabel .7.9. Indentifikasi Permasalahan & Tantangan PBL Kabupaten Ende

NO ASPEK PBL MASALAH YG DIHADAPI TANTANGAN

PENGEMBANGAN ALTERNATIF SOLUSI

1 Teknis

 -Tersebarnya pemukiman/

ketidakteraturan

 - Sarana lingkungan hijau

kurang diperhatikan

3 Pembiayaan Dana yang minim Kerjasama dgn

swasta Usul Tingkatkan dana

4 Partisipasi

masyarakat/swasta Sangat kurang Kurang kesadaran Sosialisasi

5 Lingkungan

Menata sesuai peruntukan kawasan

7.2.2. Sasaran Program

Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan di wilayah Kabupaten Ende , diperlukan tidak hanya untuk

mengendalikan pertumbuhan fisik suatu kawasan kota sejak dini dalam rangka memandu pertumbuhan

kota, tetapi juga memelihara, melindungi dan mencegah dari segala ancaman yang akan merusak

(16)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 16

maka sangat diperlukan pemanfaatan ruang yang optimal. Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan

sebagai alat pengendali pemanfaatan ruang kota juga diharapkan dapat berfungsi sebagai dokumen

perencanaan yang dapat dipedomani berbagai pihak dalam pembangunan fisik kota serta mereduksi

berbagai konflik kegiatan masyarakat dalam pemanfaatan ruang kota.

Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:

1. Peraturan Penataan Bangunan :

 Penyusunan Rancangan UU dan RPP Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;

 Penyusunan Standar /Pedoman/Kriteria (SPK)

2. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Bangunan Gedung

 Pembinaan pengelolaan bangunan gedung

 Standarisasi dan Kelembagaan Bidang Pebataan Bangunan

 Fasilitasi Kemitraan Bidang Penataan Bangunan

 Fasilitasi Penguatan Pemda

 Pengawasan dan Evaliasu Kenerja Bidang Penataan Bangunan

 Pembinaan Pnengelolaan rumah Negara

 Pembinaan Penataan Bangunan Loinglungan Khusus

 Perencanaan dan Analisa Teknis

 Administrasi dan Penatausahaan Penataan Bangunan

3. Penyelenggaraan Bangunan Gedung

 Bangunan Gedung Pusaka/Tradisional

 Bangunan Gedung Hijau

 Bangunan Gedung Mitigasi Bencana

 Bangunan Gedung Perbatasan

(17)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 17

4. Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan

 Penataan Bangunan Kawasan Strategis

 Penataan Bangunan Kawasan Rawan Bencana

 Penataan Bangunan Kawasan Perbatasan

 Penataan Bangunan Kawasan Hijau

 Penataan Bangunan Kawasan Destinasi Wisata

5. Revitalisasi dan Pengembangan Kawasan Tematik Perkotaan

 Penataan Kawasan Pengembangan Kota HIjau

 Penataan Kawasan Revitalisasi Kota Pusaka

 Penataan Kawasan Revitalisasi Tradisional Bersejarah

 Penataan Kawasan Pengembangan Destinasi Wisata

6. Fasilitasi Edukasi dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat Bidang Penataan Bangunan

 Kegiatan Penyebarluasan Informasi PIP2B

 Fasilitasi Pemanfaatan Ruang terbuka Publik

Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)

dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci,

indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana

pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan

(18)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 18

7.2.3. Usulan Program dan Kegiatan

Usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Ende di sajikan pada matriks

RPI2JM .

7.3. SISTIM PENYEDIAAN AIR MINUM

7.3.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan

A. Isu Strategis Pembangunan SPAM

Isu-isu strategis yang mempengaruhi upaya Kabupaten Ende untuk mencapai target

pembangunan di bidang air minum melalui gerakan 100-0-100. Adapun Isu-isu strategis

Kabupaten Ende yang mempengaruhi upaya untuk mencapai target pembangunan di bidang air

minum 100% antara lain :

a. Kurang tersedianya air minum disaat musim kemarau

b. Sebaran pemukiman yang tidak merata, berakibat pada kebutuhan sarana prasarana yang air

minum yang lebih besar biayanya.

c. Terjadinya kerusakan lingkungan dan pencemaran di sekitar kawasan tangkapan air dan

sumber mata air.

d. Pterbasnya kapasitas air baku

e. Tingkat kebocoran dan idle capacity yang tinggi dan

f. PDAM yang kurang sehat.

B. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN

(19)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 19

Penyediaan air minumdengan sistem perpipaan di kabupaten Ende untuk kawasan perkotaan dikelola oleh PDAM Kabupaten Ende dan sampai dengan akhir tahun 2015 cakupan layanan penduduk baru mencapai 26% atau 11.567 Sambungan Rumah. Untuk membantu meningkatkan pelayanan air minum di Kabupaten Ende pemerintah Pusat melalui Satuan Kerja PSPAM Provinsi NTT Direktorat Air Minum telah membangun pipa sepanjang 50.613 meter dengan pagu mencapai Rp 23.087.909.000 dan dilaksanakan dari tahun 2011-2014.

