RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 1
encana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup empat sektor yaitu
pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air
minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air
limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap
sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai
baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi hingga pada usulan
kebutuhan program dan pembiayaan.
7.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman
didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan,
kawasan perdesaan dan pengembangan permukiman khusus. Pengembangan permukiman kawasan
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 2
perkotaan terdiri dari peningkatan kualitas permukiman kumuh, pengembangan lingkungan permukiman
perkotaan, pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman nelayan. Sedangkan untuk
pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan permukiman perdesaan potensial,
pengembangan permukiman perdesaan tertinggal, terpencil dan pulau-pulau kecil terluar. Pengembangan
permukiman khusus meliputi pengembangan kawasan perbatasan, pengembangan kawasan pulau-pulau
kecil terluar dan pengembangan kawasan rawan bencana, pasca bencana dan kawasan tertentu.
7.1.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Isu strategis Kabupaten Ende dapat diidentifikasi seperti yang terlihat pada tebel berikut
Tabel 7.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Ende
Isu Strategis Keterangan
1. Penguasaan status tanah pada
kawasan permukiman yang berada pada lahan yang tidak sesuai peruntukan.
Penertiban Kawasan Permukiman
2. Meminimalisir penyebab dampak
bencana dan kawasan kumuh
Penataan dan Perbaikan Lingkungan
Permukiman
Penyiapan Lokasi untuk Resettlement
Pengembangan Kelembagaan formal
pengelola perumahan
Pembangunan Kawasan Permukiman di
lokasi baru
3. Memenuhi Kebutuhan perumahan dan penyediaan perumahan bagi warga kota yang tidak mampu.
MemperpEnde k proses pengurusan
perijinan
Membuat MOU dengan lembaga keuangan
untuk pengadaan permukiman warga
4. optimalisasi kapasitas kelembagaan dalam memeberikan fasilitas untuk
Pengembangan Lembaga Formal
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 3
Isu Strategis Keterangan
mendapatkan tempat tinggal yang
layak huni bagi warga Kab. Ende . Revitalisasi Kawasan
5. Pemanfaatan infrastruktur
permukiman yang sudah dibangun dan perlu kerja sama lintas sektor.
Peningkatan dan Pembangunan Infrastruktur
Permukiman Perkotaan
Peningkatan kerjasama dalam pengelolaan
Infrastruktur Permukiman Perkotaan
6. Memberikan kemudahan bagi pengembang kawasan permukiman.
Mendorong Realisasi Pembangunan
Perumahan sesuai lahan peruntukan dan ijin lokasi
Memfasilitasi Penyiapan Infrastruktur
Perkotaan
7. Mengembangkan Permukiman dengan memanfaatkan teknologi tepat guna/ ramah lingkungan.
Penerapan teknologi tepat guna/ramah
lingkungan dalam pengembangan
Penerapan Model Management resiko
berbasis masyarakat
9. Memelihara permukiman dan infrastruktur pendukungnya.
Pengembangan Managemen Permukiman
dan Infrastrukturnya berbasis Masyarakat
10. Menguatkan kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan permukiman dan infrastruktur pendukungnya.
Membangun Jejaring Kerjasama
kelembagaan masyarakat antar kawasan Permukiman
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kabupaten Ende , sudah memiliki dokumen SPPIP dan RPKPP sejak tahun 2014 dan dokumen
RPKPKP tahun 2016. Dengan demikian dapat digambarkan kondisi eksisting pengembangan
Permukiman.
Dalam pelaksanaan pembangunan pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu
Kabupaten Ende dalam menyediakan kawasan permukimkan layak huni, maka ada peraturan
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 4
Adapun peraturan perundangan di tingkat kota yang mendukung seluruh tahapan proses
perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan pembangunan permukiman disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 7.2. Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Bupati terkait Pengembangan Permukiman
NO.
PERDA/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/
/Peraturan lainnya Amanat Kebijakan Daerah
Kebijakan Kebijakan
No. Peraturan Perihal Tahun
1 1 tahun 2010 RTRWP NTT 2010-2030
Pemanfaatan kawasan sesuai
peruntukan dan tidak
melanggar ketentuan umum Zonasi.
2 12 tahun 2011 RTRW
Kabupaten Ende 2011-2031
Pengembangan permukiman sesuai BWK yang ditentukan dan sesuai pula dengan ketentuan umum zonasi
3 RPJMD
Kabupaten Ende 2014-2018
Upaya-upaya penataan & kawasan permukiman sesuai zonasi
5 431/KEP/HK/2014 Penetapan
Kawasan Kumuh 2014
Penanganan kawasan kumuh
pada lokasi yang telah
ditetapkan.(5 kawasan)
Permukiman Kumuh
Kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Ende ditetapkan melalui SK Bupati Ende No.
341/KEP/HK/2016 seluas 44,84 HA , pada 5 lokasi. Kawasan ini dikategorikan sebagai kawasan
kumuh kota/nelayan karena kondisi sarana dan prasara yang memprihatinkan, kepadatan yang
tinggi, ketidakteraturan bangunan dan kondisi fisik bangunan yang sebagian besar merupakan
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 5
Umumnya permukiman kumuh ini berada di wilayah bantaran sungai , pesisir pantai/nelayan dan
pusat kota.
Berikut ini disajikan data kawasan kumuh di Kabupaten Ende :
Tabel 7.3. Data Kawasan Kumuh Kabupaten Ende Tahun 2015
NO NAMA KAWASAN LUAS SAT
Sumber : RPKPKP Kabupaten Ende 2016
Permukiman nelayan di Kota berada pada sepanjang pantai Teluk Kupang yakni pada kawasan
Lasiana, Oesapa, Oeba hingga Namosain. Sedangkan kawaan rawan bencana (tsunami) umumnya
disepanjang pesisir pantai.
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Ende dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
Tabel. 7.4 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan pengembangan Permukiman Kabupaten Ende
a. Belum adanya dokumen perencanaan
yang tersruktur dan
berkesinambungan.
b. Kondisi fisik wilayah dan permukiman
yang tidak terkonsentrasi
menyebabkan tingginya biaya
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 6
No Permasalahan Pengembangan
Permukiman
Tantangan
Pengembangan Alternatif Solusi
c. Pertumbuhan penduduk yang cukup
pesat di perkotaan menyebabkan kekumuhan di beberapa lokasi
d. Kawasan permukiman yang cEnde
rung kumuh sebagai akibat eksploitasi
lahan bagi pembangunan fisik
bangunan.
e. Kepadatan bangunan yang tinggi,
jalan lingkungan yang berada
disela-sela bangunan rentan terhadap
bahaya kebakaran.
f. Kondisi penyediaan hunian bagi
penduduk Kabupaten Ende yang
a. Lemahnya daya beli, membangun dan
memelihara rumah dan sarana-prasarana permukiman
b. Masih tingginya ketergantungan
pendanaan pembangunan dan
pemeliharaan perumahan dan sarana-prasarana permukiman
c. Berkembangnya pengusaan lahan
slaka besar oleh beberapa pihak yang tidak disertai kemempuan untuk
membangun atau merealisasikan
pada waktunya.
d. Alokasi dana untuk pembangunan
infrastruktur
3 Aspek Peran Masyrakat
a. Masih lemahnya kesadaran
masyarakat untuk memelihara hasil pembangunan sarana-prasarana yang telah dibangun.
b. Rendahnya tingkat
kesadaran/masyarakat dalam
memenuhi proedur memperoleh
legalitas hunian, sehingga
Penghasilan yang
minim, mengakibatkan
masyrakat hanya
berkonsentrasi pada
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 7
No Permasalahan Pengembangan
Permukiman
Tantangan
Pengembangan Alternatif Solusi
mengakibatkan timbulnya kawasan
perumahan/permukiman liar di
beberapa lokasi
4 Aspek Kelembagaan
a. Belum konsistennya penerapan
regulasi penataan bangunan dan
kawasan serta penataan ruang,
sehingga terjadi kekumuhan dan kerusakan lingkungan
b. Kurangnya regulasi pendukung
kepastian hukum kepemilikan dan
pembangunan perumahan yang
terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat
c. Kebijakan tata ruang kota yang belum
mampu memberikan kepastian hak
atas peruntukkannya, khususnya
dalam melindungi peruntukkan ruang.
d. Pemberian perijinan penguasaan
lahan untuk kawasan perumahan dan
permukiman umumnya belum
dilandaskan pada kerangka penataan wilayah.
5 Aspek Lingkungan Permukiman
a. Terdapat beberapa kawasan
permukiman yang belum terjangkau
oleh pelayanan sarana/prasarana
permukiman yang memadai.
b. Pada wilayah kumuh kondisi
perumahan >60% merupakan
bangunan temporer/semi permanen.
c. Perilaku masyarakat yang sering
membuang sampah di kali atau
saluaran drainase menyebabkan
lingkungan menjadi kumu dan
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 8
No Permasalahan Pengembangan
Permukiman
Tantangan
Pengembangan Alternatif Solusi
d. Kepadatan penduduk di wilayah
permukiman yang tinggi berdampak pula terhadap buangan MCK.
D. Evaluasi program-program yang telah dilaksanakan
Sesuai SPPIP/RPKPP tahun 2016, terdata beberapa kawasan yang perlu mendapat perhatian yang
akan mempengaruhi citra dari pada Kabupaten Ende . Kawasan yang menjadi perioritas sesuai
arahan RP2KPKP adalah :
a. Klasifikasi 5 Kawasan dengan perioritas penangan tinggi urutan perioritas sebagai berikut :
1. Ende Timur
2. Ende Utara
3. Ende Selatan
4. Kelimutu
5. Ende Tengah
Dari lima kawasan sesuai arahan RP2KPKP pengangannya baik dari Kabupaten maupun yang didanai
dari anggaran APBD maupun APBN masih sangat minim.
Sedangkan sesuai RP2KPKP tahun 2016 tentang perencanaan 5 kawasan kumuh (termasuk kawasan
Kelimutu, Kota Raja, Mautapaga, Paupire dan kawasan Tetandara yang merupakan kawasan prioritas
dalam RP2KPKP) sementara di tangani dan akan terus ditangani hingga mencapai 0 % pada tahun
2019 sesuai gerakan 100-0-100.
7.1.2. Sasaran Program
Sasaran program Kegiatan pengembangan kawasan permukiman terdiri dari kegiatan Non Fisik
berupa pengaturan, pembinaan, pengawasan dan kegiatan fisik berupa pembangunan dan
pengembangan di kawasan perkotaan; perdesaan dan kawasan khusus.
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 9
1. Peraturan Pengembangan Kawasan Permukiman
2. Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan Kawasan Permukiman yang mencakup :
Pendampingan Penyusunan NSPK, Penyusunan Jakstra dan Rencana Pengambangan Kawasan
Permukiman dan Pembinaan, Pengawasan dan Kemitraan Penyelnggaraan Pengembangan
Kawasan Permukiman.
Pengembangan permukiman Fisik terdiri dari :
1. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan meliputi :
- peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh
- Pengembangan lingkungan permukiman perkotaan
- Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman Nelayan
2. Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman perdesaan meliputi :
- pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesan potensial dan berkelanjutan
- pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan tetinggal, terpencil dan
pulau-pulau kecil
- Pembangunan Infrastruktur Soaila Ekonomi Wilayah
3. Pembangunan dan Pengembangan kawasan permukiman khusus meliputi :
- pembangunan dan pengembangan kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar
- pembangunan dan pengembangan kawasan rawan bencana, paska bencana, dan kawasan tertentu
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Pelaksanaan Pengembangan pembangunan terdapat kriteria yang harus dipenuhi sebagai penentuan
layak suatu program untuk dilaksanakan terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
• Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
• Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
• Kesiapan lahan (sudah tersedia).
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 10
• Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP/RP2KP/RKP RPKPP,
Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
• Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan
komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
• Ada unit pelaksana kegiatan.
• Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
Tabel 7.5 Program Pengembangan Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan
No Aspek Pengembangan Permukiman Lokasi Kondisi
Saat Ini Kondisi Akhir Rencana
1
Pengembalian Fungsi Kawasan melalui Peremajaan (Urban Renewal)
Kabupaten
Ende Kumuh Diremajakan
2 Penataan/Peningkatan Infrastruktur
Permukiman Kawasan Kumuh
5 Kawasan pada
lima kelurahan Kumuh Diremajakan
3
Peningkatan Infrastruktur Perdesaan Skala Kawasan Permukiman Pinggir Kota
Kabupaten
Ende Kurang Diadakan/Ditingkatkan
7.1.3. Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Pengembangan Permukiman
Sesuai analisis kebutuhan dan usulan program pengembangan pembangunan infrastruktur
permukiman yang relevan dengan kondisi eksisiting dan permasalahan permukiman di Kabupaten
Ende maka diusulkan beberapa kegiatan dan pembiayan pengembangan permukiman di Kabupaten
Ende .
Secara rinci, usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan Pengembangan Permukiman di Kabupaten
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 11
7.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
7.2.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan
A. ISU STRATEGIS
Isu strategis Bidang PBL tingkat Kabupaten Ende sebagai berikut :
Tabel. 7.6. Isu Strategis sektor PBL di Kabupaten Ende
No. Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis sektor PBL
Peraturan Penataan
a. Pemenuhan ruang terbuka publik dan RTH di
Kabupaten Ende
b. Peningkatan kualitas lingkungan dalam pemenuhan SPM
c. Keikutsertaan swsta & masyarakat dalam pentaan bangunan & lingkungan
d. Pencegahan kebakaran di Kabupaten Ende
e. Tertib pembangunan & keandalan bangunan gedung
f. P erlu mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib andal & mengacu pada lingkungan yang berkelanjutan
Sumber : RPJMD Kabupaten Ende , RTBL
B. KONDISI EKSISTING
Kondisi eksisting Kabupaten Ende
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 12
Sampai dengan tahun 2015 presentasi bangunan gedung yang sudah mempunyai IMB belum terdata dikarenakan sampai dengan tahun 2015 belum pernah dilakukan pendataan bangunan gedung di Kabupaten Ende .
Adapun Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan dapat dilihat pada tabel 12.13
Tabel 7.7. Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2015
NO URAIAN SATUAN BESARAN KETERANGAN
1 STATUS PERDA BG Ada/tidak Ada
2 PROSENTASI BANGUNAN BER-IMB % Belum terdata
3 PROSENTASI BANGUNAN
BERSERTIFIKAT SLF
% Belum Terdata
4 PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG unit Belum terdata
5 PROSENTASI RTH % Belum terdata
6 STATUS BANGUNAN PUSAKA
(NASIONAL)
Ada/tidak Tidak ada
7 STATUS BANGUNAN PUSAKA (DUNIA) Ada/Tidak Tidak ada
Sumber Data Olahan
Dari tahun 2011- 2015 pembangunan sektor Penataan Bangunan Dan Lingkungan di Kabupaten Ende yang dibiayai melalui APBN hanya pada Penataan Kawasan Tradisional.