NO URAIAN SATUAN BESARAN

2 Kondisi PDAM Sehat/Sakit

3 Biaya Produksi di

PDAM

Rp 7.008.494.752 8.287.024.943 10.488.265.438

DATA DISTRIBUSI

1 Kapasitas Distribusi Lt/dtk 5.077.296 4.491.761 5.223.223

2 Asumsi Kebutuhan Air Lt/Org/hr

3 Air Terjual M3/th 2.461.831 2.434.821 2.750.591

4 Air Terdistribusi M3/th 5.077.296 4.491.761 5.223.223

5 Total Penjualan Air Rp 5.735.572.038 8.280.470.863 9.775.715.723

6 Cakupan Pelayanan

(20)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 20

Tabel 7.9. Banyaknya Rumah Tangga Menurut Sumber Air minum Thn 2015

Sumber: BPS, Ende Dalam Angka Tahun 2015

Tabel 7.10. Akses Air Minum Layak Desa dan Kota Tahun 2013-2015

Sumber: BPS, Prov.NTT

SUMBER AIR MINUM RUMAH TANGGA

(21)
(22)

RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 22

8 Pembangunan SPAM MBR Kota Ende dan IKK Wolowaru Kabupaten Ende ( Paket APBN - 34)

2015 AP BN

13.035 .735

Ende 14.30

4

pompa centrifugal – 3

unit Hidrophore Kap 3 M3 – 1

unit Pembangunan

Rumah Pompa Centrifugal – 1

unit Reservoir Kap.

800 M3 – 1 unit

SR : 110 Unit

Wolo waru

8.000 SR : 190

(23)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 23

Berdasarkan kondisi dan sasaran penyediaan dan pengelolaan air minum, maka dapat

digambarkan masalah yang dihadapi khususnya dalam penyediaan Air Minum di

Kabupaten Ende antara lain :

Peningkatan Cakupan dan Kualitas

1. Tingkat Pelayanan Air Minum dengan Sistim perpipaan masih sangat rendah

2. Pola Permukiman yang terpencar mengakibatkan investasi penyediaan Air

Minum sangat tinggi

3. Terbatasnya infrastruktur unit produksi maupun reproduksi

4. Terbatasnya kapasitas air baku

5. Tingkat Kebocoran masih Tinggi

6. Kualitas Air khususnya penyediaan Air Minum dengan Sistim Non Perpipaan

rendah.

7. Kondisi topografis yang sangat berkontur.

8. Belum ada perencanaan yang jelas dan berorientasi pada potensi dan

profitabilitas dari pembangunan yang berkelanjutan.

Pendanaan

Kurangnya alokasi dana APBN, APBD I, APBD II serta minimnya cash flow yang

dimiliki PDAM dalam melakukan pembangunan SPAM, padahal diperlukan dana

untuk penambahan ketersediaan air baku dan penambahan infrastruktur unit

produksi dan jaringan distribusi.

Kelembagaan dan Perundang-undangan

Ssitem kelemagaan pelayanan SPAM di Kabupaten Ende yakni oleh PDAM

Kabupaten Ende .

Peran masyarakat

Pemakaian air yang kurang bijak oleh masyarakat disertai kurang kesadaran

masyarakat dalam menjaga kelestarian sumber air dan fasiltas perpipaan yang

tersedia.

Permasalahan pengembangan SPAM Kabupaten Ende di sajikan dalam bentuk tabel

(24)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 24 dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Tantangan Internal:

a) Peningkatan cakupan kualitas air minum. Saat ini masih banyak

masyarakat yang belum memiliki akses air minum yang aman. Ini

tercermin pada tingginya angka prevalensi penyakit yang berkaitan

dengan air. Tantangan lainnya dalam pengembangan SPAM adalah

adanya tuntutan PP 16/2005 untuk memenuhi kualitas air minum sesuai

kriteria yang telah disyaratkan.

b) Banyak potensi pendanaan pengembangan SPAM yang belum

dioptimalkan dan tuntutan penerapan tarif dengan prinsip full cost

recovery dalam pengembangan SPAM.

c) Tuntutan penyelenggaraan SPAM yang profesional dalam pengembangan

SPAM di masa depan.

d) Pemenuhan standar pelayanan minimal sebagaimana disebutkan dalam

PP No. 16/2005 serta tuntutan kualitas air baku untuk memenuhi standar

yang diperlukan.

Standar Pelayanan Minimal Air minum untu Kabupaten Ende di tahun

2015 adalah 91,41% dari rencana 81,77%. Ini berarti SPM air minum

masih jauh dibawah standart.

e) Adanya potensi masyarakat dan swasta dalam pengembangan SPAM

yang belum diberdayakan.

2) Tantangan Eksternal

a) Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dengan pilar pembangunan

ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.

b) Tuntutan penerapan Good Governance melalui demokratisasi yang

menuntut pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan.

c) Komitmen terhadap kesepakatan Millennium Development Goals

(MDGs) 2015 dan Protocol Kyoto dan Habitat, dimana pembangunan

(25)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 25 investasi yang kompetitif.

7.3.2. Sasaran Program

Pengembangan jaringan air minum untuk masyarakat di perkotaan diarahkan untuk menggunakan sumber air yang bersumber dari PDAM.

Pengembangan jaringan air minum untuk masyarakat di daerah pedesaan, pelayanan air minum dilakukan melalui proyek air minum pedesaan, dengan memanfaatkan mata air yang ada kemudian menyalurkannya ke bak penampungan air yang dibangun di dalam lingkungan permukiman penduduk.

Sebagian sarana/infrastuktur air minum yang sudah ada hampir merata di semua desa, namun belum memenuhi secara keseluruhan, karena beberapa wilayahnya sulit dijangkau.

Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 melalui Gerakan Rencana Aksi Daerah (RAD) 100-0-100 terkait air minum, maka dilakukan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum. Adapun indikator kinerja programnya adalah meningkatnya kontribusi pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat yang terdiri dari peningkatan sambungan rumah SPAM jaringan perpipaan dan peningkatan cakupan SPAM bukan jaringan perpipaan. Rincian di sajikan dalam tabel berikut :

Tabel 7.11

Proyeksi Kebutuhan Air Perkotaan Tahun 2015- 2019 di Provinsi NTT

perpipaan non perpipan Total 2015 2016 2017 2018 2019 Rerata

01.   Sumba Barat 0 39,42 39,42 50,28 51,11 51,87 52,74 53,50 51,90

1.117 659 1.776 2.409 2.455 2.499 2.544 2.589 2.499

Kebutuhan Volume air (ltr/detik) Kota Kabupaten

Propinsi

(26)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 26

Sumber : RAD 100-0-100 Prov.NTT 2016

perpipaan non perpipan Total 2015 2016 2017 2018 2019 Rerata

01.   Sumba Barat 0 19 19,10 55,94 56,85 57,71 58,67 59,51 57,74

02.   Sumba Timur 7 48 54,49 120,48 122,09 123,61 125,03 126,44 123,53

03.   Kupang 8 118 126,56 229,46 237,52 245,79 255,49 266,10 246,87

04.   Timor Tengah Selatan 13 120 132,34 325,11 326,79 328,41 329,82 331,25 328,28

05.   Timor Tengah Utara 4 97 101,58 155,13 156,72 158,30 159,75 161,13 158,21

06.   Belu 6 73 78,71 113,54 115,48 117,28 119,03 120,86 117,24

07.   Alor 1 43 43,56 105,69 106,53 107,26 108,04 108,69 107,24

08.   Lembata 6 62 67,96 79,32 80,76 82,65 84,25 85,86 82,57

09.   Flores Timur  7 111 117,72 135,10 136,14 137,63 138,83 139,98 137,54

10.   Sikka 26 96 122,09 166,26 167,30 168,26 169,13 169,91 168,17

11.   Ende 3 102 104,89 116,65 117,16 117,67 118,07 118,47 117,60

12.   Ngada 11 59 69,15 81,58 82,32 83,89 85,01 86,07 83,77

13.   Manggarai 12 72 83,60 151,40 153,48 155,94 158,17 160,31 155,86

14.   Rote Ndao 5 74 79,51 102,18 106,34 110,37 114,64 119,00 110,51

15.   Manggarai Barat 13 68 81,38 151,65 155,21 158,59 162,10 165,52 158,61

16.   Sumba Tengah 0 13 13,38 41,42 42,08 42,75 43,40 44,01 42,73

17.   Sumba Barat Daya 2 57 59,22 157,17 160,41 163,46 166,68 169,78 163,50

18.   Nagekeo 10 52 62,80 78,37 79,34 80,18 81,08 81,88 80,17

19.   Manggarai Timur 7 65 71,83 173,04 175,64 177,87 179,89 182,37 177,76

20.   Sabu Raijua 1 28 28,96 61,84 63,89 65,82 67,91 70,05 65,90

21.   Malaka *) 0 41 41,55 99,07 100,72 102,33 103,92 105,39 102,29

22.  Kota Kupang 5 5 10,14 10,35 10,65 10,92 11,21 11,51 10,93

147 1.424 1.571 2.711 2.753 2.797 2.840 2.884 2.797

Kebutuhan Volume air (ltr/detik) Asumsi Debit air tersedia 2015

(liter/det)

Propinsi

(27)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 27

Sumber : RAD 100-0-100 Prov.NTT 2016

(28)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 28 - Penyusunanan Rancangan Undang-undang

2. Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM

- Fasilitasi Penguatan Kapasitas Pemda

- Rekomendasi Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi Bidang Air Minum

- Laporan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM Bidang Air Minum

- Rencana Induk Bidang Air Minum

3. Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan Terfasilitasi

- Bantuan Program

- Pengembangan Jaringan Perpipaan

4. Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air Terfasilitasi

- Bantuan Program

- Pengembangan Jaringan Perpipaan

5. Pegembangan SPAM Perkotaan

- Pembangunan SPAM IKK

- Pembangunan SPAM Ibu Kota Pemekaran

- Pembangunan SPAM Perluasan Perkotaan

- Penurunan Kebocoran SPAM Perkotaan

- Pemanfaatan Idle SPAM Perkotaan

(29)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 29 - Pembangunan SPAM di Kawasan kumuh

- Pembangunan SPAM di Kawasan nelayan

- Pembangunan SPAM di Kawasan perbatasan

- Pembangunan SPAM di Kawasan Pulau Terluar

- Pembangunan SPAM Strategis

8. Pembangunan SPAM Regional

- Pembangunan SPAM Regional

9. Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air

- Pembangunan SPAM di Kawasan Rawan Air

- Pemanfaatan Iddle SPAM di Kawasan Rawan Air

10. Pembangunan Jaringan Perpipaan di Kawasan Khusus

- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan kumuh

- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan nelayan

- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan perbatasan

- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan Pulau Terluar

- Pengembangan Jaringan Perpipaan Strategis

Selanjutnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) mengacu pada

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) yang disusun berdasarkan:

(30)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 30 4. Kondisi Lingkungan, Sosial, Ekonomi, dan Budaya Mas yarakat;

5. Kondisi Kota dan Rencana Pengembangan SPAM.

Dokumen RISPAM ENDE sementara disusun pada tahun 2016 ini.

Kriteria Penyiapan (Readiness Criteria)

Kelengkapan (readiness criteria) usulan kegiatan Pengembangan SPAM pemerintah

kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1. Tersedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sesuai PP No. 16 /2005 Pasal 26 ayat 1 s.d

8 dan Pasal 27 tentang Rencana Induk Pengembangan SPAM.