Tabel 7.8. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun 2011-2015
NO URAIAN SATUAN 2011 2012 2013 2014 2015
1 PENATAAN RTH Kws - - - - -
2 REVITALISASI
KWS.STRATEGIS
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 13
Sumber: hasil olahan
Kondisi eksisting Kabupaten Ende yang memuat kegiatan penataan lingkungan permukiman,
kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara serta capaian dalam
pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan, kondisi eksisting tersebut dapat
diuraikan sebagi berikut :
Gambaran umum bangunan gedung di Kabupaten Ende dibedakan atas tiga kategori yaitu :
a. Bangunan gedung perkantoran dan fasilitas umum/sosial milik pemerintah
b. Bangunan fasilitas umum/sosial milik swasta
c. Bangunan rumah tinggal milik perorangan
Bangunan umum milik pemerintah dan sebagian bangunan umum milik swasta dibangun
berdasarkan perencanaan yang baik, dengan mengikuti ketentuan teknis ketertiban dan
keselamatan bangunan. Akan tetapi sebagian besar bangunan milik swasta dan masyarakat,
dibangun tanpa perencanaan dan tanpa pengendalian oleh instansi teknis terkait sehingga
ketertiban, ketahanan dan keselamatan bangunannya tidak terjamin.
C. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Sektor penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan di
Kabupaten Ende yang antara lain :
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 14
a. Masih tersebarnya permukiman-permukiman kumuh
b. Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional kecual bangunan gedung
bersejarah, padahal punya potensi wisata
c. Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk
mendorong pertumbuhan kota
d. Sarana lingkungan hijau, sarana olah raga, dan lain-lain kurang diperhatikan
2. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Bangunan Gedung :
a. Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan
gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana
b. Lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah serta rendahnya
kualitas pelayan publik .
c. Sampai saat ini Pemberian perijinan dan pembangunan gedung belum sepenuhnya
didasarkan pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
d. belum melaksanakan pembangunan lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya
untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan
permukiman yang berkelanjutan.
Rumah Negara
a. Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan
keselamatan, keamanan, dan kenyaman
b. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi
penyandang cacat;
c. Penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara kurang tertib dan efisien
d. Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik
3. Permasalahan dan tantangan di bidang pemberdayaan masyarakat
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 15
b. Belum melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan
prioritas pembangunan.
Tabel .7.9. Indentifikasi Permasalahan & Tantangan PBL Kabupaten Ende
NO ASPEK PBL MASALAH YG DIHADAPI TANTANGAN
PENGEMBANGAN ALTERNATIF SOLUSI
1 Teknis
-Tersebarnya pemukiman/
ketidakteraturan
- Sarana lingkungan hijau
kurang diperhatikan
3 Pembiayaan Dana yang minim Kerjasama dgn
swasta Usul Tingkatkan dana
4 Partisipasi
masyarakat/swasta Sangat kurang Kurang kesadaran Sosialisasi
5 Lingkungan
Menata sesuai peruntukan kawasan
7.2.2. Sasaran Program
Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan di wilayah Kabupaten Ende , diperlukan tidak hanya untuk
mengendalikan pertumbuhan fisik suatu kawasan kota sejak dini dalam rangka memandu pertumbuhan
kota, tetapi juga memelihara, melindungi dan mencegah dari segala ancaman yang akan merusak
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 16
maka sangat diperlukan pemanfaatan ruang yang optimal. Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan
sebagai alat pengendali pemanfaatan ruang kota juga diharapkan dapat berfungsi sebagai dokumen
perencanaan yang dapat dipedomani berbagai pihak dalam pembangunan fisik kota serta mereduksi
berbagai konflik kegiatan masyarakat dalam pemanfaatan ruang kota.
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:
1. Peraturan Penataan Bangunan :
Penyusunan Rancangan UU dan RPP Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;
Penyusunan Standar /Pedoman/Kriteria (SPK)
2. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Pembinaan pengelolaan bangunan gedung
Standarisasi dan Kelembagaan Bidang Pebataan Bangunan
Fasilitasi Kemitraan Bidang Penataan Bangunan
Fasilitasi Penguatan Pemda
Pengawasan dan Evaliasu Kenerja Bidang Penataan Bangunan
Pembinaan Pnengelolaan rumah Negara
Pembinaan Penataan Bangunan Loinglungan Khusus
Perencanaan dan Analisa Teknis
Administrasi dan Penatausahaan Penataan Bangunan
3. Penyelenggaraan Bangunan Gedung
Bangunan Gedung Pusaka/Tradisional
Bangunan Gedung Hijau
Bangunan Gedung Mitigasi Bencana
Bangunan Gedung Perbatasan
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 17
4. Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan Bangunan Kawasan Strategis
Penataan Bangunan Kawasan Rawan Bencana
Penataan Bangunan Kawasan Perbatasan
Penataan Bangunan Kawasan Hijau
Penataan Bangunan Kawasan Destinasi Wisata
5. Revitalisasi dan Pengembangan Kawasan Tematik Perkotaan
Penataan Kawasan Pengembangan Kota HIjau
Penataan Kawasan Revitalisasi Kota Pusaka
Penataan Kawasan Revitalisasi Tradisional Bersejarah
Penataan Kawasan Pengembangan Destinasi Wisata
6. Fasilitasi Edukasi dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat Bidang Penataan Bangunan
Kegiatan Penyebarluasan Informasi PIP2B
Fasilitasi Pemanfaatan Ruang terbuka Publik
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)
dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci,
indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana
pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 18
7.2.3. Usulan Program dan Kegiatan
Usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Ende di sajikan pada matriks
RPI2JM .
7.3. SISTIM PENYEDIAAN AIR MINUM
7.3.1. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan
A. Isu Strategis Pembangunan SPAM
Isu-isu strategis yang mempengaruhi upaya Kabupaten Ende untuk mencapai target
pembangunan di bidang air minum melalui gerakan 100-0-100. Adapun Isu-isu strategis
Kabupaten Ende yang mempengaruhi upaya untuk mencapai target pembangunan di bidang air
minum 100% antara lain :
a. Kurang tersedianya air minum disaat musim kemarau
b. Sebaran pemukiman yang tidak merata, berakibat pada kebutuhan sarana prasarana yang air
minum yang lebih besar biayanya.
c. Terjadinya kerusakan lingkungan dan pencemaran di sekitar kawasan tangkapan air dan
sumber mata air.
d. Pterbasnya kapasitas air baku
e. Tingkat kebocoran dan idle capacity yang tinggi dan
f. PDAM yang kurang sehat.
B. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 19
Penyediaan air minumdengan sistem perpipaan di kabupaten Ende untuk kawasan perkotaan dikelola oleh PDAM Kabupaten Ende dan sampai dengan akhir tahun 2015 cakupan layanan penduduk baru mencapai 26% atau 11.567 Sambungan Rumah. Untuk membantu meningkatkan pelayanan air minum di Kabupaten Ende pemerintah Pusat melalui Satuan Kerja PSPAM Provinsi NTT Direktorat Air Minum telah membangun pipa sepanjang 50.613 meter dengan pagu mencapai Rp 23.087.909.000 dan dilaksanakan dari tahun 2011-2014.
NO URAIAN SATUAN BESARAN
2 Kondisi PDAM Sehat/Sakit
3 Biaya Produksi di
PDAM
Rp 7.008.494.752 8.287.024.943 10.488.265.438
DATA DISTRIBUSI
1 Kapasitas Distribusi Lt/dtk 5.077.296 4.491.761 5.223.223
2 Asumsi Kebutuhan Air Lt/Org/hr
3 Air Terjual M3/th 2.461.831 2.434.821 2.750.591
4 Air Terdistribusi M3/th 5.077.296 4.491.761 5.223.223
5 Total Penjualan Air Rp 5.735.572.038 8.280.470.863 9.775.715.723
6 Cakupan Pelayanan
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 20
Tabel 7.9. Banyaknya Rumah Tangga Menurut Sumber Air minum Thn 2015
Sumber: BPS, Ende Dalam Angka Tahun 2015
Tabel 7.10. Akses Air Minum Layak Desa dan Kota Tahun 2013-2015
Sumber: BPS, Prov.NTT
SUMBER AIR MINUM RUMAH TANGGA
RPIJM KAB. ENDE Page : VII - 22
8 Pembangunan SPAM MBR Kota Ende dan IKK Wolowaru Kabupaten Ende ( Paket APBN - 34)
2015 AP BN
13.035 .735
Ende 14.30
4
pompa centrifugal – 3
unit Hidrophore Kap 3 M3 – 1
unit Pembangunan
Rumah Pompa Centrifugal – 1
unit Reservoir Kap.
800 M3 – 1 unit
SR : 110 Unit
Wolo waru
8.000 SR : 190
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 23
Berdasarkan kondisi dan sasaran penyediaan dan pengelolaan air minum, maka dapat
digambarkan masalah yang dihadapi khususnya dalam penyediaan Air Minum di
Kabupaten Ende antara lain :
Peningkatan Cakupan dan Kualitas
1. Tingkat Pelayanan Air Minum dengan Sistim perpipaan masih sangat rendah
2. Pola Permukiman yang terpencar mengakibatkan investasi penyediaan Air
Minum sangat tinggi
3. Terbatasnya infrastruktur unit produksi maupun reproduksi
4. Terbatasnya kapasitas air baku
5. Tingkat Kebocoran masih Tinggi
6. Kualitas Air khususnya penyediaan Air Minum dengan Sistim Non Perpipaan
rendah.
7. Kondisi topografis yang sangat berkontur.
8. Belum ada perencanaan yang jelas dan berorientasi pada potensi dan
profitabilitas dari pembangunan yang berkelanjutan.
Pendanaan
Kurangnya alokasi dana APBN, APBD I, APBD II serta minimnya cash flow yang
dimiliki PDAM dalam melakukan pembangunan SPAM, padahal diperlukan dana
untuk penambahan ketersediaan air baku dan penambahan infrastruktur unit
produksi dan jaringan distribusi.
Kelembagaan dan Perundang-undangan
Ssitem kelemagaan pelayanan SPAM di Kabupaten Ende yakni oleh PDAM
Kabupaten Ende .
Peran masyarakat
Pemakaian air yang kurang bijak oleh masyarakat disertai kurang kesadaran
masyarakat dalam menjaga kelestarian sumber air dan fasiltas perpipaan yang
tersedia.
Permasalahan pengembangan SPAM Kabupaten Ende di sajikan dalam bentuk tabel
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 24 dapat digambarkan sebagai berikut :
1) Tantangan Internal:
a) Peningkatan cakupan kualitas air minum. Saat ini masih banyak
masyarakat yang belum memiliki akses air minum yang aman. Ini
tercermin pada tingginya angka prevalensi penyakit yang berkaitan
dengan air. Tantangan lainnya dalam pengembangan SPAM adalah
adanya tuntutan PP 16/2005 untuk memenuhi kualitas air minum sesuai
kriteria yang telah disyaratkan.
b) Banyak potensi pendanaan pengembangan SPAM yang belum
dioptimalkan dan tuntutan penerapan tarif dengan prinsip full cost
recovery dalam pengembangan SPAM.
c) Tuntutan penyelenggaraan SPAM yang profesional dalam pengembangan
SPAM di masa depan.
d) Pemenuhan standar pelayanan minimal sebagaimana disebutkan dalam
PP No. 16/2005 serta tuntutan kualitas air baku untuk memenuhi standar
yang diperlukan.
Standar Pelayanan Minimal Air minum untu Kabupaten Ende di tahun
2015 adalah 91,41% dari rencana 81,77%. Ini berarti SPM air minum
masih jauh dibawah standart.
e) Adanya potensi masyarakat dan swasta dalam pengembangan SPAM
yang belum diberdayakan.
2) Tantangan Eksternal
a) Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dengan pilar pembangunan
ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
b) Tuntutan penerapan Good Governance melalui demokratisasi yang
menuntut pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan.
c) Komitmen terhadap kesepakatan Millennium Development Goals
(MDGs) 2015 dan Protocol Kyoto dan Habitat, dimana pembangunan
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 25 investasi yang kompetitif.
7.3.2. Sasaran Program
Pengembangan jaringan air minum untuk masyarakat di perkotaan diarahkan untuk menggunakan sumber air yang bersumber dari PDAM.
Pengembangan jaringan air minum untuk masyarakat di daerah pedesaan, pelayanan air minum dilakukan melalui proyek air minum pedesaan, dengan memanfaatkan mata air yang ada kemudian menyalurkannya ke bak penampungan air yang dibangun di dalam lingkungan permukiman penduduk.
Sebagian sarana/infrastuktur air minum yang sudah ada hampir merata di semua desa, namun belum memenuhi secara keseluruhan, karena beberapa wilayahnya sulit dijangkau.