2. Tersedia dokumen RPI2JM

3. Tersedia studi kelayakan/justifikasi teknis dan biaya

o Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas 20 l/detik atau diameter pipa

JDU terbesar ≥ 250 mm

o Studi Kelayakan Sederhana: Penambahan kapasitas 15-20 l/detik atau

diameter pipa JDU terbesar 200 mm;

o Justifikasi Teknis dan Biaya: Penambahan kapasitas ≤ 10 l/detik atau diameter

pipa JDU terbesar ≤ 150 mm;

4. Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007 pasal 21)

5. Ada monitoring

o Indikator Output: 100 % pekerjaan fisik indikator kinerja untuk

o Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh masyarakat pada tahun

yang sama

(31)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 31 8. Institusi pengelola pasca konstruksi sudah jelas (PDAM/PDAB, UPTD atau BLUD)

9. Dinyatakan dalam surat pernyataan Kepala Daerah tentang kesanggupan/ kesiapan

menyediakan syarat-syarat di atas.

7.3.3. Usulan Kebutuhan Program

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan

paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPI2JM. Penyusunan

tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau

pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup

pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi.

Secara rinci, usulan dan prioritas pengembangan air minum di Kabupaten ENDE disajikan

dalam bentuk Matriks RPI2JM .

7.4 . PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman dalam RPI2JM lebih mengarahkan

pada perencaanaan program dan pembiayaan dalam pengembangan PLP khususnya dalam

rangka pencapaian Gerakan Nasional 100-0-100.

7.4.1. Kondisi Eksisting Air Limbah, Persampahan dan Drainase

7.4.1.1. AIR LIMBAH

A. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman

Air Limbah yang dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater)

yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci,

dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga

(32)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 32

Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem yaitu sistem

setempat (onsite) ataupun melalui sistem terpusat (offsite). Sanitasi sistem setempat

(onsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam batas tanah

yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individual sedangkan sanitasi sistem

terpusat (offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan dengan

batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumah-rumah menggunakan perpipaan

(sewerage) ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Jenis air limbah yang terdapat di kabupaten Ende umumnya adalah air limbah lokal atau air

limbah produksi rumah tangga, yaitu air bekas buangan dari kamar mandi/wc atau cucian

dapur.

Banyaknya rumah tangga yang sebagian besar membuang limbah dari kamar mandi/wc pada

Tangki/SPA atau Lobang Tanah, sedangkan jika dilihat dari fasilitas Tempat Buang Air

besar,masyarakat saat ini banyak yang sudah mempunyai fasilitas Tempat Buang Air besar

sendiri walaupun masih ada yang menggunakan tempat bersama atau pun ditempat umum.

Dari segi jumlah/kuantitas, volume air limbah rumah tangga di kabupaten Ende tidak

melampui ambang batas, terbukti tidak menimbulkan genangan pada kawasan-kawasan

permukiman. Kalupun ada genangan di saluran drainase sekitar kawasan-kawasan pertokoan

dan sekitar daerah pasar itu lebih karena tersumbatnya saluran bukan karena over kapasitas.

Sedangkan dari segi kualitas, selain limbah rumah sakit atau pusat kesehatan lainnya dapat

dikatakan bahwa limbah cair di kabupaten ENDE tidak mengandung zat kimia yang

berbahaya. Walaupun ada penelitian khusus mengenai tingkat pencemaran air laut, sumur/air

tanah dan lingkungan oleh bakteri E. Coly namun secara umum kabupaten ENDE tidak

melampui ambang batas toleransi. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya kasus penyakit yang

berkaitan dengan masalah lingkungan seperti diare atau muntaber yang ditangani oleh RSUD

dan pusat-pusat kesehatan lainnya di kabupaten Ende .

Penanganan limbah cair pada permukiman perdesaan umumnya dilakukan secara individual

dengan cara diresapkan langsung ke tanah atau tanpa sumur resapan. Tidak tersedia data yang

(33)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 33

kakus di bangun dengan sistem cubluk, sebagian lainnya bahkan tidak memiliki kakus dan

melakukan buang air besar di pantai atau di hutan. Untuk jelasnya lihat data pengelolaan

limbah di kabupaten Ende pada tabel berikut :

Dari data akses sanitasi dasar layak di Kabupaten Ende sampai dengan tahun 2015 baru mencapai 61,47% yang terdiri dari Kota 90,94% dan desa 48,09% Berarti 38,53% rumah tangga di Kabupaten Ende belum mendapatkan akses saniatsi dasar yang layak. Berdasarkan data yang ada untuk Penanganan Sanitasi dan air limbah pada kawasan permukiman baik itu di

perkotaan maupun perdesaan masih dilakukan dengan sistem setempat (on-site), yakni

dengan meresapkan langsung ke dalam tanah, dengan atau tanpa sumur resapan sedangkan

penanganan dengan sistim Off Site belum ada.

Dalam usaha untuk meningkatkan pelayanan Sanitasi dasar kepada masyarakat pemerintah Daerah melalui Dana DAK Sanitasi telah membangun MCK++,Toilet Umum atau Septik Tank Komunal yang dilakukan melalui Program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) di beberapa kawasan yang termasuk daerah rawan Sanitasi, hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan sanitasi dasar yang layak.

Tabel 7.14. Data Capaian Akses Sanitasi Dasar

NO URAIAN CAPAIAN

2013 2014 2015

1 Total Akses

Sanitasi layak

54,30% 27,29% 61,47%

2 Total Akses

Perkotaan

77,18% 37,25% 90,94%

3 Total Akses

Pedesaan

43,98% 22,45% 48,09%

Sumber data :Ende Dalam Angka BPS, 2015

Tabel 7.15. Infrastruktur Terbangun Sektor Air Limbah 2011-2015 Sumber Dana : APBN

NO URAIAN URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015 KET

1 IPAL KAB - - - - -

2 SANIMAS KWS - - 1

3 IPLT KWS - - - - -

(34)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 34

Secara garis besar permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah di

Kabupaten Ende dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Tidak tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah yang

memadai, sebagian masyakat masih memanfaatkan lingkungan sekitar

(pekarangan, saluran drainase, hutan, tepi sungai) untuk membuang limbah

baik itu limbah cair atau padat

b. Sebagian besar kawasan permukiman belum terjangkau oleh pelayanan

pengelolaan air limbah oleh pemerintah/dinas terkait, terlebih di kawasan

permukiman perdesaan

c. Teknologi pengelolaan air limbah yang sebaiknya diterapkan di Kawasan

perkotaan di Kabupaten Ende adalah sistem tengki septik dengan bidang

resapan

d. Penanganan limbah cair pada permukiman Kabupaten Ende juga dilakukan

dengan sistem setempat (on-site), yakni dengan meresapkan langsung ke

dalam tanah dengan atau tanpa sumur resapan

e. Sejumlah besar penduduk sudah memiliki kakus sendiri 69,42% tahun 2015

dan 30,58% masih menggunakan kakus umum dan bersama.

f. Sampai tahun 2015 terdapat 65,74% masyarakat masih menggunakan lubang

tanah dan hampir 8,13% masih membuang di pantai dan sungai, hal ini perlu

disediakan sarana pembuangan tinja yang memenuhi standar kesehatan dan

tidak mencemari lingkungan terutama disungai dan laut dengan pembuatan

MCK baik dalam bentuk umum maupun pribadi oleh masyarakat.

g. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya sistem pengelolaan

air limbah

h. Jumlah MCK yang minim dengan kondisi yang darurat sangat mempengaruhi

menurunnya kualitas lingkungan sehingga mempengaruhi derajat kesehatan

masyarakat menjadi rendah.

i. Regulasi mengenai air limbah domestik belum ada

(35)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 35 tabel berikut :

Tabel 7.16. Permasalahan pengelolaan air limbah yang dihadapi

No Aspek Pengelolaan

A Kelembagaan Melekat pada

Dinas

Kualitas & Kuantitas SDM

Belum sesuai dgn kualifikasi

Dibenahi sesuai kualifikasi

B Perundangan Terkait

Sektor Air Limbah

Komunal Belum ada Harus diadakan

 PS Sanimas Belum

optimal

Pembangunan

(36)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 36

Oeba dan

Naikoten

 Truk Tinja kurang Di tambahkan

 IPLT Belum ada diadakan

2 Sistem Off Site

Sanitation

 Sambungan

Rumah

Belum ada

Diadakan

 Sistem Jaringan

Pengumpul

Belum ada

diadakan

 Sanimas diperlukan

 IPAL Masih kurang Optimalkan

fungsinya

Ditambah/ditingkatkan

B.2 Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah

Pengelolaan air limbah di Kabupaten Ende sampai saat ini belum sepenuhnya

mampu ditangani dan dibiayai oleh Pemerintah Kota, terutama dalam hal

pembangunan sarana dan prasarananya. Penanganan air limbah selama ini

diusahakan oleh masyarakat secara swadaya untuk membuat septicktank yang

sederhana dan lainnya berupa cubluk. Akan tetapi dari jumlah penduduk

Kabupaten Ende tidak semuanya memiliki septicktank dan cubluk, mereka

membuang air limbah langsung kedalam badan air sungai.

Adapun tantangan yang muncul dalam pengelolaan air limbah serta adalah

sebagai berikut ini :

1. Sistem pengelolaan air limbah secara terpadu dan terpusat di wilayah

Kabupaten Ende masih belum ada, hal itu terjadi karena keterbatasan

anggaran pemerintah Kota serta belum menjadi skala prioritas.

2. Secara umum persentase masyarakat Kabupaten Ende yang mempunyai

akses terhadap jamban keluarga, jamban umum atau jamban bersama

dilengkapi dengan bangunan pengolah seperti cubluk dan tangki septic masih

belum berkembang, kalupun tersedia hanya terbatas di kawasan pusat

(37)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 37

peran Pemerintah baik pusat dan daerah dalam penyediaan anggaran akan

sangat terbatas, untuk itu upaya pelibatan masyarakat dan dunia usaha dalam

penyediaannya harus lebih ditingkatkan.

4. Sampai saat ini produk hukum yang berkaitan dengan pengembangan

kerangka peraturan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam

perencanaan, pelaksanaan, pemilikan, dan fasilitas pengelolaan air limbah.

5. Instalasi pengelolaan limbah tinja (IPLT) belum tersedia

Perlu adanya kebijakan khusus yang menangani permasalahan mengenai

penanganan dan pengolahan air limbah, serta usulan atau program kegiatan

yang bersifat teknis. Adapun dari usulan tersebut selain membicarakan

masalah penyediaan alat atau barang, juga memberikan penyuluhan terkait

penanganan air limbah serta peningkatan kualitas lingkungan.