Dalam mendukung pencapaian target dalam RPJMN 2015-2019 melalui Gerakan Rencana Aksi Daerah (RAD) 100-0-100 terkait air minum, maka dilakukan kegiatan Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum. Adapun indikator kinerja programnya adalah meningkatnya kontribusi pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat yang terdiri dari peningkatan sambungan rumah SPAM jaringan perpipaan dan peningkatan cakupan SPAM bukan jaringan perpipaan. Rincian di sajikan dalam tabel berikut :
Tabel 7.11
Proyeksi Kebutuhan Air Perkotaan Tahun 2015- 2019 di Provinsi NTT
perpipaan non perpipan Total 2015 2016 2017 2018 2019 Rerata
01. Sumba Barat 0 39,42 39,42 50,28 51,11 51,87 52,74 53,50 51,90
1.117 659 1.776 2.409 2.455 2.499 2.544 2.589 2.499
Kebutuhan Volume air (ltr/detik) Kota Kabupaten
Propinsi
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 26
Sumber : RAD 100-0-100 Prov.NTT 2016
perpipaan non perpipan Total 2015 2016 2017 2018 2019 Rerata
01. Sumba Barat 0 19 19,10 55,94 56,85 57,71 58,67 59,51 57,74
02. Sumba Timur 7 48 54,49 120,48 122,09 123,61 125,03 126,44 123,53
03. Kupang 8 118 126,56 229,46 237,52 245,79 255,49 266,10 246,87
04. Timor Tengah Selatan 13 120 132,34 325,11 326,79 328,41 329,82 331,25 328,28
05. Timor Tengah Utara 4 97 101,58 155,13 156,72 158,30 159,75 161,13 158,21
06. Belu 6 73 78,71 113,54 115,48 117,28 119,03 120,86 117,24
07. Alor 1 43 43,56 105,69 106,53 107,26 108,04 108,69 107,24
08. Lembata 6 62 67,96 79,32 80,76 82,65 84,25 85,86 82,57
09. Flores Timur 7 111 117,72 135,10 136,14 137,63 138,83 139,98 137,54
10. Sikka 26 96 122,09 166,26 167,30 168,26 169,13 169,91 168,17
11. Ende 3 102 104,89 116,65 117,16 117,67 118,07 118,47 117,60
12. Ngada 11 59 69,15 81,58 82,32 83,89 85,01 86,07 83,77
13. Manggarai 12 72 83,60 151,40 153,48 155,94 158,17 160,31 155,86
14. Rote Ndao 5 74 79,51 102,18 106,34 110,37 114,64 119,00 110,51
15. Manggarai Barat 13 68 81,38 151,65 155,21 158,59 162,10 165,52 158,61
16. Sumba Tengah 0 13 13,38 41,42 42,08 42,75 43,40 44,01 42,73
17. Sumba Barat Daya 2 57 59,22 157,17 160,41 163,46 166,68 169,78 163,50
18. Nagekeo 10 52 62,80 78,37 79,34 80,18 81,08 81,88 80,17
19. Manggarai Timur 7 65 71,83 173,04 175,64 177,87 179,89 182,37 177,76
20. Sabu Raijua 1 28 28,96 61,84 63,89 65,82 67,91 70,05 65,90
21. Malaka *) 0 41 41,55 99,07 100,72 102,33 103,92 105,39 102,29
22. Kota Kupang 5 5 10,14 10,35 10,65 10,92 11,21 11,51 10,93
147 1.424 1.571 2.711 2.753 2.797 2.840 2.884 2.797
Kebutuhan Volume air (ltr/detik) Asumsi Debit air tersedia 2015
(liter/det)
Propinsi
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 27
Sumber : RAD 100-0-100 Prov.NTT 2016
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 28 - Penyusunanan Rancangan Undang-undang
2. Pembinaan dan Pengawasan Pengembangan SPAM
- Fasilitasi Penguatan Kapasitas Pemda
- Rekomendasi Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi Bidang Air Minum
- Laporan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Kelembagaan dan SDM Bidang Air Minum
- Rencana Induk Bidang Air Minum
3. Pembangunan SPAM Kawasan Perkotaan Terfasilitasi
- Bantuan Program
- Pengembangan Jaringan Perpipaan
4. Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air Terfasilitasi
- Bantuan Program
- Pengembangan Jaringan Perpipaan
5. Pegembangan SPAM Perkotaan
- Pembangunan SPAM IKK
- Pembangunan SPAM Ibu Kota Pemekaran
- Pembangunan SPAM Perluasan Perkotaan
- Penurunan Kebocoran SPAM Perkotaan
- Pemanfaatan Idle SPAM Perkotaan
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 29 - Pembangunan SPAM di Kawasan kumuh
- Pembangunan SPAM di Kawasan nelayan
- Pembangunan SPAM di Kawasan perbatasan
- Pembangunan SPAM di Kawasan Pulau Terluar
- Pembangunan SPAM Strategis
8. Pembangunan SPAM Regional
- Pembangunan SPAM Regional
9. Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air
- Pembangunan SPAM di Kawasan Rawan Air
- Pemanfaatan Iddle SPAM di Kawasan Rawan Air
10. Pembangunan Jaringan Perpipaan di Kawasan Khusus
- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan kumuh
- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan nelayan
- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan perbatasan
- Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan Pulau Terluar
- Pengembangan Jaringan Perpipaan Strategis
Selanjutnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) mengacu pada
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) yang disusun berdasarkan:
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 30 4. Kondisi Lingkungan, Sosial, Ekonomi, dan Budaya Mas yarakat;
5. Kondisi Kota dan Rencana Pengembangan SPAM.
Dokumen RISPAM ENDE sementara disusun pada tahun 2016 ini.
Kriteria Penyiapan (Readiness Criteria)
Kelengkapan (readiness criteria) usulan kegiatan Pengembangan SPAM pemerintah
kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1. Tersedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sesuai PP No. 16 /2005 Pasal 26 ayat 1 s.d
8 dan Pasal 27 tentang Rencana Induk Pengembangan SPAM.
2. Tersedia dokumen RPI2JM
3. Tersedia studi kelayakan/justifikasi teknis dan biaya
o Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik atau diameter pipa
JDU terbesar ≥ 250 mm
o Studi Kelayakan Sederhana: Penambahan kapasitas 15-20 l/detik atau
diameter pipa JDU terbesar 200 mm;
o Justifikasi Teknis dan Biaya: Penambahan kapasitas ≤ 10 l/detik atau diameter
pipa JDU terbesar ≤ 150 mm;
4. Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007 pasal 21)
5. Ada monitoring
o Indikator Output: 100 % pekerjaan fisik indikator kinerja untuk
o Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh masyarakat pada tahun
yang sama
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 31 8. Institusi pengelola pasca konstruksi sudah jelas (PDAM/PDAB, UPTD atau BLUD)
9. Dinyatakan dalam surat pernyataan Kepala Daerah tentang kesanggupan/ kesiapan
menyediakan syarat-syarat di atas.
7.3.3. Usulan Kebutuhan Program
Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan
paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPI2JM. Penyusunan
tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau
pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup
pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi.
Secara rinci, usulan dan prioritas pengembangan air minum di Kabupaten ENDE disajikan
dalam bentuk Matriks RPI2JM .
7.4 . PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman dalam RPI2JM lebih mengarahkan
pada perencaanaan program dan pembiayaan dalam pengembangan PLP khususnya dalam
rangka pencapaian Gerakan Nasional 100-0-100.
7.4.1. Kondisi Eksisting Air Limbah, Persampahan dan Drainase
7.4.1.1. AIR LIMBAH
A. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman
Air Limbah yang dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater)
yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci,
dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 32
Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem yaitu sistem
setempat (onsite) ataupun melalui sistem terpusat (offsite). Sanitasi sistem setempat
(onsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam batas tanah
yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individual sedangkan sanitasi sistem
terpusat (offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan dengan
batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumah-rumah menggunakan perpipaan
(sewerage) ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Jenis air limbah yang terdapat di kabupaten Ende umumnya adalah air limbah lokal atau air
limbah produksi rumah tangga, yaitu air bekas buangan dari kamar mandi/wc atau cucian
dapur.
Banyaknya rumah tangga yang sebagian besar membuang limbah dari kamar mandi/wc pada
Tangki/SPA atau Lobang Tanah, sedangkan jika dilihat dari fasilitas Tempat Buang Air
besar,masyarakat saat ini banyak yang sudah mempunyai fasilitas Tempat Buang Air besar
sendiri walaupun masih ada yang menggunakan tempat bersama atau pun ditempat umum.
Dari segi jumlah/kuantitas, volume air limbah rumah tangga di kabupaten Ende tidak
melampui ambang batas, terbukti tidak menimbulkan genangan pada kawasan-kawasan
permukiman. Kalupun ada genangan di saluran drainase sekitar kawasan-kawasan pertokoan
dan sekitar daerah pasar itu lebih karena tersumbatnya saluran bukan karena over kapasitas.
Sedangkan dari segi kualitas, selain limbah rumah sakit atau pusat kesehatan lainnya dapat
dikatakan bahwa limbah cair di kabupaten ENDE tidak mengandung zat kimia yang
berbahaya. Walaupun ada penelitian khusus mengenai tingkat pencemaran air laut, sumur/air
tanah dan lingkungan oleh bakteri E. Coly namun secara umum kabupaten ENDE tidak
melampui ambang batas toleransi. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya kasus penyakit yang
berkaitan dengan masalah lingkungan seperti diare atau muntaber yang ditangani oleh RSUD
dan pusat-pusat kesehatan lainnya di kabupaten Ende .