7.4.1. 2. Sasaran Program Kebutuhan Air Limbah

Pengelolaan air limbah di Kabupaten Ende dapat dilakukan dengan target pelayanan

60% menggunakan sistem setempat dan 15% menggunakan sistem terpusat. Sistem

pengelolaan air limbah yang masih bisa diterapkan di Kabupaten Ende adalah sistem

pembuangan air limbah setempat (On-Site System) dengan pertimbangan biaya

konstruksi rendah, dapat dilaksanakan oleh masing-masing keluarga dan cepat

dimanfaatkan. Rencana pengelolaan air limbah di Kabupaten Ende adalah sebagai

berikut :

 Sistem septik tank dikembangkan untuk penanganan limbah domestik (limbah

manusia).

 Sistem pelayanan septik tank kolektif (communal sistem) dikembangkan pada

kawasan perkantoran, pendidikan, pemerintahan dan kawasan komersil.

 Sistem septik tank individu (individual sistem) dikembangkan pada kawasan

perumahan tipe sedang dan tipe besar, sedangkan untuk perumahan tipe kecil

(38)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 38 perdagangan, perkantoran dan kawasan komersil.

Untuk itu uraikan kebutuhan pengelolaan sarana & prasarana air limbah yang diusulkan

dengan melihat kondisi eksisting saat ini. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 7.17.

Program pengelolaan sarana dan prasarana air limbah di kabupaten ende yang diusulkan

No Uraian Kondisi

Eksisting

Yang

diusulkan keterangan

A Peraturan terkait sektor Air Limbah

Ketersediaan peraturan bidang air

limbah (perda, pergub,perwali) Belum ada diadakan

B Kelembagaan

Kualitas dan kuantitas SDM kurang ditingkatkan

C Pembiayaan

Sumber Pembiayaan (APBD

Prov/kota/swasta/masyarakat kurang Ditingkatkan

Tarif retribusi Belum ada Di adakan

Realisasi Penarikan Retribusi (%

terhadap target) Tidak ada

D Peran Swasta dan masyarakat

Sudah/belum; bentuk kontribusi Belum ada disosialisakan

E Sistem Setempat (on site)

Ketersediaan dan kondisi IPLT Tidak

tersedia diadakan

Kapasitas IPLT (...M³) Belum ada diadakan Hanya pd

(39)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 39 Tingkat cakupan pelayanan IPLT (%)

dari target Belum ada

Ketersediaan & kondisi truk tinja 2 unit, baik ditambah

Biaya O & P -

Kualitas efluen IPLT (BOD & COD) ...

Mg/liter -

Ketersediaan sistem pengelolaan air limbah skala

kecil/kawasan/komunitas

Tidak tersedia

F Sistem Terpusat (off site)

Ketersediaan dan kondisi IPAL Ada di 2 kel. Ditambah 5

unit Usulan RPJMD

Kapasitas IPAL ... M³

Tingkat Cakupan Pelayanan IPAL ... M³

Biaya O & P -

7.4.1.3. Usulan Kebutuhan Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah

Program Pembangunan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal

Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem setempat dan komunal

Kriteria Lokasi

• Kawasan rawan sanitasi (padat, kumuh, dan miskin) di p erkotaan yang memungkinkan penerapan kegiatan Sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas);

• kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.

Lingkup Kegiatan:

• Penyusunan Perencanaan Teknis Bidang Pengembangan PLP

• Sistem Pengelolaan Air Limbah Skala Regional

• Sistem Pengelolaan Air Limbah Skala Kota meliputi : Pengelolaan terpusat dan

pengeloaan setempat

• Sistem Pengelolaan Air Limbah Skala Kawasan yang berbasis institusi dan

berbasis masyarakat

• Sistem Pengelolaan Air Limbah Khusus mencakup kawasan kumuh, kawasan

(40)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 40 surat minat untuk mengikuti PPSP;

• Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah

dibebaskan);

• sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen

lelang (non Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk draft dokumen RKM

untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat ;

• sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah kab./kota (IPAL RSH);

• sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola prasarana

yang dibangun;

• pemerintah daerah bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi

dan pemeliharaan.

Sedangkan kegiatan infrastruktur air limbah sistem terpusat (off-site) skala kota

untuk Wilayah Kabupaten Ende belum ada, sehingga tidak diuraikan program

pembangunannya.

. Usulan Kebutuhan Program yang dicakup dalam Pengelolaan Air Limbah meliputi

kegiatan-kegiatan berikut ini:

1. Pembangunan pengelolaan air limbah setempat dan pembangunan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT);

2. Pembangunan sistem perpipaan air limbah sederhana komunitas berbasis masyarakat (khusus bagi kawasan kumuh dan padat);

3. Pembangunan pengelolaan air limbah sistem terpusat (IPAL); 4. Operasi dan pemeliharaan;

5. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan air limbah; 6. Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan

pemeliharaan sarana yang telah dibangun. 7. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.

Untuk jelasnya uraian usulan Kebutuhan Program Pengembangan Air Limbah

(41)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 41

A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan

Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten

Ende antara lain:

1. Kapasitas Pengelolaan Sampah

Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas

lainnya adalah bertambahnya pula buangan/limbah yang dihasilkan.

Limbah/buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat yang

lebih dikenal sebagai limbah domestik telah menjadi permasalahan lingkungan

yang harus ditangani oleh pemerintah dan masyarakat itu sendiri.

Penanganan sampah di Kabupaten Ende umumnya masih dilakukan secara

individual, kecuali di pusat Kabupaten Ende penanganan sampah dilakukan secara

kolektif skala kota melalui Dinas Kebersihan Kota, tapi belum berjalan optimal.

1. Kemampuan Kelembagaan

Pengelolaan sampah kini dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kabupaten Ende bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengelola sampah

secara komunal skala kota. Belum memadainya SDM secara kualitas dan kuantitas

dalam pelayanan persampahan.

2. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi

pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala

prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana

penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah

menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak

(42)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 42

dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan

sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta

berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat

pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

4. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum

Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan

kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala

dalam penanganan sampah.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

Kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan pemerintah

Kabupaten Ende , dapat diuraikan sebagi berikut ini:

a. Aspek Teknis

Pengelolaan persampahan di Kabupaten Ende sudah dilakukan secara skala

Kota dimana masyarakat membuang sampah pada tempat pengumpulan

sementara (TPS), kemudian sampah tersebut akan diangkut menggunakan

mobil sampah untuk dibuang ke Tempat pembuangan sampah akhir (TPA)

yang sifatnya masih open dumping yakni lahan masyarakat yang dipakai.

Penanganan Sampah di Kabupaten Ende belum optimal berdasarkan data

dari Dinas Kebersihan dan Pertanamanan Kabupaten Ende Produksi sampah

perhari yang dapat diangkut menuju TPA kurang lebih 98,5 M3 sedangkan

sisanya selain langsung dibakar oleh masyarakat, ada yang dibuang ke kali,

pinggir pantai ataupun tanah kosong.

Selain itu kondisi kendaraan pengangkut sampah (truck sampah) juga tidak

dapat melayani dengan baik .

b. Pendanaan

Semua rencana sistem sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang

di bangun oleh pemerintah di Kabupaten Ende umumnya disesuaikan dengan

(43)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 43

mendapat perhatian yang lebih mEnde tail. Salah satu peluang yang

dimungkinkan adalah dana pemberdayaan. Dewasa ini sebagian besar

peningkatan atau pembangunan TPS-TPS di desa atau kelurahan dibiayai

melalui program pemberdayaan desa.

c. Kelembagaan

Penanganan sampah di Kabupaten Ende ditangani oleh Dinas kebersihan dan

Pertanaman Kabupaten.

d. Peran Serta Masyarakat

Pengelolaan sampah di Kabupaten Ende diarahkan dengan melibatkan secara

aktif peran serta masyarakat. Sampah yang diproduksi sebelum dibuang ke

TPS dan TPA, sebelumnya telah dipilah oleh masyarakat/rumah tangga

menjadi sampah organik (yang dapat didaur ulang) dan sampah non organik.

Sampah organik yang diproduksi selanjutnya akan diolah bekerjasama dengan

masyarakat, LSM, dan Perguruan Tinggi untuk menghasilkan kompos atau

produk olahan organik lainnya yang bermanfaat. Sedangkan untuk sampah

non organik akan dilakukan kerjasama dengan para pemulung dan pengusaha

untuk pemanfaatannya. Dengan melibatkan peran aktif masyarakat ini

diharapkan permasalahan persampahan yang selalu menjadi masalah pelik di

perkotaan, akan teratasi.

Sistem pembuangan sampah di Kabupaten Ende diarahkan untuk dikelola

bersama-sama masyarakat dengan cara penyediaan tempat sampah umum

yang akan dibuang secara bersama ke tempat pembuangan sampah.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Persampahan

C.1. Identifikasi Permasalahan sampah

Dalam kegiatan pengelolaan sampah di Kabupaten Ende umumnya terdapat

beberapa hambatan yang dihadapi, seperti :

(44)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 44

3. Masih kurangnya disiplin masyarakat dalam membuang sampah ke TPS,

seperti tidak tepat waktu, tepat cara dan tepat tempatnya. Keadaan seperti

ini menyebabkan sampah di TPS selalu penuh bahkan berserakan keluar.

4. Kurangnya sarana mobilitas pengangkutan sampah.

5. Manejemen waktu pengangkutan, kelengkapan sarana transportasi, sistem

rute kendaraan, dan kelengkapan serta kemampuan personil yang akan

menangai sampah dari tempat pengumpulan sementara (TPS) sampai

tempat pembuangan akhir (TPA).

Permasalahan Pembangunan Sektor Persampahan di Indonesia, secara umum

adalah:

(1) Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi,

jumlah sampah per kapita meningkat);

(2) Belum optimalnya manajemen persampahan:

a. Belum optimalnya system perencanaan (rencana sampai dengan

monitoring dan evaluasi);

b. Belum memadainya pengelolaan layanan perencanaan

persampahan (kapasitas, pendanaan dan asset manajemen);

c. Belum memadainya penanganan sampah.

Tabel 7.17. Permasalahan Pengelolaan Persampahan Yang Dihadapi

No Aspek Pengelolaan

Persampahan Permasalahan

Tindakan Yang Sudah

Dilakukan

Yang Akan Dilakukan

A Kelembagaan

Ditangani Dinas Kebersihan dan

Pertanaman

Bentuk organisasi

Pengelola

Tata Laksana

(45)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 45

E Teknis Operasional Kurang lancar ditingkatkan

1 Dokumen Perencanaan

(MP.FS,DED) Belum ada Diusulkan

2 Perwadahan Sudah ada tp

msh kurang Sosialisasi

Tingkatkan sosialisasi

3 Pengumpulan Sudah ada tp

msh kurang Sosialisasi

Tingkatkan

5 Pengangukutan Kurang armada Perbaikan

armada yg ada

6 Pengolahan 3R Belum lancar ditingkatlan

7 Pengolahan Akhir di

TPA

Tidak berfungsi

maximal memaksimalkan

8 Pengendalian Pencemaran

di TPA

9 Sarana penunjang TPA Tidak

difungsikan

C.2. Tantangan Pengembangan Persampahan

Tantangan Pengembangan Persampahan di Kabupaten Ende saat ini adalah :

1. Pelayanan pengelolaan persampahan yang belum menjangkau seluruh

(46)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 46

3. Belum tersedianya sarana dan prasarana dasar pengelolaan persampahan

yang memadai di seluruh wilayah Kabupaten Ende

4. Prasarana dan sarana pengelolaan persampahan di kawasan perdagangan

dan industri yang belum memadai guna menunjang pembangunan ekonomi

di Kabupaten Ende

5. Perlu adanya pengelolaan persampahan secara bertahap dan berkelanjutan

6. Perlunya masyarakat sadar kebersihan dengan aktif membantu pemerintah

dalam mengatasi masalah persampahan

Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah dibuatnya kebijakan dari

pemerintah dengan pEnde katan menyeluruh sehingga dapat dijadikan payung

bagi penyusunan kebijakan ditingkat pusat maupun daerah. Karena belum

adanya kebijakan pemerintah tersebut menyulitkan pengelolaan persampahan.

Kebijakan strategis yang telah ditetapkan oleh pemerintah baru pada tahap

aspek teknis yaitu dengan melakukan pengurangan timbulan sampah dengan

menerapkan Reduce, Reuse dan Recycle ( 3 R ), dengan harapan pada tahun 2025

tercapai “zero waste“.

7.4.2.2. Sasaran Program Kebutuhan Pengembangan Persampahan

1. Aspek Teknis

Volume timbulan sampah yang dihasilkan dari setiap aktivitas di Kabupaten Ende

didasarkan atas hasil analisis. Asumsi perkiraan besarnya timbulan sampah adalah

2 lt/orang/hari untuk sampah domestik, sedang untuk kegiatan non domestik

(komersil) sebesar 15% sampah domestik.

Saat ini sarana persampahan yang terdapat di Kabupaten Ende masih jauh dari

cukup untuk melayani produksi sampah Kabupaten Ende . Kondisi pelayanan

sarana persampahan yang ada hampir sepenuhnya digunakan untuk melayani

(47)

RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 47

 Produksi sampah rumah tangga per orang/hari yang lazim di kota-kota

menengah sebesar 0,0025 m³, sedangkan sampah non rumah tangga sebesar

20 % dari jumlah sampah rumah tangga.

 Sarana penampungan sementara tersebar dibeberapa tempat, dengan radius

pelayanan maksimun 1.500 m.

 Gerobak sampah yang bervolume 1,25 m³ dengan tiga rit pengangkutan.

 Bak sampah yang bervolume 10,80 m³.

 Truk sampah yang bervolume 9 m³ dengan tiga rit pengangkutan/hari.

Rendahnya perhatian yang diberikan terhadap masalah persampahan terbukti

dengan kecilnya anggaran yang disediakan bagi penanganan persampahan ini.

Sementara disisi lain, penghasilan yang didapat daripelayanan persampahan masih

jauh dari tingkat yang memungkinkan terjadinya pemulihan biaya agar

penanganan dapat mandiri dan berkelanjutan.

2. Aspek Kelembagaan

Pengelolaan persampahan di Kabupaten Ende ditangani oleh Dinas Kebersihan

dan Pertamanan Kabupaten Ende . Sedangkan keterlibatan masyarakat dalam

menangani persampahan juga sudah mulai nampak. Masyarakat banyak terlibat

pada sektor pengumpulan sampah di sumber timbulan sampah. Sedangkan

keterlibatan pihak swasta belum begitu nampak.

Dinas Kebersihan selain berfungsi sebagai pengelola persampahan kota, juga

berfungsi sebagai pengatur, pengawas, dan pembina pengelola persampahan.

Sebagai pengatur, Dinas Kebersihan bertugas membuat peraturan-peraturan yang

harus dilaksanakan oleh operator pengelola persampahan. Sebagai pengawas,

fungsi Dinas kebersihan adalah mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan yang

telah dibuat dan memberikan sangsi kepada operator bila dalam pelaksanaan

tugasnya tidak mencapai kinerja yang telah ditetapkan, fungsi Dinas kebersihan

Gambar

Tabel 7.1  Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Ende
Tabel 7.2. Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Bupati
Tabel. 7.4 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan pengembangan Permukiman
Tabel 7.5 Program Pengembangan Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam ilmu tasawuf, istilah tarekat tidak saja ditujukan kepada aturan dan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang syekh tarekat dan bukan pula terhadap kelompok

Varietas cabai yang digunakan adalah TM 99 memiliki umur simpan 5 - 7 hari di dalam suhu ruang, memiiki warna buah muda hijau tua dan warna buah tua yaitu merah.. Adapun tebal

Guru Bidang Pendidikan Agama Islam Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Syaiful Afifudin, S.Ag selaku guru PAI di SMK Widya Dharma Turen Malang, beliau menjelaskan

Jalan simpang semambang – batas pendopo merupakan ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten Pali, jalan tersebut juga menghubungkan jalur

Sejalan dengan ini artinya masyarakat memiliki keyakinan yang besar bila didasarkan pada pemakaian jasa dibandingkan dari informasi/janji dari iklan (Ratnasari

yang mampu membentuk tajuk terbuka dengan arsitektur kanopi yang baik sehingga cahaya dapat masuk karena memiliki ukuran tajuk yang paling besar, jumlah daun, luas daun, serta

Bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kemerataan sosial dalam kemakmuran dan kesejahteraan sebagaimana yang tertuang pada sila

memiliki potensi penangkapan kabut dengan jumlah air rerata yang mampu ditangkap Cara pemasangan alat paling efektif diperoleh pada model 4 dengan lokasi pada