Penanganan limbah cair pada permukiman perdesaan umumnya dilakukan secara individual
dengan cara diresapkan langsung ke tanah atau tanpa sumur resapan. Tidak tersedia data yang
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 33
kakus di bangun dengan sistem cubluk, sebagian lainnya bahkan tidak memiliki kakus dan
melakukan buang air besar di pantai atau di hutan. Untuk jelasnya lihat data pengelolaan
limbah di kabupaten Ende pada tabel berikut :
Dari data akses sanitasi dasar layak di Kabupaten Ende sampai dengan tahun 2015 baru mencapai 61,47% yang terdiri dari Kota 90,94% dan desa 48,09% Berarti 38,53% rumah tangga di Kabupaten Ende belum mendapatkan akses saniatsi dasar yang layak. Berdasarkan data yang ada untuk Penanganan Sanitasi dan air limbah pada kawasan permukiman baik itu di
perkotaan maupun perdesaan masih dilakukan dengan sistem setempat (on-site), yakni
dengan meresapkan langsung ke dalam tanah, dengan atau tanpa sumur resapan sedangkan
penanganan dengan sistim Off Site belum ada.
Dalam usaha untuk meningkatkan pelayanan Sanitasi dasar kepada masyarakat pemerintah Daerah melalui Dana DAK Sanitasi telah membangun MCK++,Toilet Umum atau Septik Tank Komunal yang dilakukan melalui Program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) di beberapa kawasan yang termasuk daerah rawan Sanitasi, hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah masyarakat yang belum mendapatkan pelayanan sanitasi dasar yang layak.
Tabel 7.14. Data Capaian Akses Sanitasi Dasar
NO URAIAN CAPAIAN
2013 2014 2015
1 Total Akses
Sanitasi layak
54,30% 27,29% 61,47%
2 Total Akses
Perkotaan
77,18% 37,25% 90,94%
3 Total Akses
Pedesaan
43,98% 22,45% 48,09%
Sumber data :Ende Dalam Angka BPS, 2015
Tabel 7.15. Infrastruktur Terbangun Sektor Air Limbah 2011-2015 Sumber Dana : APBN
NO URAIAN URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015 KET
1 IPAL KAB - - - - -
2 SANIMAS KWS - - 1
3 IPLT KWS - - - - -
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 34
Secara garis besar permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah di
Kabupaten Ende dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tidak tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah yang
memadai, sebagian masyakat masih memanfaatkan lingkungan sekitar
(pekarangan, saluran drainase, hutan, tepi sungai) untuk membuang limbah
baik itu limbah cair atau padat
b. Sebagian besar kawasan permukiman belum terjangkau oleh pelayanan
pengelolaan air limbah oleh pemerintah/dinas terkait, terlebih di kawasan
permukiman perdesaan
c. Teknologi pengelolaan air limbah yang sebaiknya diterapkan di Kawasan
perkotaan di Kabupaten Ende adalah sistem tengki septik dengan bidang
resapan
d. Penanganan limbah cair pada permukiman Kabupaten Ende juga dilakukan
dengan sistem setempat (on-site), yakni dengan meresapkan langsung ke
dalam tanah dengan atau tanpa sumur resapan
e. Sejumlah besar penduduk sudah memiliki kakus sendiri 69,42% tahun 2015
dan 30,58% masih menggunakan kakus umum dan bersama.
f. Sampai tahun 2015 terdapat 65,74% masyarakat masih menggunakan lubang
tanah dan hampir 8,13% masih membuang di pantai dan sungai, hal ini perlu
disediakan sarana pembuangan tinja yang memenuhi standar kesehatan dan
tidak mencemari lingkungan terutama disungai dan laut dengan pembuatan
MCK baik dalam bentuk umum maupun pribadi oleh masyarakat.
g. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya sistem pengelolaan
air limbah
h. Jumlah MCK yang minim dengan kondisi yang darurat sangat mempengaruhi
menurunnya kualitas lingkungan sehingga mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat menjadi rendah.
i. Regulasi mengenai air limbah domestik belum ada
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 35 tabel berikut :
Tabel 7.16. Permasalahan pengelolaan air limbah yang dihadapi
No Aspek Pengelolaan
A Kelembagaan Melekat pada
Dinas
Kualitas & Kuantitas SDM
Belum sesuai dgn kualifikasi
Dibenahi sesuai kualifikasi
B Perundangan Terkait
Sektor Air Limbah
Komunal Belum ada Harus diadakan
PS Sanimas Belum
optimal
Pembangunan
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 36
Oeba dan
Naikoten
Truk Tinja kurang Di tambahkan
IPLT Belum ada diadakan
2 Sistem Off Site
Sanitation
Sambungan
Rumah
Belum ada
Diadakan
Sistem Jaringan
Pengumpul
Belum ada
diadakan
Sanimas diperlukan
IPAL Masih kurang Optimalkan
fungsinya
Ditambah/ditingkatkan
B.2 Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah
Pengelolaan air limbah di Kabupaten Ende sampai saat ini belum sepenuhnya
mampu ditangani dan dibiayai oleh Pemerintah Kota, terutama dalam hal
pembangunan sarana dan prasarananya. Penanganan air limbah selama ini
diusahakan oleh masyarakat secara swadaya untuk membuat septicktank yang
sederhana dan lainnya berupa cubluk. Akan tetapi dari jumlah penduduk
Kabupaten Ende tidak semuanya memiliki septicktank dan cubluk, mereka
membuang air limbah langsung kedalam badan air sungai.
Adapun tantangan yang muncul dalam pengelolaan air limbah serta adalah
sebagai berikut ini :
1. Sistem pengelolaan air limbah secara terpadu dan terpusat di wilayah
Kabupaten Ende masih belum ada, hal itu terjadi karena keterbatasan
anggaran pemerintah Kota serta belum menjadi skala prioritas.
2. Secara umum persentase masyarakat Kabupaten Ende yang mempunyai
akses terhadap jamban keluarga, jamban umum atau jamban bersama
dilengkapi dengan bangunan pengolah seperti cubluk dan tangki septic masih
belum berkembang, kalupun tersedia hanya terbatas di kawasan pusat
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 37
peran Pemerintah baik pusat dan daerah dalam penyediaan anggaran akan
sangat terbatas, untuk itu upaya pelibatan masyarakat dan dunia usaha dalam
penyediaannya harus lebih ditingkatkan.
4. Sampai saat ini produk hukum yang berkaitan dengan pengembangan
kerangka peraturan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemilikan, dan fasilitas pengelolaan air limbah.
5. Instalasi pengelolaan limbah tinja (IPLT) belum tersedia
Perlu adanya kebijakan khusus yang menangani permasalahan mengenai
penanganan dan pengolahan air limbah, serta usulan atau program kegiatan
yang bersifat teknis. Adapun dari usulan tersebut selain membicarakan
masalah penyediaan alat atau barang, juga memberikan penyuluhan terkait
penanganan air limbah serta peningkatan kualitas lingkungan.
7.4.1. 2. Sasaran Program Kebutuhan Air Limbah
Pengelolaan air limbah di Kabupaten Ende dapat dilakukan dengan target pelayanan
60% menggunakan sistem setempat dan 15% menggunakan sistem terpusat. Sistem
pengelolaan air limbah yang masih bisa diterapkan di Kabupaten Ende adalah sistem
pembuangan air limbah setempat (On-Site System) dengan pertimbangan biaya
konstruksi rendah, dapat dilaksanakan oleh masing-masing keluarga dan cepat
dimanfaatkan. Rencana pengelolaan air limbah di Kabupaten Ende adalah sebagai
berikut :
Sistem septik tank dikembangkan untuk penanganan limbah domestik (limbah
manusia).
Sistem pelayanan septik tank kolektif (communal sistem) dikembangkan pada
kawasan perkantoran, pendidikan, pemerintahan dan kawasan komersil.
Sistem septik tank individu (individual sistem) dikembangkan pada kawasan
perumahan tipe sedang dan tipe besar, sedangkan untuk perumahan tipe kecil
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 38 perdagangan, perkantoran dan kawasan komersil.
Untuk itu uraikan kebutuhan pengelolaan sarana & prasarana air limbah yang diusulkan
dengan melihat kondisi eksisting saat ini. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 7.17.
Program pengelolaan sarana dan prasarana air limbah di kabupaten ende yang diusulkan
No Uraian Kondisi
Eksisting
Yang
diusulkan keterangan
A Peraturan terkait sektor Air Limbah
Ketersediaan peraturan bidang air
limbah (perda, pergub,perwali) Belum ada diadakan
B Kelembagaan
Kualitas dan kuantitas SDM kurang ditingkatkan
C Pembiayaan
Sumber Pembiayaan (APBD
Prov/kota/swasta/masyarakat kurang Ditingkatkan
Tarif retribusi Belum ada Di adakan
Realisasi Penarikan Retribusi (%
terhadap target) Tidak ada
D Peran Swasta dan masyarakat
Sudah/belum; bentuk kontribusi Belum ada disosialisakan
E Sistem Setempat (on site)
Ketersediaan dan kondisi IPLT Tidak
tersedia diadakan
Kapasitas IPLT (...M³) Belum ada diadakan Hanya pd
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 39 Tingkat cakupan pelayanan IPLT (%)
dari target Belum ada
Ketersediaan & kondisi truk tinja 2 unit, baik ditambah
Biaya O & P -
Kualitas efluen IPLT (BOD & COD) ...
Mg/liter -
Ketersediaan sistem pengelolaan air limbah skala
kecil/kawasan/komunitas
Tidak tersedia
F Sistem Terpusat (off site)
Ketersediaan dan kondisi IPAL Ada di 2 kel. Ditambah 5
unit Usulan RPJMD
Kapasitas IPAL ... M³
Tingkat Cakupan Pelayanan IPAL ... M³
Biaya O & P -
7.4.1.3. Usulan Kebutuhan Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah
Program Pembangunan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal
Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem setempat dan komunal
Kriteria Lokasi
• Kawasan rawan sanitasi (padat, kumuh, dan miskin) di p erkotaan yang memungkinkan penerapan kegiatan Sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas);
• kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.
Lingkup Kegiatan:
• Penyusunan Perencanaan Teknis Bidang Pengembangan PLP
• Sistem Pengelolaan Air Limbah Skala Regional
• Sistem Pengelolaan Air Limbah Skala Kota meliputi : Pengelolaan terpusat dan
pengeloaan setempat
• Sistem Pengelolaan Air Limbah Skala Kawasan yang berbasis institusi dan
berbasis masyarakat
• Sistem Pengelolaan Air Limbah Khusus mencakup kawasan kumuh, kawasan
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 40 surat minat untuk mengikuti PPSP;
• Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah
dibebaskan);
• sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen
lelang (non Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk draft dokumen RKM
untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat ;
• sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah kab./kota (IPAL RSH);
• sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola prasarana
yang dibangun;
• pemerintah daerah bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi
dan pemeliharaan.
Sedangkan kegiatan infrastruktur air limbah sistem terpusat (off-site) skala kota
untuk Wilayah Kabupaten Ende belum ada, sehingga tidak diuraikan program
pembangunannya.
. Usulan Kebutuhan Program yang dicakup dalam Pengelolaan Air Limbah meliputi
kegiatan-kegiatan berikut ini:
1. Pembangunan pengelolaan air limbah setempat dan pembangunan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT);
2. Pembangunan sistem perpipaan air limbah sederhana komunitas berbasis masyarakat (khusus bagi kawasan kumuh dan padat);
3. Pembangunan pengelolaan air limbah sistem terpusat (IPAL); 4. Operasi dan pemeliharaan;
5. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan air limbah; 6. Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan
pemeliharaan sarana yang telah dibangun. 7. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.
Untuk jelasnya uraian usulan Kebutuhan Program Pengembangan Air Limbah
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 41
A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan
Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten
Ende antara lain:
1. Kapasitas Pengelolaan Sampah
Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas
lainnya adalah bertambahnya pula buangan/limbah yang dihasilkan.
Limbah/buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat yang
lebih dikenal sebagai limbah domestik telah menjadi permasalahan lingkungan
yang harus ditangani oleh pemerintah dan masyarakat itu sendiri.
Penanganan sampah di Kabupaten Ende umumnya masih dilakukan secara
individual, kecuali di pusat Kabupaten Ende penanganan sampah dilakukan secara
kolektif skala kota melalui Dinas Kebersihan Kota, tapi belum berjalan optimal.
1. Kemampuan Kelembagaan
Pengelolaan sampah kini dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten Ende bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengelola sampah
secara komunal skala kota. Belum memadainya SDM secara kualitas dan kuantitas
dalam pelayanan persampahan.
2. Kemampuan Pembiayaan
Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi
pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala
prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana
penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah
menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 42
dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan
sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta
berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat
pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.
4. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum
Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan
kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala
dalam penanganan sampah.
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan
Kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan pemerintah
Kabupaten Ende , dapat diuraikan sebagi berikut ini:
a. Aspek Teknis
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Ende sudah dilakukan secara skala
Kota dimana masyarakat membuang sampah pada tempat pengumpulan
sementara (TPS), kemudian sampah tersebut akan diangkut menggunakan
mobil sampah untuk dibuang ke Tempat pembuangan sampah akhir (TPA)
yang sifatnya masih open dumping yakni lahan masyarakat yang dipakai.
Penanganan Sampah di Kabupaten Ende belum optimal berdasarkan data
dari Dinas Kebersihan dan Pertanamanan Kabupaten Ende Produksi sampah
perhari yang dapat diangkut menuju TPA kurang lebih 98,5 M3 sedangkan
sisanya selain langsung dibakar oleh masyarakat, ada yang dibuang ke kali,
pinggir pantai ataupun tanah kosong.
Selain itu kondisi kendaraan pengangkut sampah (truck sampah) juga tidak
dapat melayani dengan baik .
b. Pendanaan
Semua rencana sistem sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang
di bangun oleh pemerintah di Kabupaten Ende umumnya disesuaikan dengan
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 43
mendapat perhatian yang lebih mEnde tail. Salah satu peluang yang
dimungkinkan adalah dana pemberdayaan. Dewasa ini sebagian besar
peningkatan atau pembangunan TPS-TPS di desa atau kelurahan dibiayai
melalui program pemberdayaan desa.
c. Kelembagaan
Penanganan sampah di Kabupaten Ende ditangani oleh Dinas kebersihan dan
Pertanaman Kabupaten.
d. Peran Serta Masyarakat
Pengelolaan sampah di Kabupaten Ende diarahkan dengan melibatkan secara
aktif peran serta masyarakat. Sampah yang diproduksi sebelum dibuang ke
TPS dan TPA, sebelumnya telah dipilah oleh masyarakat/rumah tangga
menjadi sampah organik (yang dapat didaur ulang) dan sampah non organik.
Sampah organik yang diproduksi selanjutnya akan diolah bekerjasama dengan
masyarakat, LSM, dan Perguruan Tinggi untuk menghasilkan kompos atau
produk olahan organik lainnya yang bermanfaat. Sedangkan untuk sampah
non organik akan dilakukan kerjasama dengan para pemulung dan pengusaha
untuk pemanfaatannya. Dengan melibatkan peran aktif masyarakat ini
diharapkan permasalahan persampahan yang selalu menjadi masalah pelik di
perkotaan, akan teratasi.
Sistem pembuangan sampah di Kabupaten Ende diarahkan untuk dikelola
bersama-sama masyarakat dengan cara penyediaan tempat sampah umum
yang akan dibuang secara bersama ke tempat pembuangan sampah.
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Persampahan
C.1. Identifikasi Permasalahan sampah
Dalam kegiatan pengelolaan sampah di Kabupaten Ende umumnya terdapat
beberapa hambatan yang dihadapi, seperti :
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 44
3. Masih kurangnya disiplin masyarakat dalam membuang sampah ke TPS,
seperti tidak tepat waktu, tepat cara dan tepat tempatnya. Keadaan seperti
ini menyebabkan sampah di TPS selalu penuh bahkan berserakan keluar.
4. Kurangnya sarana mobilitas pengangkutan sampah.
5. Manejemen waktu pengangkutan, kelengkapan sarana transportasi, sistem
rute kendaraan, dan kelengkapan serta kemampuan personil yang akan
menangai sampah dari tempat pengumpulan sementara (TPS) sampai
tempat pembuangan akhir (TPA).
Permasalahan Pembangunan Sektor Persampahan di Indonesia, secara umum
adalah:
(1) Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi,
jumlah sampah per kapita meningkat);
(2) Belum optimalnya manajemen persampahan:
a. Belum optimalnya system perencanaan (rencana sampai dengan
monitoring dan evaluasi);
b. Belum memadainya pengelolaan layanan perencanaan
persampahan (kapasitas, pendanaan dan asset manajemen);
c. Belum memadainya penanganan sampah.
Tabel 7.17. Permasalahan Pengelolaan Persampahan Yang Dihadapi
No Aspek Pengelolaan
Persampahan Permasalahan
Tindakan Yang Sudah
Dilakukan
Yang Akan Dilakukan
A Kelembagaan
Ditangani Dinas Kebersihan dan
Pertanaman
Bentuk organisasi
Pengelola
Tata Laksana
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 45
E Teknis Operasional Kurang lancar ditingkatkan
1 Dokumen Perencanaan
(MP.FS,DED) Belum ada Diusulkan
2 Perwadahan Sudah ada tp
msh kurang Sosialisasi
Tingkatkan sosialisasi
3 Pengumpulan Sudah ada tp
msh kurang Sosialisasi
Tingkatkan
5 Pengangukutan Kurang armada Perbaikan
armada yg ada
6 Pengolahan 3R Belum lancar ditingkatlan
7 Pengolahan Akhir di
TPA
Tidak berfungsi
maximal memaksimalkan
8 Pengendalian Pencemaran
di TPA
9 Sarana penunjang TPA Tidak
difungsikan
C.2. Tantangan Pengembangan Persampahan
Tantangan Pengembangan Persampahan di Kabupaten Ende saat ini adalah :
1. Pelayanan pengelolaan persampahan yang belum menjangkau seluruh
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 46
3. Belum tersedianya sarana dan prasarana dasar pengelolaan persampahan
yang memadai di seluruh wilayah Kabupaten Ende
4. Prasarana dan sarana pengelolaan persampahan di kawasan perdagangan
dan industri yang belum memadai guna menunjang pembangunan ekonomi
di Kabupaten Ende
5. Perlu adanya pengelolaan persampahan secara bertahap dan berkelanjutan
6. Perlunya masyarakat sadar kebersihan dengan aktif membantu pemerintah
dalam mengatasi masalah persampahan
Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah dibuatnya kebijakan dari
pemerintah dengan pEnde katan menyeluruh sehingga dapat dijadikan payung
bagi penyusunan kebijakan ditingkat pusat maupun daerah. Karena belum
adanya kebijakan pemerintah tersebut menyulitkan pengelolaan persampahan.
Kebijakan strategis yang telah ditetapkan oleh pemerintah baru pada tahap
aspek teknis yaitu dengan melakukan pengurangan timbulan sampah dengan
menerapkan Reduce, Reuse dan Recycle ( 3 R ), dengan harapan pada tahun 2025
tercapai “zero waste“.
7.4.2.2. Sasaran Program Kebutuhan Pengembangan Persampahan
1. Aspek Teknis
Volume timbulan sampah yang dihasilkan dari setiap aktivitas di Kabupaten Ende
didasarkan atas hasil analisis. Asumsi perkiraan besarnya timbulan sampah adalah
2 lt/orang/hari untuk sampah domestik, sedang untuk kegiatan non domestik
(komersil) sebesar 15% sampah domestik.
Saat ini sarana persampahan yang terdapat di Kabupaten Ende masih jauh dari
cukup untuk melayani produksi sampah Kabupaten Ende . Kondisi pelayanan
sarana persampahan yang ada hampir sepenuhnya digunakan untuk melayani
RPIJM KABUPATEN ENDE Page : VII - 47
Produksi sampah rumah tangga per orang/hari yang lazim di kota-kota
menengah sebesar 0,0025 m³, sedangkan sampah non rumah tangga sebesar
20 % dari jumlah sampah rumah tangga.
Sarana penampungan sementara tersebar dibeberapa tempat, dengan radius
pelayanan maksimun 1.500 m.
Gerobak sampah yang bervolume 1,25 m³ dengan tiga rit pengangkutan.
Bak sampah yang bervolume 10,80 m³.
Truk sampah yang bervolume 9 m³ dengan tiga rit pengangkutan/hari.
Rendahnya perhatian yang diberikan terhadap masalah persampahan terbukti
dengan kecilnya anggaran yang disediakan bagi penanganan persampahan ini.
Sementara disisi lain, penghasilan yang didapat daripelayanan persampahan masih
jauh dari tingkat yang memungkinkan terjadinya pemulihan biaya agar
penanganan dapat mandiri dan berkelanjutan.
2. Aspek Kelembagaan
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Ende ditangani oleh Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kabupaten Ende . Sedangkan keterlibatan masyarakat dalam
menangani persampahan juga sudah mulai nampak. Masyarakat banyak terlibat
pada sektor pengumpulan sampah di sumber timbulan sampah. Sedangkan
keterlibatan pihak swasta belum begitu nampak.
Dinas Kebersihan selain berfungsi sebagai pengelola persampahan kota, juga
berfungsi sebagai pengatur, pengawas, dan pembina pengelola persampahan.
Sebagai pengatur, Dinas Kebersihan bertugas membuat peraturan-peraturan yang
harus dilaksanakan oleh operator pengelola persampahan. Sebagai pengawas,
fungsi Dinas kebersihan adalah mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan yang
telah dibuat dan memberikan sangsi kepada operator bila dalam pelaksanaan
tugasnya tidak mencapai kinerja yang telah ditetapkan, fungsi Dinas kebersihan